Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DISUSUN OLEH

KELAS B KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA:

NUR CERIA TUI (811421007)

MELISA PAPUTUNGAN (811421051)

FITRIYANTI R. DALI (811421095)

SHELLY THAM PUTI (811421142)

NURHALIZA PARAMATA (811421185)

NANDI PUTRI RAHAYU HATIBI (811421233)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmat-nya,
yang dilimpahkan tiada tara. Kelompok ini dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dengan maksimal untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar kami Ibu Lia
Amalia S.KM, M.Kes dan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Gorontalo,10 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja.........................................3

2.2 Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja..............................................4

2.3 Penyebab dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.........................................7

2.4 Pengendalian Hygiene dan Kesehatan Kerja..........................................12

2.5 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan(P3K).........................................14

2.6 Peran Rumah Sakit dalam K3.................................................................16

2.7 Manfaat Sistem Manajemen K3...............................................................17

2.8 Arti penting dan Prinsip Dasar K3 dalam Mengelola Hazards.................19

2.9 Landasan Hukum Regulasi K3................................................................22

BAB III PENUTUP.........................................................................................24

3.1 Kesimpulan..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah bagian dari kesehatan


masyarakat yang melakukan upaya preventif atau pencegahan terhadap
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Sasaran kesehatan masyarakat
adalah masyarakat luas. Sedangkan sasaran dari K3 lebih spesifik yaitu
masyarakat pekerja.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) memegang peran yang sangat


penting pada perlindungan tenaga kerja. Perlindungan pekerja mencakup
aspek yang cukup luas yaitu perlindungan atas kesehatan,
keselamatan,pemeliharaan moral kerja dan perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama. Ruang lingkup K3 meliputi K3 bidang
industri formal dan informal. Beberapa pengetahuan yang dibutuhkan untuk
menguasai bidang K3 yaitu kesehatan kerja, teknik keselamatan kerja,
ergonomi, psikologi industri, toksikologi industri dan higiene perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja?

2. Bagaimana sejarah dari K3?

3. Apa saja penyebab dan pencegahan dari kecelakaan kerja?

1
1.3 TUJUAN

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesehatan dan Keselamatan


Kerja

2. Mengetahui sejarah K3

3. Mengetahui penyebab dan pencegahan dari kecelakaan kerja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan sesuatu pemikiran serta


upaya guna menjamin keutuhan serta kesempurnaan fisik ataupun jiwa
tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, hasil karya
serta budayanya menuju masyarakat yang sejahtera.
Definisi K3 berdasarkan filosofi, keilmuan, dan standar OHSAS
18001:2007.
a. Filosofi
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan sesuatu pemikiran serta
upaya guna menjamin kesempurnaan serta keutuhan fisik serta jiwa tenaga
kerja khususnya dan masyarakat pada umumnya serta hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
b. Keilmuan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu ilmu serta
pelaksanaannya untuk menghindari terjadinya penyakit akibat kerja,
kecelakaan kerja,peledakan, kebakaran serta pencemaran lingkungan.
c. OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series)
18001:2007
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan seluruh keadaan serta
aspek yang dapat berakibat pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga
kerja maupun orang lain di tempat kerja.

3
1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang terkait dengan
mesin, pesawat, peralatan kerja, bahan, serta proses pengolahannya,
landasan tempat kerja serta lingkungannya dan cara-cara
melaksanakan pekerjaan.
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi pada ilmu kesehatan dan
praktiknya yang bertujuan supaya pekerja atau masyarakat pekerja
bersama memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
fisik atau mental, maupun sosial dengan menggunakan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap gangguan-gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.

2.2 SEJARAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Sejarah perkembangan K3 didunia dimulai dari zaman pra-sejarah hingga
zaman modern. Di setiap zaman berkembang teknologi yang akan menjadi
ilmu-ilmu K3.
Zaman Pra-Sejarah. Pada zaman batu dan goa masyarakat yang hidup di
zaman ini sudah dimulai membuat kapak dan tombak yang gampang untuk
digunakan dan tidak berbahaya bagi mereka ketika digunakan.
Zaman Mesir kuno. Pada masa ini, terutama pada masa berkuasanya
fir’aun berbagai macam dilakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang
melibatkan banyak orang sebagai pekerja. Pada tahun 1500 BC khususnya
pada masa raja ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari
mediterania ke laut merah. Disamping itu, meminta para pekerja untuk
membuat “temple” Remeuseum.
Zaman Romawi. Para pakar seperti Lecretius, Martial, serta Vritivirus
mulai menunjukkan masalah kesehatan yang disebabkan oleh paparan zat
beracun dari lingkungan kerja seperti timbal dan belerang.

