Anda di halaman 1dari 44

KECELAKAAN KERJA

Pengertian kecelakaan kerja (1)


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur
dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban
manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4)
Pengertian kecelakaan kerja (2)
Kecelakaan kerja ( accident ) adalah suatu kejadian
atauperistiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
terhadap manusia, merusak hartabenda atau kerugian
terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 : 171)
Pengertian kecelakaan kerja (3)
 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi ketika berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang
ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. 
Teori kecelakaan kerja
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu :
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 )
Teori kecelakaan kerja
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan
ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan.
Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang
tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
Teori kecelakaan kerja
3. Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban

kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak

dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satudari 3 faktor yang terlibat. Oleh

karena itu,untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinyakecelakaan maka

karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang

mendukung harus dapat diketahui secara detail.


Teori kecelakaan kerja
4. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori
yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja
adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus
mengembangkan
teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh
manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Teori kecelakaan kerja
5. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan . Bird
mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono,1997) :
 Manajemen kurang control
 Sumber penyebab utama
 Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
 Kontak peristiwa ( kondisi di bawah standar )
 Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )
Prinsip Dasar Pengendalian Kecelakaan

Risk assessment, Tindakan &


identifikasi & Pengendalian
analisa potensi bahaya
bahaya

HAZARD CONTROL
Sebagian besar kecelakaan ternyata tidak terjadi pada
mesin-mesin atau bahan yang berbahaya, tetapi terjadi
pada tindakan biasa-biasa saja seperti tersandung,
terjatuh, tertimpa benda jatuh, penanganan barang dan
alat-alat yang keliru dll

Di Inggris, dari total kecelakaan di pabrik :


30 % terjadi pada pekerjaan penanganan barang
16 % akibat terjatuh
14 % akibat mesin

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 11


Analisis Sebab Kecelakaan
Penentuan sebab-sebab kecelakaan sulit : analisa
kecelakaan tidak mudah

Bagaimana dan mengapa terjadi kecelakaan harus


secara tepat dan jelas diketahui

Analisisperlu untuk: menentukan siapa yang


bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan dan
mencegah terulangnya peristiwa yang serupa

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 12


 Contoh:
Seorang menaiki tangga dan terjatuh, disebabkan
satu anak tangga tidak ada

Analisis kecelakaan menemukan:


1. Terdapat tangga diruang kerja dengan salah satu
anak tangga hilang
2. Seorang tenaga kerja mengambil tangga itu dan
menggunakannya
3. Sesudah pekerjaan selesai ia turun tanpa mengingat
ada satu anak tangga tidak ada

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 13


Faktor penyebab kecelakaan yang perlu
ditonjolkan adalah faktor yang akan membantu
pencegahan selanjutnya

tangga yang tidak lengkap anak tangganya


adalah sebab utama

Faktor lain merupakan penyebab tambahan


perlu ada peraturan penggunaan tangga yang
tidak baik

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 14


Pemeriksaan
Penyebab Kecelakaan:

Harus dilakukan dilokasi kecelakaan


Tempat kecelakaan tidak boleh dirubah
Perlu diadakan rekonstruksi kecelakaan
Pemeriksaan laboratorium (apabila perlu)

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 15


Asal Mula Upaya
Pencegahan Kecelakaan
Dimulai pada masa revolusi industri di Eropa
Pada awalnya ditujukan pada perlindungan tenaga kerja anak-
anak
Dibentuk undang-undang perlindungan bagi para pekerja tahun
1802 di Inggris
Perundangan pabrik mula-mula tidak menganggap perlu
dibentuknya badan penegak hukum khusus tuntutan dibuat oleh
karyawan yang mengalami kecelakaan.

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 16


Pencegahan kecelakaan kerja
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka
ditinjau dari
sudut keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja
mencakup 5 M
yaitu :
a. Manusia.
b. Manajemen ( unsur pengatur ).
c. Material ( bahan-bahan ).
d. Mesin ( peralatan ).
e. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO

Tujuan
Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengendalikan
bahaya serta risiko dari setiap kegiatan operasional dan
produksi perusahaan, baik kegiatan rutin maupun non
rutin
Penilaian Risiko: Adalah keseluruhan proses dalam
mengestimasi besarnya suatu risiko
Likelyhood (Lh) : Kemungkinan terjadinya bahaya
dari suatu aktivitas
Severity (Sv) : Tingkat bahaya atau keseriusan dari
suatu aktivitas
TEKNIK & METODE IDENTIFIKASI BAHAYA
TIGA PERTANYAAN DASAR UNTUK
IDENTIFIKASI BAHAYA

1.Apakah ada suatu sumber celaka atau bahaya?


2.Siapa/apa yang dapat celaka?
3.Bagaimana dapat terjadi?
JOB SAFETY ANALYSIS
Job Safety Analysis (Analisis Keselamatan Kerja) menurut
definisi National Safety Council USA adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk meninjau ulang metode dan
mengidentifikasi praktek pekerjaan yang tidak selamat yang
selanjutnya dapat dilakukan suatu tindakan korektif
sebelum kecelakaan benar-benar terjadi.
Secara lebih detail dapat dijelaskan bahwa analisis
keselamatan pekerjaan adalah suatu metode untuk
meninjau ulang suatu pekerjaan melalui identifikasi
potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan yang terkait dengan masing-masing tahapan
pekerjaan dan pengembangan langkah-langkah yang
selamat untuk meniadakan, mengendalikan atau
mencegah potensi bahaya terjadinya kecelakaan.
KONSEP DASAR JSA
konsep dasar pemikiran perlunya dilakukan suatu analisis
keselamatan pekerjaan adalah :
1. Setiap pekerjaan kecelakaan atau musibah selalu ada penyebabnya
2. Setiap jenis pekerjaan atau tugas-tugas dapatlah diuraikan ke
dalam suatu urutan tahapan proses kerja yang lebih sederhana
3. Setiap tahapan proses kerja akan dapat dikenali potensi bahayanya
4. Setiap potensi bahaya yang beresiko sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan atau kerugian pada setiap tahapan proses kerja akan
dapat dicegah dan dikendalikan.
TAHAPAN JSA
1. Memilih Jenis Pekerjaan
2. Membentuk Tim Analisa Keselamatan Pekerjaan
3. Menguraikan Suatu Pekerjaan
4. Mengidentifikasi Bahaya yang Berpotensi
5. Membuat Penyelesaian
CONTOH JSA
STATISTIK DALAM PENILAIAN KINERJA PROGRAM K3

Tujuan dan manfaat statistik dalam penerapan K3 adalah digunakan untuk


menilai ‘OHS Performance Programs’. Dengan menggunakan statistik dapat
memberikan masukan ke manajemen mengenai tingkat kecelakaan kerja serta
berbagai faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencegah
menurunnya kinerja K3.
Konkritnya statistik dapat digunakan untuk :
• Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari suatu timbulnya kecelakaan kerja
• Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperburuk kinerja K3
• Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang serupa (T-Safe
Score)
• Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana K3
• Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan untuk
penyediaan sistim/tempat kerja yang aman
1. Ratio Kekerapan Cidera (Frequency Rate)
Frekwensi Rate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah cidera yang
menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja. Ada dua data
penting yang harus ada untuk menghitung frekwensi rate, yaitu jumlah jam
kerja hilang akibat kecelakaan kerja (Lost Time Injury /LTI) dan jumlah jam
kerja orang yang telah dilakukan (man hours).

Angka LTI diperoleh dari catatan lama mangkirnya tenaga kerja akibat
kecelakaan kerja. Sedang jumlah jam kerja orang yang terpapar diperoleh
dari bagian absesnsi atau pembayaran gaji. Bila tidak memungkinkan,
angka ini dihitung dengan mengalikan jam kerja normal tenaga kerja
terpapar, hari kerja yang diterapkan dan jumlah tenaga kerja keseluruhan
yang beresiko.
Rumus:Frekwensi Rate = (Jumlah cidera dgn hilang waktu kerja x
1,000,000) / Total Person-hours Worked
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam
kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang.
Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan hilangnya
waktu kerja sebanyak 46. Berapa frekwensi ratenya ?

Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40

Nilai frekwensi rate 40 berarti, bahwa pada periode orang


kerja tersebut terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 40
jam per-sejuta orang kerja. Angka ini tidak
mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja.
Angka ini mengindikasikan bahwa pekerja tidak berada di
tempat kerja setelah terjadinya kecelakaan kerja.
Ratio Keparahan Cidera (Severity Rate)
Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk per
sejuta jam kerja orang.
Rumus : Severity Rate = ( Jumlah hari kerja hilang x
1,000,000)/ Total Person-hours Worked
Contoh:
Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang, selama
setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan
175 hari kerja hilang. Tentukan rate waktu kerja hilang akibat
kecelakaan kerja tersebut.

Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 365,000 = 13,70


Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 479

Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu


tersebut berarti, pada tahun tersebut telah terjadi hilangnya waktu
kerja sebesar 479 hari per sejuta jam kerja orang.
Rerata Hilangnya Waktu Kerja (Average Time Lost
Rate/ALTR)
Ukuran indicator ini sering disebut juga ‘Duration Rate’
digunakan untuk mengidikasikan tingkat keparahan suatu
kecelakaan. Dengan penggunaan ALTR yang
dikombinasikan denga Frekwensi Rate akan lebih
menjelaskan hasil kinerja program K3. ALTR dihitung
dengan membagi jumlah hari yang hilang akibat
kecelakaan dengan jumlah jam kerja yang hilang (LTI).
Rumus: Average Time Lost Rate = (Number of LTI x
1,000,000) / Total Person-hours
Worked Atau Average Time Lost Rate = ( Frekwensi
Rate) / Severity Rate
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah dicapai
1,150,000 juta jam kerja orang dan Lost Time Injury-nya (LTI) sebesar 46. Misalkan
dari laporan Kecelakaan Kerja selama 6 bulan diperoleh informasi sbb:
10 kasus hilang waktu kerja dalam 3 hari sekali = 30
8 kasus hilang waktu kerja dalam 6 hari sekali = 48
12 kasus hilang waktu kerja dalam 14 hari sekali = 168
4 kasus hilang waktu kerja dalam 20 hari sekali = 80
10 kasus hilang waktu kerja dalam 28 hari sekali = 280
2 kasus hilang waktu kerja dalam 42 hari sekali = 84
Total keseluruhan = 690 hari kerja hilang
Dengan demikian,

Rerata Hilangnya Waktu kerja = 690 / 46 = 15


Dari informasi contoh diatas manajemen akan lebih jelas memperoleh informasi
bahwa organisasi mempunyai hilang waktu kerja kecelakaan sebesar 40 tiap sejuta
jam kerja orang dengan rata-rata menyebabkan 15 hari tidak masuk kerja. Dengan
informasi ini cukup bagi manajemen untuk membuat keputusan untuk pencegahan
lebih lanjut.
4. Incidence Rate
Incidence rate digunakan untuk
menginformasikan mengenai prosentase jumlah
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
Rumus: Incidence Rate = ( Jumlah Kasus x
100) / Jumlah tenaga kerja terpapar
Contoh : Masih melanjutkan kasus diatas
Incidence Rate = ( 46 x 100 ) / 500 = 9,2%
5. Frequency Severity Indicator (FSI)
Frequency Severity Indicator adalah
kombinasi dari frekwensi dan severity
rate.
Rumus: FSI = ( Frekwensi Rate x
Severity Rate) / 1,000
Contoh: Frekwensi Rate : Severity Rate :
FSI
2 125 0,5
4 250 1,0
8 500 2,0

Nilai FSI ini dapat kita jadikan rangking


kinerja antar bagian di tempat kerja
6. Safe-T Score
Safe T score adalah nilai indikator untuk menilai
tingkat perbedaan antara dua kelompok yang
dibandingkan. Apakah perbedaan pada dua
kelompok tersebut bermakna atau tidak. Dalam
statistik biasanya disebut sebagai t-test. Perbedaan
ini dinilai untuk membandingkan kinerja suatu
kelompok dengan kinerja sebelumnya. Hasil
perbedaan ini dapat dijadikan apakah terjadi
perbedaan yang mencolok atau tidak. Selanjutnya
dapat dipakai untuk menilai kinerja yang telah kita
lakukan.
Rumus: Safe-T Score =(Frekwensi Rate Sekarang – Frekwensi
Rate Sebelumnya ) / ( ( Frekwensi Rate Sebelumnya)/ Juta jam
kerja orang sekarang))
Interpretasi :
Score positif dari Safe T Score mengindikasikan jeleknya record
kejadian, sebaliknya score negatif menunjukkan peningkatan record
terdahulu. Interpretasi dari Score ini selengkapnya sebagai berikut:
• Safe T Score diantara +2.00 dan –2.00, artinya tidak ada perbedaan
atau perbedaan tidak bermakna.
• Safe T Score lebih besar atau sama dengan +2.00 menunjukkan
menurunnya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang salah.
• Safe T Score lebih kecil atau sama dengan -2.00 menunjukkan
membaikknya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang baik dan
perlu dipertahankan.
Contoh :
Lokasi A
-----------------------------------
Tahun lalu
10 kasus kecelakaan
10,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000

Tahun ini -15 kasus kecelakaan


10,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,500

========================
Lokasi B
-------------------------------------------------
Tahun lalu – 1000 kasus kecelakaan
1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000

Tahun ini – 1,100 kasus kecelakaan


1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Jawab:
Frekwensi Rate Sekarang – Frekwensi Rate Sebelumnya
Safe-T Score =
-----------------------------------------------------------------
Frekwensi Rate Sebelumnya
Juta jam kerja orang sekarang

Lokasi A
Safe-T Score = (1,500 – 1,000)/ akar dari ( 1000/0.01) = 500/ 317 =
Safe-T Score = +1,58
Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk
peningkatan yang tidak bermakna

Lokasi B
Safe-T Score = 1,100 – 1,000/ akar dari ( 1000/0.01) = 100/ 317
=Safe-T Score = +3,17
Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini ada perbedaan
yang bermakna, artinya ada sesuatu yang salah, yang perlu mendapat
perhatian.
6. Pemantauan Dengan Grafik Statistik (Control Chart
Technique)
Fluktuasi kejadian dalam statistik merupakan hal yang biasa, yang
menjadi pertanyaan dalam hal ini apakah fluktuasi kejadian tersebut
masih dalam rentang sesuai ketentuan yang ditetapkan ataukah keluar
dari rentang yang ditetapkan. Dengan dasar ini kita dapat
menggunakan statistik untuk aplikasi pengendalian suatu aspek K3.
Dengan diketahuinya batas-batas rentang (batas atas dan batas bawah)
yang ditentukan dapat memberikan informasi kepada pengelola, bahwa
suatu aspek K3 tersebut terkendali atau tidak terkendali. Contoh
penggunaan statistik untuk pengendalian aspek K3 dapat dilihat di
lampiran.

Aspek-aspek K3 yang dapat ditetapkan batas-batasnya meliputi:


• Hasil pengamatan perilaku tidak selamat, Frekwensi rate, Severity
rate, FSI, Dll

Setelah data-data dihitung, kemudian dibuatlah grafik (chart), apabila


ditemukan dari salah satu aspek K3 yang melewati batas-batas yang
ditentukan, maka hal ini merupakan informasi untuk pengelola.
7. Safety Sampling (Survey K3)
Yang dimaksud Safety Sampling adalah mendapatkan
data dengan cara observasi ke lapangan. Sebelum
dilakukan observasi, terlebih dahulu ditetapkan apa
yang mau diobservasi. Setelah itu tulis semua elemen
yang akan menjadi obyek obaservasi. Misalnya
observasi cara kerja/perilaku yang tidak selamat,
maka sebelumnya kita tentukan jenis aktifitas apa
saja yang tergolong '‘unsafe-act'’ Baru setelah
ditentukan maka dilakukanlah observasi dengan turun
dilakukan. Setiap hasil observasi/temuan harus dicatat
dalam bentuk turus sehingga nantinya memudahkan
membuat prosentase hasil pengamatan.
Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat maka masing-masing aspek
amatan perlu divalidasi, dengan kata lain dihitung jumlah amatan minimum
sehingga hasil amatan tersebut merupakan hasil yang akurat. Untuk
menentukan jumlah amatan yang representatif digunakan rumus sebagai
berikut:

N = 4 (1 – P) / Y2 (P)
Keterangan:
N = Jumlah keseluruhan pengamatan yang dibutuhkan
P = Prosentase dari unsafe observation
Y = derajat akurasi yang diinginkan (biasanya 10% atau 5%)

Contoh:
Dari hasil survey awal ditemukan 126 jumlah observasi ditemukan 32 amatan
unsafe act, dengan demikian % unsafe act = 32 x 100/126 = 0,254. Untuk
mengetahui jumlah amatan yang sebenarnya untuk hasil yang akurat, maka
dimasukkanlah ke dalam rumus sebagai berikut:

N = 4 (1 – P) / Y2 (P)
N = 4 (1 – 0,25) / 0,102 (0,25)
= 3/0,0025 = 1,200 (jumlah observasi yang sebaiknya dilakukan)
HAL PENTING UNTUK DIINGAT
• Angka-angka Frekwensi Rate, Average Time Lost Rate dan Incidence Rate
merupakan tingkat pencapaian yang sifatnya specifik per tempat kerja.
Artinya angka perhitungan dari suatu perusahaan bukan merupakan standard
yang dapat dibuat patokan, untuk tempat kerja yang lain. Ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerja yang tidak sama dan kondisi yang berlainan.
• Angka-angka ini tidak cocok diterapkan untuk jumlah tenaga kerja yang
sedikit, karena akan kesulitan mencapai tingkat persejuta jam kerja orang
terpapar.
• Rendahnya pencapaian angka ini tidak menggambarkan performa penerapan
K3 secara keseluruhan (hanya mempertimbangkan insiden-insiden
kecelakaan kerja saja). Tapi tidak menekankan upaya-upaya apa saja yang
telah dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja.
• Angka ini tidak memperhitungkan jenis-jenis kecelakaan minor (tidak
menyebabkan hilangnya hari kerja, termasuk didalamnya ‘near missess’
incident). Dengan demikian kecelakaan-kecelakaan ringan seperti, lecet
akibat terjatuh, tangan tergores, hampir kejatuhan beban atau kejadian hampir
celaka tidak masuk dalam perhitungan.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/
Program-Jaminan-Kecelakaan-Kerja-(JKK).html
sumber
http://
www.slideshare.net/rerulyanee/identifikasi-bahaya-dan-p
enilaian-resiko
Jbpt unikom

Anda mungkin juga menyukai