“Alzheimer “
Kelompok 8 :
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan
serta kesempatan untuk menyusun makalah ini. Tak luput pula Shalawat beriring Salam Penulis
hadiahkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW. karena berkat Beliaulah Kita bisa menikmati
keindahan dunia yang penuh ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Tak lupa juga Penulis
berterimakasih kepada Dosen Pengampu, Vivi Triana, SKM, MPH yang dengan ketulusan dan
dengan keikhlasan hatinya senantiasa membimbing penulis dalam mengikuti perkuliahan dan
menyelesaikan tugas ini. Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak dan teman-teman yang
Makalah ini membahas tentang Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Alzheimer. Tujuan
penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih memahami tentang konsep epidemiologi
Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan baik. Jika ada kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, Penulis mohon dimaklumi, dan Penulispun mengharapkan kritik dan saran yang tentunya
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB 2 ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Dementia Alzheimer ................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi ............................................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi Demensia................................................................................................... 4
2.4 Gejala Klinis ................................................................................................................ 5
2.5 Patofisiologi ................................................................................................................ 8
2.6 Etiologi dan Faktor Risiko .......................................................................................... 9
2.7 Pedoman Diagnosis ................................................................................................... 10
2.8 Terapi ........................................................................................................................ 11
BAB 3 ...................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Begitu banyak penyakit sekarang ini yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
dan perilaku yg tidak sehat serta perkembangan usia yang senakin tua. Salah satu
penyakitnya yaitu demensia. Demensia merupakan istilah umum untuk berbagai penyakit
dan kondisi yang menyebabkan hilangnya memori yang progresif dan ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitash arian. Penyakit ini merupakan penyakit dengan penurunan kemampuan
kerja dari otak. Istilah demensia meliputi gejala-gejala seperti: gangguandalamberfikir,
menilai, berbahasa dan kemampuan dalam melakukan aktivitas harian secara normal.
Dimensia disebabkan paling umum oleh penyakit alzheimer. Dimana penyakit ini adalah
menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak lain yang
mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga seringkali disertai
sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi, dan depresi.
Pada umumnya penyakit ini menyerang umur 50 dan 60 tahun. Dimana penyakit ini
menyerang negara industri seperti amerika karena seiring dengan penibgkatan angka harapan
hidup dan usia tua yang banyak di negara tersebut.
Karena penyakit ini berisiko akan gangguan lainnya seperti hilangnya kemamouan
memori dan hilangnya kemampuan aktifitas fisik seperti penurunan kerja otak dan berbahasa.
Untuk itu faktor resiko yang menyebabkan penyakit ini dapat dihindari agar tidak semakin
parah yang menyebabkan gangguan kesehatan lainnya.
1
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu demensia alzheimer?
2. Dapat mengetahui epidemiologi penyakit alzhaimer?
3. Dapat mengetahui klasifikasi demensia alzhaimer?
4. Dapat mengetahui gejala kilinis penyakit alzhaimer?
5. Dapat mengetahui patofisiologi alzhaimer?
6. Dapat mengetahui faktor risiko alzhaimer?
7. Dapat mengetahui pedoman diagnosis alzhaimer?
1.4 Manfaat
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer yang merupakan dua
per tiga dari keseluruhan kausa demensia. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan
onset yang lambat dan gradual. Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol
memori dan selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan
tingkah laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi
dan depresi.
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat
degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan
temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-ensefalogram dimana tampak sisterna
ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid
2.2 Epidemiologi
Penyakit Alzheimer mengenai sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat dan lebih dari 30
juta orang di seluruh dunia. Peningkatan jumlah penderita penyakit Alzheimer di negara-
negara industri adalah seiring dengan peningkatan angka harapan hidup usia tua yang kian
pesat di negara-negara tersebut.
3
a. Faktor Demografi
Insiden demensia meningkat sesuai umur, dimana mengenai 15-20 % individu di atas
usia 65 tahun, dan 45 % di atas usia 80 tahun. Berdasarkan gender, terdapat perbedaan
frekuensi etiologi dimana untuk pria terdapat angka yang tinggi untuk demensia yang
disebabkan oleh kelainan vaskular dibanding yang disebabkan oleh penyakit
Alzheimer. Secara keseluruhan frekuensi demensia adalah sama pada wanita dan pria,
meski beberapa studi menunjukkan bahwa resiko untuk terkena Alzheimer adalah
lebih tinggi pada wanita dibanding pria oleh karena hilangnya efek neurotropik dari
estrogen pada wanita di usia menopause.
b. Tren
Secara dramatis, peningkatan angka harapan hidup juga meningkatkan angka penyakit
demensia. Mereka yang memiliki keluarga dekat yang menderita demensia, memiliki
kecendruangan lebih tinggi untuk terkena demensia dibandingkan populasi lainnya.
Dan mereka yang menderita Down Syndrome cenderung untuk terkena Demensia
Alzheimer suatu saat nanti.
4
j) Prion disease
k) Palsi Supranuklear progresif
l) Multiple sklerosis
m) Neurosifilis
n) Tipe campuran
4. Menurut sifat klinis:
a) Demensia proprius
b) Pseudo-demensia
1. Fase awal (Ringan) Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun
fungsi kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih dapat
berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit pertolongan. Sikap apati dan
kecenderungan menarik diri yang merupakan gambaran di semua fase, mulai timbul di
fase ini. Ciri-cirinya:
a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan
Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.
Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan keluarga. Tapi
masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya dari yang tidak
dikenalnya.
5
Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan nomer
telefon.. Tidak dapat berpikir logik secara jernih.
Tidak dapat mengatur pembicaraan mereka sendiri Tidak dapat lagi mengikuti
instruksi oral maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin
meningkat.
Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan dapat
menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan.
Disorientasi cuaca, hari dan waktu.
b. Gangguan berkomunikasi
Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis.
Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh.
Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi
bacaannya.
Kesulitan menyelesaikan kalimat.
c. Perubahan kepribadian mulai signifikan
Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan berhianat atau
anggota keluarga ada yang mencuri).
Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam Halusinasi dan delusi muncul.
Dapat melihat, mendengar, mencium dan mengecap sesuatu yang tidak nyata.
d. Perilaku yang aneh mulai timbul
Mencari dan menimbun benda-benda yang tidak berharga.
Lupa makan secara teratur ataupun hanya makan satu jenis makanan saja.
6
Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan
menggunakan toilet. Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat
meracuni diri sendiri, membakar diri sendiri).
b. Penurunan kontrol sadar
Inkontinensia uri dan feses.
Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet.
7
Menolak makan atau minum, berhenti kencing, tidak dapat berespon terhadap
lingkungan.
Hanya dapat merasakan dingin dan rasa tidak nyaman, serta hanya berespon
minimal terhadap sentuhan.
Kelelahan dan tidur yang berlebihan.
Organ-organ sensoris tidak berfungsi lagi ; bila organ sensoris masih berfungsi,
otak tidak mampu menerima input.
g. Perubahan kepribadian:
Apatis, menarik diri. Kepribadian yang tumpul.
h. Perilaku yang aneh :
Menyentuh sesuatu benda berulang-ulang.
2.5 Patofisiologi
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary
Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar mengenai daerah
asosiasi korteks khususnya pada aspek medial dari lobus temporal. perbandingan otak normal
dengan alzheimer's Meskipun adanya NFTs dan plak senilis merupakan karakteristik dari
Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik. Sebab, dapat juga ditemukan pada
berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda dengan Alzheimer, seperti pada
penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia pugilistika dan pada proses
penuaan normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati
topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan
terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila
terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah
merupakan suatu keadaaan yang abnormal. Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat
lesi lain yang dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif
dan memori, meliputi :
8
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari
penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat
hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-
bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel
neuron terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-
neuron yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan
ventrikel-ventrikel serebral.
9
2.7 Pedoman Diagnosis
Pasien kemungkinan terkena demensia akibat Penyakit Alzheimer bila memenuhi kriteria
untuk demensia dan memiliki perjalanan penyakit yang gradual dan bertahap. Meskipun
untuk diagnosis yang pasti haruslah dengan konfirmasi secara histopatologi atau melalui
pemeriksaan postmortem, kriteria berikut ini cukup memadai untuk menegakkan diagnosis.
Berdasarkan PPDGJ – III pedoman diagnostik untuk demensia:
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya piker yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti: mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
2. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
Pedoman diagnostik untuk Demensia pada penyakit Alzheimer (F00.) :
10
1. Sama tersebut di atas, hanya onset sesudah 65 tahundan perjalanan penyakit yang
lamban dan biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya.
Pedoman diagnostik untuk Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau
campuran (atypical atau mixed type) (F00.2) :
1. Yang tidak cocok dengan untuk F00.0 atau F00.1 Tipe campuran adalah Demensia
Alzheimer + Vaskuler.
Selain itu , untuk yang tidak terklasifikasikan digolongkan dalam penyakit Alzheimer
YTT (F00.9).
2.8 Terapi
Pendekatan terapi pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori yang berkembang
sesuai patogenesis dan patofisiologis penyakit dan kebutuhan untuk memperbaiki gejala-
gejala kognitif dan tingkah laku yang mengalami gangguan, meskipun hingga saat ini belum
ada terapi yang benar-benar secara meyakinkan mencegah Alzheimer ataupun memperlambat
perjalanannya. Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :
11
asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim untuk biosintetis
asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di daerah subkortikal (nukleus
basalis dan hippokampus) yang memiliki serabut projeksi ke korteks. Observasi ini
menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari alzheimer timbul sebagai akibat dari
hilangnya persarafan kolinergik ke korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah
berbagai senyawa yang mampu menggantikan defek kolinergik ini dengan cara
mengintervensi proses degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik
(spesifik), ataupun oleh asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering
disebut sebagai butyrylkolinesterase (BuChE).
12
6. Antibiotik
Obat ini berguna untuk mengurangi deposisi amiloid otak pada pasien
Alzheimer.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Alzheimer mengenai sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat dan lebih dari 30
juta orang di seluruh dunia. Peningkatan jumlah penderita penyakit Alzheimer di negara-
negara industri adalah seiring dengan peningkatan angka harapan hidup usia tua yang kian
pesat di negara-negara tersebut.
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual.
Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak
lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga seringkali
disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi.Penyakit ini
merupakan penyakit dengan penurunan kemampuan kerja dari otak. Istilah demensia meliputi
gejala-gejala seperti : gangguan dalam berfikir, menilai, berbahasa dan kemampuan dalam
melakukan aktivitas harian secara normal. Demensia juga dikaitkan dengan masalah-masalah
emosional dan perilaku, seperti : depresi, kecemasan, halusinasi, paranoia dan tingkah laku
sosial yang tidak patut seperti sumpah serapah, menimbun barang-barang, berkelana dan pola
tidur yang berubah
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat
degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan
temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-ensefalogram dimana tampak sisterna
ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid.
3.2 Saran
Agar terhindar dari penyakit alzheimer ini kita dapat menjaga gaya hidup kita, biasakan hidup
sehat , rajin berolahraga, banyak minum air putih, makan buah dan sayur dan istirahat yang
cukup setiap hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan .
Jakarta : Salemba Medika
Japardi, Iskandar. 2002. Penyakit Alzheimer. Universiyas Sumatera Utara : Fakultas
Kedokteran. Website : library.usu.ac.id diakses pada tanggal 15 april 2018
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002
Darmojo, R. (2004). Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke- 3. Jakarta
: Balai Penerbit FKU.
Videbeck L, Sheila ; (2008). Buku ajar keperawatan jiwa, Jakarta : EGC.
15