4
Abad Pertengahan. Pada abad pertengahan, pembayaran sudah
dilakukan kepada pekerja yang mengalami kecelakaan.
Abad Ke-18. Pada masa ini seseorang ahli bernama Bernardino
Ramazzini (1664-1714) dari Universitas Modena di Italia,menulis dalam
bukunya yang terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik
ini dijadikan referensi oleh para Ahli K3 sampai sekarang). Pada jaman ini
melihat bahwa dokter-dokter di masa itu jarang melihat hubungan antar
pekerjaan dan penyakit. Ramazzini melihat bahwa ada dua aspek utama
yang menyebabkan penyakit akibat kerja yaitu bahaya yang melekat pada
bahan yang digunakan saat bekerja dan adanya gerakan-gerakan ganjal
yang dilakukan para pekerja saat bekerja.
Zaman Revolusi Industri. Di zaman ini hal yang mendorong
perkembangan K3 yaitu : menggantikan tenaga hewan dengan mesin seperti
mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi, penggunaan mesin
sebagai pengganti tenaga manusia, pengenalan metode baru pada
penggunaan bahan baku (khususnya bidang industri kimia dan logam). Pada
zaman ini organisasi kerja juga berkembang lebih besar.
Era Industrialisasi. Dari zaman revolusi industri hingga pertengahan abad
ke-20 penggunaan teknologi semakin meningkat. Sebagai akibatnya, K3 juga
akan mengikuti perkembangan ini. Pengembangan pembuatan alat
pelindung diri, interlock serta perangkat pengaman lainnya.
Zaman Manajemen K3. Perkembangan zaman manajemen modern
dimulai dari tahun 1950-an sampai saat ini. Perkembangan ini dimulai
dengan teori Heinrich (1941) yang menyelidiki penyebab-penyebab
kecelakaan. Kecelakaan umumnya (85%) disebabkan oleh faktor manusia
serta kondisi kerja yang berbahaya.
Era Mendatang. Perkembangan K3 ke depan tidak hanya dipusatkan pada
masalah K3 yang hanya ada di lingkungan industri dan pekerja.
Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang berlaku untuk
masyarakat umum. Penerapan aspek-aspek K3 mulai mempengaruhi

5
seluruh bidang aktvitas kehidupan dan bermaksud untuk menjaga harkat dan
martabat manusia.
Sejarah K3 Di Indonesia. Tidak diketahui secara pasti kapan awal
perkembangan perlindungan tenaga kerja di Indonesia. Tetapi, diyakini
bahwa metode pengobatan asli telah digunakan untuk membantu korban
kecelakaan yang terjadi pada para petani, pekerja industri dan korban
perang antar kerajaan saat itu. K3 di Indonesia di mulai sebelum abad ke-17
dengan zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, masa
kemerdekaan, Orde lama, Orde baru, dan Orde reformasi.
Zaman sebelum abad 17 ( Kerajaan Di Indonesia). Di zaman ini tidak
diketahui secara pasti. Tetapi, penggunaan bahan alamiah yang
dipergunakan untuk prajurit yang terluka dan masuknya beberapa racun
alami untuk senjata adalah awal pengenalan K3.
Masa Kemerdekaan. Di masa kemerdekaan ini ditandai dengan
berdirinya suatu negara dan adanya dasar hukum yaitu UUD 1945 . Pada
pasal 27 ayat 2 UU yang menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Masa Orde lama – Masa Orde Baru. Di masa ini pemerintah Indonesia
mulai lebih memperhatikan pentingnya ketenagakerjaan, khususnya upaya
K3. Pada tahun 1957 Departemen Perburuhan dan Jawatan Keselamatan
Kerja yaitu dengan UU No.14 Tahun 1969 mengenai Ketenagakerjaan.
Kemudian pada tanggal 12 Januari 1970 lahirlah Undang-Undang
Keselamatan Kerja yaitu Dinas Higiene Perusahaan dan Sanitasi Umum
serta seminar tentang Higiene Perusahaan. Ditinjau dari istilah Higiene yang
dipakai, fokusnya adalah pada lingkungan kerja serta kesehatan pekerja, dan
unsur keselamatan kerja belum muncul. Departemen Tenaga Kerja lebih
bertanggung jawab pada pelaksanaan K3, meskipun di awal tahun 2000-an
yaitu 2003 K3 Mulai memperoleh perhatian dari Departemen Kesehatan.
Mulai berkembang K3 berbasis Manajemen menggunakan Sistem
Manajemen K3.

