Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok:

Nurhayati (20070795028)
Wardatul Aini (20070795029)
Zayyinah (20070795030)
Prodi : Pendidikan Sains 2020 B

DESAIN DALAM METODE PENELITIAN EKSPERIMEN


A. Kapan Metode Penelitian Eksperimen Digunakan
Metode penelitian eksperimen merupakan salah satu metode kuantitatif,
digunakan terutama pabila peneliti ingin melakukan percobaan untuk mencari
pengaruh variabel independent/treatment/perlakuan tertentu terhadap variabel
dependen/hasil/output dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam bidang sosial,
pendidikan, bisnis, dan teknik, penelitian eksperimen banyak sekali digunakan
dalam penelitian kebijakan, pengembangan model pembelajaran, pembuatan
makanan, obat-obatan, kendaraan dan barang-barang elektronik. Sebelum produk
dipasarkan tentu dilakukan pengujian terlebih dahulu dengan metode eksperimen.
B. Pengertian Metode Eksperimen
Penelitian dalam bidang iptek dapat menggunakan metode eksperimen.
Metode eksperimen termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Fraenkel and
Wallen (2009) menyatakan bahwa “To experiment is to try, to look for, to
confirm”. Eksperimen berarti mencoba, mencari dan
mengkonfirmasi/membuktikan. Gordon L Patzer (1996) menyatakan bahwa
“Causal relationship are the health of experiment”. Hubungan kausal atau sebab
akibat adalah merupakan inti dari penelitian eksperimen. Selanjutnya dinyatakan
bahwa “Causality is relationship in which change in one variable causes a
shange or effect in another variables. The first variable is referred to as the
independent variable and it causes an effect on the second variable referred to as
dependent variable”. Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, hal ini
berarti bila variabel independen dirubah-rubah nilainya maka akan merubah nilai
variabel dependen. Contoh, bila nilai insentif di naik turunkan maka akan
merubah nilai kinerja pegawai.

1
Dalam hal metode eksperimen Creswell (2012) menyatakan bahwa “You use
an experiment when you want to establish possible couse and effect between
independent and dependent variables. This means that you attempt to control all
variable that influence the outcome except for the independent variable”.
Penelitian eksperimen digunakan apabila peneliti ingin mengetahui pengaruh
sebab dan akibat antara variabel independen dan dependen. Hal ini berarti peneliti
harus dapat mengontrol semua variabel yang dapat mempengaruhi outcome
kecuali variabel independen (treatment) yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa metode penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan percobaan, yang
merupakan metode kuantitatif, digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (treatment/perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam
kondisi yang terkendalikan. Kondisi dikendalikan agar tidak ada variabel lain
(selain variabel treatment) yang mempengaruhi variabel dependen. Agar kondisi
dapat dikendalikan, maka dalam penelitian eksperimen menggunakan kelompok
kontrol dan sering penelitian eksperimen dilakukan di laboratorium.
Dalam penelitian eksperimen ada empat faktor utama, yaitu hipotesis, variabel
independen, variabel dependen dan subjek. Hipotesis dalam penelitian eksperimen
merupakan keputusan pertama yang ditetapkan oleh peneliti diuji. Berdasarkan
hipotesis tersebut selanjutnya dapat ditentukan variabel independen (treatment)
dan dependen (outcome) serta subjek yang digunakan untuk penelitian. Dalam
kaitannya dengan hipotesis Gordon L Patzer (1996) menyatakan bahwa “The
hypotheses serves as a guide for the other component and, therefore, represent
the first decision by the researcher about these four components”.
Dalam penelitian experimen jumlah variabel independen
(treatment/perlakuan) bisa lebih dari satu. Dalam hal ini Gordon L Patzer 1996
menyatakan “An independent variables can have a single or multiple value that
are qualitative as with labels or quantitative as with numerical amounts.
Qualitative value and quantitative values are both involves in experiment”.
Jumlah variabel independen bisa tunggal atau jamak, bisa kualitatif dan
kuantitatif. Nilai kualitatif dan kuantitatif bisa terjadi dalam penelitian

2
eksperimen. Contoh variabel kualitatif, warna kemasan suatu barang, variabel
kuantitatif harga barang.

C. Beberapa Macam Desain Penelitian Eksperimen


Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam
penelitian, yaitu: pre-experimental design, true experimental design, factorial
design, dan quasi experimental design. Tickman (1996) mengemukakan beberapa
desain penelitian seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

one shot case study

one group pretest


Pre-experimental
posttest

intact group comparison

posttest only control


group design
Macam Desain Eksperimen
True
experimental
pretest-posttest control
group design
Factorial
experimental
time series design
Quasi
experimental
nonequivalent control
group design

1. Pre-experimental Designs (non-designs)


Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya
variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.

