Anda di halaman 1dari 25

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN PT.

PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE Tbk. BANDUNG


TANGGAL 04 DESEMBER 2019

KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

dr. Annisa Azis dr. Fenzy Septiana Anggraini


dr. Anwar Munajat dr. Indra Bayu
dr. Arni Yunasarasti dr. Levy Budiarti Shurianto
dr. Audrey Ritha Pangkerego dr. Linda Lingas
dr. Chairunnisa Mozin dr. Malvin Owen Hardicar
dr. Dede Satmoko dr. Melly Anggreini
dr. Devin Wirawan dr. Putri Yuliani W
dr. Fahreza Lazuardi Nasution dr. Wulan Febriarty

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Kementrian


Ketenagakerjaan Indonesia Periode 02-07 Desember 2019
Bandung
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, sangat banyak bermunculan perusahaan-perusahaan


dari berbagai macam bidang usaha, beriringan dengan begitu pesatnya
perkembangan ilmu dan teknologi serta persaingan ekonomi yang salah
satunya adalah perusahaan di bidang industri. Untuk menghasilkan
produk terbaik dan mempermudah kelancaran proses distribusi maka
dibutuhkan penggunaan berbagai jenis alat dan bahan baik secara fisik,
biologis, maupun kimiawi yang tidak selamanya aman dan berpotensi
meningkatkan risiko bahaya di lingkungan kerja. Pola dan kebiasaan dari
para tenaga kerja saat bekerja juga berpengaruh dalam tingkat
kecelakaan kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu upaya


untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, serta bebas dari
pencemaran lingkungan juga melindungi pekerja agar memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan sosial yang pada
akhirnya bertujuan untuk melindungi semua dari jenis-jenis kecelakaan
dan penyakit akibat kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
dan efisiensi produksi. Untuk itu, kebijakan terkait penerapan K3 dalam
suatu lingkup kerja perusahaan perlu diperhatikan.

Menurut Suma’mur, higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam


ilmu higiene beserta praktiknya dengan mengadakan mempelajari faktor-
faktor kualitatif dan kuantitatif dalam pekerjaan dan lingkungan kerja dan
masyarakat sekitarnya serta melakukan tindakan korektif dan preventif
dalam pekerjaan dan lingkungan kerja agar pekerja dan masyarakat
sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dengan cukup baik. SMK3
dimulai dari penerapan K3, evaluasi dan peninjauan ulang, hingga

2
peningkatan berkelanjutan. Penentuan hazard (potensi bahaya) pada
perusahaan juga harus menjadi salah satu fokus karena menjadi faktor
risiko bagi tenaga kerja.

Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk
upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan akibat proses produksi perusahaan, maka pada hari Rabu, 4
Desember 2019 dilakukan kunjungan ke perusahaan yang bergerak
dalam produksi sepatu, yaitu PT. Primarindo Asia Infrastructure, TBK
(TOMKINS). Kunjungan perusahaan ini ditujukan untuk :

1. Mengetahui sejauh mana penerapan sistem K3 di PT. Primarindo


Asia Infrastructure, TBK (TOMKINS),
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di
PT. Primarindo Asia Infrastructure, TBK (TOMKINS),
3. Mengetahui bagaimana pengelolaan limbah industri di PT.
Primarindo Asia Infrastructure, TBK (TOMKINS).

Selanjutnya, data-data yang diperoleh akan dianalisa agar


kemudian dilakukan upaya pemecahan masalah yang ada di perusahaan
industri tersebut supaya dapat diterapkan pada sistem K3 demi keamanan
dan kesehatan seluruh tenaga kerja guna memaksimalkan kinerja.

1.2 DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen dan
Kesehatan Kerja (SMK3)
1.3 Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan
PT. Primarindo Asia Infrastructure, TBK (TOMKINS)
2. Alamat
Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Gedebage – Bandung, Jawa Barat

3
3. Sejarah dan Perkembangan
PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (“Perseroan”)
didirikan pada tahun 1988 dengan nama PT Bintang Kharisma,
dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pada
tahun 1994, perseroan mencatatkan dan menjual sahamnya di
Bursa Efek Jakarta, dan menjadi PT Bintang Kharisma Tbk. Pada
tahun 1997, perseroan mengganti nama dari PT Bintang Kharisma
Tbk menjadi PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Perseroan ini
bergerak di industri alas kaki, meliputi produksi dan pemasaran
sepatu jenis sports/casual ke pasar lokal dan internasional. Pada
awal pendirian, perseroan ini memproduksi sepatu sport seluruhnya
dengan tujuan ekspor. Namun, pada tahun 2002, Reebok yang
merupakan pembeli utama perseroan melakukan relokasi usaha
yang berakibat terhentinya order. Seiring dengan terhentinya order
ekspor tersebut, Perseroan mulai merintis sebuah brand sepatu
untuk pasar dalam negeri dengan merk sendiri yaitu “TOMKINS”.
4. Kegiatan Usaha
PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. memiliki kegiatan usaha
produksi sepatu merk “TOMKINS”, juga menerima order produksi
sepatu merk lain untuk keperluan ekspor, seperti Lonsdale, Dunlop,
Firetrap, dan lain-lain.
5. Jumlah Karyawan
Total karyawan di PT. Primarindo Asia Infrastructre berjumlah 800
orang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia 20-
55 tahun.
6. Jam Kerja Karyawan
PT. Primarindo Asia Infrastructre menerapkan jam kerja operator
dan jam kerja kantor yang masing-masing adalah 8 jam per hari.
7. Jaminan Asuransi Kesehatan
PT. Primarindo Asia Infrastructre bekerja sama dalam memberikan
jaminan kesihatan pada setiap karyawan yaitu BPJS kesehatan,

4
BPJS ketenagakerjaan, dan jaminan untuk tenaga kerja lainnya
yang diwajibkan oleh pemerintah.
8. P2K3
PT. Primarindo Asia Infrastructre telah memiliki menejemen P2K3
yang terstruktural disetiap departemen kerja dan dikepalai oleh
direktur utama.

1.4 PROSES PRODUKSI

Gambar 1. Denah Kawasan Industri PT. Primarindo Asia Infrastructure

1.5 Landasan Teori

Menurut Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara


(2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko
keseamatan dan resiko kesehatan. Resiko keselamatan merupakan
aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering
dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan
mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan
latihan.

5
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
menyatakan bahwa :

1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan, meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempar kerja perlu terjamin
pula keselamatannya.
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara
aman dan efisien.

Untuk melakukan perlindungan akan tiga hal tersebut dibutuhkan


upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja dengan peraturan
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, dan teknologi. Undang-undang ini mengatur keselamatan
kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun
di udara wilayah kekuasaan hukum republic Indonesia. Syarat – syarat
keselamatan kerja ditetapkan untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat pelindung diri pada tenaga kerja
7. Mencegah atau menyebar luasnya suhu, kelembaban debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,cuaca, sinar, atau
radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja baik fisik,
psikis, keracunan, infeksi dan penularannya
9. Memperoleh penerangan suhu yang sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

6
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan, dan penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan
yang berbahaya.

Penerapan K3 merupakan sebuah investasi perusahaan untuk


mencegah terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan
terutama agar dapat mencegah adanya kecelakaan kerja. Dalam hal ini,
fungsi dokter perusahaan diperlukan dalam promotif, pereventif, kuratif
dan rehabilitatif.

Pengendalian risiko bahaya

Pengendalian risiko suatu bahaya terbagi dua yakni, pengendalian


teknis dan pengendalian administratif.

Pengendalian teknis (Enginering Control) terdiri dari :

1. Eliminasi bahan/alat yang berisiko menimbulkan bahaya


2. Substitusi atau mengganti bahan dengan yang kurang berbahaya
3. Isolasi bahan yang berbahaya
4. Pemasangan pengaman pada mesin atau alat
5. Pemasangan ventilasi

Pengendalian administratif (Administration Control) terdiri dari beberapa


bagian :

1. Pengaturan waktu kerja


2. Rotasi kerja/mutasi kerja

7
3. Pemeriksaan kesehatan berkala sekali dalam setahun
4. Pelatihan K3
5. Pemeliharaan peralatan dan fasilitas kerja
6. Pelaksanaan SOP
7. Pemasangan rambu-rambu peringatan
8. Audit/inspeksi.

8
BAB II

PELAKSANAAN

2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan

Kunjungan Perusahaan ke PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk


(Pabrik Sepatu Tomkins) dilakukan oleh kelompok 3 pada hari Rabu
tanggal 4 Desember 2019, pukul 09.30 – 11.00 WIB.
2.2 Lokasi Pengamatan

PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk (Pabrik Sepatu Tomkins),


adalah perusahaan yang bergerak dibidang produksi sepatu, yang
berlokasi di Jalan Ranca Bolang No.98 , Kecamatan Gedebage, Kota
Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40286.

9
BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

Kontruksi : Bangunan sesuai kontruksi Factory

Maintenance : Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perawatan

No
Nama Peralatan Pemeriksaan Berkala
.

1 Mesin potong setiap minggu dan setiap tahun

2 Mesin emboss setiap minggu dan setiap tahun

3 Mesin heater sablon setiap minggu dan setiap tahun

4 Mesin jahit setiap minggu dan setiap tahun

5 Mesin eyelet setiap minggu dan setiap tahun

6 Conveyor setiap minggu dan setiap tahun

7 Mesin laminating setiap minggu dan setiap tahun

8 Mesin press setiap minggu dan setiap tahun

9 Mesin toe lasting setiap minggu dan setiap tahun

10 Mesin heel press setiap minggu dan setiap tahun

11 Mesin pola setiap minggu dan setiap tahun

12 Mesin buffing setiap minggu dan setiap tahun

13 Mesin shoe press setiap minggu dan setiap tahun

Mesin universal
14 setiap minggu dan setiap tahun
press

15 Mesin drying setiap minggu dan setiap tahun

Mesin shoe tongue


16 setiap minggu dan setiap tahun
press

10
B. BAHAN DAN PROSES KERJA

Bahan baku
 Lem
 Karet kulit sintetis
 Tekstil kanvas dan kain
 Emboss

Proses pembuatan

rubbering cutting assembling

Upper

skiving buffing gauge stitching finishing shoelace

Sole

cutting pengepresan

Assembling

C. LANDASAN KERJA

Perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Memiliki luas


bangunan utama sekitar 4,1 ha. Terdiri dari bangunan utama pembuatan
sepatu dan bangunan pendukung lainnya seperti factory outlet, koperasi,
sarana ibadah dan tempat lainnya.

ma
cementing 11
toe lasting side lasting heel lasting bo
insole board
ga
ga
Bangunan pabrik merupakan bangunan permanen terbuat dari batu
bata dan semen, lantai berkeramik, dengan atap berjarak tinggi
berkonstruksi baja atap dari alumunium. Terdapat akses pintu yang lebar
dan terbuka, ventilasi di beberapa ruangan ada namun terbatas. Terdapat men
men
sarana toilet, akses berjalan, meja administrasi, kotak P3K tersedia di
packing finishing stitching pressing
masing-masing bagian. Kebersihan dan kerapihan pabrik cukup terjaga.
an u
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. telah memiliki SOP di
masing-masing bagian proses pembuatan sepatu, SOP tersebut terdapat
di setiap tempat proses pembuatan sepatu dan mudah dilihat dan dibaca
oleh para karyawan. SOP tersebut harus dilaksanakan oleh setiap
pekerja dan diawasi oleh supervisor.

D. SOP KERJA

Pada pembuatan sepatu ini, sepatu dibedakan menjadi 2 komponen


yaitu upper dan bottom. proses pembuatan sepatu ini pun dibagi menjadi
3 tahapan yaitu proses dibagian upper, bottom dan assembling.
Upper merupakan bagian atas sepatu dengan bahan kulit, kulit
sintesis, textile dan asesoris. Adapun proses pembuatan upper terdiri dari:
1. Cutting
Cutting adalah proses pemotongan bahan baku menjadi kmponen
upper sesuai model
2. Preparation
Adalah proses persiapan untuk komponen penjahitan yang terdiri
dari printing, embossing logo, skiving, pre buffing kulit.
3. Sewing
Merupakan proses penjahitan bagian komponen untuk menjadi
upper.
Bottom merupakan bagian bawah sepatu yang terbagi dalam 2
komponen yaitu outsole dengan bahan karet dan mid sole dengan bahan
EVA. Alur proses pembuatan bottom yaitu:
1. Compound
Yaitu proses pencampuran bahan kimia sesuai formula

12
2. Kneader rolling
Proses pencampuran kimia dalam 1 formula menjadi bahan
setengah jadi
3. Press out sole
Proses pengepresan bahan setengah jadi menjadi bahan jadi (out
sole dan EVA)
4. Stock fit
Proses penempelan bagian out sole dan mid sole
Setelah terbentuk bagian upper dan bottom tahap selanjutnya adalah
assembling yaitu proses perakitan antara upper dan bottom melalui
proses lasting, buffing, dan cementing, bonding, press dan finishing
(cleaning, labeling, dan packing). Selesai produksi produk sepatu dicek
quality control. Sepatu yang lolos pengecekan quality control dikumpulkan
di Gudang penyetokan sepatu untuk kemudian didistribusikan ke toko-
toko.

E. INSTALASI LISTRIK

PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk., dalam melakukan kegiatan


produksinya menggunakan sumber Listrik yang berasal dari PLN.

Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis


penerangan yaitu penerangan sumber alami seperti matahari dan sumber
buatan seperti lampu. Secara keseluruhan ruangan pabrik utama
penerangannya kurang. Ada beberapa lampu yang mati tetapi menurut
pekerja biasanya pemeliharaan lampu seminggu sekali.

Dari peninjauan kami ke PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.,


kami dapat menyimpulkan bahwa penggunaan instalasi listrik perlu
peningkatan dan pemeliharaan yang lebih baik lagi.

13
F. PRASARANA KERJA LAIN

Pengamatan Standar

Memiliki 10 penangkal petir pada “Pada bangunan yang tingginya


setiap sisi gedungnya. kurang dari 25 meter dan mempunyai
bagian yang menonjol ke samping
harus dipasang beberapa penghantar
penurunan.” Sesuai yang termuat
dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Per.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir.

Tidak terdapat kipas angin di dalam Menurut Permenaker Nomor 5 Tahun


ruangan. Hanya terdapat beberapa 2018 tentang Keselamatan dan
exhaust dan beberapa sirkulasi Kesehatan Lingkungan Kerja, Bab II
namun tidak di seluruh ruangan. Pasal 9; Jika hasil pengukuran tempat
Letak dari exhaust hanya terdapat di kerja sebagaimana dimaksud pada
satu sisi gedung dan letak sirkulasi ayat (2) dan ayat (3) melebihi dari
berada di langit-langit gedung, NAB atau standar harus dilakukan
ventilasi terbatas, sehingga ruangan pengendalian. Pengendalian
terasa panas, terutama di ruangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
printing dan cutting. Uap panas dari dilakukan melalui : a. Menghilangkan
mesin-mesin membuat ruangan sumber panas atau sumber dingin
bertambah panas. dari tempat kerja; b. Mengganti alat,
Terdapat beberapa dispenser di bahan dan proses kerja yang
setiap ruangan yang dapat digunakan menimbulkan sumber panas atau
oleh pekerja. sumber dingin; c. Mengisolasi atau
membatasi pajanan sumber panas
atau sumber dingin; d. Menyediakan
sistem ventilasi; e. Menyediakan air
minum; f. Mengatur atau membatasi
waktu pajanan terhadap sumber
panas atau sumber dingin;

14
G. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA

KONSTRUKSI PENGAMATAN STANDART


TEMPAT KERJA
Akses keluar Terdapat 2 pintu keluar pada Akses keluar masuk
masuk ruangan sewing dan 3 pintu ruangan aman
keluar pada 2 ruangan lainnya;
akses keluar masuk ruangan
aman
Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian Kebersihan dan kerapian
kerapian tataruang terjaga dan tidak tataruang tidak
tataruang menghalangi akses jalan berantakan dan
merintangi akses jalan
Jaminan Terdapat jaminan keselamatan Terdapat jaminan
keselamatan peralatan dan dilakukan keselamatan peralatan,
peralatan, bahan pemeliharaan secara berkala bahan dan benda-benda
dan benda- dalam ruangan
benda di dalam
ruangan
Tanda Tanda peringatan ada dan Terdapat tanda
peringatan terpasang dengan baik, mudah peringatan pada daerah
dilihat dan dibaca, jalur evakuasi dengan resiko tinggi.
juga terpasang dan mudah Tersedia arahan jalur
diikuti hingga pintu keluar evakuasi
penanggulangan
bencana

H. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN RAMBU


PERINGATAN

SARANA PENGAMATAN STANDART


APAR Setiap gedung oprasional sudah Memiliki sistem proteksi
terdapat alat pemadam kebakaran dan terdapat
kebakaran ringan ( APAR). apar yang
Masing-masing gedung terdapat pemasangannya dan
alat -/+ 21 unit APAR kecil dan 2 pemeliharannya sesuai
unit APAR besar yang berisikan dengan permenaker no

15
powder dan semua APAR sudah per 04/MEN/1980.
dicek ulang kadaluarsanya.
Selain APAR terdapat alat
pemadam api lainnya yaitu
HYDRANT 1 unit, dan oleh tim
perusahaan dilakukan
pengecekan sekitar 6 bulan atau
setahun sekali.

Rambu Pada area kerja sudah terdapat Rambu peringatan harus


peringatan jenis-jenis rambu peringatan diwaspadai oleh seluruh
yang selalu diwaspadai oleh penghuni perusahaan.
seluruh penghuni perusahaan.

Rambu peringatan bahaya


kebakaran digunakan berupa
alarem kebakaran / sistem audio
/ tata suara yang sudah
tehubung kesetiap gedung.

Rambu peringatan yang ada


antara lain , pemasangan APD,
jalur evakuasi, Titik kumpul ,
pintu keluar, dilarang merokok,
bahan mudah terbakar.

I. ALAT PELINDUNG DIRI

APD CIRI CIRI PENGAMATAN STANDART

Helm - Keseluruhan Pekerja


pekerja tidak menggunakan helm

16
menggunakan sesuai dengan
helm. risiko kerja tertimpa
benda berat.

Masker Berbahan kain Beberapa pekerja Pekerja


katun tidak menggunakan menggunakan
masker. masker.

Sarung tangan Berbahan kain wol Beberapa pekerja Pekerja


tidak menggunakan menggunakan
sarung tangan. sarung tangan
sesuai dengan
risiko kerja
(paparan bahan
berbahaya)

Apron Berbahan kain Beberapa pekerja Pekerja


katun tidak menggunakan menggunakan
apron apron

Sepatu Sepatu yang Beberapa pekerja Semua pekerja


digunakan tidak menggunakan menggunakan
berbahan kanvas sepatu di sepatu.
dengan alas karet. lingkungan kerja.
Berguna untuk
melindungi kaki
dari bahaya panas
dan benturan dan
luka.

Ear muff Sebagai pelindung Keseluruhan Pekerja


dari kebisingan. pekerja tidak menggunakan ear
menggunakan ear muff/ear plug di
muff pada tempat tempat dengan
dengan kebisingan. kebisingan > 85 Db
lebih 7 jam.

J. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI

17
Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi
Terdapat 1 sistem alarm kebakaran Terdapat di semua
di setiap ruangan yang terletak di ruangan, dan juga
Fire Alarm
dekat pintu. Posisi alarm gampang terdapat di luar ruangan,
dijangkau dan gampang ditemukan. di setiap lorong

Emergency Emergency Lamp terdapat di atas Terdapat Emergency


Lamp pintu setiap ruangan. Lamp di semua ruangan

Rambu-rambu yang menujukan


lokasi jalur evakuasi terdapat di Rambu – rambu yang
dalam ruangan dan luar ruangan, menunjukan lokasi jalur
berwarna merah dengan posisi evakuasi cukup jelas,
rambu mudah terlihat dan kondisi berwarna hijau dengan
Rambu –
rambu cukup baik. Setiap ruangan kondisi yang cukup baik.
Rambu
terdapat peta jalur evakuasi yang Peta jalur evakuasi juga
Jalur
jelas. Terdapat titik kumpul yang jelas terdapat di setiap
Evakuasi
berada pada lahan kosong. Namun, ruangan.
hanya tersedia satu pintu untuk Tempat berkumpul Titik
ruangan sebesar itu. Ada beberapa Point berada pada lahan
pintu keluar, namun dalam keadaan yang kosong.
terkunci.
Terdapat di setiap 2
tiang, dalam keadaan
Dalam setiap ruangan terdapat baik,mudah dijangkau.
APAR (Alat APAR lebih 1, diletakkan di tiang terdapat cara
Pemadam dan dinding dalam dan luar penggunaan,
Api ruangan. Di beberapa apar terdapat maintenance
Ringan) cara penggunaannya. APAR rutin dilaksanakan sesuai
dilakukan pengecekan.  aturan, sesuai dengan
seharusnya pengecekan
dilakukan 1 tahun sekali

K. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

18
Kejadian Pengamatan Standart
Kecelakaan Kerja
Angka kejadian Menurut PT. Primarindo Asia PT. Primarindo Asia
kecelakaan kerja Infrastructure Tbk, angka Infrastructure Tbk
kejadian kecelakaan kerja seharusnya lebih
sangat minimal. Menurut memperhatikan keselamatan
mereka, kecelakaan kerja yang kerja tenaga kerjanya
pernah terjadi yaitu luka potong dengan menerapkan budaya
serta amputasi dan luka tusuk di K3 di perusahaannya serta
bagian cutting dan sewing. Kami melakukan pengawasan dan
tidak mendapatkan data yang pembinaan terhadap
menggambarkan angka kejadian penerapan keselamatan
kecelakaan perusahaan kerja. Promosi kesehatan
tersebut. Tidak terdapat seperti apa itu APD,
spanduk dan poster tentang pentingnya APD, cara
keselamatan kerja dan pemakaiannya, dan
peraturan tentang penggunaan dilakukan evaluasi.
alat pelindung diri di setiap Kecelakaan kerja yang
bidang perusahaan. Dalam terjadi dalam tempat kerja
penggunaan alat pelindung diri wajib dilaporkan oleh
masih banyak pegawai yang pengurus kepada pejabat
belum menggunakannya, yang ditunjuk oleh menteri
sehingga risiko terjadinya tenaga kerja.
kecelakaan kerja di perusahaan
tersebut cukup besar.

L. PERSONIL KESELAMATAN KERJA

Pada perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.,


masing-masing departemen memiliki personel keselamatan kerja yang
di ketua langsung oleh direktur perusahaan.

19
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hokum Saran


1. PT. Primarindo Pegawai yang tidak Peraturan menteri Lebih sosialisakan
Asia taat menggunakan tenaga kerja dan penggunaan ear muff
Infrastruktur, tbk APD berupa ear transmigrasi RI No. , masker, sarung
- Pekerja muff, masker dan PER.08/MEN/VII/2010 tangan dan bahaya
bagian sarung tangan. tentang Alat Pelindung yang terjadi untuk
Rubbering, Diri jangka panjang jika
Cutting dan UU no 1 tahun 1970 pegawai tidak
Assembling. tentang keselamatan menggunakan ear
  kerja pasal 2 muff , makser dan
sarung tangan.
Briefing untuk
mengecek
kelengkapan APD
sebelum memulai
kerja.
Pengawasan berkala
oleh pihak terkait.
2. PT. Primarindo Ruangan yang Peraturan menteri Menambahkan
Asia terasa panas tenaga kerja dan exhaust, atau kipas
Infrastuktur, tbk karena tidak transmigrasi RI No. 5 angin agar udara
-  Pekerja memiliki exhaust tahun 2018 tentang didalam ruangan
bagian yang cukup, Keselamatan dan kerja agar udara
Rubbering dan ventilasi kurang, Kesehatan Kerja didalam ruangan
Cutting dan ruangan yang Lingkungan Kerja tidak terlalu panas
memiliki bau yang sehingga akan
kuat dari bahan lem meningkatkan
untuk sepatu yang produktivitas para
digunakan pekerja
3. PT. Primarindo Secara keseluruhan Peraturan menteri Penggunaan instalasi
Asia ruangan pabrik ketenagakerajaan RI listrik perlu
Infrastuktur, tbk utama No. 5 tahun 2018 peningkatan dan
-  Ruang pabrik penerangannya tentang Keselamatan pemeliharaan yang

20
utama kurang. Ada dan Kesehatan Kerja lebih baik lagi.
beberapa lampu Lingkungan Kerja
yang mati tetapi Pasal 16
menurut pekerja
biasanya
pemeliharaan lampu
seminggu sekali.

4. PT. Primarindo Secara keseluruhan Peraturan menteri Kebersihan langit-


Asia kebersihan sangat ketenagakerajaan RI langit ruangan lebih
Infrastuktur, tbk kurang terutama di No. 5 tahun 2018 diperhatikan lagi.
-  Ruang pabrik bagian atas tentang Keselamatan
utama ruangan banyak dan Kesehatan Kerja
jaring laba-laba . Lingkungan Kerja
Menurut pekerja Pasal 28
setiap hari “office
boy” membersihkan
ruangan tetapi
hanya bagian
bawah.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Dari hasil pengamatan, secara keseluruhan PT.
Primarindo Asia Infrastructure Tbk Indonesia sudah menjalankan
program K3 dengan cukup baik, memenuhi standar, dan memiliki
angka kejadian yang kecil. Namun, masih ada beberapa hal yang
perlu diperbaiki:

1. Di bagian Rubbering, Cutting dan Assembling. terdapat


pegawai yang tidak taat menggunakan APD berupa ear
muff, masker dan sarung tangan.
2. Di bagian Rubbering dan Cutting ruangan terasa panas
karena tidak memiliki exhaust yang cukup, ventilasi
kurang, dan ruangan yang memiliki bau yang kuat dari
bahan lem untuk sepatu yang digunakan.
3. Di ruang pabrik utama penerangannya kurang dan ada
beberapa lampu yang mati.
4. Di ruang pabrik utama secara keseluruhan kebersihan
sangat kurang terutama di bagian atas ruangan banyak
jaring laba-laba.

B. SARAN

Dari pemaparan makalah di atas, maka beberapa saran


yang dapat diajukan untuk PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
adalah:

22
1. Mensosialisasikan penggunaan ear muff, masker, sarung
tangan, dan bahaya yang terjadi untuk jangka panjang jika
pegawai tidak menggunakan APD.
2. Diadakan briefing untuk mengecek kelengkapan APD
sebelum memulai kerja di setiap shift.
3. Meningkatkan supervise pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja.
4. Penambahan exhaust dan ventilasi di ruangan dengan
sirkulasi udara yang tidak cukup, sehingga ruangan tidak
terasa panas dan ruangan dengan bau yang kuat dari bahan
– bahan berbau menyengat.
5. Kebersihan langit-langit ruangan sampai lantai tempat kerja
lebih diperhatikan lagi.

BAB VI

PENUTUP

23
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
upaya dan usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental, maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak selalu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tapi juga mental, psikologis
dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
unsur yang penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah
sangat banyak berbagai peraturan-perundang undangan yang
dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Meskipun banyak ketentuan yang mengatur masalah kesehatan
dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak factor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang
disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak
pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan system menejemen
kesehetan dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu
melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para
pekerja, tapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan
dan produktivitas nasional.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai