Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satudari 3 faktor yang terlibat. Oleh
karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
HAZARD CONTROL
Sebagian besar kecelakaan ternyata tidak terjadi pada
mesin-mesin atau bahan yang berbahaya, tetapi terjadi
pada tindakan biasa-biasa saja seperti tersandung,
terjatuh, tertimpa benda jatuh, penanganan barang dan
alat-alat yang keliru dll
Tujuan
Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengendalikan
bahaya serta risiko dari setiap kegiatan operasional dan
produksi perusahaan, baik kegiatan rutin maupun non
rutin
Penilaian Risiko: Adalah keseluruhan proses dalam
mengestimasi besarnya suatu risiko
Likelyhood (Lh) : Kemungkinan terjadinya bahaya
dari suatu aktivitas
Severity (Sv) : Tingkat bahaya atau keseriusan dari
suatu aktivitas
TEKNIK & METODE IDENTIFIKASI BAHAYA
TIGA PERTANYAAN DASAR UNTUK
IDENTIFIKASI BAHAYA
Angka LTI diperoleh dari catatan lama mangkirnya tenaga kerja akibat
kecelakaan kerja. Sedang jumlah jam kerja orang yang terpapar diperoleh
dari bagian absesnsi atau pembayaran gaji. Bila tidak memungkinkan,
angka ini dihitung dengan mengalikan jam kerja normal tenaga kerja
terpapar, hari kerja yang diterapkan dan jumlah tenaga kerja keseluruhan
yang beresiko.
Rumus:Frekwensi Rate = (Jumlah cidera dgn hilang waktu kerja x
1,000,000) / Total Person-hours Worked
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam
kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang.
Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan hilangnya
waktu kerja sebanyak 46. Berapa frekwensi ratenya ?
========================
Lokasi B
-------------------------------------------------
Tahun lalu – 1000 kasus kecelakaan
1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Lokasi A
Safe-T Score = (1,500 – 1,000)/ akar dari ( 1000/0.01) = 500/ 317 =
Safe-T Score = +1,58
Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk
peningkatan yang tidak bermakna
Lokasi B
Safe-T Score = 1,100 – 1,000/ akar dari ( 1000/0.01) = 100/ 317
=Safe-T Score = +3,17
Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini ada perbedaan
yang bermakna, artinya ada sesuatu yang salah, yang perlu mendapat
perhatian.
6. Pemantauan Dengan Grafik Statistik (Control Chart
Technique)
Fluktuasi kejadian dalam statistik merupakan hal yang biasa, yang
menjadi pertanyaan dalam hal ini apakah fluktuasi kejadian tersebut
masih dalam rentang sesuai ketentuan yang ditetapkan ataukah keluar
dari rentang yang ditetapkan. Dengan dasar ini kita dapat
menggunakan statistik untuk aplikasi pengendalian suatu aspek K3.
Dengan diketahuinya batas-batas rentang (batas atas dan batas bawah)
yang ditentukan dapat memberikan informasi kepada pengelola, bahwa
suatu aspek K3 tersebut terkendali atau tidak terkendali. Contoh
penggunaan statistik untuk pengendalian aspek K3 dapat dilihat di
lampiran.
N = 4 (1 – P) / Y2 (P)
Keterangan:
N = Jumlah keseluruhan pengamatan yang dibutuhkan
P = Prosentase dari unsafe observation
Y = derajat akurasi yang diinginkan (biasanya 10% atau 5%)
Contoh:
Dari hasil survey awal ditemukan 126 jumlah observasi ditemukan 32 amatan
unsafe act, dengan demikian % unsafe act = 32 x 100/126 = 0,254. Untuk
mengetahui jumlah amatan yang sebenarnya untuk hasil yang akurat, maka
dimasukkanlah ke dalam rumus sebagai berikut:
N = 4 (1 – P) / Y2 (P)
N = 4 (1 – 0,25) / 0,102 (0,25)
= 3/0,0025 = 1,200 (jumlah observasi yang sebaiknya dilakukan)
HAL PENTING UNTUK DIINGAT
• Angka-angka Frekwensi Rate, Average Time Lost Rate dan Incidence Rate
merupakan tingkat pencapaian yang sifatnya specifik per tempat kerja.
Artinya angka perhitungan dari suatu perusahaan bukan merupakan standard
yang dapat dibuat patokan, untuk tempat kerja yang lain. Ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerja yang tidak sama dan kondisi yang berlainan.
• Angka-angka ini tidak cocok diterapkan untuk jumlah tenaga kerja yang
sedikit, karena akan kesulitan mencapai tingkat persejuta jam kerja orang
terpapar.
• Rendahnya pencapaian angka ini tidak menggambarkan performa penerapan
K3 secara keseluruhan (hanya mempertimbangkan insiden-insiden
kecelakaan kerja saja). Tapi tidak menekankan upaya-upaya apa saja yang
telah dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja.
• Angka ini tidak memperhitungkan jenis-jenis kecelakaan minor (tidak
menyebabkan hilangnya hari kerja, termasuk didalamnya ‘near missess’
incident). Dengan demikian kecelakaan-kecelakaan ringan seperti, lecet
akibat terjatuh, tangan tergores, hampir kejatuhan beban atau kejadian hampir
celaka tidak masuk dalam perhitungan.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/
Program-Jaminan-Kecelakaan-Kerja-(JKK).html
sumber
http://
www.slideshare.net/rerulyanee/identifikasi-bahaya-dan-p
enilaian-resiko
Jbpt unikom