6
Era Reformasi. Di zaman ini jaminan K3 bukan hanya tanggung jawab
pemerintah pusat, tetapi pemerintah daerah pun wajib memberikan jaminan
K3. K3 mulai berkembang tidak hanya di perusahaan tetapi juga di tempat
kerja contohnya rumah sakit. Perkembangan K3 di dunia yang
mengutamakan manajemen berkembang disini dan mulai mengikuti standar
internasional.
Masa Mendatang. Perkembangan K3 di dunia ke depan juga akan
mendorong perkembangan K3 di Indonesia. Pelaksanaan K3 yang masih
didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan dan ke depannya akan lebih
ditekankan pada kesadaran perilaku yang sehat dan selamat.

2.3 PENYEBAB DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


1. Penyebab Kecelakaan Kerja
a. Penyebab dasar
1) Faktor manusia atau pribadi, diantaranya:
a) Kurangnya kemampuan fisik, mental, serta psikologis
b) Kurangnya pengetahuan serta keterampilan
c) Tertekan
d) Motivasi yang tidak cukup atau keliru
2) Faktor kerja atau lingkungan, diantaranya:
a) Kepemimpinan dan pengawasan yang tidak
memadai
b) Penerapan yang tidak cukup
c) Pembelian atau pengadaan barang yang tidak
memadai
d) Perawatan yang tidak cukup
e) Alat-alat, perlengkapan atau barang-barang yang
tidak memadai
f) Standar kerja yang tidak memadai
g) Penyalahgunaan

7
b. Penyebab Langsung
1) Situasi berbahaya yaitu langkah yang mengakibatkan
kecelakaan, diantaranya (Budiono,Sugeng, 2003) :
a) Perangkat keamanan atau pelindung yang tidak
mencukupi atau tidak memadai
b) Bahan dan peralatan rusak
c) Terlalu padat
d) Prosedur tanda peringatan yang tidak memadai
e) Bahaya kebakaran serta ledakan
f) Kerapihan atau tata letak yang buruk
g) Kawasan risiko tinggi atau beracun: gas, debu, asap,
uap, dll
h) Ribut
i) Paparan radiasi
j) Ventilasi dan pencahayaan yang tidak memadai
2) Tindakan berbahaya yaitu tingkah laku, aktivitas atau
kegiatan yang mengakibatkan kecelakaan, diantaranya:
(Budiono, Sugeng, 2003) :
a) Memakai alat atau perlengkapan tanpa izin
b) Gagal dalam memberi peringatan
c) Gagal dalam mengamankan
d) Bekerja dengan kecepatan yang salah
e) Membuat peralatan keselamatan tidak
berfungsi
f) Memindahkan peralatan keselamatan
g) Memakai peralatan yang rusak
h) Memakai peralatan dengan cara yang salah
i) Pemakaian alat pelindung diri yang tidak tepat

8
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan Kecelakaan Kerja harus menjadi prioritas utama. Tujuan


utamanya adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang
menyebabkan cedera dan kerusakan properti.

Pengendalian Kecelakaan Kerja dapat dilakukan menggunakan beberapa


pendekatan diantaranya:

1) Pendekatan Energi
Pendekatan Energi untuk mencegah kecelakaan dilakukan
dengan melihat tiga poin diantaranya:
a. Pengendalian di Sumber Bahaya. Bahaya merupakan
penyebab kecelakaan dan dapat dikendalikan langsung
pada sumbernya dengan pengendalian secara teknis atau
administratif.
b. Pendekatan Jalur Energi. Pendekatan ini bisa dilakukan
dengan menembus jalur energi sehingga kekuatan energi
yang mengalir melalui penerima bisa dikurangi.
c. Pengendalian Pada Penerima. Pendekatan Ini dilakukan
melalui pengendalian terhadap penerima seperti manusia,
benda ataupun bahan-bahan. Pendekatan ini bisa
digunakan ketika sumber energi atau jalannya energi tidak
bisa dilakukan secara efektif.
2) Pendekatan Manusia
Berbagai pendekatan dan program K3 telah dilaksanakan
untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian tentang K3
diantaranya :
a. Training
b. Promosi K3

9
c. Pengembangan Sikap Aman
d. Pemantauan serta Pemeriksaan K3
e. Audit K3
f. Komunikasi K3
g. Pengembangan Mekanisme Kerja yang Aman
3) Pendekatan Teknis
Upaya keselamatan yang dilakukan untuk menghindari
kecelakaan yang bersifat teknis, diantaranya:
a. Desain dan kontruksi aman yang memenuhi persyaratan
teknis serta standar yang berlaku untuk memastikan
kebaikan instansi atau alat-alat kerja.
b. Sistem keamanan pada alat-alat serta intansi untuk
menghindari kecelakaan saat mengoperasikan alat atau
intansi.
4) Pendekatan manajemen
Pendekatan secara manajemen bisa dilaksanakan dengan
beberapa cara, diantaranya:
a. Pengaturan waktu dan jam kerja untuk mengurangi
kelelahan serta bahaya.
b. Menyediakan peralatan keselamatan kerja.
c. Meningkatkan serta menetapkan mekanisme dan
peraturan mengenai K3
d. Mengelola pola kerja, sistem produksi serta proses kerja.
5) Pendekatan Manajemen
Upaya yang dilakukan diantaranya:
a. Melaksanakan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3).
b. Pengembangan Organisasi K3 yang efektif
c. Pengembangan kepemimpinan dan komitmen dalam K3,
terutama untuk manajemen tingkat atas.

10
3. Alat Pelindung Diri
Pelindung (barrier) biasa disebut sebagai alat pelindung diri atau
(APD) yang sudah dipergunakan selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada petugas
kesehatan.
Secara umum alat pelindung diri terdiri atas beberapa macam
diantaranya:
a. Sarung tangan
Melindungi tangan dari zat yang bisa menginfeksi penyakit serta
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan adalah penghalang fisik utama buat
mencegah penyebaran infeksi.
b. Masker
Masker digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari percikan
darah dan cairan tubuh lainnya selama petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, bersin, dan batuk.
c. Alat pelindung mata
Pelindung mata terdiri dari kacamata plastik bening, kacamata
pengaman, pelindung wajah, serta visor. Petugas kesehatan harus
memakai masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi jika
secara tidak sengaja mereka memercikkan cairan kearah wajah.
Petugas kesehatan dapat memakai kacamata pelindung atau kacamata
biasa serta masker bila tidak tersedia pelindung wajah.
d. Topi
Digunakan untuk menutupi rambut dan kulit kepala untuk mencegah
kulit kepala dan rambut masuk ke dalam luka selama operasi. Topi
harus cukup besar untuk menutupi seluruh rambut. Meskipun topi bisa
memberikan perlindungan untuk pasien tetapi tujuan utamanya untuk
melindungi pemakainya dari tetesan darah atau cairan tubuh.

11
e. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa dan
seragam lain ketika merawat pasien dengan dugaan menderita penyakit
menular melalui percikan dan udara. Tujuan utama menggunakan gaun
pelindung adalah untuk melindungi pakaian dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi pernapasan.
f. Apron
Alat yang terbuat dari karet atau plastik adalah penghalang tahan air
yang menutupi seluruh bagian depan tubuh petugas kesehatan.
Petugas kesehatan wajib menggunakan apron di bawah gaun saat
melakukan perawatan pasien langsung, membersihkan pasien, dan
melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh
atau sekresi.
g. Pelindung kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera dampak
benda tajam atau berat yang mungkin secara tidak sengaja menimpa
kaki. Oleh karena itu, sandal jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan
kain tidak boleh digunakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup
memberikan perlindungan yang lebih kuat, tetapi harus dijaga tetap
bersih dan bebas dari darah dan cairan tubuh lainnya.

2.4 PENGENDALIAN HYGIENE DAN KESEHATAN KERJA

Pengendalian hygiene dan kesehatan merupakan seluruh tindakan yang


dilakukan untuk melindungi kesehatan tenaga kerja dan yang lainnya dari
bahaya yang mungkin muncul sehubungan dengan operasional
perusahaan. Aktivitas ini terbatas tidak hanya pada diagnosis dan
pengobatan penyakit akibat kerja, tetapi juga upaya yang dibutuhkan
untuk melindungi tenaga kerja dari penyakit.

12
a) Identifikasi Bahaya Terhadap Kesehatan
Pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya terhadap kesehatan di
tempat kerja harus dilakukan dengan resmi,terencana,menyeluruh
dan akurat. Cara ini bisa dilakukan melalui pemeriksaan, observasi
kerja, survei dan evaluasi teknis, dan pemantauan terhadap
penggadaan material serta kontrak kerja.
Cedera terhadap pekerja bisa diakibatkan oleh bahaya bahan
kimia, fisik, biologis, ergonomi atau psikologis, atau kombinasi dari
semuanya. Kondisi lingkungan yang buruk juga dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja, seperti suhu panas atau dingin,
pencahayaan yang buruk, ribut, atau pengaturan waktu kerja yang
tidak baik.
b) Pengendalian Bahaya
Jika diketahui adanya bahaya, tindakan harus segera dambil untuk
mengendalikan dampaknya terhadap pekerja. Menghilangkan
sumber bahayanya merupakan cara yang terbaik.
Misalnya, mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya, menambah penerangan, menambah teknologi untuk
menghilangkan bahaya kebisingan dan getaran.
Jika bahaya tidak dapat dihilangkan hingga pada tingkat yang
aman, peralatan pelindung diri yang dirancang khusus harus
disediakan sebagai upaya terakhir.

2.5 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) didefinisikan sebagai:


1. Perawatan darurat sampai kedatangan staf medis atau perawat.
2. Pengobatan luka ringan yang tidak memerlukan pengobatan dan
perawatan medis.

13
Fasilitas pertolongan pertama yang diberikan tercantum dalam Health and
Safety Regulation 1981, dan informasi lebih rinci disediakan di Approved
Code of Practice and Guidance ‘First aid at work’, publikasi HSE L 74.
Sarannya adalah:

1. Jangkauan fasilitas kesehatan tergantung pada risiko yang dihadapi,


misalnya, semakin tinggi risiko, semakin luas jangkauan fasilitas.
2. Jumlah petugas pertolongan pertama harus cukup untuk setiap 50
pekerja berisiko rendah. Jika risiko kerja meningkat, maka
perbandingan antara jumlah pekerja dan petugas P3K disesuaikan.
3. Harus terdapat ruang P3K jika:
a. Lokasi berbahaya
b. Lokasinya jauh dari rumah sakit misalnya di daerah pedesaan.
c. Sulit untuk masuk ke rumah sakit atau dokter, seperti di daerah
dengan lalu lintas yang padat.
d. Jumlah orang yang dipekerjakan di lokasi ini membutuhkannya.
4. Pekerja yang bekerja jauh dari pusat:
a. Jika lingkungan kerja berisiko rendah, fasilitas kesehatan tidak
diperlukan.
b. Jika area kerja berada di lahan atasan lain, gunakanlah fasilitas
sekitar.
c. Jika lingkungan kerja berisiko tinggi atau akses fasilitas
pertolongan pertama tidak ditemukan. Maka, kotak P3K perlu
dibawa.
5. Kotak P3K harus:
a. Kuat untuk melindungi isinya.
b. Bisa diisi ulang.
c. Berisi kartu panduan pertolongan pertama kecelakaan.
d. Berlaku hanya untuk perabotan P3K, tidak berlaku untuk
perabotan lainnya.

14
6. Jika beberapa majikan menempati satu bangunan atau lahan, mereka
dapat menyediakan fasilitas bersama.
7. Pekerja perlu mengetahui informasi tentang fasilitas pertolongan
pertama dan lokasinya.
8. Setelah mendapat izin untuk masuk ke lingkungan perusahaan,
fasilitas P3K harus mudah ditemukan dan digunakan oleh para tamu,
kontraktor, dan lainnya.
9. Jika ada ruang P3K, ruangan tersebut harus:
a. Dibawah pengawasan petugas P3K atau perawat.
b. Petugas P3K tersedia selama ada orang yang bekerja di lahan
yang bersangkutan.
c. Jika petugas P3K tidak berada di tempat, petugas pengganti
yang akan bertanggung jawab untuk setiap tindakan P3K.
d. Ambulans mudah dijangkau.
e. Cukup besar untuk menempatkan tempat tidur.
f. Memiliki pintu yang cukup besar untuk dilalui kursi roda.
g. Dirancang untuk memudahkan membersihkan permukaan.
h. Ada air panas dan dingin untuk mencuci.
i. Mudah untuk di identifikasi.
j. Menyediakan tempat untuk petugas P3K.
k. Dilengkapi dengan buku penatalaksanaan yang berupa buku
kegiatan harian perusahaan untuk mencatat penatalaksanaan
yang dilakukan.
10. Petugas P3K wajib:
a. Dilatih pada pelatihan yang sudah disetujui oleh HSE.
b. Sudah menerima pelatihan tertentu jika terdapat bahaya
khusus yang timbul.
c. Menulis seluruh penatalaksanaan yang diberikan.
d. Mengambil pelatihan secara teratur.

15
2.6 PERAN RUMAH SAKIT DALAM K3
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang padat akan
usaha, teknologi, serta padat karya dalam pekerjaan sehari-hari
melibatkan sumberdaya manusia menggunakan banyak jenis keahlian.
Cakupan serta kualitas pelayanan medis sangat tergantung pada
kemampuan dan kualitas tenaga di fasilitas kesehatan tersebut.
Penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
sangatlah perlu mendapatkan perhatian sangat serius oleh karena itu
pelayanan kesehatan ini bersifat continuum. Perhatian terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja bukan hanya kepada pengguna rumah
sakit seperti pasien, pengunjung rumah sakit, dan tenaga pelayanan
kesehatan tetapi juga pada pelaksana dan pengelola rumah sakit. Agar
terlindunginya keselamatan kerja para pengelola rumah sakit, penyedia
pelayanan maupun pengguna rumah sakit. Maka, bangunan serta
lingkungan rumah sakit juga perlu mendapat perhatian. Rumah sakit
nantinya dapat melayani rujukan pasien akibat kecelakaan kerja di
institusi pelayanan kesehatan di kawasannya. Rumah sakit ini
diharapkan pula sebagai gate keeper untuk memilah pelayanan medik
dasar atas kecelakaan kerja dan menyalurkan kepada pelayanan medik
khusus yang dilakukan oleh dokter spesialis sebagai pelayanan medis.
Pelayanan medik dasar di rumah sakit akan melindungi kepentingan
masyarakat dari pelayanan medis khusus yang sebenarnya tidak
diperlukan sesuai dengan kondisi penyakitnya. Pelayanan medik dasar
akan melindungi dokter ahli dalam melaksanakan profesinya untuk
mempertahankan dan meningkatkan keahlian mereka karena tidak
terjebak dalam pelayanan medik dasar.

16
2.7 MANFAAT SISTEM MANAJEMEN K3

Manfaat penerapan sistem manajemen K3:

1. Perlindungan Karyawan
Tujuan utama menerapkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja adalah untuk melindungi karyawan. Pengaruh
positif terbesar yang dapat dicapai adalah penurunan angka
kecelakaan. Dengan adanya jaminan keamanan, keselamatan,
serta kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan memberikan
kepuasan dan meningkatkan kedisiplinan mereka kepada
perusahaan.
2. Memperlihatkan kepatuhan terhadap peraturan dan undang-
undang
Banyak organisasi yang mematuhi peraturan telah membuktikan
keberadaan mereka dalam beberapa tahun. Kita dapat melihat
bagaimana pengaruh buruk yang di dapat bagi perusahaan yang
mengabaikan peraturan dan undang-undang, seperti citra yang
buruk, tuntutan hukum dari pemerintah, sering mengalami
permasalahan dengan tenaga kerjanya semua itu tentunya akan
menyebabkan kebangkrutan. Dengan memperkenalkan sistem
manajemen K3, setidaknya suatu perusahaan telah
menunjukkan niat baik untuk mematuhi peraturan dan undang-
undang sehingga dapat beroperasi secara normal tanpa
menghadapi masalah dalam ketenagakerjaan.
3. Mengurangi Biaya
Serupa dengan prinsip dasar sistem manajemen pada
umumnya, sistem manajemen K3 juga mencegah
ketidakpatuhan. Dengan sistem ini, kecelakaan, kerusakan, dan
penyakit akibat kerja dapat dicegah. Artinya, kita tidak perlu
menanggung biaya suatu kejadian. Dalam jangka pendek,
penerapan sistem manajemen K3 akan membutuhkan biaya

17
yang besar. Apalagi jika kita juga melakukan proses sertifikasi
yang di audit setiap 6 bulan dan akan dikenakan biaya yang
harus dibayar. Namun, jika penerapan sistem manajemen K3
dilakukan dengan efektif dan penuh komitmen, nilai uang yang
dihasilkan akan jauh lebih rendah daripada biaya yang
dikeluarkan akibat kecelakaan kerja. Banyak perusahaan-
perusahaan yang mengeluarkan biaya premi asuransi jauh lebih
rendah dibandingkan sebelum menerapkan sistem manajemen
K3.
4. Membuat sistem manajemen yang efektif
Tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Hal dapat dicapai melalui sistem manajemen
perusahaan yang efektif.
Banyak variabel yang berkontribusi untuk terwujudnya sistem
manajemen yang efektif, disamping mutu, lingkungan,
keuntungan, teknologi informasi dan berita.
Salah satu bentuk nyata yang dapat kita lihat dalam menerapkan
sistem manajemen K3 adalah adanya prosedur yang
terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka semua
kegiatan yang terjadi akan tertata, terarah dan berada dalam
koridor yang teratur. Persyaratan perencanaan, evaluasi dan
tidak lanjut merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif.
Pengendalian dan pemantauan aspek penting menjadi
penekanan dan menambah nilai bagi organisasi.
Dengan adanya sistem maka hal itu akan dicegah sebelumnya
disamping kompetensi personal yang semakin meningkat dalam
mengetahui potensi ketidaksesuaian. Hal ini memungkinkan
organisasi untuk fokus pada peningkatan sistem manajemennya
daripada memperbaiki masalah yang terjadi.

18
5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Karyawan dengan jaminan keselamatan dan kesehatan kerjanya
akan berkerja lebih optimal yang tentunya mempengaruhi
produksi yang dihasilkan. Ini akan meningkatkan kualitas produk
dan layanan yang dihasilkan sebelum dilakukan penerapan.
Selain itu, pengakuan penerapan sistem manajemen K3 akan
meningkatkan citra kinerja organisasi dan tentunya akan
meningkatkan kepercayaan pelanggan.

2.8 ARTI PENTING DAN PRINSIP DASAR K3 DALAM MENGELOLA


HAZARDS

1. Arti penting K3 dalam mengelola hazards


Tingginya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, pengusaha, dan pekerja
serta keluarganya tidak lagi dapat diterima secara sosial. Oleh
karena itu, perlu tindakan dengan pendekatan untuk mengurangi
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang masih tinggi
tersebut.
Ilmu K3 adalah ilmu yang mempelajari kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Tujuan utamanya adalah mengembangkan program
Kesehatan dan keselamatan kerja untuk menciptakan suatu
lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Efek berantai dari
pencapaian tujuan program ini adalah melindungi tenaga kerja,
anggota keluarga, dan masyarakat, fasilitas atau pabrik dan
masyarakat yang terkena dampak lingkungan kerja.
2. Prinsip dasar K3 dalam mengelola hazards:
1) Semua pekerja memiliki hak.
Sebagaimana dinyatakan pada Konferensi Perburuhan
Internasional 1984, seluruh tenaga kerja memiliki hak-hak
berikut:

19
a. Pekerjaan harus dilakukan di lingkungan kerja yang aman
dan sehat.
b. Kondisi kerja harus sesuai dengan martabat manusia dan
kesejahteraan tenaga kerja.
c. Pekerjaan memberikan kesempatan untuk pencapaian
pribadi, pemenuhan diri, dan pelayanan kepada masyarakat.
2) Penetapan kebijakan K3.
Penerapan kebijakan K3 ada di tingkat pemerintah dan
perusahaan. Dalam hal ini, manajemen perlu menetapkan
kebijakan K3 untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan
dalam menjalankan usaha.
3) Adanya kebutuhan konsultasi.
Prinsip ini menyatakan bahwa konsultasi antara mitra sosial
(pekerja dan pengusaha) dan pemangku kepentingan yang
diperlukan. Konsultasi ini harus dilaksanakan selama
pengembangan, implementasi, dan peninjauan pedoman
program K3.
4) Pencegahan dan perlindungan harus menjadi tujuan dari
kebijakan dan program K3.
Upaya pencegahan di tingkat lingkungan kerja serta tempat
kerja yang harus direncanakan dengan aman dan sehat.
5) Informasi sangat penting untuk pengembangan
implementasi kebijakan dan program yang efektif.
Pengumpulan informasi bahaya dan penyebaran yang
akurat, pemantauan lingkungan kerja, pemantauan
kebijakan dan praktik, serta kegiatan penting dan
penerapan pedoman program K3 yang efektif.
6) Promosi kesehatan merupakan hal penting dalam
pelaksanaan K3.

20
Prinsip ini menyatakan bahwa upaya terus-menerus harus
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan
sosial perkerja.
7) Layanan kesehatan kerja untuk semua pekerja harus
tersedia.
Idealnya, semua pekerja pada semua kategori ekonomi
harus memiliki akses pelayanan medis yang ditunjukan
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan serta
meningkatkan kondisi kerja.
8) Layanan kompensasi, rehabilitasi, dan kuratif harus tersedia
bagi pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja,
penyakit akibat kerja, atau gangguan akibat kerja.
Tindakan harus diambil untuk meminimalkan dampak dari
bahaya kerja.
9) Pendidikan dan pelatihan merupakan komponen vital
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Prinsip ini memiliki arti bahwa pekerja,pengusaha,dan
pemerintah memiliki tanggung jawab serta kewajiban
tertentu. Misalnya, pekerja harus mengikuti prosedur kerja
yang telah ditetapkan, pengusaha perlu menyediakan akses
ke lingkungan kerja yang aman, pemerintah secara teratur
meninjau dan mengkomunikasikan pedoman kesehatan
dan keselamatan kerja.
10) Kebijakan harus ditegakkan.
Sistem inspeksi perlu dikembangkan untuk memastikan
kepatuhan terhadap pedoman dan peraturan kesehatan
dan keselamatan kerja.

21
2.9 LANDASAN HUKUM REGULASI K3

Landasan hukum adalah perlindungan nasional terhadap masyarakat dan


karyawan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Berikut ini adalah
peraturan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3):

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


dan kesehatan kerja
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 mengenai Ketenaga
kerjaan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1967 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Tata
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 mengenai Tata
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984 yang
merupakan penyempurnaan Menteri Tenaga Kerja Nomor 125
Tahun 1982 tentang Pembentukan Susunan dan Tata Cara
DK3N,DK3W,dan P2K3,pelaksanaan dari Undang-undang
Keselamatan Kerja.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 tentang
Tata Cara Penunjukan,Kewajiban,dan Wewenang Ahli K3.
10. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 mengenai Penyakit
yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan menjadi suatu


pemikiran serta upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani atau rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya serta
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
b. Sejarah perkembangan K3 di dunia dimulai dari zaman pra-
sejarah hingga zaman modern. Pada zaman batu dan gowa
manusia yang hidup pada zaman ini sudah dimulai membuat
kapak dan tombak yang gampang untuk digunakan dan tidak
membahayakan bagi mereka ketika digunakan. Pada abad
pertengahan sudah dilakukan pembayaran untuk pekerja yang
mengalami kecelakaan. Pada masa reformasi, jaminan K3 bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah
daerah pun mempunyai kewajiban untuk memberikan jaminan K3.
c. Penyebab kecelakaan kerja terbagi menjadi 2 yaitu penyebab
dasar dan penyebab langsung. Dimana penyebab dasar terjadi
karena faktor manusia dan faktor lingkungan serta penyebab
langsung terjadi karena kondisi berbahaya dan tindakan
berbahaya.
Pencegahan kecelakaan kerja dilakukan dengan menggunakan 5
pendekatan yaitu pendekatan energi, manusia, teknis, administratif
dan manajemen.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. (2002). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:


Universitas Indonesia(UI-Press)

Irwan. (2021). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Zahir Publishing

Redjeki, Sri. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Pusdik


SDM Kesehatan

Rijanto,Boedi. (2010). Pedoman Praktis Keselamatan,Kesehatan Kerja dan


Lingkungan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Ridley, John. (2004). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja(edisi


ketiga). (S. Astranto, Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga

Siyoto, Sandu dan Erma Retnaningtyas. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan

Suardi, Rudi. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta: Penerbit PPM

Sanyoto, Aris. (2012). K3 Radiasi Nuklir. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Sujoso, Anita. (2012). Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jember: UPT Penerbitan UNEJ

Tribowo, Cecep dan Mitha Erlisya Pusphandani. (2013). Kesehatan


Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha Medika

24

Anda mungkin juga menyukai