Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN

HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :

Dra.Dilinar Adlin,M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Amelia Sinaga (2213141010)

Cindy Agatha (2213141020)

Dia Ulfa (2213141022)

Ermin Barasa (2213141013)

Nuricha Lovindy (2213141001)

Pratiwi Nuzuwa (2213141014)

Winda Aulia (2203341003)

PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena rahmat dan karunia serta kasih
sayangnya kami dapat meyelesaikan makalah ini yang mengenai Hakekat Supervisi Pendidikan ini
dengan sebaik mungkin. Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada ibu
Dr.. Dilinar Adlin, M.pd selaku dosen mata kuliah Profesi Kependidikan.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya
pepatah dan Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempumaan makalah yang selanjutnya. Apabila ada kekurangan ataupun
kesalahan dalam penulisan ataupun dalam ejaan penulis mohon maaf. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata saya ucapkan Terima Kasih.

Medan, April 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………………………… 1

B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………………………………………… 2

C. TUJUAN………………………………………………………………………………………………………………………. 2

D. MANFAAT…………………………………………………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN……………………………………………………………………………….. 3

1. Pengertian Supervisi Pendidikan………………………………………………………………………………..3

2. Latar Belakang Pentingnya Supervisi…………………………………………………………………………..3

3. Tujuan Supervisi Pendidikan……………………………………………………………………………………….3

4. Fungsi Supervisi Pendidikan…………………………………………………………………………………………3

5. Prinsip Supervisi Pendidikan………………………………………………………………………………………..3

6. Permasalahan Pada Supervisi Guru………………………………………………………………………………3

7. Pendekatan Supervise Pendidikan………………………………………………………………………………..3

8. Tugas Supervisor……………………………………………………………………………………………………………3
9. Teknik Supervisi Pendidikan………………………………………………………………………………………….3

10. Supervisi Klinis……………………………………………………………………………………………………………..3

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………….……6

B. SARAN ………………………………………………………………………………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sistematik supervisi kependidikan adalah pembinaan yg berupa bimbingan atau tuntunan
kearah perbaikan situasi pendidikan dan peningkatan mutu mengajar dan belajar.

Latar belakang pentingnya supervisi pada guru-guru dan lembaga pendidikan lainnya yaitu :

1.penyelenggara pendidikan melibatkan peran sejumlah orang yg perlu dikendalikan dalam


kerjasama.pengendalian yg dimakasud ditujukan dalam rangka pencapaian tujuan yg efektif dan
efisien

2.pada umumnya semua petugas pendidikan khususnya guru,memiliki potensi yg lebih besar (saat
melaksanakan tugas)

3.para pengajar tidak mungkin selalu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru tidak lepas
dari berbagai masalah atau kesulitan dalam melaksanakan aktivitasnya

4.perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan tuntunan kebutuhan


masyarakat yg semakin kompleks,telah mengakibatkan adanya perkembangan tuntutan tanggung
jawab terhadap guru.

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas kedudukan supervisi dalam dunia pengajaeran dan
pendidikan semakin dirasakan. Tanpa supervisi pendidikan,tenaga-tenaga kependidikan akan merasa
terbeban dalam mengajar peserta didik.

B. Rumusan masalah

1.mengetahui tentang pengertian supervisi kependidikan

2.memahami tentang tujuan supervisi pendidikan

3.mengetahui prinsip dari supervisi pendidikan

4.memahami tentang permasalahn pada supervisi guru

5.pendekatan supervisi pendidikan.


C. Tujuan

Tujuan supervisi pendidikan sebagai salah satu instrumen yg dapat mengukur dan menjamin
terpenuhnya kualitas penyelenggaraan pendidikan maupun penyelenggaraan pembelajaran.

D. Manfaat

Agar dapat meningkatkan profesional dan mutu pendidikan agar proses pembelajaran disekolah lebih
berkualitas
BAB II

PEMBAHASAN

HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN

Kehidupan guru dan tenaga pendidik atau kependidikan lainnya, seperti manusia pada umumnya
tidak pernah lepas dari masalah masalah yang dimaksud dengan beraneka ragam jenis dan sifatnya.

Masalah-masalah tersebut ada yang dapat diatasi dengan kemampuan sendiri dan tidak jarang juga
membutuhkan manusia lain untuk mengatasinya. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya "Tiada hari tanpa masalah". Sudah merupakan kodrat
bahwa setiap insan di dunia ini harus mampu memerankan dirinya sebagai makhluk individu, sosial,
susila, dan religius dalam setiap kegiatan kehidupannya.

Sejarah kehidupan manusia telah membuktikan bahwa walaupun dalam kelompok manusia telah
disepakati tata nilai yang harus dipedomani dalam melakukan kegiatan tertentu manusia selalu saja
tata nilai tersebut tidak dapat dijalankan seoptimal mungkin. Supervisi lebih ditekankan pada
pengembangan sumber daya manusia agar mau dan mampu menggunakan segala potensi yang
dimilikinya untuk mencapai tujuan kelompoknya (tujuan pendidikan) dan/atau memenuhi
kebutuhannya.

Konsep supervisi pada umumnya dilaksanakan dalam bentuk inspeksi atau memeriksa kinerja guru
selama melaksanakan tugas mengajar. Melalui inspeksi ini tampilan guru di pantai sedemikian rupa
oleh inspektur sedemikian rupa melibatkan kerjasama yang harmonis dengan guru.

Jabatan jabatan pengawasan yang di tugasi membantu guru dalam melaksanakan tugas mengajar,
seperti pada sekolah dasar disebut pemilik sekolah berkedudukan di kantor dinas pendidikan
kecamatan, sedangkan pada tingkat sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, dan
sekolah tingkat kejuruaan disebut pengawas sekolah yang berkedudukan pada kantor pendidikan di
kabupaten dan kota.

