Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM

Disusun oleh :

dr. Wanti Oktaviani

Pembimbing :

dr. Agustin Ratnawati, Sp.A

dr. Devvy Megawati

RUMAH SAKIT UMUM AN-NISAA’

BLITAR

2017
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
• Nama : An. E
• Umur : 2 tahun 10 bulan
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Sumberasri RT/RW 02/04 talun
• No. RM : 021310
• Tgl MRS : 3 Juli 2017

II. Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny. N
Umur 32 thn 28 thn
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
Agama Islam Islam
Perkawinan 1 1

III. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada ibu pasien (heteroanamnesis).

o Keluhan Utama : Kejang


o Keluhan tambahan : Panas
o Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD RSU Annisaa’ dengan
keluhan kejang sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS. Kejang
yang terjadi sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat
kejang tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan
kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil. mata tidak
mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari mulut
pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah
kejang pasien sadar dan menangis.
Ibu pasien mengatakan sebelum kejang didahului keluhan panas kurang
lebih 1 hari ,panas dirasakan naik turun, panas turun ketika diberikan obat
penurun panas (paracetamol ) yang dibeli diapotik. Dan ini merupakan
serangan kejang yang kempat, serangan pertama waktu umur pasien 11
bulan,kedua pada waktu umur pasien 2 tahun,ketiga pada waktu umur
pasien 2 tahun 9 bulan, keempat yang terjadi sekarang .
Tidak ada keluhan batuk,pilek, sakit telinga maupun cairan yang keluar
dari telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan.

o Riwayat Penyakit Dahulu :


Kejang demam
o Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien mempunyai riwayat kejang demam pada waktu usia 24 tahun
setelah itu tidak pernah kejang lagi sampai sekarang.
o Riwayat Pengobatan : Paracetamol
o Riwayat Kehamilan :
Selama hamil Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun
tidak setiap bulan.Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan
(-), perut tegang (-), BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-
), dan darah tinggi (-).
o Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3200 gram
Panjang lahir : 50 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
o Riwayat Imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai
jadwal.

Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 18
bulan bulan
BCG √
DPT √ √ √ √
Polio √ √ √ √ √
Campak √
Hepatitis √ √
B

o Riwayat tumbuh kembang:


 Motorik kasar :
 Usia 3 bulan mulai bisa mengangkat kepala
 Usia 10 bulan mulai bisa duduk
 Usia 14 bulan mulai bisa berdiri
 Usia 18 bulan mulai bisa berjalan
 Motorik halus :
 Usia 9 bulan mulai bisa memegang benda-benda kecil/
mainan
 Usia 11 bulan mulai bisa mengucapkan kata-kata

Kesan : riwayat perkembangan cukup baik


IV. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 03 juni 2017

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : kompos mentis
 Frekwensi Nadi : 103 x/menit (reguler,kuat angkat)
 Frekwensi Pernafasan : 26 x/menit (reguler)
 Suhu tubuh : 38,6 °C
 Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 16,9 kg
√ Tinggi Badan : tidak diketahui

 Kepala
• Kepala : bulat, normocephal
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : Tidak ada kelainan
• Lidah : Tidak kotor
• Tonsil : T1 – T1, tidak hiperemis
• Faring : Tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar

Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
• Perkusi : Perkusi perbandingan kanan dan kiri sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat,
limpa dan hepar tidak teraba membesar
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (-)
Ekstremitas :deformitas (-),Akral hangat,
sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik

V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 03 juni 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil
 Leukosit  11,6
 HB  9.5
 Hematokrit  29.6
 Trombosit  239
 GDS  76 mg/dl

VI. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD RSU Annisaa’ dengan keluhan
kejang sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS. Kejang yang terjadi sebanyak 1
kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri
mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang
menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar dan menangis.
Ibu pasien mengatakan sebelum kejang didahului keluhan panas kurang lebih 1
hari ,panas dirasakan naik turun, panas turun ketika diberikan obat penurun panas
(paracetamol ) yang dibeli diapotik. Dan ini merupakan serangan kejang yang kempat,
serangan pertama waktu umur pasien 11 bulan,kedua pada waktu umur pasien 2
tahun,ketiga pada waktu umur pasien 2 tahun 9 bulan, keempat yang terjadi sekarang .
Tidak ada keluhan batuk,pilek, sakit telinga maupun cairan yang keluar dari
telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan.

VII. Diagnosa Kerja


• Kejang demam sederhana

VIII. Diagnosa Banding


• Kejang demam kompleks

VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• IVFD : KAEN 4A 10 tetes per menit
• Inj. Ampicilin 3x450 mg IV
• Inj. Metamizole 3 x 1/6 ampul
• Diet bebas
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
 Elektrolit
 Urine lengkap
X. PROGNOSIS
 Ad Vitam : Dubia ad bonam
 Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
FOLLOW UP

Tgl/bln/ta S O A P
hun
4/07/2017 Panas (-),  Vital sign: FC ec AFI  IVFD :
kejang (-) TD: - KAEN 4A 10
Nadi:110 x/menit tetes per menit
RR: 22 x/menit  Inj. Ampicilin
Temp Axilla: 36’6 °C 3x450 mg IV
 Inj.Metamizole
3 x 1/6 ampul
 Diet bebas

5/07/2017 Panas (-),  Vital sign: FC ec AFI  IVFD :


kejang (-) TD: - KAEN 4A 10
Nadi:115 x/menit tetes per menit
RR: 22 x/menit  Inj. Ampicilin
Temp Axilla: 36 °C 3x450 mg IV
 Inj.Metamizole
3 x 1/6 ampul
(K/P)
 Diet bebas

6/07/2017 Panas (-),  Vital sign: FC ec AFI KRS


kejang (-) TD: -
Nadi:115 x/menit
RR: 22 x/menit
Temp Axilla: 36 °C
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.(1) Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,
kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin
Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu
yang lebih dari 38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun
ganguan metabolic sistemik akut.(3)

Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai
demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal
atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana
seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-
klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari
15 menit (1,8).

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi
anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang
(4)
. Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan (1).

ETIOLOGI

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan
tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya
kejang (1). Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami
kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa
kecilnya (1).

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang
paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis (6).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297
anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang
akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %.
Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).

PATOFISIOLOGI (1,5)

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel
neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari
glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%.
Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi
lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke
seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan
menyebabkan terjadinya kejang.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC,
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu
40oC atau lebih.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga
kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel
neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.

MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat
berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang
dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).

Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan
dapat menunjukkan gejala sianosis (1).

Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.
Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),
maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak
dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).

KLASIFIKASI

Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)

A. Kejang Demam Sederhana:


1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun
5. Pemeriksaan EEG normal
B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:
1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal
2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama
3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun
4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya
abnormal.

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):

A. Kejang Demam Sederhana:


1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

B. Kejang Demam Kompleks


Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang
demam kompleks

Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana
(1)
.

1. Kejang demam sederhana


- Kejang berlangsung singkat < 15 menit
- Kejang umum tonik dan atau klonik
- Akan berhenti sendiri
- Tanpa gangguan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang
parsial)
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

DIAGNOSIS

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan


penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan
saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan
adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan
diagnosis ini.

Anamnesis (5)

1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis


encephalitis)
2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik
turun)
4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas,
otitis media, gastroenteritis)
5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
6. Sifat kejang (fokal atau umum)
7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai
demam atau epilepsi)
9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
10. Trauma
Pemeriksaan Fisik (5)

1. Temperature tubuh
2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam
(infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)
3. Pemeriksaan reflex patologis
4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,
encephalitis)

Pemeriksaan Penunjang (5,6)

1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan


gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada
anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala
dehidrasi.
2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis
meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda
rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah
demam
3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana
yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang
mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural
berupa kompleks tunggal atau multipel.
4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik
maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat
dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.

TATALAKSANA (1,10)

A. Antipiretik dan Antibiotik


Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat
diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari
tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk
mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.
B. Penanganan Kejang pada Neonatus
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
30 menit Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit

KEJANG (+)
Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat
diulangi lagi jarak 30 menit bila masih
kejang.
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml
NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan
0.5-1 mg/kgBB/menit)
KEJANG (-)

Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal
dari awal.
C. Penanganan Kejang pada Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

KEJANG
5 menit Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg
Berat badan > 10 kg: 10 mg
KEJANG (+)
Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

DI RS
Cari akses vena
Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)

KEJANG (+)
Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (-) KEJANG (+)


Berikan terapi rumatan bila Fenitoin bolus IV 10-20
mg/kgBB (dengan kecepatan
penyebab kejang diperkirakan
0.5-1 mg/menit)
infeksi intrakranial. Berikan
fenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari,
dibagi 2 dosis. Selama 2 hari
selanjutnya 4-5 mg/kgBB/hari KEJANG (-)
KEJANG (+)
sampai resiko kejang tidak ada.
Rumatan fenitoin IV 5-7
Transfer ke ICU
mg/kgBB/hari 12 jam
kemudian
Koreksi Hipokalemia (FCCS) :

Kadar K Koreksi
3-3,5 KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau
mEq/L 0,25 mEq/kg IV KCL dalam 1 jam
2,5-3 0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)
mEq/L
<2,5 mEq/L 0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam

PROGNOSIS

Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang
demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan
dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83
penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6
bulan-3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang
demam kambuh pada 27 penderita (1).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan
mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang
demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam
kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2
tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan
akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas
pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali
kekambuhan (1,9).

Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun
kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan
kekambuhannya 28 % (1).

Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak


yang permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan
dewasa anak tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam
kompleks, riwayat penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam,
dan memiliki riwayat gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan,
memiliki resiko tinggi untuk menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).
DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.


2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17th
edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.
3. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudolph Pediatrics. 20th Edition. Appleton &
Lange. 2002. Page 1994.
4. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi
15. Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066.
5. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview
6. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19th edition.
United States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698.
7. R Strange, Gary. Pediatric Emergency Medicine. 3rd edition. United States:
McGrawHill Companies. 2009. Page 46-47.
8. Anonym. Kejang Demam. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html
9. Maharani. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://dr-anak.com/kejang-demam-pada-anak.html
10. Anonym. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/kejang-demam-pada-anak/

Anda mungkin juga menyukai