Anda di halaman 1dari 12

Penelitian Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan fungsinya, penelitian dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu penelitian dasar,
penelitian terapan, dan penelitian evaluatif.
Ilmu-ilmu dasar baik dalam bidang sosial maupun eksakta dikembangkan melalui penelitian
dasar, sedangkan penelitian terapan menghasilkan ilmu-ilmu terapan (kedokteran, teknologi,
pendidikan). Penelitian terapan dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar. Penelitian dasar
(basic research) adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan teori-teori
ilmiah atau prinsip-prinsip yang mendasar dan umum dari bidang ilmu yang bersangkutan.
Penelitian terapan (applied research) ditujukan untuk menemukan teori-teori atau prinsip-prinsip
yang mendasar dan umum dari masalah yang dikaji sehingga dapat memecahkan/ mengatasi
suatu masalah serta masalah-masalah lain yang tergolong dalam tipe yang sama. Penelitian
evaluatif (evaluation research) dimaksudkan untuk menilai suatu program atau kegiatan tertentu
pada suatu lembaga. Penelitian evaluatif dapat digunakan untuk menilai manfaat, kegunaan, atau
kelayakan suatu kegiatan/ program tertentu. 4 Secara lebih luas, perbedaan antara ketiga jenis
penelitian tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Jenis Penelitian Berdasarkan
Fungsinya Dasar Terapan Evaluasi Topik Penelitian  Ilmu pengetahuan eksakta, perilaku, dan
sosial.  Bidang terapan: kedokteran, teknologi, pendidikan.  Pelaksanaan berbagai kegiatan,
program pada suatu lembaga Tujuan Penelitian  Untuk menguji teori, dalil, dan prinsip dasar 
Menentukan hubungan empirik antara fenomena dan generalisasi analisis.  Menguji kegunaan
teori dalam bidang tertentu  Menjelaskan hubungan empirik dan generlisasi analitis diantara
bidang tertentu  Mengukur manfaat, sumbangan, dan kelayakan program atau kegiatan tertentu
Tingkat Generalisasi Hasil Penelitian  Abstrak, umum  Umum, terkait dengan bidang tertentu.
 Konkrit, spesifik dalam aspek tertentu  Diterapkan dalam praktek pada bidang tertentu
Kegunaan Penelitian  Menambahkan pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum
tertentu  Mengembangkan metodologi dan caracara lebih lanjut.  Menambahkan pengetahuan
yang didasarkan penelitian pada bidang tertentu  Mengembangkan penelitian dan metodologi
dalam bidang tertentu  Menambahkan pengetahuan yang didasarkan penelitian tentang praktek
tertentu  Mengembangkan penelitian dan metodologi tentang praktek tertentu  Landasan dalam
pembuatan keputusan dalam praktek tertentu 2.1.1 Penelitian Dasar Penelitian dasar (basic
research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok (fundamental
research) adalah penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta
diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru. Peneliti yang
melakukan penelitian dasar memiliki tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa
memikirkan pemanfaatan secara langsung dari hasil penelitian tersebut. Penelitian dasar justru
memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan serta pengujian teori-teori yang akan
mendasari penelitian terapan. 5 Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan,
dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum
dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik.
Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar,
hukum-hukum ilmiah, serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah
(Sukmadinata, 2005). Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta
berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis
akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah
praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh
penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang
psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu
manusia. Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan. 2.1.2 Penelitian Terapan
Penelitian terapan atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan
praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar
dalam kehidupan nyata. Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-
masalah tertentu. Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil
penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok
maupun untuk keperluan industri atau politik dan bukan untuk wawasan keilmuan semata
(Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah satu jenis penelitian yang hasilnya
dapat secara langsung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini
menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam
bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat
umum, bukan 6 rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan
dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara
berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis
dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya
bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih
lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk kepentingan
praktis. Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan
menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Hasil
penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi meupakan aplikasi baru dari
penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang
dalam bentuk yang lebih khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak, 1984). Penelitian
kebijakan berawal dari permasalahan praktik dengan maksud memecahkan masalah-masalah
sosial. Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan. 2.1.3 Penelitian
Evaluasi Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun
tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur
keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini
diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu
program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah
pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut,
serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian
evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau membuktikan hipotesis.
Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata
bendanya adalah evaluasi. 7 Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang
sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan
rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai
keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan
kehatihatian karena ingin mengetahui apakah implementasi program yang telah direncanakan
sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil sesuai dengan harapan. Jika belum
bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya. Penelitian evaluatif
memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil
pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil
perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu
layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut,
penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam pelaksanaan program,
penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan atas keberlanjutan atau
penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program,
memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif dalam bidang pendidikan misalnya evaluasi
kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen. Satu
pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok ukur atau
kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi
nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan
antara kondisi nyata dengan kriteria (kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan
sekedar melakukan evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi
tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan
keilmiahan, mengikuti sistematika dan 8 metodologi secara benar sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif harus memiliki ciri-
ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006): 1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari
kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya. 2. Dalam melaksanakan
evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah
kesatuan yang terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama
lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi. 3. Agar dapat mengetahui
secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang
berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program. 4. Menggunakan standar,
kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui
dengan cermat keunggulan dan kelemahan program. 5. Agar informasi yang diperoleh dapat
menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang
belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub
komponen, dan sampai pada indikator dan program yang dievaluasi. 6. Dari hasil penelitian
harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak
lanjut secara tepat. 7. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/ rekomendasi
bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan
kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai
standar, kriteria, atau tolak ukur. 2.2 Pengertian Desain Penelitian Desain Penelitian adalah
model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan
arah terhadap jalannya penelitian.
9 Desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh
data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa meliputi penentuan pemilihan subjek, dari mana
informasi atau data akan diperoleh, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, prosedur
yang ditempuh untuk pengumpulan serta perlakuan yang akan diselenggarakan (khusus untuk
penelitian eksperimental). Desain penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang
telah dibangun. Pemilihan desain yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin pembuktian
hipotesa secara tepat pula. Jika suatu penelitian bertujuan mengetahui efektifitas suatu intervensi
kesehatan masyarakat terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka desain yang
paling tepat adalah eksperimen. Desain penelitian akan menentukan 5 hal berikut : 1. Apa yang
akan dilakukan peneliti tehadap subjek penelitian, apakah melakukan suatu intervensi/perlakuan
kemudian menentukan efek dari perlakuan tersebut, atau hanya melakukan observasi/pengukuran
pada beberapa variabel yang diteliti tanpa melakukan suatu intervensi. 2. Jika peneliti melakukan
intervensi terhadap subjek penelitian, desain peneliti juga mnentukan apakah ada kelompok
kontrol tanpa intervensi yang dilibatkan dalam penelitian dan bagaimana peneliti menentukan
efek tersebut, apakah dengan membandingkan hasil post test antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi atau dengan membandingkan pretest dan post test pada kedua kelompok. 3.
Apa yang akan dilakukan peneliti terhadap data hasil penelitian, apakah peneliti ingin melakukan
analisis hubungan antar variabel atau hanya menampilkan data secara deskriptif. 4. Metode yang
dilakukan peneliti dalam menentukan hubungan antara variabel indenpenden dan variabel
dependen, apakah peneliti melakukan penelitian secara retrospektif, potong lintang atau
prospektif. 5. Uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian. Desain
merupakan karakteristik dari suatu penelitian yang membedakannya dengan penelitian lain.
Beberapa peneliti dapat mengemukakan masalah penelitian sama, tetapi desain penelitian yang
mereka ajukan dapat berbeda, karena desain penelitian ditentukan oleh peneliti. 10 Lincoln dan
Guba (1985:226) mendefinisikan rancangan penelitian sebagai usaha merencanakan
kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan
dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing. Sedangkan Echols dalam Hassan
Shadily (1976:177) mengemukakan, Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut
kata itu dapat berarti pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dan maksud. Desain penelitian
menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan
yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para peneliti mengenai pengertian desain
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa definisi desain penelitian adalah sebuah
kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan sebagai pedoman
dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Kegiatan pengumpulan dan analisis data tersebut
untuk menggali penyelesaian sebuah permasalahan yang muncul. Rencana perlu dibuat agar
pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, sehingga penelitian tersebut
juga dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi peneliti. Tabel 2.2. Jenis-jenis Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Eksperimen Non eksperimen Interaktif Non interaktif True
eksperimen Deskriptif Etnografi Analisis konsep Quasi eksperimen Komparatif Fenomenologis
Analisis sejarah Subjek tunggal Korelasi Studi kasus Survei Teori dasar Ex post facto Studi kritis
Penulis tidak akan mengungkap jenis metode yang dikemukakan di atas karena sudah dibahas
oleh kelompok-kelompok sebelumnya. 2.3 Teknik-Teknik Pengumpulan Data. Teknik
pengumpulan data merupakan suatu kewajiban, karena teknik pengumpulan data ini nantinya
digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian. Instrument penelitian merupakan
seperangkat peralatan yang 11 akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data
penelitian (Kristanto, 2018). Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data
berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena
itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data
yang valid atau reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam
pengumpulan datanya 2.3.1 Pengertian Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data
adalah metode atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data.
Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya
dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi,
dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung dari
masalah yang dihadapi atau yang diteliti. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana
yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable. Dalam suatu
penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat menentukan terhadap proses
dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan
pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil
suatu penelitian. Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan
metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. 12 Secara
sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti
untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian
sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian
pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data
yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pengumpulan data, dapat
dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau
menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif). Dan data yang dikumpulkan dalam penelitian
digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena
data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, data yang
dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, instrument
pengumpulan datanya pun harus baik. Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh
metodologi penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal
teknik pengumpulan data: observasi, focus group discussion (FGD), wawancara mendalam (in-
depth interview), dan studi kasus (case study). 2.3.2
Jenis-Jenis Teknik Pengumpulan Data Perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang
harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut
dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang
memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus
kedua-duanya dilakukan.
Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
13 1. Teknik Wawancara Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah
suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber
informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung (yusuf,
2014). Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif
lama (Sutopo 2006: 72). Pertanyaan pertama yang perlu diperhatikan dalam interview adalah
Siapa yang harus diinterview ? Untuk memperoleh data yang kredibel maka interview harus
dilakukan dengan Knowledgeable Respondent yang mampu menceritakan dengan akurat
fenomena yang diteliti. Isu yang kedua adalah Bagaimana membuat responden mau
bekerjasama? Untuk merangsang pihak lain mau meluangkan waktu untuk diinterview, maka
perilaku pewawancara dan responden harus selaras sesuai dengan perilaku yang diterima secara
sosial sehingga ada kesan saling menghormati. Selain itu, interview harus dilakukan dalam
waktu dan tempat yang sesuai sehingga dapat menciptakan rasa senang, santai dan bersahabat.
Kemudian, peneliti harus berbuat jujur dan mampu meyakinkan bahwa identitas responden tidak
akan pernah diketahui pihak lain kecuali peneliti dan responden itu sendiri. Data yang diperoleh
dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan pengalaman,
pengetahuan, opini dan perasaan pribadi. Untuk memperoleh data ini peneliti dapat
menggunakan metode wawancara standar yang terjadwal (Schedule Standardised Interview),
interview standart akter skedul (Non Schedule Standardised Interview) atau interview informal
(Non Standardised Interview). Ketiga pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan teknik
sebagai berikut: 14 a) Sebelum wawancara dimulai, perkenalkan diri dengan sopan untuk
menciptakan hubungan baik b) Tunjukkan bahwa responden memiliki kesan bahwa dia orang
yang “penting”. c) Peroleh data sebanyak mungkin d) Jangan mengarahkan jawaban e) Ulangi
pertanyaan jika perlu f) Klarifikasi jawaban g) Catat interview (Chairi, 2009) 2. Teknik
Observasi Adapun salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki
tingkah laku nonverbal yakni dengan menggunakan teknik observasi. Metode observasi atau
pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan
dibantu dengan panca indera lainya. Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan
data sangat banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar, mencium,
atau mendengarkan suatu onjek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang ia
amati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian (yusuf, 2014).
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam. Observasi juga memiliki
fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis (pada
penelitian kualitatif), atau menguji teori dan hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi
observasi secara lebih rinci terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan data yang dapat
digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk menjelaskan, memberikan, dan
merinci gejala yang terjadi, seperti seorang laboran menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen,
atau ahli komunikasi menjelaskan secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi. Mengisi data,
memiliki maksud bahwa observasi yang dilakukan 15 berfungsi melengkapi informasi ilmiah
atas gejala sosial yang diteliti melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang dapat
digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga mengakibatkan respon
atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala yang ada, peneliti dapat mengambil
kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut (Hasanah, 2017). Observasi merupakan suatu
penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat
indera terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat di analisa pada waktu
kejadian itu terjadi. Dibandingkan dengan metode survey, metode observasi lebih obyektif.
Maksud utama observasi adalah menggambarkan keadaan yang diobservasi. Kualitas penelitian
ditentukan oleh seberapa jauh dan mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks dan
menggambarkannya sealamiah mungkin (Semiawan, 2010). Selain itu, observasi tidak harus
dilakukan oleh peneliti sendiri, sehingga peneliti dapat meminta bantuan kepada orang lain untuk
melaksanakan observasi (Kristanto, 2018). Salah satu keuntungan dari pengamatan
langsung/observasi ini adalah bahwa sistem analisis dapat lebih mengenal lingkungsn fisik
seperti tata letak ruangan serta peralatan dan formulir yang digunakan serta sangat membantu
untuk melihat proses bisnis beserta kendalakedalanya. Selain itu, perlu diketahui bahwa teknik
observasi ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang cukup efektif untuk
mempelajari suatu sistem (Sutabri, 2012). 3. Diskusi Terfokus Focus Group Discussion (FGD)
adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan
tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini
digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
permaknaan yang salah dari 16 seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti
(Sutopo, 2006: 73). Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil
pemaknaan yang lebih objektif. Metode FGD banyak digunakan oleh para peneliti untuk
mengeksplorasi suatu rentang fenomena pengalaman hidup sepanjang siklus hidup manusia
melalui interaksi sosial dirinya dalam kelompoknya (Brajtman 2005, Oluwatosin 2005, van
Teijlingen & Pitchforth 2006). Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah
partisipan suatu penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya.
Berbeda dengan metode pengumpul data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah karakteristik,
diantaranya, merupakan metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang
dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang
dilakukan para informan yang terlibat (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006). Karakteristik
pelaksanaan kegiatan FGD dilakukan secara obyektif dan bersifat eksternal. FGD membutuhkan
fasilitator/moderator terlatih dan terandalkan untuk memfasilitasi diskusi agar interaksi yang
terjadi diantara partisipan terfokus pada penyelesaian masalah. Carey (1994) menjelaskan
karakteristik pelaksanaan metode FGD yaitu menggunakan wawancara semi struktur kepada
suatu kelompok individu dengan seorang moderator yang memimpin diskusi dengan tatanan
informal dan bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang topik isu tertentu. Metode
FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup bervariasi untuk satu kelompok diskusi.
Satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4 sampai 8 individu . FGD adalah kelompok diskusi
bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset
kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah 17 FGD
berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini
terjadi apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada
seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik,
sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator
dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke
moderator, dst. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator,
disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung
oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali.
Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis. 4. Teknik Dokumentasi Dokumentasi
berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti tata cara
pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang
orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sangat berguna
dalam penelitian kualitatif (yusuf, 2014). Pengertian dari kata dokumen menurut Louis
Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama,
berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak,
peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasanpetilasan arkeologis. Pengertian kedua,
diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-
undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen
(dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang
didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau
arkeologis. 18 Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau
human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan
manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen
yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “narasumber”
yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar belakangnya?;
Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu
ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya. (Nasution, 2003: 86) 5. Teknik Angket (Questioner)
Asdsa Angket memiliki fungsi serupa dengan wawancara, hanya berbeda dalam
implementasinya. Jika wawancara disampaikan oleh peneliti kepada responden secara lisan,
maka implementasi angket adalah responden mengisi kuesioner yang disusun oleh peneliti. Hasil
data angket ini tidak berupa angkat, namun berupa deskripsi. Tidak ada teknik pengumpulan data
yang lebih efisien dibandingkan questioner. Adapun petunjuk untuk membuat daftar pertanyaan
adalah (Sutabri, 2012) : a. Rencanakanlah terlebih dahulu fakta/opini apa saja yang ingin
dikumpulkan. b. Berdasarkan fakta dan opini tersebut diatas, tentukan tipe dari pertanyaan yang
paling tepat untuk masing-masing fakta dan opini tersebut. c. Tulislah pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan. Pertanyaan itu tidak boleh mengandung kesalahan serta harus jelas dan
sederhana. d. Lakukan uji coba atas pertanyaan itu ke beberpa responden terlebih dahulu,
misalnya 2 atau 3 orang. Apabila responden mengalami kesulitan dalam mengisi daftar
pertanyaan itu maka pertanyaanpertanyaan itu harus diperbaiki lagi. e. Perbanyaklah dan
distribusikanlah daftar pertanyaan yang memang sudah dianggap baik dan solid. 19 6. Teknik
Triangulasi Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum
digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo,
2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan. Teknik triangulasi yang dapat
digunakan menurut Patton meliputi: a) triangulasi data; b) triangulasi peneliti; c) triangulasi
metodologis; d) triangulasi teoritis. Pada dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari
pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik suatu kesimpulan
yang mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda. Dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data. a) Triangulasi Data Teknik triangulasi data dapat disebut juga
triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia
berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada. Teknik triangulasi model ini dapat
digambarkan sebagai berikut: b) Triangulasi Peneliti Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian
baik yang berupa data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat
diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006: 93). Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan yang
mencukupi. 20 c) Triangulasi Metodologis Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara
mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda (Patton dalam Sutopo,
2006: 93). d) Triangulasi Teoritis Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Patton
dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus
memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti
sehinngga mampu menghasilkan simpulan yang mantap

Anda mungkin juga menyukai