DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
ANGGOTA KELOMPOK.........................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Tujuan Kunjungan....................................................................................................4
1.3 Profile PT.................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................6
2.2 Lingkungan kerja sehat............................................................................................6
2.3 Faktor-faktor Higiene Perusahaan............................................................................6
2.3.1 Faktor Fisik...............................................................................................6
2.3.2 Faktor Biologi.........................................................................................16
2.3.3 Faktor Kimia...........................................................................................17
2.3.4 Faktor Psikologi......................................................................................19
2.3.5 Alat Pelindung Diri.................................................................................20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................24
3.1 Alur Produksi.........................................................................................................24
3.2 Faktor Fisik............................................................................................................25
3.2.1 Kebisingan...............................................................................................27
3.2.2 Vibrasi.....................................................................................................27
3.2.3 Iklim Kerja..............................................................................................29
3.2.4 Pencahayaan............................................................................................29
3.3 Faktor Radiasi........................................................................................................30
3.4 Faktor Kimia..........................................................................................................30
3.5 Faktor Biologi........................................................................................................31
3.6 Faktor Psikologi.....................................................................................................32
3.7 Pemakaian Alat Pelindung Diri..............................................................................33
3.8 Pengolahan Limbah Perusahaan............................................................................34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini banyak kasus-kasus yang terjadi di sebuah
perusahaan mengenai lalainya perusahaan tersebut akan kesehatan dan keselamatan
para pekerja pekerjanya. Padahal, dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-harinya
karyawan/pekerja di sektor industri maupun perkantoran, akan memiliki resiko
bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai
yang paling berat, tergantung dengan jenis pekerjaannya. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep K3 didalam dunia usaha khususnya dibidang industri bertujuan
untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat aktivitas kerja dan timbulnya
penyakit akibat kerja terhadap tenaga kerja di tempat kerja serta mencegah timbulnya
kerugian lain akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan termasuk didalamnya
masalah kenyamanan, keamanan, dan kesehatan lingkungan kerja dan sekitarnya. Halhal tersebut merupakan poin penting dan higiene perusahaan atau industri sebagai
salah satu program K3.
Higiene Perusahaan atau industri sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene
beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Di masa sekarang setiap perusahaan saling bersaing untuk memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja didalam produktivitas kerja sehari-hari demi
meningkatkan hasil produksi karena tuntutan era globalisasi yang sedang marak
menjadi isu masyarakat ekonomi internasional. Dengan alasan tersebut alasan dalam
negeri harus meningkatkan kualitas perusahaannya baik dari segi produk yang
dihasilkan maupun dari sektor tenaga kerta dengan tidak mengesampingkan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan Kunjungan
Peserta Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat menerapkan secara
langsung materi training yang telah didapatkan dengan cara mengobservasi,
mengamati, menganalisa, serta memberikan saran dan kritik terhadap managemen
perusahaan, khususnya mengenai higiene perusahaan.
1.3.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
2.1 Definisi
Hiperkes menurut Undang Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga
Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian
pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara
dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik
sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat
kesehatan bagi tenaga kerja.
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit
kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta
lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar
dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggitingginya
1.2.
Bising
Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan oleh pendengaran manusia atau bentuk
suara apapun yang terjadi secara tidak alamiah. Suara yang tidak enak didengar
terjadi akibat tumbukan yang tidak wajar atau berulang. Bising tidak bisa
dipisahkan dari industrialisasi, karena hampir seluruh proses produksi
menimbulkan bising. Karakteristik bising ditentukan oleh frekuensi dan
intensitasnya.
1. Frekuensi
Adalah jumlah flutktuasi yang terjadi pada satu waktu. Satuan yang digunakan
adalah siklus per detik atau Hertz (Hz). Rentang frekuensi yang dapat didengar
oleh manusia adalah 20-20.000 Hz, sedangkan pada percakapan biasanya
frekuensi berkisar antara 250-4000 Hz. Bunyi dengan frekuensi di bawah 20
Hz disebut infrasonik sedangkan yang di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik.
2. Intensitas Suara
Adalah besarnya energi yang digetarkan partikel udara yang ditangkap oleh
telinga. Intensitas bunyi dinyatakan dalam besarnya energi per unit waktu atau
dapat dinyatakan dalam N/m2 (Pascal). Telinga manusia memiliki ambang
didengar terendah 0.00002 Pascal dan tertinggi 200 Pascal/ 140 dB.
Jenis-jenis bising: bising terus menerus/ kontinyu, bising terputus-putus/
fluktuasi dan bising impulsive/ impact. Berikut adalah tabel standar kebisingan
menurut kepmenaker No.15/MEN/1999.
Standar Kebisingan menurut Kepmenaker No.51/MEN/1999
Waktu Pemajanan per
hari
Satuan
Intensitas
8
4
2
1
Jam
85
88
91
94
30
15
7.5
3.75
1.88
0.94
Menit
97
100
103
106
109
112
28.12
14.06
7.03
3.52
1.76
Detik
115
118
121
124
127
kebisingan
selain
pendengaran
dapat
menyebabkan
peningkatan tekanan darah, dan mengubah fungsi tubuh yang penting lainnya
seperti perubahan pada sekresi hormone hipofisis, perubahan pada reaksi
7
Mengurangi waktu pemaran dengan rotasi kerja dan istirahat 10-15 menit
setiap 1 jam
Sumber pemaparan panas di tempat kerja bisa berasal dari 2 sumber, yaitu:
-
Indoor
(di
dalam
gedung)
misalnya
pengecoran
logam,
industri
konstan pada 37oC sebagai akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan
dalam tubuh karena metabolisme dan pertukaran panas antara tubuh dan
lingkungan. Panas tubuh yang belebihan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui
sirkulasi darah dalam tubuh yang berfungsi sebagai pendingin dan penguapan
dengan cara pengeluaran keringat.
Pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan terjadi melalui
konduksi, konveksi dan radiasi. Sedangkan panas metabolism tergantung pada
aktivitas tubuh dan keadaan suhu sekitar. Pemaparan panas yang berlebihan
disdertai dengan panas metabolism sebagai akibat aktivitas kerja akan
menimbulkan tekanan panas (heat stress). Tekanan panas ini disebbakan oleh
factor iklim (suhu udara, kelembaban, kecepatan gerak udara dan panas radiasi),
maupun non iklim (panas metabolism, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi)
Efek pemaparan iklim kerja diantaranya bisa terjadi gangguan pada
pekerjaan (tidak nyaman), gangguan kesehatan (Kepala pusing, mual, cepat lelah,
mata berkunang-kunang, heat rash, heat syncope, heat stroke, heat cramps).
Cara penilaian panas, yaitu:
-
WBGT index (Wet Bulb and Globe Temperature Index) = ISBB (Index Suhu
Basah dan Bola)
Rumus:
-
Keterangan:
10
WB (oC) : suhu basah alami, yaitu suhu yang diukur dengan thermometer yang
dibasahi dan ditiupkan udara.
GT (oC): suhu bola atau suhu radiasi, yaitu suhu yang diukur dengan
thermometer bola.
DB (oC): suhu kering, yaitu suhu udara yang diukur dengan thermometer.
Parameter
Alat
Suhu radiasi
Termometer/anemometer
NAB iklim kerja- Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan
ISBB (0C)
Beban kerja
Waktu kerja
Waktu istirahat
Ringan
Sedang
Berat
30,0
26,7
25,0
75% kerja
25% kerja
30,6
28,0
25,9
50% kerja
50% kerja
31,4
29,4
27,9
25% kerja
75% kerja
32,2
31,1
30,0
( 8 jam/hari)
: 24-300C
: 24-260C
Kelembaban
: 65-95%
Teknis
11
Water spray
Memberi ventiasi
Medis
o
Aklimatisasi
Administrasi
o
Secara umum
o
Training
Medicalsurveillance
Spesifik kontrol
Engineering control
Administrasi
PPE
2.2.1.4 Pencahayaan
Salah satu faktor yang mungkin penting dari lingkungan kerja yang dapat
memberikan kepuasan dan produktivitas kepada pegawai/karyawan ialah adanya
penerangan yang baik. Penerangan yang baik dalam suatu pabrik/perusahaan akan
membantu terciptanya suatu tempat kerja yang aman, membantu dalam
melaksanakan kegiatan serta membantu dalam menghemat baik penglihatan
maupun tenaga serta membantu dalam memberikan semangat bekerja. Efisiensi
seorang operator dari tepat tidaknya dia melihat apa yang dia kerjakan, dan oleh
karena itu perlu diadakan perencanaan dan pemeliharaan mengenai system
penerangan dalam pabrik, sehingga dapat menambah keefektifan bekerja para
pekerja dan dapat memberikan keamanan yang lebih besar dibanding tempat yang
intensitas cahayanya kurang (gelap).
12
Memudahkan pengamatan/pengawasan
Objek yang dilihat harus bebas dari sinar atau cahaya yang menyilaukan.
Cahaya yang menyilaukan ini dapat datang langsung dari sumber cahaya atau
dari pantulan cahaya. Lampu-lampu yang tidak memakai pelindung (kap) dan
lampu-lampu yang dilindungi secara tak tepat merupakan penyebab dari
munculnya cahaya yang dapat menyilaukan. Untuk mengurangi cahaya yang
menyilaukan, yaitu dengan cara menambah ketinggian objek yang dapat
memantulkan kembali cahaya tersebut serta dengan memasang pelindung
lampu dengan posisi yang tepat. Selain itu, para manager harus mampu
melakukan perbaikan tata letak fasilitas kerja yang disesuaikan dengan kondisi
pencahayaan ruangan agar tidak mengganggu pekerja akibat penerimaan
cahaya yang kurang atau akibat pantulan cahaya yang menyilaukan.
C. Tidak terdapat kontras yang tajam.
Setiap bagian (part) dari suatu objek akan mudah dibedakan dengan bagianbagian lain dan dari latar belakang sekelilingnya dalam terangnya cahaya yang
diperlukan, bila bagiaan itu dapat dilihat dengan mudah. Hendaknya kita harus
membuat kontras sedemikian rupa diantara satu objek dengan yang lainnya
serta
latar
belakang
yang
terdekat
untuk
dapat
dengan
mudah
Faktor Biologi
Faktor biologi memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit
akibat kerja (PAK). Hal ini berdasarkan hukum, yaitu; 1) UU no.1/1970
tentang keselamatan kerja, 2) Permenakertrans no.1/1981 tentang kewajiban
melapor PAK. 3) Kepres no.22/1993 tentang penyakit yang timbul akibat kerja
akibat faktor biologi sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko
kontaminan khusus.
15
2.
3.
4.
bila
dipandang
dari
kemungkinan
untuk
dapat
2.
3.
4.
2.
3.
4.
Specialist. Sektor pekerjaan yang terkait dengan biological hazard antara lain
adalah pertanian, perawatan hewan, perawatan kesehatan, farmasi dan produk
herbal, laboratorium klinis/riset, bioteknologi, perawatan gedung, fasilitas
pembuangan, sistem pembuangan limbah industri, dan lain-lain. Sedangkan,
beberapa penyakit yang dapat timbul akibat biological hazard antara lain
adalah hay fever, rhinitis, asma, dermatitis, tetanus, leptospirosis, anthracosis,
16
Serat
b. Non partikel
Gas adalah zat dalam udara yang tidak mempunyai bentuk
bangun sendiri, dan dapat berdifusi mengisi seluruh ruangan, wujud
dapat berubah dengan merubah suhu dan tekanan.
Uap adalah bentuk gas dan zat dalam keadaan normal
berbentuk cair, tidak berwarna, dan berdifusi mengisi seluruh ruangan.
2.2.3.3 Identifikasi faktor kimis di lingkungan kerja
17
b. Racun lokal
-
- Pengumpulan catatan
- Edukasi dan training
- Identifikasi label, MSDS, SOP
1.1.4. Faktor Psikologi
Psikologi kerja adalah ilmu yang mempelajari perilakuk manusia dalam
hubungannya dengan dunia kerja, baik individual, interpersonal, manajerial maupun
organisasional. Tujuannya adalah menciptakan dan memelihara suasana kerja yang
baik, sehat, nyaman, serasi dan aman, yang akan mendukung upaya peningkatan
produktivitas. Sementara itu, yang dimaksud dengan psikologi industri adalah ilmu
yang mempelajari keterkaitan psikologi dengan perilaku manusia dalam organisasi.
Adapun beberapa aspek psikologi kerja adalah motivasi kerja dan kepuasan
kerja, seleksi dan penempatan pegawai, pelatihan dan pengembangan, produktivitas
kerja dan stes kerja. Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan dalam diri manusia. Setelah manusia bekerja maka akan
melakukan penilaian yang pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan bekerja jika
hasil pekerjaan telah sesuai dengan harapan dan tujuan. Sementara jika belum
tercapai, maka akan timbul dorongan untuk mencapainya.
Seleksi merupakan proses dalam penerimaan pegawai dengan tujuan
mengetahui sejauh mana calon tenaga kerja memiliki ciri kepribadian yang
disyaratkan oleh perusahaan. Kemudian dilakukan penempatan dimana dalam hal ini
dilakukan proses mencocokan kualifikasi calon dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dari setiap jenis pekerjaan yang tersedia. Adapun prosedur yang dilakukan
adalah melalui analisis pekerjaan dan penetapan alat ukur/tes psikologis.
Aspek yang ketiga adalah pelatihan dan pengembangan dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas, meningkatkan mutu, meningkatkan semangat kerja,
menarik dan menahan tenaga kerja yang baik dan menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja. Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek dengna prosedur yang
sistematis dan terorganisir dimana tenaga kerja non managerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis. Sementara pengembangan adalah proses
pendidikan jangka panjang dengna prosedur sistematis dan terorganisir, dimana
tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis.
Produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan sumber daya
yang digunakan, bukan dengan tenaga kerja bekerja lebih berat tetapi dengan
19
perencanaan yang tepat, teknologi dan manajemen yang baik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja adalah pekerjaan yang menarik, upah yang baik,
keamanan dan perlindungan kerja, penghayatan atas arti pekerjaan, lingkungan dan
suasana kerja yang baik, promosi dan pengembangan diri, rasa terlibat dalam
organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, dan kesetiaan pimpinan
pada diri pekerja.
Stres kerja adalah suatu ketidaseimbangan yang dihayati antara tuntutan
pekerjaan dengan kemampuan, bila kegagalan yang terjadi berdampak penting.Stres
dapat terjadi pada tenaga kerja berkaitan dengan 3 faktor yaitu faktor lingkungan,
faktor organisasi dan faktor diri. Adapun stressor yang terjadi dalam pekerjaan
umumnya meliputi: beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang tidak aman,
shift kerja, pekerjaan yang terasing/isolir, pekerjaan yang monoton, role ambiquity,
pengembangan karir, dan hubungan antar manusia.
Reaksi tubuh yang terjadi sebagai dampak terhadap stres adalah reaksi fisik
(hipertensi, jantung koroner, gangguan pencernaa, asma, alergi), reaksi psikologis
(depresi, kecemasan, psikosomatis), reaksi perilaku (menarik diri, merokok, alkohol).
Oleh karena itu, untuk menghidari terjadinya hal tersebut perlu dilakukan adanya
manajemen terhadap stres.
20
MetodePenentuan APD
Melalu ipengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai
Telaah data data kecelakaan dari penyakit
Belajar dari pengalaman industry sejenis lainnya
Bila ada perubahan proses, mesin dan material
Peraturan perundangan
DasarHukum
1. Undang Undang No 1 tahun 197
a. Pasal 3 ayat (1) butirf :Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat
syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan data menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD
c. Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c :Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma cuma.
2. Permenakertrans No. Per. 01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakanny auntuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No. Per.03/MEN/ 1982
Pasal 2 butir 1 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tenaga kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No. Per.03/MEN/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memaka ialat alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lara
tinggi, sarung tangan, kaca mata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan
ALAT PELINDUNG KEPALA
Topi Pelindung/ Pengaman (Safety Helmet): melindungi kepala dari
benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.
21
22
Penggantung unifilar
Penggantung berbentuk U
Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U
Penunjang dada (chest harness)
Penunjang dada dan punggung (chest-waist harness)
23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
tahap
ini
dilakukan
penghilangan
bau
sekaligus
juga
25
bersifat steam volatile akan keluar bersama asam lemak bebas sehingga
akan dihasilkan Refinery Bleaching Deodorization Palm Oil (RBDPO).
d. Proses Fraksinasi
Tahap fraksinasi meliputi 2 proses, yaitu kristalisasi dan filtrasi.
Prinsip kerja yang digunakan dalam kristalisasi adalah pembentukan kristal
melalui pendinginan dan pengadukan sehingga fase stearin dan olein dapat
tersisa. RBDPO yang ada di dalam tangki kristalisasi diaduk dengan
menggunakan agitator dengan kecepatan 14 rpm, dengan tujuan
menciptakan pendinginan di dalam tangki yang lebih homogen sehingga
pemisahan olein dan stearin lebih mudah. Hasil akhirnya, olein akan diolah
menjadi minyak goreng dan stearin menjadi margarin. Selain itu, pada
keadaan tertentu sering ditambahkan antioksidan untuk mempertahankan
kualitas minyak.
kekuatan bunyi karena data tersebut berifat konfidensial. Dari hasil pengamatan
kami terdapat upaya pengendalian masalah kebisingan dari pihak manajemen
Safety Health Enviroment (SHE), yakni dengan penempatan lokasi power plant di
bagian pabrik yang jauh sebagai upaya untuk mengisolasi kebisingan dari tenaga
kerja lainnya. Selain itu terdapat juga tanda peringatan bahwa terdapat bahaya
bising dan anjuran untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian
menggunakan APD (Alat pelindung diri) dilakukan dengan menggunakan
earmuff. Earmuff diberikan oleh pihak perusahaan tanpa dipungut biaya dan
apabila mengalami kerusakan, pekerja akan diberikan earmuff baru sebagai
gantinya.
Selain evaluasi di atas, kami mengamati bahwa pengendalian yang telah
dilakukan SMK3 perusahaan sudah baik, Saran kami adalah meningkatkan
pengendalian bising secara teknis dengan pemasangan silencer atau barrier pada
sumber.
3.2.2 Vibrasi
Dalam kaitannya terhadap risiko terjadinya penyakit akibat kerja, maka
vibrasi/getaran akibat paparan mesin di suatu perusahaan perlu diketahui, diukur
dan dikendalikan. Namun kami tidak memiliki data untuk vibrasi karena data
tersebut berifat konfidensial. Dari observasi kami yang dilakukan pada PT. Salim
Ivomas Pratama, kami menemukan adanya risiko penyakit akibat kerja oleh
mesin packaging karena adanya vibrasi yang bersifat intermiten. Proses
packaging yang menimbulkan vibrasi terdapat pada bagian pemasangan tutup dan
segel botol dirigen. Pekerja tampak bekerja tanpa menggunakan APD sarung
tangan karet.
3.2.3 Iklim Kerja
a. Suhu Panas pada bagian Warehouse
Suhu pada ruangan Warehouse di PT. Salim Ivomas Pratama dirasakan
kurang nyaman. Dari observasi kami, terlihat adanya ventilasi di sepanjang
pinggir atas ruangan namun tidak tampak adanya exhaust fan ataupun water
spray. Keadaan ini membuat pengaturan suhu di ruang Warehouse kurang
memadai. Pekerja bekerja dalam ruangan ini selama 8 jam dalam sehari. Tidak
27
tampak tempat untuk mengambil air minum di sekitar tempat kerja. Maka dapat
disimpulkan pengaturan suhu pada ruang Warehouse ini belum baik.
c. Suhu Panas pada Ruang Boiler
Suhu pada ruang Boiler di PT. Salim Ivomas Pratama dirasakan cukup
panas. Dari observasi kami, kami tidak melihat adanya exhaust fan ataupun
water spray. Pekerja bekerja dalam ruangan ini selama 8 jam dalam sehari.
Tidak tampak tempat untuk mengambil air minum di sekitar tempat kerja.
Maka dapat disimpulkan pengaturan suhu pada ruang Boiler ini belum baik.
3.2.4 Pencahayaan
Pencahayaan yang kurang baik kami temukan pada bagian Warehouse.
Ruangan Warehouse tampak remang dengan lampu yang tidak seluruhnya
menyala. Lampu yang menyala pun tampak tidak memberikan penerangan yang
optimal. Selain itu, posisi lampu tampak kurang tepat karena banyak lampu yang
terletak di atas rak penyimpanan, sedangkan pada bagian akses lalu lintas justru
tampak kurang terang.
Untuk sumber penerangan alami, ruangan warehouse tampak tidak
dilengkapi dengan jendela. Penerangan alami hanya diperoleh dari ventilasi di
pinggir atas ruangan dan pintu yang terbuka. Penerangan alami yang terbatas ini
mungkin ditujukan untuk mencegah paparan matahari langsung terhadap produk
jadi.
3.3 Faktor Radiasi
Pada observasi di PT. Salim Ivomas Pratama tidak didapatkan adanya sumber
dan pemaparan terhadap radiasi.
3.4 Faktor Kimia
Berdasarkan hasil pemantauan dan diskusi yang dilakukan pada bagian pembuatan
minyak kelapa sawit, terdapat beberapa bahan kimia yang digunakan untuk menghasilkan
produk-produk dapur seperti minyak goreng dan margarin. Bahan-bahan tersebut
digunakan dengan hati-hati untuk meminimalisir potensi yang dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan para pekerja.
28
Pada setiap proses produksi minyak, mulai dari proses memanen kelapa sawit
menghasilkan minyak goreng dan margarin digunakan beberapa bahan kimia. CPO
(Crude Palm Oil) yang telah diperoleh dari buah kelapa sawit yang telah dipanen akan
melewati proses degumming menggunakan senyawa kimia berupa H3PO4+ (asam fosfat)
sehingga menghasilkan DPO (Degummed Palm Oil).
Proses produksi berikutnya adalah bleaching dengan bahan kimia bleaching earth
yang menghasilkan DBPO (Degummed Bleach Palm Oil). Kemudian dilanjutkan dengan
proses deodorizing dengan melewatkan uap panas yang menghasilkan RBDPO (Refined
Bleach Deodorized Palm Oil) dan PFAD (Palm Fatty Acid Distillate). Proses produksi
terakhir adalah kristalisasi dan filtrasi RBDPO menjadi RBD Palm Olein yang
selanjutnya dikemas sebagai minyak goreng serta RBD Palm Stearine yang selanjutnya
dikemas menjadi margarin.
Bahan kimia yang digunakan dalam produksi minyak goreng dan margarin di
pabrik ini adalah H3PO4+ dan bleaching earth. H3PO4+ merupakan senyawa kimia yang
bersifat asam kuat sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit apabila terjadi kontak
langsung, namun bersifat non-toksik jika dikonsumsi. Pekerja di pabrik diperlengkapi
dengan pakaian khusus, sarung tangan latex, dan sepatu tertutup.
Bleaching earth digunakan pada proses pemurnian yang terdiri dari senyawa kaya
mineral (attapulgite, bentonite, montmorillonite). Senyawa tersebut tidak toksik bila
dikonsumsi, tidak iritatif pada kulit, namun bisa menyebabkan iritasi pada mata bila
terjadi gesekan, dan dapat terhirup dalam saluran pernapasan yang dapat menimbulkan
fibrosis pada jaringan paru dalam paparan jangka panjang yang melebihi batas paparan
standar. Oleh karena itu, tenaga kerja di pabrik menggunakan pakaian khusus, sepatu
tertutup, sarung tangan latex, dan masker respiratoar. Selain itu juga tersedia wastafel
untuk mencuci tangan di setiap ruang produksi.
Setiap bahan kimia yang digunakan di pabrik dilengkapi dengan material safety
data sheet (MSDS) yang berisi penjelasan mengenai tingkat bahaya kesehatan,
kebakaran, dan ledakan yang mungkin terjadi serta informasi terkait lainnya yang
berhubungan dengan bahan tersebut. Pada pabrik ini juga terdapat 5 (lima) standar untuk
penyimpanan dan penggunaan bahan kimia dimana setiap bahan kimia diberikan label,
ditutup dengan baik, dilengkapi dengan MSDS, untuk bahan kimia cair dilengkapi dengan
secondary container untuk mengisolasi kebocoran, serta setiap bahan kimia tidak boleh
ditempatkan pada wadah yang tidak sesuai.
29
Secara keseluruhan K3 yang dilaksanakan oleh pabrik terhadap faktor kimia telah
cukup baik dan berjalan penerapannya.
3.5 Faktor Biologi
Menurut hasil pengamatan dan tanya jawab yang telah dilakukan oleh kelompok
di perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk. didapatkan data sebagai berikut:
Keadaan kantin dibagian tempat makan sudah baik, hal ini terlihat dari
kebersihan kantin yang baik termasuk didalamnya tidak tampak adanya sampah yang
berserakan, sudah tersedianya fasilitas tempat cuci tangan dan air bersih yang dibersihkan
2x sehari yaitu pagi dan sore. Selain itu, sistem manajemen di kantin pun sudah cukup
baik. Makanan disajikan dalam tray-tray makanan dengan porsi nasi sesuai keinginan
tenaga kerja. Makanan disediakan oleh perusahaan dengan sistem catering, dimana
makanan dimasak di luar perusahaan.
Sumber air minum yang dikonsumsi oleh tenaga kerja disediakan oleh PT. Tirta
Sukses Perkasa dalam bentuk air minum dalam kemasan.
Dari bagian tempat penyimpanan makanan yang telah dimasak tampak bersih dan
tidak dicurigai adanya vektor penyakit.
Tidak ditemukan adanya biological hazard pada lingkungan PT. Salim Ivomas
Pratama, Tbk.
3.6 Faktor Psikologi
Faktor lain yang berkaitan dengan lingkungan kerja adalah faktor
psikologi. Adapun faktor-faktor psikologi yang terdapat pada lokasi yang kami
amati adalah sebagai berikut:
a. Kantin Perusahaan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kantin perusahaan, tampak adanya
pembagian waktu untuk istirahat menjadi 2 yaitu jam 11.00 13.00 dan 18.00
- 20.00. Hal ini dimaksudkan karena mengingat jumlah tenaga kerja sekitar
460an orang lebih dan untuk meningkatkan kenyamanan para tenaga kerja saat
istirahat terutama saat makan siang di kantin. Pembagian waktu istirahat ini
dibuat agar dapat benar-benar digunakan oleh tenaga kerja untuk
menghilangkan kepenatan setelah beberapa jam bekerja.
Pembagian makanan untuk para tenaga kerja sudah ditentukan oleh
perusahaan, yaitu masing-masing tenaga kerja mendapatkan sebuah porsi
30
makanan yang berisi nasi dan lauk pauk dengan menu yang sudah ditentukan.
Menu makanan ini hanya diberikan kepada tenaga kerja yang masuk kerja
shift pagi dan siang. Untuk tenaga kerja shift malam, mereka diberikan roti
saja. Menu yang diberikan untuk tenaga kerja sudah disajikan dengan 2-3
variasi jenis menu setiap harinya, lalu masing-masing tenaga kerja dapat
memilih salah satu dari menu tersebut. Hal ini dapat menimbulkan para tenaga
kerja menjadi bosan dengan menu yang disediakan, sehingga terdapat penjual
makanan di sisi seberang kantin yang bersifat komersil, dimana makanan dan
minuman yang dijual dapat dibeli oleh tenaga kerja apabila mereka merasa
bosan atau kurang cocok dengan menu di hari tersebut. Di kantin juga
disediakan media hiburan berupa televisi, yang tergantung di kedua sisi kantin,
media ini dapat membantu menghilangkan kepenatan para tenaga kerja
sembari menyantap hidangan makanan mereka.
b. Klinik
Terdapat klinik dengan tenaga professional dan didukung dengan perlengkapan
medis yang cukup lengkap, tenaga medis dan para medis yang ramah.
Sehingga tenaga kerja yang merasa tidak sehat dapat segera berobat bila
dibutuhkan.
c. Jadwal tenaga kerja
Pada bagian ini terdapat faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
tenaga kerja. Setiap hari, tenaga kerja bekerja selama 8 jam dengan sistem shif
yang terbagi 3 shift setiap harinya, yaitu 07.00-15.00, 15.00-23.00, 23.0007.00. Sistem shift ini berlaku hampir di seluruh bagian perusahaan, namun
terdapat bagian, misalnya bagian office yang memiliki jadwal kerja 1 shift
setiap hari Senin-Jumat dari pukul 08.00-17.00, namun mendapat jadwal libur
di hari Sabtu dan Minggu. Masing-masing pegawai sudah memiliki pembagian
tugas masing-masing, sehingga tenaga kerjaan tersebut relatif tidak variatif.
Hal ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi para tenaga kerja. Beberapa bagian
dari pembagian kerja di perusahaan tersebut memperkerjakan karyawannya
dengan posisi berdiri terus-menerus, sekitar 7 jam per hari, sehingga dapat
menimbulkan kelelahan fisik dan mental bagi para tenaga kerja.
31
d. Tempat ibadah
Pada perusahaan tersebut, disediakan sarana untuk beribadah. Hal ini
ditujukan agar para tenaga kerja dapat menghilangkan kejenuhan dan
menyempatkan diri untuk beribadah selagi bekerja. Selain itu, hal ini juga
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi waktu dari para tenaga kerja
sehingga tidak perlu meninggalkan lokasi pabrik untuk beribadah.
3.7 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil pengamatan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk., didapatkan beberapa
APD yang telah tersedia. Jenis-jenis APD tersebut adalah :
A. Kepala : berupa helm yang digunakan para tenaga kerja yang bertugas di power
plant, gudang barang jadi. Dan penutup kepala pada bagian packaging dan kantin
untuk mecengah rambut masuk kedalam barang produksi dan makanan
B. Telinga : berupa earmuff yang digunakan pada bagian power plant dan ruang genset.
C. Pernapasan dan mulut: digunakan masker hijau pada ruang packaging dan kantin
untuk mencegah masuknya debu sekaligus mencegah masuknya droplet kedalam
bang produksi dan makanan.
D. Pakaian kerja : pakaian tenaga kerja selama berkerja pada lingkungan kerja
disediakan oleh perusahan. Pakaian kerja tidak dibawa pulang dan hanya dipakai
saat jam kerja, dan dilakukan pencucian oleh perusahan melalui pihak ketiga.
E. Tangan : para pekerja dibagian packaging terlihat tidak menggunakan sarung
tangan, hal ini menyebabkan paparan packaging berupa kardus dan plastik yang
relative tajam pada tepiannya beresiko melukai tangan pekerja.
F. Alas kaki : alas kaki disediakan oleh perusahan untuk dipakai dalam lingkungan
kerja. Sebagian tenaga kerja tidak disiplin dalam menggunakan alas kaki
(menginjak bagian belakang dari sepatu), sehingga berisiko menyebabkan
kecelakaan kerja.
3.8 Pengolahan Limbah Perusahaan
Pengolahan limbah
Limbah cair:
o
Limbah padat
Limbah padat berupa PFAD akan ditampung sementara kemudian dijual kepada
perusahaan lain sebagai bahan baku lilin, sabun batang atau lipstick.
33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Higiene perusahaan merupakan hal yang penting demi terciptanya tenaga kerja
yang produktif. Dengan lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan derajat
kesehatan yang baik sesuai UU no 1 tahun 1970 dengan visi Gema Daya K3 tahun 2015.
Berdasarkan hasil observasi kami terhadap higiene perusahaan PT Salim
IVOMAS Pratama yang dilakukan pada 25 Januari 2015 maka kami berkesimpulan
sistem manajemen K3 untuk menciptakan higiene perusahaan sudah baik.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, dari faktor fisika bagian vibrasi,
pemakaian APD sarung tangan untuk bagian packaging (seal dirigen) dapat
direkomendasikan. Dari faktor fisika bagian iklim kerja (suhu), regulasi suhu di
warehouse dan boiler dapat ditingkatkan dengan pemberian air minum dan exhaust fan.
Dari segi penerangan, bagian warehouse dapat ditingkatkan dengan pengaturan tata letak
lampu.
34