3
Bentuk pre-experimental design ada beberap macam yaitu: One-Shot Case
Study, One-Group Pretest-Posttest Design, dan Instact Group Comparison.
Desain one-shot case study tidak ada pretest (treatment langsung
observasi /posttest) sehingga kondisi atau nilai awal variabel dependen tidak
diketahui. Dengan demikian pengaruh perlakuan sebagai variabel independen
terhadap hasil.variabel dependen sulit diukur. Kalau dalam desain one group
pretest-posttest ada pretest dan posttest, sehingga pengaruh treatment dapat
dihitung dengan cara membandingakan nilai posttest dengan pretest. Bila nilai
posttest lebih besar dari pretest, maka perlakuan berpengaruh positif. Pada desain
intact-group comparison ada kelompok eksperimen (yang diberi treatment atau
perlakuan) dan kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Pengaruh
perlakuan dapat dihitung dengan membandingkan nilai kelompok eksperimen
dengan nilai kelompok kontrol.
a. One-Shot Case Study
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapatdigambarkan seprti
berikut:

X O
X= treatment yang diberikan (variabel independen)
O= Observasi (variabel dependen)
Model eksperimen dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi
teratment /perlakuan dan selanjutnya diobservasi (O) hasilnya (treatment adalah
sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Contoh:
Pengaruh alat kerja baru diklat (X) terhadap produktivitas kerja perusahaan (O).
Terdapat kelompok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudian setiap
bulan diukur produktivitas kerjanya. Pengaruh alat kerja baru terhadap
produktivitas kerja diukur dengan membandingkan produktivitas perusahaan
sebelum menggunakan alat baru dengan produktivitas setelah menggunakan alat
baru (misalnya sebelum menggunakan alat baru produktivitasnya 150/jam dan
setelah menggunakan alat baru produktivitasnya 500/jam. Jadi pengaruh alat baru
adalah 500-150=350/jam).

4
b. One-Group Pretest-Posttest Design
Pada desain ini terdapat preset sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian
hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
O1 X O2

O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat)


O2= nilai posttest (setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2-O1)
c. Instact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi
perlakuan) dan setengah untuk kelompk kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
Paradigma penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

X O1
O2
O1= hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
O2= hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan
Pengaruh treatment/perlakuan (variabel independen terhadap variabel
dependen/hasil) = (O1-O2)
Contoh:
Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah dalam
melaksanakan pekerjaannya menggunakan lampu yang sangat terang (O1), dan
setengahnya lagi dengan lampu ynag kurang terang (O 2). Setelah beberapa
minggu diukur produktivitas kerjanya. Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi
pengaruh cahaya lampu terhadap produktivitas kerja adalah(O1-O2).
Seperti telah dikemukakan bahwa ketiga bentuk desain pre-experimen itu bila
diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel-variabel luar yang masih
berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi
rendah. Karena dalam desain ini tidak ada kelompok yang diambil secara random,

5
maka analisa data menggunakan statistik deskriptif, tidak menggunakan statidtik
inferensial parametris seperti t-test dan analisis varians.
2. True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam
desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang dapat
mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas
rancangan pelaksanaan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true
experimental adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi
cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random. Dalam
desain true experimental, karena kelompok diambil secara random dan bila
datanya interval atau rasio, maka pengujian signifikansi pengaruh treatment
menggunakan statistic parametris t-test related (untuk dual kelompok sampel
berpasangan) dan analisis varian bila kelompoknya lebih dari dua.
Disini dikemukakan duan bentuk desain true experimental yaitu: Posttest
Only Control Design dan Pretest-Posttest Control Group Design.
a. Posttest-Only Control Design

R X O1
R O2

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain
tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh
adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang
sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test
misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara
signifikan.
Pada gambar 1 diberikan contoh desain eksperimen Posttest-Only Control
Design yang lebih operasional. Dalam gambar ditunjukkan bagaimana cara

6
mengambil sampel untuk menguji suatu jenis pelatihan terhadap kinerja guru.
Populasinya adalah 140 guru, dipilih 50 guru secara randem untuk diberi
perlakuan dan 50 guru tidak diberi perlakuan (populasi 140 dengan kesalahan 5%,
sampelnya 100). Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan hasilnya
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan. Bila nilai kelompok
eksperimen lebih tinggi, maka perlakuan berpengaruh positif, kalau lebih rendah
berpengaruh negatif.

R X O1
Dipilih secara random Treatment Posttest
50 karyawan (Perlakuan):
Untuk kelompok Observasi kinerja
eksperimen Pelatihan setelah diklat

140 karyawan akan


dipilih secara random

R C
O2
Dipilih secara random Posttest
50 karyawan Tidak ada
Untuk kelompok Treatment
Observasi kinerja
kontrol (Perlakuan
setelah diklat

Gambar 1. Contoh True Experiment Posttest Only Control Group Design


b. Pretest-Posttest Control Group Design

R O1 X O2
R O3 O4
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah

7
(O2 – O1) – (O4 – O3). Pada gambar 2 diberikan contoh desain eksperimen Pretest-
Posttest Control Group Design yang lebih operasional.

R O1 X O2
Dipilih Pretest Treatment Observasi /
secara (Perlakuan): Posttest
random 50
pegawai Diklat Kinerja pegawai
Untuk setelah diklat
kelompok (variabel
eksperimen dependen)

140 pegawai akan


dipilih secara random

R O3 C O4
Dipilih Pretest Observasi /
secara Tidak ada Posttest
random 50 Treatment
pegawai (Perlakuan Kinerja pegawai
Untuk setelah diklat
kelompok (variabel
kontrol dependen)
Gambar 2. Contoh True Experiment Pretest-Posttest Control Group Design
3. Factorial Design
Desain faktorial merupakan modifikasi dari true experimental design, yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel
dependen). Paradigma desain faktorial dapat digambarkan sebagai berikut.
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing
diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik bila setiap kelompok
memiliki nilai pretest yang sama. Jadi O1=O3=O5=O7. Dalam hal ini vaariabel
moderatornya dalah Y1 dan Y2.

8
R O1 X Y1 O2
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7 Y2 O8
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap
kepuasan pelayanan toko pada konsumen. Untuk itu dipilih empat kelompok
secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y 1)
dan perempuan (Y2). Treatment/perlakuan (prosedur kerja baru) dicobakan pada
kelompok eksperimen pertama yang telah diberi pretest (O1=kelompok laki-laki)
dan kelompok eksperimen kedua yang telah diberi pretest (O5=kelompok
perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk
kelompok laki-laki = (O2-O1)-(O4-O3). Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru)
terhadap nilai penjualan barang untuk kelompk peempuan = (O6-O5)-(O8-O7).
Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan
konsumen antara kelompok kerja pria dan wanita, maka penyebab utamanya
adalah bukan karena treatment yang diberikan (karena treatment yang diberikan
sama), tetapi karena adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis
kelamin. Pria dan wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat
kerja yang sama nyamannya, tetapi pada umumnya kelompok wanita lebih ramah
dalam memberikan pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan
masyarakat.
4. Quasi Experimental
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari tre
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian
desain ini lebih baik dari pre experimental design. Quasi-experimental design,
digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang
digunakan untuk penelitian.

9
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para “karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak.
Sebagian menggunakan prosedur kerja yang baru yang lain tidak. Oleh karena
itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam
penelitian, maka dikembangkan desai quasi experimental.
Karena dalam desain ini tidak ada kelompok yang diambil secara random,
maka analisis data menggunakan statistik deskriptif, tidak menggunakan analisis
data dengan statistik inferensi para metris seperti t-test atau analisis varians.
Berikut ini dikemukakan dua bentuk desai quasi eksperimen, yaitu Time
Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.
a. Time Series Design

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sebanyak 4
kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan
kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila pretest selama 4 kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan
tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan
jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu
kelompook saja sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. hasil pretest yang
baik adalah O1 = O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7
= O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah (O5 = O6 = O7 = O8) – (O1 = O2 = O3 =
O4).
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretset-posttest cotrol group design, hanya pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random.

O1 X O2
O3 X O4

10
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan model inkuiri terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Desain penelitian dipilih satu kelompok siswa.
Selanjutnya dari kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan model inkuiri
setiap pembelajaran IPA dan yang setengah lagi tidak. O 1 dan O2 merupakan hasil
kemampuan berpikir kritis siswa sebelum ada perlakuan model inkuiri. O 2 adalah
hasil kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan inkuiri selama 3
kali pertemuan. O4 adalah hasil kemampuan siswa yang tidak diberi perlakuan
model inkuiri. Pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).

11

Anda mungkin juga menyukai