Anda di halaman 1dari 34

HIGIENE INDUSTRI DAN LIMBAH

PT. SALIM IVOMAS PRATAMA


TANJUNG PRIOK, INDONESIA

DISUSUN OLEH :
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

dr. Ardio Rizky Tansil, Tan


dr. Caroline Yunita Rudyarti
dr. Ferdinanto
dr. Freddy Dinata
dr. Goldi Kristian
dr. Jessen Lusman
dr. Monica Leonardi
dr. Myrna Adiwijaya
dr. Nico Adi Saputra
dr. Radius Kusuma
dr. Sheilla Yovita Harsono
dr. Vanessa Mangkusaputra

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


ILUNI FK UNIKA ATMA JAYA MIRACLE CONSULTANT
21-26 Januari 2016
JAKARTA
DAFTAR ISI
1

ANGGOTA KELOMPOK.........................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Tujuan Kunjungan....................................................................................................4
1.3 Profile PT.................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................6
2.2 Lingkungan kerja sehat............................................................................................6
2.3 Faktor-faktor Higiene Perusahaan............................................................................6
2.3.1 Faktor Fisik...............................................................................................6
2.3.2 Faktor Biologi.........................................................................................16
2.3.3 Faktor Kimia...........................................................................................17
2.3.4 Faktor Psikologi......................................................................................19
2.3.5 Alat Pelindung Diri.................................................................................20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................24
3.1 Alur Produksi.........................................................................................................24
3.2 Faktor Fisik............................................................................................................25
3.2.1 Kebisingan...............................................................................................27
3.2.2 Vibrasi.....................................................................................................27
3.2.3 Iklim Kerja..............................................................................................29
3.2.4 Pencahayaan............................................................................................29
3.3 Faktor Radiasi........................................................................................................30
3.4 Faktor Kimia..........................................................................................................30
3.5 Faktor Biologi........................................................................................................31
3.6 Faktor Psikologi.....................................................................................................32
3.7 Pemakaian Alat Pelindung Diri..............................................................................33
3.8 Pengolahan Limbah Perusahaan............................................................................34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................35

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini banyak kasus-kasus yang terjadi di sebuah
perusahaan mengenai lalainya perusahaan tersebut akan kesehatan dan keselamatan
para pekerja pekerjanya. Padahal, dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-harinya
karyawan/pekerja di sektor industri maupun perkantoran, akan memiliki resiko
bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai
yang paling berat, tergantung dengan jenis pekerjaannya. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep K3 didalam dunia usaha khususnya dibidang industri bertujuan
untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat aktivitas kerja dan timbulnya
penyakit akibat kerja terhadap tenaga kerja di tempat kerja serta mencegah timbulnya
kerugian lain akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan termasuk didalamnya
masalah kenyamanan, keamanan, dan kesehatan lingkungan kerja dan sekitarnya. Halhal tersebut merupakan poin penting dan higiene perusahaan atau industri sebagai
salah satu program K3.
Higiene Perusahaan atau industri sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene
beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Di masa sekarang setiap perusahaan saling bersaing untuk memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja didalam produktivitas kerja sehari-hari demi
meningkatkan hasil produksi karena tuntutan era globalisasi yang sedang marak
menjadi isu masyarakat ekonomi internasional. Dengan alasan tersebut alasan dalam
negeri harus meningkatkan kualitas perusahaannya baik dari segi produk yang
dihasilkan maupun dari sektor tenaga kerta dengan tidak mengesampingkan
keselamatan dan kesehatan kerja.

Negara Indonesia telah mencanangkan tanggal 12 Januari sebagai hari


peringatan kesehatan dan keselamatan kerja nasional (hari K3 nasional). Untuk itu,
penanganan terhadap higiene perusahaan harus di optimalkan dari segi hazard
(bahaya) yang dapat ditimbulkan dari proses produksi antara lain faktor kimia, fisika,
dan biologi serta penyediaan alat pelindung diri (APD) secara cuma-cuma bagi setiap
tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan resiko kerja yang mungkin muncul.
Pada hari Senin, tanggal 25 Januari 2016 peserta Pelatihan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja telah melakukan kunjungan dan pengamatan ke PT Salim Ivomas
Pratama Tbk., yakni perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit, yang terletak di
Tanjung Priok. Dalam kunjungan ini kami melakukan pengamatan dan pembelajaran
mengenai managemen perusahaan dalam higiene perusahaan.
1.2.

Tujuan Kunjungan
Peserta Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat menerapkan secara
langsung materi training yang telah didapatkan dengan cara mengobservasi,
mengamati, menganalisa, serta memberikan saran dan kritik terhadap managemen
perusahaan, khususnya mengenai higiene perusahaan.

1.3.

Profile PT Asia Dwimitra Industri


Alamat : Jl. Industri No. 1, Jakarta utara, Jakarta. 14310.
Jumlah tenaga kerja: 460 orang (update tahun 2012).
Berdiri sejak tahun 1970, pabrik Tanjung Priok berdiri sejak 2010.
Luas tanah : 47.955m2
Jenis usaha: Industri makanan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
4

2.1 Definisi
Hiperkes menurut Undang Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga
Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian
pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara
dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik
sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat
kesehatan bagi tenaga kerja.
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit
kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta
lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar
dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggitingginya
1.2.

Faktor-faktor Higiene Perusahaan

1.2.1. Faktor Fisik


1.1.1.1.

Bising
Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan oleh pendengaran manusia atau bentuk
suara apapun yang terjadi secara tidak alamiah. Suara yang tidak enak didengar
terjadi akibat tumbukan yang tidak wajar atau berulang. Bising tidak bisa
dipisahkan dari industrialisasi, karena hampir seluruh proses produksi
menimbulkan bising. Karakteristik bising ditentukan oleh frekuensi dan
intensitasnya.
1. Frekuensi
Adalah jumlah flutktuasi yang terjadi pada satu waktu. Satuan yang digunakan
adalah siklus per detik atau Hertz (Hz). Rentang frekuensi yang dapat didengar
oleh manusia adalah 20-20.000 Hz, sedangkan pada percakapan biasanya
frekuensi berkisar antara 250-4000 Hz. Bunyi dengan frekuensi di bawah 20
Hz disebut infrasonik sedangkan yang di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik.

2. Intensitas Suara
Adalah besarnya energi yang digetarkan partikel udara yang ditangkap oleh
telinga. Intensitas bunyi dinyatakan dalam besarnya energi per unit waktu atau
dapat dinyatakan dalam N/m2 (Pascal). Telinga manusia memiliki ambang
didengar terendah 0.00002 Pascal dan tertinggi 200 Pascal/ 140 dB.
Jenis-jenis bising: bising terus menerus/ kontinyu, bising terputus-putus/
fluktuasi dan bising impulsive/ impact. Berikut adalah tabel standar kebisingan
menurut kepmenaker No.15/MEN/1999.
Standar Kebisingan menurut Kepmenaker No.51/MEN/1999
Waktu Pemajanan per
hari

Satuan

Intensitas

8
4
2
1

Jam

85
88
91
94

30
15
7.5
3.75
1.88
0.94

Menit

97
100
103
106
109
112

28.12
14.06
7.03
3.52
1.76

Detik

115
118
121
124
127

Kebisingan dan Kesehatan


Pengaruh utama kepada kesehatan yaitu ketulian progresif dan sangat
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Efek kebisingan
biasanya bersifat sementara, tetapi apabila terpapar dengan kebisingan terus
menerus dapat mengakibatkan kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak
dapat pulih kembali. Ketulian biasa dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan
kemudian meningkat dan meluas ke frekuensi sekitarnya hingga pada akhirnya
penderita tidak mampu mendengar suara atau bunyi pada frekuensi untuk
6

percakapan. Adapun nilai ambang batas (NAB) kebisingan di Indonesia adalah


sebesar 85 dB untuk 8 jam kerja per hari.
Kebisingan dan Produktivitas Kerja
Terdapat efek negatif kebisingan yang merugikan terhadap produktifitas kerja:
1. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran tergantung pada jenis dan intensitas suatu
kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu,
lebih-lebih yang terputus-putus atau datangnya secara tiba-tiba dan tak terduga
serta sangat peka apabila sumber kebisingan tersebut sama sekali tidak
diketahui.
2. Gangguan komunikasi dalam pembicaraan
Risiko pada pendengaran juga terjadi apabila komunikasi pembicaraan
harus dijalankan dengan cara berteriak. Gangguan komunikasi ini juga dapat
menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan mungkin akan terjadi kesalahan
dan kecelakaan kerja terutama pada tenaga kerja baru. Pengaruh pada
komunikasi dengan pembicaraan dapat dilakukan dengan mengukur rata-rata
intensitas iktaf antara 600-1200, 1200-2400, 2400-4800 Hz.
3. Efek pada pekerjaan
Kebisingan akan mengganggu konsentrasi pekerjaan, terutama nada
tinggi dapat menimbulkan reaksi psikologis dan kelelahan. Pada pekerjaan
yang lebih banyak berpikir, kebisingan sebaiknya ditekan serendah-rendahnya.
4. Reaksi masyarakat
Pengaruhnya akan besar apabila kebisingan akibat suatu proses
produksi sudah demikian hebatnya sehingga masyarakat di sekitar memprotes
agar kegiatan tersebut segera dihentikan. Intensitas kebisingan dari perusahaan
ke masyarakat dapat ditinjau dari berbagai faktor antara lain perbandingan
kebisingan akibat adanya perusahaan dan terhadap kebisingan yang ada
sebelumnya di masyarakat, keadaan masyarakat kota atau desa, dan waktu
terjadinya kebisingan (siang atau malam).
5. Efek kebisingan terhadap fungsi tubuh yang lain
Pengaruh

kebisingan

selain

pendengaran

dapat

menyebabkan

peningkatan tekanan darah, dan mengubah fungsi tubuh yang penting lainnya
seperti perubahan pada sekresi hormone hipofisis, perubahan pada reaksi
7

imunologi tubuh, dan peningkatan sensitifitas terhadap epinefrin dan nor


epinefrin pada system vaskuler. Beberapa penelitian melaporkan bahwa para
pekerja di industry yang bising mempunyai insidensi tinggi mengalami
gangguan sirkulasi perifer dan jantung.
Pengendalian kebisingan
1. Secara teknis
a. Sumber: dengan cara isolasi, substitusi, silencer, barriers
b. Sebaran: dengan cara pemsangan ventilasi, exhaust fan, barrier
c. Penerima: dengan pemakaian APP
2. Secara administrasi
a. Rotasi tempat kerja
b. Memindahkan tenaga kerja dan tempat bising ke tempat tidak bising
c. Pengaturan waktu pengoperasian
d. Tes audiometri
3. Menggunakan APP (Alat Pelindung Pendengaran)
4. Pendidikan atau Hearing Konservasi Program
Pengukuran Kebisingan
Pengukuran pada: sumber, sebaran, penerima
Cara Pengukuran: di tempat bekerja setinggi telinga; menurut waktu: sesaat,
interval waktu, atau kontinu
Alat:
1. Sound Level Meter
2. SLM dan Octave band Analyser
3. Logging noise dosi meter
4. Impact sound level meter
5. Noise dose meter
2.2.1.2 Vibrasi
Vibrasi adalah gerakan bolak balik linier yang berlangsung dengan
cepat dari suatu objek terhadap suatu titik/kedudukan. Vibrasi merupakan suatu
faktor fisik yang bekerja pada manusia dengan penjalaran tenaga mekanik yang
berasal dari sumber-sumber goyangan.

Jenis-jenis vibrasi: getaran umum (whole body vibration) dan


getaran setempat (segmental vibration). Getaran umum adalah getaran yang
menjalar pada seluruh tubuh dalam posisi duduk di kursi atau berdiri pada alas
yang bergetar. Umumnya mempunyai frekuensi 1-80 Hz. Getaran setempat adalah
getaran yang terjadi pada tangan, terjadi karena getaran pada peralatan/mesin,
merambat pada tangan dan lengan. Umumnya mempunyai 8 Hz-1 kHz.
Parameter vibrasi, ditentukan oleh 3 hal pokok yaitu: lamanya waktu
pemaparan getaran terhadap tenaga kerja, frekuensi getaran, dan amplitudo dari
getaran. Tiga hal pokok tersebut mempengaruhi gangguan kesehatan tubuh yang
disebabkan oleh vibrasi. Efek vibrasi terhadap kesehatan, vibrasi seluruh tubuh
pada pemaran jangka pendek menyebabkan motion sickness, dan pandangan
kabur. Sedangkan pada pemaparan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada tulang persendian, gangguan pencernaan, efek pada tekanan darah,
dan gangguan fungsi reproduksi pada wanita.
Pemaparan jangka pendek getaran setempat, dapat menyebabkan
kelelahan, ketidaknyamanan saat bekerja dan produktivitas kerja berkurang,
sedangkan pada pemaparan jangka panjang dapat menyebabkan Raynaud
syndrome, degenerasi syaraf, hilangnya indera peraba, carpal tunnel syndrome,
dan terhentinya pertumbuhan otot.
Pengendalian whole body / hand arm vibration dapat berupa:

Mencegah / mengurangi pemaran vibrasi

Isolasi terhadap vibrasi: menjauhkan tenaga kerja dari sumber vibrasi


menggunakan penyekat (bantalan peredam), handel peralatan

Mengurangi waktu pemaran dengan rotasi kerja dan istirahat 10-15 menit
setiap 1 jam

Menggunakan sarung tangan untuk mengurangi pemaran hand arm vibration

2.2.1.3 Iklim Kerja


Iklim kerja sangat bepengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja. Iklim kerja
panas umumnya lenih banyak menimbulkan permasalahan bagi Negara tropis
seperti Indonesia dimana suhu dan kelembaban udara sehari-hari relative tinggi.
Permasalahan kesehatan dan ketidaknyamanan bekerja yang ditimbulkan oleh
iklim panas yang tidak terkendali dapat meningkatkan kecelakaan kerja dan
menurunkan produktivitas.
9

Sumber pemaparan panas di tempat kerja bisa berasal dari 2 sumber, yaitu:
-

Indoor

(di

dalam

gedung)

misalnya

pengecoran

logam,

industri

plastik/logam/gelas/karet/keramik, peralatan listrik, pembuatan makanan, dan


lain-lain.
-

Outdoor (di luar gedung) misalnya pertanian, konstruksi, pertambangan


terbuka, eksplorasi minyak, perikanan, perbaikan jalan, dan lain-lain.
Tubuh manusia mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang relative

konstan pada 37oC sebagai akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan
dalam tubuh karena metabolisme dan pertukaran panas antara tubuh dan
lingkungan. Panas tubuh yang belebihan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui
sirkulasi darah dalam tubuh yang berfungsi sebagai pendingin dan penguapan
dengan cara pengeluaran keringat.
Pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan terjadi melalui
konduksi, konveksi dan radiasi. Sedangkan panas metabolism tergantung pada
aktivitas tubuh dan keadaan suhu sekitar. Pemaparan panas yang berlebihan
disdertai dengan panas metabolism sebagai akibat aktivitas kerja akan
menimbulkan tekanan panas (heat stress). Tekanan panas ini disebbakan oleh
factor iklim (suhu udara, kelembaban, kecepatan gerak udara dan panas radiasi),
maupun non iklim (panas metabolism, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi)
Efek pemaparan iklim kerja diantaranya bisa terjadi gangguan pada
pekerjaan (tidak nyaman), gangguan kesehatan (Kepala pusing, mual, cepat lelah,
mata berkunang-kunang, heat rash, heat syncope, heat stroke, heat cramps).
Cara penilaian panas, yaitu:
-

WBGT index (Wet Bulb and Globe Temperature Index) = ISBB (Index Suhu
Basah dan Bola)

Rumus:
-

Indoor/Outdoor with no solar load (ACGIH)= 0,7 x WB + 0,3 x GT

Outdoor with solar load = 0,7 x WB + 0,2 x GT + 0,1 x DB

Keterangan:

10

WB (oC) : suhu basah alami, yaitu suhu yang diukur dengan thermometer yang
dibasahi dan ditiupkan udara.

GT (oC): suhu bola atau suhu radiasi, yaitu suhu yang diukur dengan
thermometer bola.

DB (oC): suhu kering, yaitu suhu udara yang diukur dengan thermometer.

Parameter

Alat

Suhu basah alami

Termometer suhu basah

Suhu udara kering

Termometer suhu kering

Suhu radiasi

Termometer suhu globe

Kecepatan gerak udara

Termometer/anemometer

Nilai Ambang Batas (NAB) / TLV berdasarkan kategori beban kerja :


-

Ringan : 200 kcal/jam

Sedang : 200-350 kcal/jam

Berat : 350-500 kcal/jam

NAB iklim kerja- Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan
ISBB (0C)

Pengaturan kerja setiap jam

Beban kerja
Waktu kerja

Waktu istirahat

Ringan

Sedang

Berat

Bekerja terus menerus

30,0

26,7

25,0

75% kerja

25% kerja

30,6

28,0

25,9

50% kerja

50% kerja

31,4

29,4

27,9

25% kerja

75% kerja

32,2

31,1

30,0

( 8 jam/hari)

Suhu basah alami (SBA)

: 24-300C

Suhu nyaman SBA

: 24-260C

Kelembaban

: 65-95%

Pengendalian suhu panas yaitu melalui;


-

Teknis

11

Mempercepat ventilasi udara

Water spray

Memberi ventiasi

Isolasi sumber panas (metal sheet)

Medis
o

Pemeriksaan kesehatan (pra, periodik, spesifik)

Aklimatisasi

Pemberian tablet NaCl dan air minum

Administrasi
o

Membatasi waktu pemaparan di tempat kerja panas

Penerapan siklus waktu istirahat

Penyediaan air minum pada tempat yang sesuai

Melakukan aklimatisasi terhadap panas

Secara umum
o

Training

Pemantauan tempat kerja

Medicalsurveillance

Spesifik kontrol

Engineering control

Administrasi

PPE

2.2.1.4 Pencahayaan
Salah satu faktor yang mungkin penting dari lingkungan kerja yang dapat
memberikan kepuasan dan produktivitas kepada pegawai/karyawan ialah adanya
penerangan yang baik. Penerangan yang baik dalam suatu pabrik/perusahaan akan
membantu terciptanya suatu tempat kerja yang aman, membantu dalam
melaksanakan kegiatan serta membantu dalam menghemat baik penglihatan
maupun tenaga serta membantu dalam memberikan semangat bekerja. Efisiensi
seorang operator dari tepat tidaknya dia melihat apa yang dia kerjakan, dan oleh
karena itu perlu diadakan perencanaan dan pemeliharaan mengenai system
penerangan dalam pabrik, sehingga dapat menambah keefektifan bekerja para
pekerja dan dapat memberikan keamanan yang lebih besar dibanding tempat yang
intensitas cahayanya kurang (gelap).
12

Pada umumnya manajer-manajer pabrik mengakui bagaimanapun juga


terdapat keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dicapai dengan adanya
penerangan yang baik. Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
adanya penerangan yang baik adalah :

Menaikkan produksi dan menekan biaya

Memperbesar ketepatan sehingga akan memperbaiki kualitas dari barang yang


dihasilkan

Meningkatkan pemeliharaan gedung dan keberhasilan pabrik secara umum

Mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi

Memudahkan pengamatan/pengawasan

Memperbaiki moral kerja

Lebih mudah untuk melihat, sehingga memudahkan untuk melanjutkan


kegiatan produksi oleh para pekerja terutama para pekerja yang telah memiliki
keterbatasan penglihatan (sudah tua, atau memiliki gangguan penglihatan, dll)

Penggunaan ruang lantai (floor space) yang lebih baik

Mengurangi turn over buruh/pegawai

Mengurangi terjadinya kerusakan dari barang-barang yang dikerjakan dan


mengurangi hasil yang perlu dikerjakan kembali.

Mengurangi terjadinya kerusakan dari barang-barang yang dikerjakan dan


mengurangi hasil yang perlu dikerjakan kembali.
Ciri penerangan yang baik :
A. Sinar/ cahaya yang cukup.
Penerangan yang cukup merupakan suatu fungsi dari beberapa variable yang
saling mempengaruhi dalam menentukan kemampuan kita kita untuk melihat.
Adapun variable-variabel tersebut ialah: besar suatu objek, waktu/kecepatan,
serta penerangan yang cukup. Besarnya suatu objek akan sangat menentukan
sekali kemampuan untuk dapat melihat dengan jelas, sedangkan untuk melihat
benda-benda berukuran kecil dibutuhkan tambahan penerangan yang lebih dari
pencahayaaan normal, sehinggah benda tersebut dapat dilihat lebih terinci.
Selain itu, untuk dapat melihat dan merinci benda berukuran kecil harus
menghabiskan waktu lebih lama apabila tidak terdapat cahaya yang cukup.
B. Sinar yang tidak berkilau atau menyilaukan.
13

Objek yang dilihat harus bebas dari sinar atau cahaya yang menyilaukan.
Cahaya yang menyilaukan ini dapat datang langsung dari sumber cahaya atau
dari pantulan cahaya. Lampu-lampu yang tidak memakai pelindung (kap) dan
lampu-lampu yang dilindungi secara tak tepat merupakan penyebab dari
munculnya cahaya yang dapat menyilaukan. Untuk mengurangi cahaya yang
menyilaukan, yaitu dengan cara menambah ketinggian objek yang dapat
memantulkan kembali cahaya tersebut serta dengan memasang pelindung
lampu dengan posisi yang tepat. Selain itu, para manager harus mampu
melakukan perbaikan tata letak fasilitas kerja yang disesuaikan dengan kondisi
pencahayaan ruangan agar tidak mengganggu pekerja akibat penerimaan
cahaya yang kurang atau akibat pantulan cahaya yang menyilaukan.
C. Tidak terdapat kontras yang tajam.
Setiap bagian (part) dari suatu objek akan mudah dibedakan dengan bagianbagian lain dan dari latar belakang sekelilingnya dalam terangnya cahaya yang
diperlukan, bila bagiaan itu dapat dilihat dengan mudah. Hendaknya kita harus
membuat kontras sedemikian rupa diantara satu objek dengan yang lainnya
serta

latar

belakang

yang

terdekat

untuk

dapat

dengan

mudah

membedakannya. Akan tetapi diusahakan agar kontras tersebut tidak


merupakan suatu kontras yang tajam, karena dapat mengakibatkan kelelahan
mata yang berlebihan. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan penambahan
tingkat penerangan cahaya pada tempat yang terjadi kontras yang berlebihan.
D. Cahaya Terang
Terangnya cahaya yang diperlukan oleh suatu benda bergantung pada
banyaknya cahaya yang dipantulkan dari benda tersebut ke mata pengamat/
penglihat. Banyaknya cahaya terang yang dibutuhkan untuk dapat melihat
dengan baik dan teliti adalah jauh lebih besar daripada banyaknya cahaya yang
diperlukan untuk memugkinkan dapat lekas bertindak (bekerja berdasarkan
kecerdikan saja). Penglihatan ke suatu bagian sering bergantug dari perbedaan
cahaya yang terang di antara bagian tersebut dengan latar belakangnya
(kontras). Perbedaan terangnya ini dapat dinyatakan sebagai rasio atau
perbandingan terangnya cahaya. Semakin besar rasio kontras yang tercipta,
maka akan memudahkan pekerja dalam melakukan pengamatan terhadap
14

benda tersebut. Untuk itu, penerangan hendaknya mempunyai cahaya terang


yang relatif seragam.
E. Distribusi Cahaya, Bayangan, dan Pemancaran Cahaya yang Merata
Pada umumnya distribusi penerangan yang merata akan sangat
membantu untuk terciptanya fleksibilitas lay out ruang kerja. Penerangan yang
tidak merata atau buram dapat menyebabkan mata lelah karena harus sering
melakukan penyesuaian terhadap kondisi ruangan yang memiliki cahaya tidak
merata. Di satu sisi mata melihat bagian yang terang namun di sisi yang lain
mata harus menyesuaikan diri saat melihat bagian yang gelap. Banyaknya
cahaya yang dipancarkan bervariasi antara bagian-bagian yang ada sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan seperti pembukuan dan tugastugas yang membutuhkan penglihatan yang kritis membutuhkan pemancaran
cahaya yang tinggi. Sedangkan untuk tugas-tugas yang fokus dengan
penglihatan membutuhkan pemancaran cahaya lebih tinggi lagi. Penerangan
yang terarah akan membantu menentukan tempat penyimpangan atau
kesalahan dan kerusakan.
Warna yang sesuai. Warna memiliki peranan yang penting dalam
menciptakan suatu kondisi lingkungan kerja yang kondusif. Penggunaan
warna yang sesuai dengan psikologis lingkungan kerja adalah sangat baik
mengingat pekerjaan yang dilakukan menghabiskan waktu yang sama pada
tempat atau lokasi yang tetap. Selain itu penggunaan warna yang tepat juga
dapat mengurangi pantulan-pantulan cahaya atau cahaya-cahaya yang pudar
akibat warna yang tidak terang. Dengan demikian perlu dilakukan penyesuaian
antara warna yang di ruangan dengan kondisi kerja yang ada.
2.2.2

Faktor Biologi
Faktor biologi memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit
akibat kerja (PAK). Hal ini berdasarkan hukum, yaitu; 1) UU no.1/1970
tentang keselamatan kerja, 2) Permenakertrans no.1/1981 tentang kewajiban
melapor PAK. 3) Kepres no.22/1993 tentang penyakit yang timbul akibat kerja
akibat faktor biologi sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko
kontaminan khusus.
15

Faktor biologi (biological hazard) sendiri didefinisikan sebagai semua


bentuk kehidupan atau makhluk hidup dan produknya yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan, hal ini dapat berupa bakteri,
virus, jamur, parasit maupun mikroorganisme lainnya.
Bahaya timbulnya penyakit akibat kerja bila dipandang dari faktor
biologi dapat dikategorikan menurut penyebabnya sebagai berikut:
1.

Mikroorganisme dan toksinnya (misalnya: virus, bakteri, fungi, dan


produknya)

2.

Arthropoda sebagai vektor dari penyakit (misalnya: crustacea, arachnid,


insekta)

3.

Alergen dari tumbuhan tingkat tinggi (misalnya: dermatitis kontak,


rhinitis, asma)

4.

Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (misalnya: lichen, pakis)


dan hewan invertebrata (misalnya: protozoa, askaris)
Sedangkan,

bila

dipandang

dari

kemungkinan

untuk

dapat

menimbulkan bahaya (biological hazard), dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
1.

Minimal hazard (Class I)

2.

Ordinary hazard (Class II)

3.

Higher risk and infection (Class III)

4.

Extremely hazardous (Class IV)


Penyebab penyakit akibat kerja yang bersumber dari faktor biologi ini

dapat masuk ke dalam tubuh melalui:


1.

Inhalasi/airborne (terhirup melalui udara)

2.

Ingesti (melalui makanan dan minuman)

3.

Kulit yang terluka/tergores

4.

Mata (melalui tangan yang terkontaminasi dan menyentuh mata)


Penilaian faktor biologi di tempat kerja dilakukan oleh Biosafety

Specialist. Sektor pekerjaan yang terkait dengan biological hazard antara lain
adalah pertanian, perawatan hewan, perawatan kesehatan, farmasi dan produk
herbal, laboratorium klinis/riset, bioteknologi, perawatan gedung, fasilitas
pembuangan, sistem pembuangan limbah industri, dan lain-lain. Sedangkan,
beberapa penyakit yang dapat timbul akibat biological hazard antara lain
adalah hay fever, rhinitis, asma, dermatitis, tetanus, leptospirosis, anthracosis,
16

brucellosis, rabies, tuberculosis, bronkitis, pneumonia, ISPA, flu burung,


SARS, HIV, legionnaire diseases, humidifier fever.
Upaya pengendalian biological hazard ini di tempat kerja dapat
dilakukan antara lain dengan cara screening kesehatan awal dan pemeriksaan
kesehatan berkala, penyimpanan rekam medik, penggunaan alat pelindung diri
(APD), pembuatan dan pelaksaaan SOP, disinfeksi atau dekontaminasi secara
teratur, imunisasi, larangan makan minum di tempat kerja, pembuatan tanda
pengenal pada alat dan peringatan, training pekerja tentang bahaya terhadap
kesehatan (standard work practice).
1.1.3. Faktor Kimia
2.2.3.1 Pemahaman faktor kimia
Bahan kimia yang berwujud padat, cair, gas, atau uap di lingkungan
kerja yang timbul akibat adanya proses produksi di lingkungan kerja. Efek
pemaparan faktor kimia dapat menyebabkan terganggunya kesehatan dan
keselamatan pekerja. Tindakan yang harus dilakukan adalah upaya
penanggulangan atau penanganan sejak awal proses, selama kegiatan proses,
maupun pasca produksi.
2.2.3.2 Klasifikasi faktor kimia
a. Partikel
Yang tergolong partikel adalah debu, kabut, fume, asap.
Klasifikasi debu:
-

Debu respirable (<0,5-4 m)

Debu thoracic (5-10 m)

Debu inhalable (>10-100 m)

Serat

b. Non partikel
Gas adalah zat dalam udara yang tidak mempunyai bentuk
bangun sendiri, dan dapat berdifusi mengisi seluruh ruangan, wujud
dapat berubah dengan merubah suhu dan tekanan.
Uap adalah bentuk gas dan zat dalam keadaan normal
berbentuk cair, tidak berwarna, dan berdifusi mengisi seluruh ruangan.
2.2.3.3 Identifikasi faktor kimis di lingkungan kerja

17

Potensi bahaya faktor kimia di lingkungan kerja dapat diketahui dari


diagram alir produksi, label kemasan bahan kimia, MSDS/CSDS.
a. Menurut patologis
-

Racun sistemik mempengaruhi seluruh tubuh

Kerusakan organ tubuh bagian dalam (organofosfat)

Merusak sistem hematopoesis (benzena, fenol, naftalen)

Mengganggu sistem saraf pusat (CS2, alkohol)

Racun logam berat (Hg, Pb, Cd)

b. Racun lokal
-

Debu penyebab fibrosis (silica)

Debu inert (arang)

Debu alergen (debu organik)

Debu iritan (fluor)

2.2.3.4 Peralatan monitoring faktor kimia


a. Direct reading
- Gas detector
- Mercury Vapor Analyzer
- Draeger tube
- Draeger detector
b. Sampling udara
- Personal pump sampler
- High volume sampler
- Low volume sampler
2.2.3.5 Pengendalian faktor kimia
a. Secara operasional
- Eliminasi/ substitusi
- Menentukan jarak penanganan
- Ventilasi
- APD
- Hygiene
b. Secara organisasi
- Kerapian dan kebersihan
- Pengamatan media
18

- Pengumpulan catatan
- Edukasi dan training
- Identifikasi label, MSDS, SOP
1.1.4. Faktor Psikologi
Psikologi kerja adalah ilmu yang mempelajari perilakuk manusia dalam
hubungannya dengan dunia kerja, baik individual, interpersonal, manajerial maupun
organisasional. Tujuannya adalah menciptakan dan memelihara suasana kerja yang
baik, sehat, nyaman, serasi dan aman, yang akan mendukung upaya peningkatan
produktivitas. Sementara itu, yang dimaksud dengan psikologi industri adalah ilmu
yang mempelajari keterkaitan psikologi dengan perilaku manusia dalam organisasi.
Adapun beberapa aspek psikologi kerja adalah motivasi kerja dan kepuasan
kerja, seleksi dan penempatan pegawai, pelatihan dan pengembangan, produktivitas
kerja dan stes kerja. Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan dalam diri manusia. Setelah manusia bekerja maka akan
melakukan penilaian yang pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan bekerja jika
hasil pekerjaan telah sesuai dengan harapan dan tujuan. Sementara jika belum
tercapai, maka akan timbul dorongan untuk mencapainya.
Seleksi merupakan proses dalam penerimaan pegawai dengan tujuan
mengetahui sejauh mana calon tenaga kerja memiliki ciri kepribadian yang
disyaratkan oleh perusahaan. Kemudian dilakukan penempatan dimana dalam hal ini
dilakukan proses mencocokan kualifikasi calon dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dari setiap jenis pekerjaan yang tersedia. Adapun prosedur yang dilakukan
adalah melalui analisis pekerjaan dan penetapan alat ukur/tes psikologis.
Aspek yang ketiga adalah pelatihan dan pengembangan dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas, meningkatkan mutu, meningkatkan semangat kerja,
menarik dan menahan tenaga kerja yang baik dan menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja. Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek dengna prosedur yang
sistematis dan terorganisir dimana tenaga kerja non managerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis. Sementara pengembangan adalah proses
pendidikan jangka panjang dengna prosedur sistematis dan terorganisir, dimana
tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis.
Produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan sumber daya
yang digunakan, bukan dengan tenaga kerja bekerja lebih berat tetapi dengan
19

perencanaan yang tepat, teknologi dan manajemen yang baik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja adalah pekerjaan yang menarik, upah yang baik,
keamanan dan perlindungan kerja, penghayatan atas arti pekerjaan, lingkungan dan
suasana kerja yang baik, promosi dan pengembangan diri, rasa terlibat dalam
organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, dan kesetiaan pimpinan
pada diri pekerja.
Stres kerja adalah suatu ketidaseimbangan yang dihayati antara tuntutan
pekerjaan dengan kemampuan, bila kegagalan yang terjadi berdampak penting.Stres
dapat terjadi pada tenaga kerja berkaitan dengan 3 faktor yaitu faktor lingkungan,
faktor organisasi dan faktor diri. Adapun stressor yang terjadi dalam pekerjaan
umumnya meliputi: beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang tidak aman,
shift kerja, pekerjaan yang terasing/isolir, pekerjaan yang monoton, role ambiquity,
pengembangan karir, dan hubungan antar manusia.
Reaksi tubuh yang terjadi sebagai dampak terhadap stres adalah reaksi fisik
(hipertensi, jantung koroner, gangguan pencernaa, asma, alergi), reaksi psikologis
(depresi, kecemasan, psikosomatis), reaksi perilaku (menarik diri, merokok, alkohol).
Oleh karena itu, untuk menghidari terjadinya hal tersebut perlu dilakukan adanya
manajemen terhadap stres.

2.2.5 Alat pelindung diri (APD)


Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh / sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya /
kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga
kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dana dministratif tidak dapat dilakukan
dengan baik.Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut,
namun sebagai usaha akhir Hirarki Pengendalian Bahaya K3.
Hierarki tersebut yaitu :
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Pengendalian Teknis (Engineering Control)
4. Pengendalian Administratif
5. Alat pelindung diri

20

MetodePenentuan APD
Melalu ipengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai
Telaah data data kecelakaan dari penyakit
Belajar dari pengalaman industry sejenis lainnya
Bila ada perubahan proses, mesin dan material
Peraturan perundangan
DasarHukum
1. Undang Undang No 1 tahun 197
a. Pasal 3 ayat (1) butirf :Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat
syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan data menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD
c. Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c :Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma cuma.
2. Permenakertrans No. Per. 01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakanny auntuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No. Per.03/MEN/ 1982
Pasal 2 butir 1 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tenaga kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No. Per.03/MEN/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memaka ialat alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lara
tinggi, sarung tangan, kaca mata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan
ALAT PELINDUNG KEPALA
Topi Pelindung/ Pengaman (Safety Helmet): melindungi kepala dari
benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.

21

Tutup Kepala: melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan


mesin-mesin berputar.
Pengujian mekanik
Dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg dari ketinggian 1 m, topi tidak boleh
pecah atau benda tak boleh menyentuh kepala.
Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam di bagian puncak; 4-5 cm.
Tidak menyerap air dengan direndam dalam air selama 24 jam. Air yang
diserap kurang 5% beratnya.
Tahan terhadap api.
APD RESPIRATOR DAN KACAMATA
Mudah dikenakan dan cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah
ALAT PELINDUNG MUKA DAN MATA (FACE SHIELD)
Fungsi melindungi muka dan mata dari:
Lemparan benda-benda kecil.
Lemparan benda-benda panas.
Pengaruh cahaya.
Pengaruh radiasi tertentu.
ALAT PELINDUNG TELINGA
Sumbat telinga (ear plug): dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB
Tutup telinga (ear muff): dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d 30 dB
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu. Kelemahan: tidak
tepat ukurannya dengan lobang telinga pemakai, kadang-kadang lobang
telinga kanan tak sama dengan yang kiri. Bahan sumbat telinga: karet, plastik
keras, plastik yang lunak, lilin, kapas. Yang disenangi adalah jenis karet dan
plastik lunak karena bias menyesuaikan bentuk lobang telinga. Tutup telinga
untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,
karena hantaran suara melalui tulang masih ada.
SARUNG TANGAN DAN SEPATU

22

Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari paparan. Misalnya


untuk melindungi tangan dari paparan bahan kimia digunakan sarung tangan
karet. Selain berfungsi sebagai pelindung, sarung tangan juga dapat digunakan
sebagai penunjang dalam melakukan pekerjaan seperti sarung tangan yang
mempunyai daya cengkram yang baik ketika digunakan dalam memegang
material.
Sepatu digunakan sebagai pelindung kaki. Perlindungan yang diberikan dapat
berupa perlindungan akibat bahan kimia, maupun perlindungan akibat bendabenda fisik seperti sengatan listrik dan permukaan lantai yang tajam.
ALAT PERNAPASAN
Alat pernapasan yang dimaksud adalah masker. Masker digunakan untuk
memfiltrasi udara yang masuk ke dalam saluran napas. Tiap masker
mempunyai daya filtrasi udara yang berbeda, namun pada umumnya berfungsi
untuk memfiltrasi debu. Masker dengan filtrasi khusus digunakan ketika
bekerja dengan bahan kimia yang sudah jelas berbahaya terhadap tubuh dan
masuk melalui saluran pernapasan, sehingga harus difiltrasi.
SAFETY BELT
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau
boiler. Harus dapat menahan beban sebesar 80 kg. Jenis:

Penggantung unifilar
Penggantung berbentuk U
Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U
Penunjang dada (chest harness)
Penunjang dada dan punggung (chest-waist harness)

Penunjang seluruh tubuh (full body harness)

23

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Alur Proses Produksi


Secara singkat, alur proses produksi dari pabrik minyak kelapa sawit meliputi:
Tahap 1. Proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO)
a. Panen
Proses dimulai dengan memanen buah kelapa sawit yang sudah matang dari
perkebunan dan langsung dikirim ke plantasi untuk diproses menjadi CPO dalam
waktu kurang dari satu hari.
b. Sterilisasi
Proses ini dilakukan untuk menjaga higienitas dan kualitas dari produksi CPO
sendiri. Sterilisasi dilakukan dengan cara proses perebusan dengan bejana uap
bertekanan 2,8 - 3 kg/cm2 selama 90 menit. Perebusan ini dilakukan untuk
mengaktifkan enzim lipase yang berperan untuk meningkatkan asam lemak bebas
pada minyak dan melunakan buah untuk memudahkan dalam proses pemisahan.
c. Pemisahan sabut dan buah (threshing)
Proses ini dapat disebut dengan proses bantingan. Tujuannya adalah untuk
memisahkan butir buah dari tandan atau sabutnya. Di dalam thresher, buah dibanting
dengan kecepatan putaran 23 - 25 rpm.
d. Ekstraksi minyak (pressing)
Pada proses ini, sabut dan buah akan dimasukkan ke dalam alat press dan
proses ini dilakukan untuk mendapatkan minyak asat dari mesokarb buah. Dari
proses ini akan diperoleh minyak kasar, ampas dan biji. Lalu minyak kasar akan
dialirkan ke stasiun pemurnian.
e. Pemurnian (clarification)
Minyak kasar yang dihasilkan harus segera dimurnikan agar tidak menurunkan
kualitas minyak akibat proses hidrolisis dan oksidasi. Proses pemisahan minyak air
dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugasi dan penguapan.
Pada proses inilah CPO terbentuk.

24

Gambar 1. Proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO


Tahap 2. Proses produksi minyak
a. Proses Degumming
Stadium awal pada proses refining yang bertujuan untuk memisahkan
zat-zat lendir (gum), protein, fosfolipid dan zat lainnya yang tidak larut
dalam minyak saat dihidrasi. Proses ini dilakukan dengan penambahan
asam fosfat (H3PO4) untuk mengendapkan gum tersebut dan akan
menghasilkan Degumming Palm Oil (DPO).
b. Proses Bleaching
Proses ini adalah tahap pemucatan sekaligus penghilangan mineralmineral logam pengotor dengan penambahan bahan pemucat (bleaching
earth) untuk mendapatkan Bleaching Palm Oil (BPO).
c. Proses Deodorizing
Pada

tahap

ini

dilakukan

penghilangan

bau

sekaligus

juga

penghilangan asam lemak bebas melalui destilasi vakum. Zat-zat yang

25

bersifat steam volatile akan keluar bersama asam lemak bebas sehingga
akan dihasilkan Refinery Bleaching Deodorization Palm Oil (RBDPO).
d. Proses Fraksinasi
Tahap fraksinasi meliputi 2 proses, yaitu kristalisasi dan filtrasi.
Prinsip kerja yang digunakan dalam kristalisasi adalah pembentukan kristal
melalui pendinginan dan pengadukan sehingga fase stearin dan olein dapat
tersisa. RBDPO yang ada di dalam tangki kristalisasi diaduk dengan
menggunakan agitator dengan kecepatan 14 rpm, dengan tujuan
menciptakan pendinginan di dalam tangki yang lebih homogen sehingga
pemisahan olein dan stearin lebih mudah. Hasil akhirnya, olein akan diolah
menjadi minyak goreng dan stearin menjadi margarin. Selain itu, pada
keadaan tertentu sering ditambahkan antioksidan untuk mempertahankan
kualitas minyak.

Gambar 2. Diagram proses produksi minyak

3.2 Faktor fisik


3.2.1 Kebisingan
Pada salah satu area di dalam pabrik, yaitu daerah power plant terdapat
sumber kebisingan yang bersifat kontinu. Namun kami tidak memiliki data untuk
26

kekuatan bunyi karena data tersebut berifat konfidensial. Dari hasil pengamatan
kami terdapat upaya pengendalian masalah kebisingan dari pihak manajemen
Safety Health Enviroment (SHE), yakni dengan penempatan lokasi power plant di
bagian pabrik yang jauh sebagai upaya untuk mengisolasi kebisingan dari tenaga
kerja lainnya. Selain itu terdapat juga tanda peringatan bahwa terdapat bahaya
bising dan anjuran untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian
menggunakan APD (Alat pelindung diri) dilakukan dengan menggunakan
earmuff. Earmuff diberikan oleh pihak perusahaan tanpa dipungut biaya dan
apabila mengalami kerusakan, pekerja akan diberikan earmuff baru sebagai
gantinya.
Selain evaluasi di atas, kami mengamati bahwa pengendalian yang telah
dilakukan SMK3 perusahaan sudah baik, Saran kami adalah meningkatkan
pengendalian bising secara teknis dengan pemasangan silencer atau barrier pada
sumber.
3.2.2 Vibrasi
Dalam kaitannya terhadap risiko terjadinya penyakit akibat kerja, maka
vibrasi/getaran akibat paparan mesin di suatu perusahaan perlu diketahui, diukur
dan dikendalikan. Namun kami tidak memiliki data untuk vibrasi karena data
tersebut berifat konfidensial. Dari observasi kami yang dilakukan pada PT. Salim
Ivomas Pratama, kami menemukan adanya risiko penyakit akibat kerja oleh
mesin packaging karena adanya vibrasi yang bersifat intermiten. Proses
packaging yang menimbulkan vibrasi terdapat pada bagian pemasangan tutup dan
segel botol dirigen. Pekerja tampak bekerja tanpa menggunakan APD sarung
tangan karet.
3.2.3 Iklim Kerja
a. Suhu Panas pada bagian Warehouse
Suhu pada ruangan Warehouse di PT. Salim Ivomas Pratama dirasakan
kurang nyaman. Dari observasi kami, terlihat adanya ventilasi di sepanjang
pinggir atas ruangan namun tidak tampak adanya exhaust fan ataupun water
spray. Keadaan ini membuat pengaturan suhu di ruang Warehouse kurang
memadai. Pekerja bekerja dalam ruangan ini selama 8 jam dalam sehari. Tidak

27

tampak tempat untuk mengambil air minum di sekitar tempat kerja. Maka dapat
disimpulkan pengaturan suhu pada ruang Warehouse ini belum baik.
c. Suhu Panas pada Ruang Boiler
Suhu pada ruang Boiler di PT. Salim Ivomas Pratama dirasakan cukup
panas. Dari observasi kami, kami tidak melihat adanya exhaust fan ataupun
water spray. Pekerja bekerja dalam ruangan ini selama 8 jam dalam sehari.
Tidak tampak tempat untuk mengambil air minum di sekitar tempat kerja.
Maka dapat disimpulkan pengaturan suhu pada ruang Boiler ini belum baik.
3.2.4 Pencahayaan
Pencahayaan yang kurang baik kami temukan pada bagian Warehouse.
Ruangan Warehouse tampak remang dengan lampu yang tidak seluruhnya
menyala. Lampu yang menyala pun tampak tidak memberikan penerangan yang
optimal. Selain itu, posisi lampu tampak kurang tepat karena banyak lampu yang
terletak di atas rak penyimpanan, sedangkan pada bagian akses lalu lintas justru
tampak kurang terang.
Untuk sumber penerangan alami, ruangan warehouse tampak tidak
dilengkapi dengan jendela. Penerangan alami hanya diperoleh dari ventilasi di
pinggir atas ruangan dan pintu yang terbuka. Penerangan alami yang terbatas ini
mungkin ditujukan untuk mencegah paparan matahari langsung terhadap produk
jadi.
3.3 Faktor Radiasi
Pada observasi di PT. Salim Ivomas Pratama tidak didapatkan adanya sumber
dan pemaparan terhadap radiasi.
3.4 Faktor Kimia
Berdasarkan hasil pemantauan dan diskusi yang dilakukan pada bagian pembuatan
minyak kelapa sawit, terdapat beberapa bahan kimia yang digunakan untuk menghasilkan
produk-produk dapur seperti minyak goreng dan margarin. Bahan-bahan tersebut
digunakan dengan hati-hati untuk meminimalisir potensi yang dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan para pekerja.

28

Pada setiap proses produksi minyak, mulai dari proses memanen kelapa sawit
menghasilkan minyak goreng dan margarin digunakan beberapa bahan kimia. CPO
(Crude Palm Oil) yang telah diperoleh dari buah kelapa sawit yang telah dipanen akan
melewati proses degumming menggunakan senyawa kimia berupa H3PO4+ (asam fosfat)
sehingga menghasilkan DPO (Degummed Palm Oil).
Proses produksi berikutnya adalah bleaching dengan bahan kimia bleaching earth
yang menghasilkan DBPO (Degummed Bleach Palm Oil). Kemudian dilanjutkan dengan
proses deodorizing dengan melewatkan uap panas yang menghasilkan RBDPO (Refined
Bleach Deodorized Palm Oil) dan PFAD (Palm Fatty Acid Distillate). Proses produksi
terakhir adalah kristalisasi dan filtrasi RBDPO menjadi RBD Palm Olein yang
selanjutnya dikemas sebagai minyak goreng serta RBD Palm Stearine yang selanjutnya
dikemas menjadi margarin.
Bahan kimia yang digunakan dalam produksi minyak goreng dan margarin di
pabrik ini adalah H3PO4+ dan bleaching earth. H3PO4+ merupakan senyawa kimia yang
bersifat asam kuat sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit apabila terjadi kontak
langsung, namun bersifat non-toksik jika dikonsumsi. Pekerja di pabrik diperlengkapi
dengan pakaian khusus, sarung tangan latex, dan sepatu tertutup.
Bleaching earth digunakan pada proses pemurnian yang terdiri dari senyawa kaya
mineral (attapulgite, bentonite, montmorillonite). Senyawa tersebut tidak toksik bila
dikonsumsi, tidak iritatif pada kulit, namun bisa menyebabkan iritasi pada mata bila
terjadi gesekan, dan dapat terhirup dalam saluran pernapasan yang dapat menimbulkan
fibrosis pada jaringan paru dalam paparan jangka panjang yang melebihi batas paparan
standar. Oleh karena itu, tenaga kerja di pabrik menggunakan pakaian khusus, sepatu
tertutup, sarung tangan latex, dan masker respiratoar. Selain itu juga tersedia wastafel
untuk mencuci tangan di setiap ruang produksi.
Setiap bahan kimia yang digunakan di pabrik dilengkapi dengan material safety
data sheet (MSDS) yang berisi penjelasan mengenai tingkat bahaya kesehatan,
kebakaran, dan ledakan yang mungkin terjadi serta informasi terkait lainnya yang
berhubungan dengan bahan tersebut. Pada pabrik ini juga terdapat 5 (lima) standar untuk
penyimpanan dan penggunaan bahan kimia dimana setiap bahan kimia diberikan label,
ditutup dengan baik, dilengkapi dengan MSDS, untuk bahan kimia cair dilengkapi dengan
secondary container untuk mengisolasi kebocoran, serta setiap bahan kimia tidak boleh
ditempatkan pada wadah yang tidak sesuai.

29

Secara keseluruhan K3 yang dilaksanakan oleh pabrik terhadap faktor kimia telah
cukup baik dan berjalan penerapannya.
3.5 Faktor Biologi
Menurut hasil pengamatan dan tanya jawab yang telah dilakukan oleh kelompok
di perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk. didapatkan data sebagai berikut:
Keadaan kantin dibagian tempat makan sudah baik, hal ini terlihat dari
kebersihan kantin yang baik termasuk didalamnya tidak tampak adanya sampah yang
berserakan, sudah tersedianya fasilitas tempat cuci tangan dan air bersih yang dibersihkan
2x sehari yaitu pagi dan sore. Selain itu, sistem manajemen di kantin pun sudah cukup
baik. Makanan disajikan dalam tray-tray makanan dengan porsi nasi sesuai keinginan
tenaga kerja. Makanan disediakan oleh perusahaan dengan sistem catering, dimana
makanan dimasak di luar perusahaan.
Sumber air minum yang dikonsumsi oleh tenaga kerja disediakan oleh PT. Tirta
Sukses Perkasa dalam bentuk air minum dalam kemasan.
Dari bagian tempat penyimpanan makanan yang telah dimasak tampak bersih dan
tidak dicurigai adanya vektor penyakit.
Tidak ditemukan adanya biological hazard pada lingkungan PT. Salim Ivomas
Pratama, Tbk.
3.6 Faktor Psikologi
Faktor lain yang berkaitan dengan lingkungan kerja adalah faktor
psikologi. Adapun faktor-faktor psikologi yang terdapat pada lokasi yang kami
amati adalah sebagai berikut:
a. Kantin Perusahaan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kantin perusahaan, tampak adanya
pembagian waktu untuk istirahat menjadi 2 yaitu jam 11.00 13.00 dan 18.00
- 20.00. Hal ini dimaksudkan karena mengingat jumlah tenaga kerja sekitar
460an orang lebih dan untuk meningkatkan kenyamanan para tenaga kerja saat
istirahat terutama saat makan siang di kantin. Pembagian waktu istirahat ini
dibuat agar dapat benar-benar digunakan oleh tenaga kerja untuk
menghilangkan kepenatan setelah beberapa jam bekerja.
Pembagian makanan untuk para tenaga kerja sudah ditentukan oleh
perusahaan, yaitu masing-masing tenaga kerja mendapatkan sebuah porsi
30

makanan yang berisi nasi dan lauk pauk dengan menu yang sudah ditentukan.
Menu makanan ini hanya diberikan kepada tenaga kerja yang masuk kerja
shift pagi dan siang. Untuk tenaga kerja shift malam, mereka diberikan roti
saja. Menu yang diberikan untuk tenaga kerja sudah disajikan dengan 2-3
variasi jenis menu setiap harinya, lalu masing-masing tenaga kerja dapat
memilih salah satu dari menu tersebut. Hal ini dapat menimbulkan para tenaga
kerja menjadi bosan dengan menu yang disediakan, sehingga terdapat penjual
makanan di sisi seberang kantin yang bersifat komersil, dimana makanan dan
minuman yang dijual dapat dibeli oleh tenaga kerja apabila mereka merasa
bosan atau kurang cocok dengan menu di hari tersebut. Di kantin juga
disediakan media hiburan berupa televisi, yang tergantung di kedua sisi kantin,
media ini dapat membantu menghilangkan kepenatan para tenaga kerja
sembari menyantap hidangan makanan mereka.
b. Klinik
Terdapat klinik dengan tenaga professional dan didukung dengan perlengkapan
medis yang cukup lengkap, tenaga medis dan para medis yang ramah.
Sehingga tenaga kerja yang merasa tidak sehat dapat segera berobat bila
dibutuhkan.
c. Jadwal tenaga kerja
Pada bagian ini terdapat faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
tenaga kerja. Setiap hari, tenaga kerja bekerja selama 8 jam dengan sistem shif
yang terbagi 3 shift setiap harinya, yaitu 07.00-15.00, 15.00-23.00, 23.0007.00. Sistem shift ini berlaku hampir di seluruh bagian perusahaan, namun
terdapat bagian, misalnya bagian office yang memiliki jadwal kerja 1 shift
setiap hari Senin-Jumat dari pukul 08.00-17.00, namun mendapat jadwal libur
di hari Sabtu dan Minggu. Masing-masing pegawai sudah memiliki pembagian
tugas masing-masing, sehingga tenaga kerjaan tersebut relatif tidak variatif.
Hal ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi para tenaga kerja. Beberapa bagian
dari pembagian kerja di perusahaan tersebut memperkerjakan karyawannya
dengan posisi berdiri terus-menerus, sekitar 7 jam per hari, sehingga dapat
menimbulkan kelelahan fisik dan mental bagi para tenaga kerja.

31

d. Tempat ibadah
Pada perusahaan tersebut, disediakan sarana untuk beribadah. Hal ini
ditujukan agar para tenaga kerja dapat menghilangkan kejenuhan dan
menyempatkan diri untuk beribadah selagi bekerja. Selain itu, hal ini juga
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi waktu dari para tenaga kerja
sehingga tidak perlu meninggalkan lokasi pabrik untuk beribadah.
3.7 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil pengamatan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk., didapatkan beberapa
APD yang telah tersedia. Jenis-jenis APD tersebut adalah :
A. Kepala : berupa helm yang digunakan para tenaga kerja yang bertugas di power
plant, gudang barang jadi. Dan penutup kepala pada bagian packaging dan kantin
untuk mecengah rambut masuk kedalam barang produksi dan makanan
B. Telinga : berupa earmuff yang digunakan pada bagian power plant dan ruang genset.
C. Pernapasan dan mulut: digunakan masker hijau pada ruang packaging dan kantin
untuk mencegah masuknya debu sekaligus mencegah masuknya droplet kedalam
bang produksi dan makanan.
D. Pakaian kerja : pakaian tenaga kerja selama berkerja pada lingkungan kerja
disediakan oleh perusahan. Pakaian kerja tidak dibawa pulang dan hanya dipakai
saat jam kerja, dan dilakukan pencucian oleh perusahan melalui pihak ketiga.
E. Tangan : para pekerja dibagian packaging terlihat tidak menggunakan sarung
tangan, hal ini menyebabkan paparan packaging berupa kardus dan plastik yang
relative tajam pada tepiannya beresiko melukai tangan pekerja.
F. Alas kaki : alas kaki disediakan oleh perusahan untuk dipakai dalam lingkungan
kerja. Sebagian tenaga kerja tidak disiplin dalam menggunakan alas kaki
(menginjak bagian belakang dari sepatu), sehingga berisiko menyebabkan
kecelakaan kerja.
3.8 Pengolahan Limbah Perusahaan
Pengolahan limbah

Limbah cair:
o

Limbah cair ditampung di tempat penampungan khusus kemudian diolah


di WWTP hingga menghasilkan 2 komponen yaitu air dan sludge.

Air diolah sesuai dengan standar baku pemerintah, kemudian dialirkan ke


laut. Sedangkan sludge ditampung di penampungan khusus dan akan
diambil oleh perusahaan pengolahan limbah setiap bulannya.
32

Limbah padat
Limbah padat berupa PFAD akan ditampung sementara kemudian dijual kepada
perusahaan lain sebagai bahan baku lilin, sabun batang atau lipstick.

33

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Higiene perusahaan merupakan hal yang penting demi terciptanya tenaga kerja
yang produktif. Dengan lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan derajat
kesehatan yang baik sesuai UU no 1 tahun 1970 dengan visi Gema Daya K3 tahun 2015.
Berdasarkan hasil observasi kami terhadap higiene perusahaan PT Salim
IVOMAS Pratama yang dilakukan pada 25 Januari 2015 maka kami berkesimpulan
sistem manajemen K3 untuk menciptakan higiene perusahaan sudah baik.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, dari faktor fisika bagian vibrasi,
pemakaian APD sarung tangan untuk bagian packaging (seal dirigen) dapat
direkomendasikan. Dari faktor fisika bagian iklim kerja (suhu), regulasi suhu di
warehouse dan boiler dapat ditingkatkan dengan pemberian air minum dan exhaust fan.
Dari segi penerangan, bagian warehouse dapat ditingkatkan dengan pengaturan tata letak
lampu.

34

Anda mungkin juga menyukai