Kompetensi guru dalam mengajar masih di bawah standar minimal. Hal itu terlihat dari hasil uji
kompetensi guru (UKG) dari tahun ke tahun masih jeblok.

A. PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Sesungguhnya konsep supervisi pendidikan adalah kebutuhan akan landasan pembinaan situasi
pembelajaran dengan cara membimbing guru dalam memilih metode mengajar yang tepat, dan
pentingnya mempersiapkan guru yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik kreativitas yang
tinggi yang didasari oleh otonom sebagai guru, sehingga pertumbuhan jabatan guru terus
berlangsung.

Secara umum supervisi berarti upaya pemberian bantuan kepada guru agar dapat membantu peserta
didiknya belajar untuk menjadi lebih baik. Namun dalam prakteknya teori supervisi diartikan sebagai
bentuk pengawasan terhadap kinerja guru. Konsep supervisi jika dipandang dari katanya yang berarti
supervision dalam kurung inggris yang terdiri dari 2 suku kata, yakni 'super' dan 'vision'. Kata super
diartikan sebagai padanan dari kata atas, atau melihat kelebihan. Dengan demikian kata supervisi
tidak sama dengan kata mengawasi dalam bahasa inggris disebut sebagai 'Controlling'.

Seorang supervisor adalah seorang memiliki kelebihan-kelebihan di bidang keguruan, dimana


kelebihan tersebut dapat membuatnya membantu guru memperbaiki situasi belajar mengajar ke
arah yang lebih baik.

Jika sudah diketahui kelemahan-kelemahannya, barulah dicarikan cara- cara memperbaiki dan
meningkatkan situasi belajar mengajar.

Berlandaskan istilah supervisi pengajaran di atas

1. supervisi erupakan seluruh usaha yang dirancang oleh petugas sekolah ke arah penyediaan
kepemimpinan bagi guru-guru dan pekerja sekolah lainnya, dan

2. supervist mempunyai sasaran pada usaha perbaikan, pertumbuhan ahatan, mengembangkan guru
guru, revisi tujuan pendidikan dan bahan pengajaran.

Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melakukan supervisi harus mengetahui secara jelas apa
saja yang harus disupervisi. Karena inti legatan sekolah adalah pembelajaran, maka aspek yang paling
penting untuk disupervisi dan menilai kegiatan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
pembelajaran PP No. 19 tahun 2005 Pasal 63 ayat 1 menegaskan penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas

(1) penilaian hasil belajar oleh pendidik.

(2) penilaian hasil belajar oleh an pendidikan, dan

(3) penilaian belajar Pemerintah,

Berbagai upaya baik melalui kegiatan pelatihan, seminar, ataupun kegiatan yang lain penting
dilakukan agar supervisor (pengawas/PPAI) yang ada saat ini memiliki kompetensi yang memadai
Schingga dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Terlebih lagi saat ini forum
pertemuan pengawas (KKPS) maupun Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) tidak berjalan dengan
baik. Padahal pertemuan ini penting untuk membahas berbagai hal berkaitan dengan aktifitas
pembelajaran Melalui wadah tersebut sesungguhnya berbagai permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran dapat dipecahkan disini.

Pelaksanaan program dan kegiatan sekolah untuk mencapai kualitas yang diharapkan perlu diawasi,
pengawasan menurut UUSPN Pasal 66 ayat (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dewan pendidikan,
dan komite sekolah/ madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada
semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing masing Pengawas
sebagaimana maks dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik PP
No. 19 tahun 2005 Pasal 55 Pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.

B. Latar belakang pentingnya Supervisi Pendidikan

beberapa kenyataan di bawah ini, dapat dijadikan sebagai masukan tentang latar belakang
pentingnya supervisi bagi guru-guru dan tenaga pedidikan lainnya di lembaga pendidikan Kenyataan
kenyataan yang dimaksud, antara lain:

a. Penyelenggaran pendidikan melibatkan peran sejumlah orang yang perlu dikendalikan


dalam kerjasama.

b. Pada umumnya semua petugas pendidikan, khususnya guru, m potensi yang lebih besar
daripada apa yang ditampilkannya "sati (saat ia melaksanakan tugas)

c. Para pengajar tidak mungkin selalu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru tidak
lepas dari berbagai masalah kesulitan dalam melaksanakan aktivitasnya.

d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan tuntutan kebutuhan


masyarakat yang semakin kompleks, telah mengakibatkan adanya perkembangan tuntutan tanggung
jawab terhadap guru.

C. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan bukan menyodorkan suatu teori, tetapi menganjurkan sesuai
kebutuhan dan untuk mengungkapkan beberapa karakteristik esensial teori Supervisi pendidikan
sebagai salah satu instrumen yang dapat mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas
penyelenggaraan pendidikan maupun penyelenggaraan pembelajaran Supervist untuk meningkatkan
situasi dan proses belajar mengajar berada dalam rangka tujuan pendidikan nasional dengan
membantu guru-guru untuk lebih memahami peranan sekolah untuk mencapai tujuan dimaksud.
Para ahli pendidikan mempunyai pandangan masing masing mengenai tujuan supervisi Pendidikan.

Sabertian dan Mataheru (1981) mengemukakan bahwa tujuan supervisi pengajaran

(1) membantu para guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan,

(2) membantu para guru dalam membimbing pengalaman belajar,

(3) membantu para guru menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar,

(4) membantu para guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid:

(5) membantu para guru dalam menggunakan alat-alat, metode, dan model mengajar,

(6) membantu para guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendin,
(7) membantu para guru membina reaksi mental atau moral para guru dalam rangka pertumbuhan
pribadi jabatanya,

(8) membantu para guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang
diembannya,

(9) membantu para guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-
cara menggunakan sumber masyarakat dan seterusnya; dan

(10) membantu para guru agar waktu dan tenaga guru dicurahkan sepenuhnya dalam membina
sekolah.

Tujuan supervisi pendidikan menurut Oliva (1894) adalah:

(1) membantu guru dalam mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar,

(2) membantu guru dalam menterjemahkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses belajar
mengajar dan

(3) membantu guru dalam mengembangkan staf sekolah Tujuan supervisi menurut Nawawi (1985)
adalah menolong para guru dengan kesadarannya sendiri sehingga dapat berkembang dan tumbuh
menjadi guru yang lebih cakap dan lebih baik di dalam membantu para guru dalam menjalanka tugas-
tugasnya.

Dan Hariwung (1989) mengemukakan tujuan supervisi pe ngajaran adalah membantu guru untuk
bertumbuh dan berkembang dala ruang lingkup mengajar dan kehidupan kelas, memperbaiki
keterampilan mengajar dalam memperluas pengetahuan mereka serta menggunaka persiapan
mengajar.

D. fungsi Supervisi Pendidikan

Mengacu pada tujuan supervisi pengajaran yaitu memberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas belajar
siswa. Maka perlu diketahui fungsi supervisi pendidikan. Supervisi mempunyai fungsi penilaun
(evaluation) dengan jalan penelitian (research) dan merupakan usaha perbaikan (improvement).
Menurut Swearingen fungsi supervisi pendidikan adalah mengkoordinir semua usaha sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperkuat pengalaman-pengalaman guru, menstimulasi
usaha-usaha yang kreatif, memberikan fasilitas dan penilaian terus menerus, menganalisa situasi
belajar mengajar, memberikan pengetahuan kepada setiap anggota, mengintegrasikan.

Menurut Willes dan Lovel (1975) ada tujuh fungsi supervisi pengaj yaitu

(1) pengembangan tujuan;

(2) pengembangan program,

(3) koordin dan pengawasan,

(4) motivasi

(5) pemecahan masalah.

(6) pengembangan profesional; dan

(7) penilaian keluaran pendidikan.

E. Prinsip Supervisi Pendidikan

Prinsip Supervisi Pendidikan antara lain ilmiah yang berarti sistematis dilaksanakan secara
tersusun, teratur, kontiniu, objektif, demokratis, kooperatif, menggunakan alat, konstruksi dan
kreatif. prinsip pokok tentang supervisi modern yang mungkin bisa dipakai sebagai petunjuk prinsip
supervisi yang dikemukakan oleh sutisna (1983) adalah:

1) Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, ia adalah pelayanan yang
bersifat kerjasama.

2) Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi.


3) Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dan personil
sekolah.

4) Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran itu.

5) Supervisi hendaknya membantu memperbaiki dan membantu pengembangan hubungan


sekolah-masyarakat yang baik.

6) Tanggung jawab dalam pengembangan program supervisi berada pada kepala sekolah bagi
sekolahnya dan wilayahnya.

7) Harus ada dana yang memadai program kegiatan supervisidalam anggaran tahunan.

8) Efektivitas program supervisi hendaknya dinilai oleh peserta, dan

9) Supervisi hendaknya membantu menjelaskan dan menerapkan praktek penemuan penelitian


pendidikan yang mutakhir.

Prinsip yang mengatur pelaksation supervisi yang dikemukakan oleh Sergiovanni dan Starratt
(1983) yakni

1) administrasi biasanya berkenaan dengan pemberian fasilitas material dan pelaksanaannya:

2) supervisi pendidikan biasanya berkenaan dengan perbaikan pembelajaran.

3) secara fungsional administrasi dan supervisi tidak terpisahkan satu sama lain, keduanya
dalam sistem pendidikan saling berkoordinasi, saling melengkapi, saling berhubungan, dan
mempertemukan fungsi-fungsinya dalam operasional pendidikan;

4) supervisi yang baik didasarkan pada filsafat, demokrasi, dan ilmu pengetahuan;

5) supervisi yang baik akan mengembangkan metode dan mengaplikasikan kedalam proses
sosial pendidikan yang dinamis, menggunakan ilmu pengetahuan dalam proses belajar dan
pembelajaran;

6) supervisi yang baik akan mengembangkan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam
mempelajari, memperbaiki, dan mengevaluasi proses dan produknya;

7) supervisi yang baik adalah yang kreatif, tidak preskriptif. dilaksanakan dengan tertib,
direncanakan secara koperatif, dan dilakukan dalam rangkaian aktivitas; dan
8) supervisi yang baik dilakukan seca profesional, dan melakukan penilaian berdasarkan hasil
yang terjamin.

Sedangkan prinsip-prinsip yang mengatur tuntuan supervisi menun Sergiovani (1990) adalah

1) tujuan akhir supervisi adalah pertumbuha murid sebagai pembinaan sumberdaya


manusia dan pada akhirnya perbaika masyarakat;

2) tujuan umum supervisi pendidikan adalah mensuplay kepemimpinan dalam menjamin


kelanjutan dan kekonstanan adaptasi ulang dalam program pendidikan melalui suatu
tahun periode, dan

3) tujuan jangka menengah supervisi adalah kerjasama untuk mengembangkan suasana


yang menyenangkan bagi pembelajaran Artinya pelaksanaan supervisi menggunakan
metode-metode yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan juga kualitas belajar
murid.

Prinsip ini sesuai dengan pandangan Alfonso et al (1981) bahwa supervisi itu pada prinsipnya
adalah suatu sistem perilaku pengajaran yang berinteraksi dengan konseling sekolah,
pengajaran, administrasi, dan sistem perilaku siswa dengan ciri kesederhanaan dan
kesahajaan. Jika dicermati prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pengajaran tersebut
memberi makna bahwa supervisi dilaksanakan secara demokratis yang berarti menghargai
harkat dan martabat manusia sebagai individu maupun kelompok dalam aktivitas
pembelajaran.

F. Permasalahan pada Supervisi Guru

Marsudi W. Kisworo (2013) menjelaskan bahwa kompetensi guru mengalami kemerosotan


karena pembinaan yang diabaikan. Menurut sumber ini, kompetensi tergolong guru
tergolong rendah. 60 persen lebih puru harus mendapat pembinaan serius. Berdasarkan hasil
uji kompetensi guru, tahun 2013 dilakukan pembinaan guru guru dalam 4 bentuk, yaitu
sistem online, offline, interaktif, serta melalui modul dan tatap muka.

Dewey menyatakan bahwa mengajar bukan hanya menyangkut bahan terapi juga
menyangkut banyak proses. Hal yang penting adalah mengontrol bahwa para guru
melaksanakan tugas profesional pengajaran tetap ada standar yang ditentukan dan kualitas
kerjanya membuahi standar.
G. Pendekatan Supervisi Pendidikan

Untuk memperoleh pengajaran yang baik, perlu ada sistem supervisi yang efektif, keefektifan
tersebut dapat ditegaskan sebagai berikut:

1) Supervisi merupakan usaha membantu dan melayani guru meningkatkan


kemampuan keguruannya mengembangkan kurikulum melalui penyusunan strategi
pembelajaran;

2) Supervisi tidak langsung diarahkan kepada mund, tetapi kepada guru yang membina
murid itu dengan menggunakan pendekatan yang benar-benar mampu meningkatkan
kualitas mengajar guru, dan

3) Supervisi tidak bersifat direktif (mengarahkan) atau memenuhi kehendak supervisor,


tetapi lebih banyak bersifat konsultatif (memberikan dorongan, saran dan bimbingan) dengan
menjamin bantuan yang diberikan supervisor betul-betul ada manfaatnya bagi guru
meningkatkan kualitasnya mengajar.

Dalam kaitan inilah supervisi dengan berbagai pendekatan dan teknik muncul dengan
penekanan pada usaha membantu guru memperbaiki penampilan mengajar mereka. Ada
beberapa model yang berkembang dalam supervisi pengajaran, yaitu supervisi konvensional
(, supervisi ilmiah. supervisi klinis, dan supervisi artistik. Ada beberapa pendekatan yang
berkembang dalam supervisi pengajaran, antara lain pendekatan direktif, pendekatan non
direktif, dan pendekatan kolaboratif Glickman (1981) menggambarkan kontinum secara jelas
perilaku yang digunakan oleh supervisor yang meliputi pendekatan directive, nondirective.
dan collaborative yang beradasa pasa kontinum. Kemudian memberi pengarahan langsung
dengan memberi penguatan mengacu standar yang memenuhi kaidah pembelajaran yaitu

a. Pendekatan Non-direktive

Pendekatan non direktif merupakan pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak
langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi
terlebih dahulu mendengarkan secara aktif dan menggali apa permasalahan mengajar yang
dikemukakan oleh guru.

b. Pendekatan Direktive
Pendekatan direktif merupakan pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung
dihadapi guru saat melaksanakan tugas mengajar. Dalam praktiknya supervisor mengamati
guru mengamati guru mengajar, maka supervisor mencatat hal-hal penting aat mengajar,
saat yang menjadi titik lemah guru itu memperaktikkan caranya mengajar.

c. Pendekatan Collaborative

Pendekatan kolaboratif merupakan pendekatan yang memaduk pendekatan direktif dan non
direktif. Dalam pendekatan ini, supervace dan guru secara bersama-sama, bersepakat
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap
masalah yang dihadapi guru.

H. Tugas supervisor

Tugas profesional perangkat sekolah mempunyai implikasi pada guru, kepala sekolah dan
juga supervisor. Oleh karena supervisor mempunyai tugas profesional berkaitan dengan
pengajaran, maka tugas dan tanggungjawab supervisor perlu didispesifikasikan pada tugas
secara kritis membantu guru meningkatkan kemampuannya melaksanakan strategi
pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru
dalam meningkatkan kinerjanya menurut Oliva (1984), yaitu

(1) membantu guru membuat perencanaan pembelajaran;

(2) membantu guru untuk menyajikan pembelajaran;

(3) membantu guru untuk mengevaluasi pembelajaran;

(4) membantu guru untuk mengelola kelas;

(5) membantu guru dalam mengembangkan kurikulum;

(6) membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum;

(7) membantu guru melalui program pelatihan;

(8) membantu guru untuk melakukan kerja sama; dan

(9) membantu guru untuk mengevaluasi dirinya sendiri.

mengemukakan 10 bidang tugas supervisor yaitu:


(1) mengembangkan kurikulum. Mendesaain kembali (redesign) apa yang diajarkan, siapa
yang menagajar, bagaimana polanya, bila diajarkan, dan membimbing pengembangan
kurikulum, menetapkan standar, merencanakan unit pelajaran, dan melembagakan mata
pelajaran;

(2) pengorganisasian pengajaran. Pengelola murid, staf, ruang belajar, dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan secara kordinatif dilaksanakan dengan efisien dan efektif,

(3) pengadaan staf. Menyediakan staf pengajaran dengan jumlah yang cukup sesuai
kompetensi bidang pengajaran dan melakukan pembinaan secara terus menerus;

(4) menyedikan fasilitas. Mendesign perlengkapan dan fasilitas untuk kepentingan


pengajaran dan memilih fasilitas sesuai keperluan pengajaran;

(5) penyediaan bahan-bahan, memilih dan mendesain bahan-bahan yang digunakan dan
diimplementasikan untuk pengajaran;

(6) penyusunan penataran pendidikan. Merencanakan dan mengimplementasikan


pengalaman-pengalaman belajar untuk memperbaiki kemampuan staf pengajaran dalam
menunmbuhkan pengajar;

(7) pemberian orientasi anggota-anggota staf. Memberi informasi pada staf pengajar atas
bahan dan fasilitas yang ada untuk melakukan tanggung jawab., pengajaran

(8). Pelayanan murid. Secara kordinatif memberikan pelayanan yang optinum dan hati-hati
terhadap murid untuk mengembangkan pertumbuhan belajar',

(9) hubungan masyarakat. Memberikan dan menerima informasi dari masyarakat untuk
meningkatkan pengajaran lebih optinum; dan

(10) penilaian pengajaran terhadap perencanaan pengajaran. Implementasi pengajaran,


menganalisis dan menginterprestasikan data, mengambil keputusan, dan melakukan
penilaian hasil belajar murid, untuk memperbaiki pengajaran (Oliva, 1984). Pada intinya tugas
supervisor menurut Burton dan Harris adalah meningkatkan aktifitas pembelajaran,
mengembangkan kurikulum, dan mengevaluasi pembelajaran. Semakin spesifik yang
digambarkan hasil evaluasi, maka semakin berarti.

I. Teknik Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan sebaga bagian dari sistem pengajaran harus menjamin adanya hasil
pemecah masalah (saran, ide, gagasan). Pemecahan masalah ini, dilakukan denga cara dialog
profesional antara supervisor dengan guru untuk pengkajian baru. Sehingga, ditemukan cara
perbaikan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar. Supervisor secara teliti,
mengidentifikasi masala kegiatan belajar mengajar, dan menentukan pemecahan masalah
KBM dengan cara-cara yang profesionalPendidik bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran dengan cara-cara yang mendidik. Kepala sekolah bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan pendidikan dengan cara menjamin terselenggaranya layanan belajar dan
layanan lainnya untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar. Kemudian pengawas sekolah
maupun penilik sekolah bertanggungjawab dalam membina kemampuan profesional guru
dengan cara membantu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugasnya member layanan
belajar untuk mempertinggi mutu pembelajaran dan membina kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan.

membedakan teknik-teknik supervisi pengajaran menjadi

(1) teknik kelompok; dan

(2) teknik perorangan. Teknik kelompok diterapkan jika banyak guru mengalami masalah
yang sama pada mata pelajaran yang sama atau berbeda.

Teknik yang dapat diterapkan antara lain

(1) rapat para guru;

(2) workshop

(3) seminar;

(4) kepe mimpinan;

(5) konseling kelompok;

(6) bulletin board;

(7) melaksanakan karya wisata;

(8) questionaire; dan

(9) penataran atau penyegaran.


Teknik rangan dipergunakan apabila masalah khusus yang dihadapi seorang meminta bimbingan
tersendiri dari supervisor. Teknik yang dapat makan

(1) orientasi guru baru;

(2) kunjungan kelas;

(3) individual sterence atau pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru angkutan;

(4) kunjungan rumah; dan

(5) intervisitation atau saling gunjungi.

Teknik supervisi pendidikan yang diterapkan di sekolah sangat ditentukan oleh model dan
pendekatan yang digunakan. Teknik tersebut sangat beraneka ragam jenisnya, namun secara garis
besarnya dapa dikelompokkan atas dua bagian besar, yakni:

1. Teknik yang bersifat Kelompok, yang terdiri dari:

a. Pertemuan Orientasi

b. Pelatihan pertemuan guru

c. Studi kelompok antar guru latih

d. Diskusi sebagai proses kelompok

e. Tukar pengalaman

f. Bengkel

g. Diskusi panel

h. Seminar

i. Simposium

j. Demonstrasi mengajar

k. Perpustakan jabatan

l. Buletin supervisi
m. Membaca langsung

n. Mengikuti kursus

o. Organisasi jabatan

P. Laboratorium kurikulum

q. Perjalanan Sekolah (Field trips)

2. Teknik yang bersifat individual yang terdiri dari:

a. Perkunjungan kelas

b. Observasi kelas

c. Percakapan pribadi

d. Inter-visitasi

e. Menilai diri sendiri

1. Teknik Supervisi Bersifat Kelompok

Teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok yang diintrodusir oleh Pangaribuan (2005) dari
berbagai pendapat ahli antara lain dengan cara melakukan

(1) pertemuan orientasi;

(2) rapat guru latih;

(3) studi kelompok antara guru latih;

(4) diskusi sebagai proses kelompok;

(5) tukar menukar pengalaman;

(6) lokakarya;

(7) diskusi panel;

(8) seminar;
(9) simposium;

(10) demonstrasi mengajar,

(11) perpustakaan jabatan;

(12) buletin supervisi;

(13) membaca langsung;

(14) mengikuti kursus;

(15) kegiatan-kegiatan organisasi dalam jabatan;

(16) laboratorium kurikulum; dan

(17) perjalanan sekolah (field trips).

a. Pertemuan Orientasi

Pertemuan orientasi adalah pertemuan supervisor dengan supervised (terutama guru latih baru) yang
bertujuan menghantar supervisee tersebut memasuki suasana kerja yang baru. Pada pertemuan
orientasi supervisor memberikan penjelasan hal-hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pengajaran.

Setelah supervisor memberikan penjelasan yang penting. selanjutnya supervisor meminta masukan
dari supervisee mengenai apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki layanan belajar.

Pada pertemuan orientasi ini, supervisor diharapkan dapat nyampaikan atau menguraikan kepada
para supervisee hal-hal sebagai berikut

(1) sistem kerja yang berlaku di sekolah;

(2) proses dan mekanisme ministrasi dan organisasi di sekolah;

(3) resiko-resiko yang dapat timbul jika suatu prosedur kerja tidak dilaksanakan sebagai mana
mestinya,'

(4) peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan supervise dalam mana mengembangkan diri sendiri;
(5) hak dan kewajiban supervisee selama melaksanakan pekerjaannya; dan
(6) hal lain yang dianggap dapat membantu supervisee dalam melaksanakan pekerjaannya secara
efektif dan efisien tanpa banyak mengalami masalah atau hambatan-hambatan yang berarti.
Pertemuan orientasi ini dapat dimanfaatkan oleh supervisor untuk mengajak para supervisee
membuat perencanaan program supervisi yang akan dilaksanakan di sekolah.

b. Rapat Guru

Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis kegiatannya, tujuannya, jumlah
pesertanya, dan lain sebagainya. Rapat guru latih akan menghasilkan guru yang baik, jika
direncanakan dengan baik dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai
dengan kesepakatan yang dicapai dalam rapat. Perencanaan rapat yang baik selalu diawali dengan
usaha-usaha yang serius dalam pengumpulan data tentang

(a) persoalan penting yang sangat menonjol dan mempengaruhi kehidupan pengajaran dan
Pendidikan,

(b) alat-alat bantu yang dapat digunakan pada saat rapat dilaksanakan, dan

(c) minat, perhatian, kecakapan-kecakapan, dan kepribadian umumnya serta masalah-masalah yang
dihadapi guru latih baik secara individual maupun kelompok

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu rapat guru latih, antara
lain

(1) tujuan-tujuan yang hendak dicapai harus jelaas dan konkret;

(2) masalah-masalah yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan masalah yang timbul dari
guru latih-guru latih yang dianggap penting oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka
sendiri,

(3) masalah-masalah pribadi guru latih yang menyangkut masalah rapat perlu mendapat perhatian;
(4) pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh guru latih-guru latih dalam rapat tersebut harus
membawa mereka pada pertumbuhan pribadi dan jabatan yang sebaik-baiknya;

(5) partisipasi guru latih sejak perencanaan sampai pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan
sebaik-baiknya; dan
(6) persoalan kondisi setempat, waktu, dan tempat rapat perlu menjadi bahan pertimbangan dalam
perencanaan suatu rapat.

C. studi kelompok antar guru.

Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan sejumlah guru yang memiliki
keahlian di bidang studi tertentu, seperti matematika, IPA, bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Kelompok guru latih ini melakukan pertemuan, baik secara rutin maupun insidentil, untuk
mempelajari atau mengkaji suatu atau sejumlah masalah yang menyangkut penyajian dan
pengembangan materi bidang studi.

Topik-topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut, telah dirumuskan sebelumnya, baik oleh guru
latih, ataupun supervisor, atau guru latih bersama-sama supervisor.

Kehadiran supervisor sangat diharapkan sebagai inspirator untuk memperbaiki pengajaran. Dengan
demikian studi kelompok antar guru penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas penguasaan
materi pelajaran dan kualitas dalam memberi layanan belajar.

Kemauan dan kemampuan supervisor memfasilitasi studi kelompok ini mempersiapkan diri dengan
menyediakan sumber sumber buku, dan sumber-sumber lainnya. Jika memungkinkan mencari dan
menghadirkan narasumber yang menang ahli di bidang atau topik yang dibahas oleh para guru latih.

D. Diskusi sebagai pertukaran pikiran atau pendapat

diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu proses percakapan antara dua atau
lebih individu tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya diskusi merupakan
salah satu alat bagi supervisor untuk mengembangkan berbagai keterampilan pada diri para guru
yang berlatih menghadapi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran
antara satu dengan yang lainnya melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru latih untuk
saling mengetahui memahami atau mendalami suatu permasalahan sehingga secara bersama-sama
akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut agar pengalaman dan wawasan
supervisor lebih baik dibanding guru maka sangat diharapkan bahwa supervisor lebih rajin membaca
buku-buku sumber yang membahas seluk beluk kepemimpinan dan buku-buku yang berkaitan
dengan mata pelajaran yang menjadi bidangnya.

Pemahaman berharga bagi dirinya khusus saat memberi bantuan profesional kepada guru baik dalam
diskusi maupun dalam memberi bantuan pengajaran. Faktor kepemimpinan yang dilakukan
supervisor merupakan salah satu penentu bagi tidak tidaknya suatu diskusi. Keterampilan memimpin
diskusi melebar pada hal-hal yang tidak perlu. Mampu menyerap aspirasi anggota diskusi dan
mengambil makna terbaik dari ide saran dan pendapat peserta. Oleh karena itu supervisor harus
memiliki keterampilan diskusi.

E. Workshop atau lokakarya

Dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah petugas
pendidikan yang sedang memecahkan suatu masalah melalui percakapan dan bekerja secara
kelompok maupun bersifat perseorangan.

Ciri-ciri dari workshop ini, antara lain satu. Masalah yang dibahas bersifat "life centred"dan muncul
dari peserta sendiri atau guru latih.

2. Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga
tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula jadi perubahan yang
berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan ini.

3. Metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah musyawarah dan
penyelidikan.

4. Diadakan berdasarkan kebutuhan bersama.

5. Menggunakan narasumber resource person the resource material yang memberi bantuan yang
besar sekali dalam mencapai hasil.

F. Tukar-menukar pengalaman atau sharing of experience.

Merupakan suatu teknik perjumpaan di mana guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu
dengan lainnya. Prosedur Syahrini harus dipersiapkan secara teratur agar tujuan dapat dicapai.
Prosedur sharing harus dipersiapkan secara teratur agar tujuan dapat dicapai titik sahertian pada
tahun 2000 mengatakan langkah-langkah sharing antara lain adalah

1.menentukan tujuan yang akan dicapai.

2. Menentukan produk masalah yang akan dibahas dalam bentuk problema.

3. Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat mereka dan

4. Merumuskan kesimpulan sementara dan membahas problema baru.

2. Teknik Supervisi Yang Bersifat Individual


Menurut sahertian tahun 1981 adalah teknik yang digunakan pada pribadi seorang guru pelatih yang
mengalami masalah khusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik teknik
supervisi yang bersifat individual antara lain:

1. Kunjungan kelas

2. Observasi kelas

3. Percakapan pribadi

4. Intervisitasi

5. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar

6. Menilai diri sendiri.

Masing-masing teknik tersebut akan diuraikan beberapa diantaranya yang dianggap harus
dilaksanakan oleh supervisor dalam memperbaiki situasi belajar mengajar melalui pembinaan tenaga
guru di sekolah.

A. Kunjungan kelas

Kunjungan kelas, yakni suatu kunjungan yang dilakukan supervisor atau kepala sekolah ke dalam
suatu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru latihan yang
bersangkutan menghadapi masalah atau kesulitan selama mengadakan kegiatan pembelajaran.
Kunjungan dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya
mengenai kemampuan dan keterampilan guru latih mengajar.

Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara yakni

1. Kunjungan kelas tanpa diberitahu yaitu dimana supervisor tiba-tiba datang ke kelas tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu sedangkan guru latinnya sedang mengajar

2. Kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu sebelum mengadakan kunjungan supervisor


memberitahu guru latih bahwa dia akan mengunjungi kelas pada waktu yang telah ditetapkan

3. Kunjungan atas undangan guru latih, artinya guru latihlah yang mengundang supervisor untuk
mengunjungi kelas pada saat ia mengajar dengan prinsip ingin dibantu dalam upaya meningkatkan
kualitas diri dalam situasi belajar mengajar

4. Saling mengunjungi kelas.


Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar
mengajar di kelas yaitu

1. rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan masalah-
masalah umum yang menyangkut perbaikan atau peningkatan mutu pendidikan dan

2. Pertemuan-pertemuan dikelompokkan kerja pemilik, Kelompok kerja kepala sekolah, pertemuan


kerja guru pusat kegiatan guru dan sebagainya.

B. Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan
supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang mengajar di suatu kelas selama berada di kelas,
supervisor melakukan pengamatan yang teliti dengan menggunakan instrumen tertentu, terhadap
suatu kelas yang diciptakan dan dikembangkan oleh guru Latif selama jam pelajaran berlangsung
dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.

C. Percakapan Pribadi

Percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan
mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih titik pertemuan pribadi antara
supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru titik
umumnya materi yang dipercakapkan kan adalah hasil hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang
telah dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru latih
akan kelebihan dan kekurangan nya.

D. Inter Visitasi

Kunjungan antar kelas dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakan suatu kegiatan yang
terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru dan kepala sekolah tentang usaha perbaikan
dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya kunjungan antar kelas ini dapat saling membandingkan
dan belajar atas keunggulan dan kelebihan berdasarkan pengalaman masing-masing. Sehingga
masing-masing dapat memperbaiki kualitas guru memberi layanan belajar kepada peserta.

e. Menilai Diri Sendiri

Guru latih yang menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus selalu
ditingkatkan. Guru tersebut, akan selalu melakukan teknik dan pendekatan mengajar dengan baik
dan bervariasi. Dalam teknik ini, guru latih sendiri melakukan penilaian terhadap penampilannya pada
saat sedang mengajar dengan meminta para pesertadidiknya mengamati, mengomentari, dan menilai
tindakan-tindakan atau perilaku yang ditampilkannya selama mengajar.

f. Supervisi Klinis

supervisi klinis merupakan model supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar melalui
sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap
penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan melaksanakan perubahan dengan cara yang
rasional (Acheson dan Gall, 1980). Supervisi klinis berusaha untuk memperkecil kesenjangan antara
tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis adalah
suatu proses bimbingan bertujuan membantu pengembangan profesional guru/calon guru, dalam
penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut.

Supervisi klinis sebagai intervensi yang direncanakan dalam dunia tiruan, karenanya tidak hanya
memperhatikan perilaku guru dan anteseden perilaku ini juga berkaitan dengan ketidak utuhan
dengan asumsi, kepercayaan, tujuan, dan perilaku guru. Oleh karena itu, inti dari supervisi klinis
adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens, berlanjut dan matang antara supervisor
dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan
belajar secara berkelanjutan dan konsisten.

Supervisi klinis menurut Lovell dan Willes (1983) adalah suatu upaya yang rasional dan praktis
membantu meningkatkan kualitas tampilan guru di kelas.

Semangat dari supervisi klinis menurut Keith dan Meredith (1987) sulit untuk dijelaskan dengan kata-
kata. Supervisi klinis adalah suatu proses, gaya yang berbeda dan berkaitan dengan para guru. Agar
proses supervisi klinis ini menjadi efektif, maka pikiran, emosi dan tindakan supervisor klinis; yaitu
pengembangan profesional dari para guru.

Model supervisi ini dikembangkan sesuai dengan prosedur klinis, yang diawali dengan pertemuan
awal (pre-conference), dilanjutkan dengan pengamatan (observation) kegiatan pembelajaran di kelas,
dan diakhiri dengan pertemuan balikan (post-conference).

A. Karakter supervisi klinis

Kinerja dan teknik balikan, fungsi balikan dan hubungannya dengan supervisi klinis adalah untuk
menolong guru memperhatikan perubahan atau lebih tepat peningkatan dalam tingkah laku
mengajarnya. Balikan merupakan suatu informasi kepada guru tentang bagaimana guru
mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai maksud tersebut maka
balikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Lebih bersifat deskriptif dari pada evaluatif. Balikan hendaknya lebih bersifat deskriptif dari pada
evaluatif karenan fungsinya adalah memberi gambar yang terperinci tentang penampilan guru selama
mengajar, bukan menilai penampilan guru gambaran terperinci akan membantu guru menyadari
kemampuannya tanpa merasa dihakimi, sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan
kemampuannya.

b. Bersifat spesifik adalah kurang tepat apabila kepada seorang guru dikatakan bahwa cara ia
memberi peringatan kurang tepat, sebab dengan cara demikian guru tidak mengetahui dalam segi
apa ia memberikan penguatan secara tidak tepat misalnya apakah dalam penguatan verbal, gerakan
badan atau lainnya.

c. Memenuhi kebutuhan baik supervisor maupun guru. Suatu balikan tidak akan bermanfaat apabila
ia hanya memenuhi kebutuhan supervisor sebagai pemberi balikan dan mengabaikan kebutuhan guru
sebagai penerima balikan tersebut.

d. Ditunjukan untuk tingkah guru akan dapat dikendalikannya. Seseorang guru akan mengalami
frustasi apabila ia diingatkan tentang sesuatu kekurangan yang berada diluar kemampuan untuk
mengatasi atau memecahkannya, misalnya supervisor menegur karena tubuhnya yang pendek
sehingga dia sukar menguasai kelas dengan baik.

e. Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diadakan oleh supervisi.

f. Tepat waktunya. Balikan akan lebih bermanfaat apabila diberikan setelah melaksanakan mengajar.

g. Harus terkomunikasikan secara jelas kepada guru. Untuk melakukan hal ini maka guru diminta
untuk mengatakan kembali apa yang menjadi target serta perhatian utama guna dibandingkan
dengan yang dimaksud supervisor.

h. Apabila balikan itu diberikan oleh kelompok maka guru dam supervisor harus mempunyai
kesempatan untuk mencocokannya dengan yang diberikan untuk kelompok untuk menguji ketepatan
balikan. Dengan demikian dapat diketahui apabila balikan tersebut merupakan kesan satu orang atau
merupakan kesan orang lain juga.

i. Harus dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihannya untuk mengembangkan gaya


mengajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diberi penguatan untuk cara mengajar yang efektif tersebut.
j. Hendaknya dimulai dulu dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang
menimbulkan masalah baginya.

k. Data balikan dalam bentuk instrument observasi harus disimpan dengan baik oleh supervisor dan
merupakan catatan mengenai perkembangan keterampilan mengajar guru. Seperti kartu status
pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat digunakan bila diperlukan.

Dari sebelas kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa balikan merupakan suatu cara dan alat untuk
memberikan pertolongan kepada guru yang mengalami kesulitan baik aspek pedagogik maupun
materi pelajaran.

Agar dapat membantu guru mengatasi kesulitan dalam melaksanakan layanan belajar, maka
supervisor diharapkan mampu melaksanakan fungsi mendiagnosis yaitu menelusuri kelemahan guru
dalam menggunakan metode pengajaran, menilai kemampuan belajar peserta didik.

b. Tujuan Supervisi Klinis

Konsep supervisi menurut Sagala (2008) adalah memberi tekanan pada proses "pembentukan dan
pengembangan profesional" dengan maksud memberi respons terhadap pengertian utama secara
kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya. Pembentukan profesional guru yang
bermaksud untuk menunjang pembaharuan pendidikan serta untuk "memerangi" kemerosotan
pendidikan terutama harus dimulai dengan cara mengajar guru dikelas. Dengan perbaikan dan
penyempurnaan diharapkan siswa dapat belajar dengan baik sehingga tujuan pendidikan dan
pengajaran dapat tercapai secara maksimal. Dalam hubungan inilah supervisi klinis merupakan kunci
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.

Tujuan khusus supervisi klinis menurut Sagala (2008) adalah sebagai berikut:

(1). Menyediakan guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan mereka yang baru saja mereka
jalankan, ini merupakan cermin agar guru dapat melihat apa yang sebenarnya yang mereka sekali
sangat berbeda dengan perkiraan mereka;

(2). Mendiaknosis, memecahkan atau membantu, memecahkan masalah mengajar;

(3). Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar;

(4). Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi, jabatan atau pekerjaan
mereka;
(5). Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus
menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri; dan

(6). Perhatian utama pada kebutuhan guru.

Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, sedang mengajar maupun sudah
mengajar, ada dua hal yang utama menurut Sagala (2008) menjadi perhatian utama maupun
kebutuhan yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta keterampilan-keterampilan dasar
yang diperlukan dalam mengajar.

Disadari atau tidak, dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar (generic skills) tertentu
agar ia dapat mengajar lebih baik dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai. Keterampilan-
keterampilan dasar tersebut dapat dikelompokkan:

(1). Keterampilan menggunakan variasi dalam mengajar menggunakan stimulus, yang terdiri dari
memberi penguatan (reinforcement);

(2). Variasi gaya interaksi dan penggunaan alat pandang dengar/AVA (variability), menjelaskan
(explaining);

(3). Membuka dan menutup pelajaran (introductory procedures and clusure).


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara sistematik supervisi kependidikan adalah pembinaan yg berupa bimbingan atau tuntunan
kearah perbaikan situasi pendidikan dan peningkatan mutu mengajar dan belajar.

Tujuan supervisi pendidikan bukan menyodorkan suatu teori, tetapi menganjurkan sesuai kebutuhan
dan untuk mengungkapkan beberapa karakteristik esensial teori Supervisi pendidikan sebagai salah
satu instrumen yang dapat mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas penyelenggaraan
pendidikan maupun penyelenggaraan pembelajaran Supervist untuk meningkatkan situasi dan proses
belajar mengajar berada dalam rangka tujuan pendidikan nasional dengan membantu guru-guru
untuk lebih memahami peranan sekolah untuk mencapai tujuan dimaksud.
Iii

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai