Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai permasalahan seringkali diselesaikan dengan cara-cara yang kurang
dipahami oleh orang lain. Perbedaan pemahaman ini dapat terjadi karena
penyelesaian masalah menggunakan alat yang berbeda atau menggunakan
argumentasi yang kurang memiliki kecukupan data dan kurang memiliki unsur logika
berfikir ilmiah (Firdaus, 2012: 1).
Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan
sejumlah langkah yang berurutan. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara
informal dalam pemecahan berbagai masalah sehari-hari, seperti menggambil rute
yang efisien dari rumah untuk menuju ketempat bekerja. Penerapan yang lebih formal
dari metode ilmiah untuk pemecahan berbagai masalah adalah semua yang dilakukan
oleh peneliti (Nazir, 2003: 5).
Menurut Morissan (2017 :1) banyak kalangan peneliti dan akademisi ternyata
belum memiliki kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang memadai dibidang
penelitian survei. Bukti paling nyata adalah bahwa banyak hasil survei yang
dikemukakan berbagai lembaga survei di Indonesia (khususnya survei jejak pendapat
masyarakat) sering kali berbeda-beda, dan bahkan bertolak belakang satu sama lain.
Metode penelitian survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
factual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan membahas serta mengenal
masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-
praktik yang sedang berlangsung (Nazir, 2003: 66).
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyadari
perlu adanya penulisan makalah terkait “Metode Survei” untuk menambah wawasan
pembaca maupun yang memiliki perhatian khusus terkait penerapan metode tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian survei ?
2. Apa tujuan penelitian survei ?
3. Bagaimana memilih bentuk pertanyaan dalam metode penelitian survei ?
4. Bagaimana mendesain kuesioner ?
5. Bagamana langkah-langkah metode penelitian survei ?
6. Bagaimana cara pengumpulan data dalam metode penelitian survei ?
7. Apa saja keunggulan dan kelemahan metode penelitian survei ?
8. Bagamana contoh penerapan metode survei ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan metode penelitian survei
2. mendeskripsikan tujuan penelitian survei
3. menejelaskan cara memilih bentuk pertanyaan dalam metode penelitian
survei
4. menjelaskan mendesain kuesioner
5. menguraikan langkah-langkah metode penelitian survei
6. menjelaskan cara pengumpulan data dalam metode penelitian survei
7. mendeskripsikan keunggulan dan kelemahan metode penelitian survei
8. menjelaskan contoh penerapan metode survei

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metode Penelitian Survei


Menurut Fraenkel dan Wallen ( dalam Rusdi dkk, 2016: 4), penelitian survei
merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan
menanyakanya melalui angket atau wawancara untuk menggambarkan berbagai
aspek dalam suatu populasi.
Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik
populasi, seperti komposisi masyarakat berdasarkan kelompok usia, jnis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, etnis, dan lain-lain. Survei juga dapat
digunakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan,
pendapat, pendirian, keinginan, cita-cita, perilaku, kebiasaan, dan lain-lain. Karena
model penelitian ini dipandang sederhana, tetapi dapat menghimpun informasi yang
penting tentang populasi yang cukup besar, maka penggunaanya sangat luas,
sehingga peneliti perlu menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik
sampel tertentu. Hal ini sekaligus menunjukkan keuntungan penelitian survei, yaitu
memungkinkan membuat generalisasi untuk populasi yang besar (Rusdi dkk, 2016:
4).
Metode penelitian survei sering digunakan dalam penelitian deskriptif,
eksplanatori dan eksploratori. Karakteristik khusus penelitian survei adalah
kesimpulan hasil penelitian digeneralisasikan atau berlaku untuk seluruh populasi
sasaran meski data penelitian hanya diperoleh dari sampel (sebagian populasi).
Karena hasil penelitian berlaku untuk seluruh populasi maka sampel/subjek harus
dipilih secara acak. Contoh penerapan konsep generalisasi misalnya: penelitian survei
mengambil data pendapat 100 mahasiswa yang dipilih secara acak dari 1000
mahasiswa di salah satu perguruan tinggi. Penelitian mengungkapkan persepsi
mahasiswa terhadap kebijakan sertifikasi guru melalui pendidikan profesi guru. Hasil
penelitian menemukan 90% mahasiswa menyatakan setuju, hal itu berarti bahwa

3
pendidikan profesi guru tersebut layak dilaksanakan meskipun tidak semua
mahasiswa dimintai pendapatnya dalam proses pengumpulan data (Mulyatiningsih,
2013: 209).
Penelitian survei dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu survei deskriptif
(descriptive survey) dan survei analitis (analytical survey). Suatu survei deskriptif
berupaya menjelaskan atau mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa yang
ada saat ini. Misal, survei yang dilakukan untuk mengetahui pendapat masyarakat
terhadap kandidat pejabat. Suatu survei analitis berupaya menggambarkan dan
menjelaskan mengapa suatu situasi ada. Survei analitis mempelajari dua atau lebih
variabel dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis
penelitian. Hasil survei memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan diantara
variabel dan menarik kesimpulan dari hubungan tersebut. Misal, penelitian untuk
mengetahui pengaruh tingkat kunjungan ke perpustakaan dengan prestasi akademik
mahasiswa (Morissan, 2017: 167).

2.2 Tujuan Penelitian Survei


Menurut Singarimbun & Effendi (1995: 4-5) penelitian survei dapat digunakan
untuk maksud sebagai berikut:
a. Penelitian eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari. Pengetahuan
peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk dapat
melakukan studi deskriptif.
b. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu, misalnya perceraian, pengangguran, keadaan gizi,
preferensi terhadap politik tertentu dan lain-lain. Peneliti menembangkan
konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.
c. Penjelasan (explanatory atau confirmatory), yakni untuk menjelaskan
hubungan kausal dan pengujian hipotesa, apabila untuk data yang sama
peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian

4
deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan
(explanatory research). Perbedaan pokok antara penelitian deskriptif dan
penelitian penjelasan tidaklah terletak pada sifat datanya, melainkan pada sifat
analisisnya.
d. Mengadakan evaluasi, secara umum terdapat dua jenis penelitian evaluasi,
yakni evaluasi formatif dan evaluasi summatif. Evaluasi formatif biasanya
melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program, mencari umpan balik untuk
memperbaiki pelaksanaan program tersebut. Evaluasi summatif biasanya
dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur apakah tujuan program
tersebut tercapai.
e. Prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, hasil
survei dapat pula digunakan untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena
sosial tertentu.
f. Penelitian operasional, pada penelitian operasional, pusat perhatian adalah
variabel-variabel yang berkaitan dengan aspek operasional suatu program.
Setelah diidentifikasi hambatan-hambatan operasional, penelitian dilakukan
untuk mengatasi hambatan tersebut.
Pengembangan indikator-indikator sosial, indikator-indikator sosial dapat
dikembangkan berdasarkan survei-survei yang dilakukan secara berkala.

2.3 Memilih Bentuk Pertanyaan dalam Metode Penelitian Survei


Menurut Morissan (2017: 169-191) peneliti memiliki beberapa pilihan ketika
merancang suatu kuesioner, pilihan itu mencakup, apakah peneliti akan menggunakan
pertanyaan (question) atau pernyataan (statement), atau memilih pertanyaan tertutup
atau pertanyaan terbuka.
a. Pertanyaan dan Pernyataan, pernyataan digunakan dalam kuesioner untuk
menentukan seberapa jauh responden memiliki sikap atau perspektif dalam
suatu isu tertentu. Dalam merancang kuesioner, peneliti dapat pula
menggunakan pertanyaan dan pernyataan secara bersama-sama. Dengan

5
menggunakan kombinasi pertanyaan dan pernyataan ini, peneliti akan lebih
fleksibel dalam merancang kuesionernya, dan juga membuat kuesioner terlihat
lebih menarik.
b. Pertanyaan Tertutup, dalam hal ini responden diminta memilih suatu jawaban
dari suatu daftar jawaban yang disediakan peneliti. Penggunaan pertanyaan
tertutup sering digunakan, dan cukup popular dalam suatu penelitian survei,
karena memberikan keseragaman jawaban sehingga data yang diperoleh lebih
mudah diolah daripada bentuk pertanyaan terbuka. Bentuk pertanyaan tertutup
yang paling sederhana adalah hanya menyediakan dua pilihan jawaban
biasanya “setuju/tidsk setuju” atau “ya /tidak”.
c. Pertanyaan Terbuka, yaitu pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh
responden. Misal, responden diminta menjawab pertanyaan berikut: apa jenis
program televisi yang paling anda sukai ?.
d. Panduan Membuat Pertanyaan, pada penelitian survei, peneliti menggunakan
kuesioner yaitu instrumen yang secara khusus dirancang untuk mendapatkan
informasi yang dapat dianalisis. Salah satu bagian dari latihan membuat
kuesioner adalah memahami empat aturan dasar dalam merancang kuesioner
sebagai berikut: (1) memahami tujuan penelitian sehingga hanya pertanyaan
yang relevan saja yang diajukan. (2) pertanyaan harus jelas dan tidak
menimbulkan multiinterpretasi. (3) pertanyaan harus secara tepat
menyampaikan apa yang diinginkan dari responden. (4) jangan berasumsi
responden akan mengerti sendiri pertanyaan yang diajukan.
Beberapa panduan umum dalam merumuskan dan menyusun pertanyaan
kuesioner yang mencakup: pertanyaan harus jelas, hindari pertanyaan ganda,
hindari pertanyaan mengarahkan, cermat dengan pertanyaan sensitif,
pertanyaan harus realistis, melindungi kepentingan responden, pertanyaan
harus relevan, pertanyaan singkat, pertanyaan mengacu tujuan riset, hindari
kalimat negatif, dan hindari kalimat bias.

6
2.4 Mendesain Kuesioner
Menurut Morissan (2017: 192-208) pendekatan yang digunakan peneliti dalam
mengajukan pertanyaan dan penampilan fisik kuesioner akan memengaruhi tingkat
respons. Berikut adalah beberapa atribut kuesioner yang mencakup:
1. Pendahuluan, cara meningkatkan tanggapan responden dalam menjawab
pertanyaan kuesioner adalah mempersiapkan pengantar kuesioner yang
mampu mendorong responden untuk bersedia mengisi kuesioner (persuasif).
Adapun kuesioner yang memiliki karakteristik persuasif seperti: pengantar
kuesioner tidak panjang(singkat), kata-kata yang realistis, tidak mengancam,
netral, dan menyenangkan tetapi tegas.
2. Format kuesioner, salah satu cara yang umum digunakan peneliti untuk
mendapatkan data berupa jawaban pada kuesioner adalah dengan memberikan
tempat jawaban berupa kotak kecil, bulat atau tanda kurung yang
memungkinkanresponden memberi tanda cek atau silang.
3. Pertanyaan kontingensi, merupakan rangkaian pertanyaan yang berurutan dan
berhubungan. Yang berarti bahwa pertanyaan akan dijawab atau tidak
tergantung pada jawaban sebelumnya. Pertanyaan kontingensi yang disusun
dengan baik akan membantu responden dalam memberikan jawaban karena
responden tidak dipaksa untuk menjawab pertanyaan yang tidak relevan
dengan diri responden.
4. Urutan pertanyaan, bagaimana peneliti menysun urutan pertanyaan pada
kuesioner memberikan pengaruh pada bagaimana responden memberikan
jawaban.
5. Instruksi, baik kuesioner yang harus diisi sendiri oleh responden atau
kuesioner yang pengisianya dilakukan oleh petugas survei, harus
menyediakan instruksi yang jelas, baik kepada responden atau petugas
wawancara, disertai penjelasan pendahuluan mengenai cara mengisinya.

7
6. Uji coba kuesioner, cara untuk mencegah terjadinya kesalahan adalah dengan
melakukan uji coba (pretest) terhadap kuesioner yang akan digunakan dalam
penelitian, baik sebagian atau seluruhnya.
7. Kuesioner mandiri, secara keseluruhan, ttingkat pengembalian dan pengisian
kuesioner selalu lebih tinggi jika petugas penelitian menyampaikan sendiri
kuesioner ke tempat responden, dan menjemputnya kembali dibandingkan
dengan mengirimkan kuesioner melalui pos, dan meminta responden
mengirimkannya kembali.

2.5 Langkah-Langkah Metode Penelitian Survei


Menurut Singarimbun & Effendi (1995: 12-13) langkah-langkah yang lazim
ditempuh dalam pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei.
b. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan. Adakalanya
hipotesa tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional.
c. Pengambilan sampel.
d. Pembuatan kuesioner.
e. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara.
f. Pengolahan data.
g. Analisa dan pelaporan.

2.6 Pengumpulan Data dalam Metode Penelitian Survei


Menurut Morissan (2017: 208-231) berikut adalah prosedur dan karakteristik dari
masing-maising metode pengumpulan data:
a. Survei Surat, survei dengan menggunakan surat dilakukan dengan cara
mengirimkan kuesioner atau angket melalui pos yang dilengkapi dengan surat
pengantar yang menjelaskan maksud pengiriman survei, dan alamat untuk
pengiriman kembali. Survei surat memiliki keunggulan seperti kemampuanya
untuk menghasilkan banyak data tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

8
Nemun demikian, survei surat seringkali sulit dilakukan karena kebanyakan
responden menolak untuk bekerja sama. Berikut adalah langkah-langkah
dalam melakukan survei surat: memilih sampel, menyusun kuesioner,
menyertakan surat pengantar, kelengkapan kuesioner, mengirimkan kuesioner,
mengawasi tingkat pengembalian kuesioner, mengirimkan surat susulan, serta
tabulasi dan analisis data.
 Menurut Rea & Parker (dalam Sukmadinata, 2009: 87) survei dengan
menggunakan kuesioner atau angket melalui pos memiliki beberapa kelebihan
sabagai berikut:
1. Cost savings: pengumpulan data menggunakan angket melalui pos lebih
hemat dibandingkan dengan pengumpulan data secara langsung maupun
melalui telepon, biaya yang diperlukan hanya sebesar harga prangko.
2. Convenience: pengumpulan data melalui pos memberi keleluasaan kepada
responden sesuai dengan kesempatan yang ada.
3. Ample amount of time: waktu yang diberikan kepada responden untuk
memberikan jawaban cukup panjang.
4. Authoritative impression: peneliti menyusun isi dan bentuk angket dengan
sebaik-baiknya sehingga angket tersebut menumbuhkan kepercayaan pada
responden untuk menjawabnya.
5. Anonymity: karena dalam pengisian angket responden tidak bertemu
langsung dengan peneliti, maka kerahasiaan data tentang responden dapat
dijamin.
6. Reduced interviewer bias: karena petunjuk dan pertanyaan telah disusun
selengkap dan sejelas mungkin dan tidak ada hambatan-hambatan karena
kontak pribadi, maka bias dapat dikurangi seminim mungkin.
 Menurut Sukmadinata (2009: 88) beberapa kelemahan menggunakan
kuesioner atau angket yang disampaikan melalui pos adalah sebagai berikut:

9
1. Lower response rate than other method: kemungkinan jumlah angket yang
tidak kembali adalah yang paling besar dibandingkan cara-cara yang lain.
2. Comparatively long time period: dibandingkan dengan cara-cara yang lain
pengedaran angket melalui pos, waktu pengembaliannya juga
kemungkinan lama.
3. Self selection: angket melalui pos tidak bisa kembali seluruhnya, rata-rata
hanya 75-80%, mereka tidak mengisi dan mengembalikan angket, karena
tidak mampu memberikan jawaban, tidak ada waktu atau memang tidak
mau.
4. Lack of interviewer involvement: keterlibatan peneliti dalam angket
melalui pos kecil sekali, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi
responden tidak bisa dibantu dipecahkan.
5. Lack of open ended questions: pertanyaan-pertanyaan dalam angket
melalui pos disusun dalam bentuk angket tertutup, padahal untuk hal-hal
tertentu diperlukan jawaban yang terbuka.
b. Survei Wawancara, dengan cara ini peneliti tidak lagi meminta responden
untuk membaca kuesioner dan memberikan pilihan jawaban tetapi mengirim
tenaga pewawancara (interviewer) untuk mengajukan pertanyaan secara lisan
dan mencatat jawaban yang diberikan responden.
Wawancara tatap muka, langkah-langkah dalam melakukan wawancara
tatap muka melalui penjelasan berikut: (1) Memilih sampel. Pada wawancara
tatap muka, responden dipilih berdasarkan persyaratan yang sudah ditentukan
sebelumnya (2) Menyusun kuesioner. Wawancara tatap muka memiliki
keleluasaan (fleksibilitas) yang lebih besar dibandingkan jenis survei lainnya
(3) Mempersiapkan panduan wawancara. Wawancara tatap muka tidak
membutuhkan instruksi yang terlalu detail sebagaimana wawancara telepon
(4) Latihan petugas wawancara. Memberikan pelatihan kepada petugas
wawancara merupakan hal penting pada survei wawancara tatap muka (5)
Pengumpulan data. Wawancara tatap muka relatif membutuhkan lebih banyak

10
tenaga dan biaya dibandingkan metode pengumpulan data lainnya (6)
Menghubungi kembali responden. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan
tambahan waktu, tenaga, dan biaya (7) Tabulasi data. Prosedur tabulasi untuk
wawancara tatap muka pada dasarnya tidak berbeda dengan metodepenelitian
lainnya yang mencakup mempersiapkan buku koding, koding kuesioner, dan
input data ke komputer.
 Menurut Rea & Parker (dalam Sukmadinata, 2009: 84) beberapa kelebihan
dari wawancara tatap muka sebagai berikut:
1. Flexibility: pengumpulan data cukup fleksibel, pertanyaan dapat
disampaikan secara lisan ataupun tertulis, dan dijawab pada saat itu juga,
beberapa pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan responden dapat
diperjelas.
2. Greater complexity: peneliti dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang agak kompleks, dalam pelaksanaanya dapat diuraikan dan
dijelaskan.
3. Ability to contact hard-to-reach populations: memungkinkan
mengumpulkan data dari sampel yang sulit dihubungi dengan telepon
ataupun surat, seperti para tahanan, narapidana, para gelandangan,
nelayan, dan lain-lain.
4. High response rate: kemungkinan memberikan jawaban lebih besar
dibandingkan dengan penyampaian angket melalui pos.
5. Assurance that instructions are followed: kemungkinan responden
memberikan jawaban seperti yang diharapkan lebih besar.
 Menurut Sukmadinata (2009: 85) wawancara langsung memiliki beberapa
kelemahan di antranya:
1. High cost: membutuhkan biaya yang relative lebih tinggi dari cara-cara
yang lain.

11
2. Interviewer bias: kemungkinan ada bias, karena hubungan dengan orang-
orang yag baru dikenal seringkali menimbulkan jarak, atau kekurang
percayaan ataupun penghargaan yang berlebihan. Pewawancara juga
kadang-kadang memberikan penjelasan atau respon yang tidak netral,
cenderung mengarah pada keadaan tertentu.
3. Respondents reluctante to cooperate: ada rasa enggan dari respoden untuk
menerima pewawancara di rumahnya atau di tempat kerja, pembicaraan
melalui telepon seringkali dirasakan lebih santai.
4. Greater stress: wawancara langsung dapat menimbulkan rasa tertekan atau
kecemasan pada responden.
5. Less anonymity: kurang bersifat rahasia, karena pewawancara bertemu dan
mendapatkan jawaban langsung dari responden.
6. Personal safety: pertemuan dua orang yang belum saling mengenal untuk
mengumpulkan data dapat mengganggu kenyamanan pribadi, terutama
pada responden.
c. Wawancara telepon, survei melalui telepon menggunakan petugas wawancara
yang telah dilatih untuk mengajukan pertanyaan dan mencatat jawaban yang
diberikan responden pada komputer. Dalam hal ini, responden tidak dapat
melihat secara langsung kuesioner yang digunakan petugas untuk mengajukan
pertanyaan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan peneliti
dalam melakukan wawancara telepon: (1) memilih sampel, survei telepon
menuntut peneliti untuk menyebutkan secara jelas wilayah geografis yang
hendak diteliti, dan mengidentifikasi tipe responden yang hendak
diwawancarai pada setiap rumah tangga yang akan dihubungi. (2) menyusun
kuesioner, servei telepon membutuhkan pilihan jawaban yang langsung dan
tidak rumit. (3) mempersiapkan instruksi manual, petugas wawancara harus
dibekali dengan instruksi manual yang menjelaskan segala hal terkait dengan
teknik pelaksanaan survei. (4) pelatihan tenaga pewawancara, cara terbaik
dalam melatih pewawancara adalah dengan latihan berkelompok yang

12
menggunakan simulasi wawancara yang memungkinkan setiap orang berlatih
mengajukan pertanyaan. (5) pengumpulan data, cara yang paling efisien untuk
menghimpun data adalah secara terpusat. (6) menghubungi responden
kembali. (7) verifikasi hasil dan (8) tabulasi data, peneliti pada survei telepon
biasanya juga harus menghitung tingkat respons.
 Rea & Parker (dalam Sukmadinata, 2009: 86) mengemukakan beberapa
kelebihan dari wawancara melalui telepon:
1. Rapida data collection: pengumpulan data dapat dilakukan dengan cepat,
karena tidak harus menempuh jarak untuk datang langsung ke tempat
responden.
2. Low cost: biaya relative murah dibandingkan dengan wawancara
langsung, meskipun ada biaya telepon tetapi tetap lebih murah.
3. Anonymity: kerahasiaan pribadi responden dapat terjaga karena
pewawancara tidak bertemu langsung dengan responden.
4. Large scale accessability: kemungkinan besar data dapat diperoleh cukup
besar dan datanya relatif akan lengkap, kalaupun ada yang menolak untuk
diwawancara dapat diganti dengan responden lain.
5. Assurance that instructions are followed: ada jaminan bahwa responden
akan mengikuti permintaan pewawancara, jika kurang mengerti dapat
dijelaskan atau diulang pertanyaanya.
 Menurut Sukmadinata (2009: 86) wawancara melalui telepon memiliki
kekurangan sebagai berikut:
1. Less control: identitas responden hanya diketahui dari informasi umum,
buku telepon, dokumen di kantor pemerintahan, dll. Walaupun identitas
tersebut dapat dilengkapi pada waktu wawancara seringkali tidak bisa
sampai kepada hal-hal yang sangat detil.
2. Less credibility: karena hubungan komunikasi dilakukan secara tidak
langsung kredibilitas pewawancara ataupun responden tidak diketahui.

13
3. Lack of visual materials: meskipun data diperoleh melalui wawancara
adakalanya diperlukan data penunjang berupa dokumen-dokumen, dalam
wawancara melalui telepon hal itu tidak bisa dilakukan.
4. Limits to potential respondents: wawancara melalui telepon hanya dapat
dilakukan terhadap responden yang mempunyai telepon dan punya serta
bersedia untuk diajak wawancara melalui telepon.

2.7 Keunggulan dan Kelemahan Metode Penelitian Survei


Sebagaimana metode penelitian lainnya, metode penelitian survei memiliki
sejumlah keunggulan dan kelemahan. Menurut Morissan (2017: 167-168) adapun
keunggulan penelitian survei dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Survei dapat digunakan untuk meneliti suatu masalah atau pertanyaan
penelitian dalam situasi yang sebenarnya. Penelitian untuk mengetahui pola-
pola perilaku konsumen, pola konsumsi media massa, dan berbagai masalah
penelitian lainnya dapat dilakukan langsung di lokasi di mana masalah itu
terjadi. Hal seperti ini tidak dapat dilakukan pada penelitian lainnya, seperti
penelitian eksperimen yang memerlukan ruang laboratorium atau ruang
skrining (screening room) dengan kondisi yang secara sengaja direkayasa.
b. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan survei relative tidak mahal jika
dibandingkan dengan jumlah informasi yang diperoleh. Peneliti juga dapat
memiliki kontrol lebih besar terhadap biaya yang harus dikeluarkan dengan
memilih berbagai tipe survei yang ingin dilakukan, apakah melalui surat,
telepon, interview tatap muka, administrasi kelompok, dan internet.
c. Kuantitas data dalam jumlah besar dapat diperoleh dengan relatif mudah dari
berbagai kelompok masyarakat. Survei memungkinkan peneliti untuk
mempelajari banyak variabel (misal, informasi mengenai demografi dan gaya
hidup, sikap, motif, keinginan, dan seterusnya), dan menggunakan berbagai
data statistik untuk menganalisis data.

14
d. Survei tidak dibatasi oleh batasan geografis, survei dapat dlakukan di mana
saja.
e. Survei dapat menggunakan berbagai sumber data pendukung atau data
sekunder yang sudah tersedia seperti arsip atau dokumen pemerintah, data
sensus, data kependudukan, laporan rating radio dan TV, dan daftar pemilih.
Menurut Morissan (2017: 168-169) metode penelitian survei memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut:
a. Kelemahan utama penelitian survei terletak pada variabel independen yang
tidak dapat dimanipulasi sebagaimana eksperimen laboratorium. Tanpa
kemampuan melakukan kontrol terhadap variabel independen, peneliti tidak
dapat memastikan apakah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen merupakan suatu hubungan sebab akibat ataukah tidak.
Penelitian survei dapat menghasilkan kesimpulan bahwa variabel A dan
variabel B berhubungan, tetapi tidaklah mungkin kita mengatakan bahwa
(hanya berdasarkan survei), variabel A menyebabkan variabel B.
b. Pemilihan kata-kata ketika merumuskan pertanyaan pada kuesioner dapat
menimbulkan bias penelitian, bagaimana peneliti merumuskan pertanyaan,
atau bagaimana peneliti menyusun urutan pertanyaan dapat menimbulkan bias
penelitian. Peneliti harus mampu memilih kata-kata yang tepat, dan mneyusun
pertanyaan secara baik sehingga tidak menimbulkan multitafsir dan keraguan
bagi orang yang akan menjawabnya.
c. Penelitian survei memiliki kemungkinan memperoleh responden yang tidak
diinginkan.
d. Beberapa penelitian survei menjadi lebih sulit untuk dilaksanakan karena
tingkat respons dari responden yang terus menurun.

15
2.8 Contoh Penerapan Metode Survei
Berikut beberapa contoh penerapan metode survei dalam penelitian:
a. Judul “Pengaruh Kemampuan Awal Dan Minat Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Fisika”. Jurnal Formatif 5 (1), ISSN: 2088-351, Tahun 2015
Dalam penelitian ini disampaikan bahwa tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh kemampuan awal dan minat belajar terhadap prestasi
belajar fisika. Penelitian ini dilakukan karena kemampuan awal peserta didik
sebelum memulai pelajaran perlu untuk diketahui agar membawa pengaruh
pada hasil belajar yang akan dicapai. Metode yang digunakan dalam penelitan
ini adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah teknik slovin. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan
penelitian dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
(1) terdapat pengaruh kemampuan awal dan minat belajar secara bersama-
sama terhadap prestasi belajar fisika, (2) terdapat pengaruh kemampuan awal
terhadap prestasi belajar fisika (3) terdapat pengaruh minat belajar terhadap
prestasi belajar fisika (Astuti, 2015).
Keunggulan dalam penelitian ini yaitu baik metode maupun teknik
pengambilan sampel telah dijelaskan dengan cukup baik dan mudah dipahami.
Namun, dalam penelitian ini belum dijelaskan apakah data yang terdapat
dalam penelitian ini telah diuji normalitas maupun homogenitasnya terlebih
dahulu yang merupakan uji prasyarat dalam melakukan pengolahan data dan
pada penelitian ini tidak ada data jelas yang mendukung alasan pentingnya
penelitian ini dilakukan.
b. Judul “ Pengaruh Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Pedagogik
Pendidik Terhadap Motivasi Belajar IPA di MI Muhammadiyah
Taskombang”. Jurnal Pendidikan Dasar Islam 8 (1), ISSN: 2085-0034, Tahun
2016.

16
Dalam penelitian ini disampaikan bahwa tujuan penelitian adalah peneliti
tertarik mengetahui pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi
pedagogik pendidik terhadap motivasi belajar IPA di Muhammadiyah
Taskombang. Hal ini dilakukan karna berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan sebagian besar peserta didik terlihat tidak serius dalam menerima
materi pelajaran sehingga hasil yang dcapai tidak optimal. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang bersifat asosiatif
kausal (sebab akibat). Teknik pengumpulan data menggunakan angket.
Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang dilakukan diperoleh
bahwa adanya pengaruh antara persepsi peserta didik tentang kompetensi
pedagogik pendidik terhadap motivasi belajar IPA di MI Muhammadiyah
Tsombang Klaten tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil
nilai t hitung lebih besar dari t table (2,925 > 1,687), sehingga Ha terima dan
Ho ditolak (Anggraeni, 2016).

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan dari makalah ini, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari
suatu sampel dengan menanyakanya melalui angket atau wawancara untuk
menggambarkan berbagai aspek dalam suatu populasi.
2. Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud sebagai berikut: Penelitian
eksploratif bersifat terbuka, Penelitian deskriptif, Penjelasan (explanatory atau
confirmatory), Mengadakan evaluasi, Prediksi atau meramalkan kejadian
tertentu, dan Penelitian operasional.
3. Peneliti memiliki beberapa pilihan ketika merancang suatu kuesioner, pilihan
itu mencakup, apakah peneliti akan menggunakan pertanyaan (question) atau
pernyataan (statement), atau memilih pertanyaan tertutup atau pertanyaan
terbuka.
4. Pendekatan yang digunakan peneliti dalam mengajukan pertanyaan dan
penampilan fisik kuesioner akan memengaruhi tingkat respons.
5. Langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan survei adalah
sebagai berikut: Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan
survei, Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan.
Adakalanya hipotesa tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional,
Pengambilan sampel, Pembuatan kuesioner, Pekerjaan lapangan, termasuk
memilih dan melatih pewawancara, Pengolahan data, dan Analisa dan
pelaporan.
6. Prosedur dan karakteristik dari masing-maising metode pengumpulan data:
Survei surat, survei wawancara, dan wawancara telepon.

18
7. Sebagaimana metode penelitian lainnya, metode penelitian survei memiliki
sejumlah keunggulan dan kelemahan.
3.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
demi kesempurnaan tulisan ini, dan Penulis menyarankan kepada pembaca ataupun
yang memiliki perhatian khusus terkait isi dalam makalah ini untuk membaca sumber
lain guna menambah pemahaman.

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai