Anda di halaman 1dari 9

1.

Jenis-jenis Penelitian Berdasarkan Pendekatan


Berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan dua jenis penelitian, yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik, dan prosedur penelitian yang
berbeda (Sugiyono, 2005).

a. Asumsi tentang Realita

Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivism yang bertolak dari asumsi bahwa realita
bersifat tunggal, faced, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan perasaan individual. Realita
terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan
instrumen.

Penelitian kualitatif didasari oleh konsep konstruktivisme, yang memiliki pandangan bahwa
realita bersifat jamak, menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisah.
Realita bersifat terbuka, kontekstual, secara sosial meliputi persepsi dan pandangan pandangan
individu dan kolektif, diteliti dengan menggunakan manusia sebagai instrumen.

b. Tujuan Penelitian

Penelitian kuantitatif bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab sebab perubahan
dalam fakta-fakta sosial yang terukur.

Penelitian kualitatif lebih diarahkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari perspektif
partisipan. Ini diperoleh melalui pengamatan partisipatif dalam kehidupan orang-orang yang
menjadi partisipan.

c. Metode dan Proses Penelitian

Penelitian kuantitatif memiliki serangkaian langkah-langkah atau prosedur baku yang menjadi
pegangan para peneliti. Penelitian kualitatif menggunakan strategi dan prosedur penelitian yang
sangat fleksibel.

Penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian terbuka (emergent design) yang


disempurnakan selama pengumpulan data. Penelitian kuantitatif menggunakan rancangan
penelitian tertutup, sudah tersusun sempurna sejak awal.

d. Kajian Khas

Penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian eksperimental atau korelasional sebagai


kajian khasnya (protypical studies) untuk mengurangi kekeliruan, bias, variabel variabel
ekstraneus. Penelitian kualitatif menggunakan kajian etnografis untuk memahami keragaman
perspektif dalam situasi yang diteliti, sebagai ciri khasnya.
Dalam penelitian kuantitatif bias dan subjektivitas sangat dihindari, sedang dalam penelitian
kualitatif hal-hal subjektif termasuk yang diperhitungkan dalam pengumpulan dan analisis data.

e. Peranan Peneliti

Dalam penelitian kuantitatif peneliti terlepas dari objek yang diteliti, malah dicegah jangan
sampai ada hubungan atau pengaruh dari peneliti. Dalam penelitian kualitatif peneliti lebur
(immersed) dengan situasi yang diteliti.

Peneliti adalah pengumpul data, orang yang ahli dan memiliki kesiapan penuh untuk memahami
situasi, ia peneliti sekaligus sebagai instrumen. Penelitian kualitatif disebut juga “penelitian
subjektif” (disciplined subjectivity) atau “penelitian reflektif” (reflexivity), peneliti melakukan
pengujian sendiri secara kritis (critical self examination) selama proses penelitian.

f. Pentingnya Konteks dalam Penelitian

Penelitian kualitatif sebaliknya meyakini pengaruh situasi terha dap hal yang dicermati. Seorang
peneliti sosial tidak akan dapat memahami perilaku manusia tanpa memahami kerangka
kehidupan dari situasi di mana orang-orang itu berada.

Mereka berpikir, berperasaan dan berbuat dalam konteks kerangka kehidupannya. Penelitian
kualitatif mengembangkan generalisasi dalam kesatuan konteks. Penelitian kuantitatif dan
kualitatif mempunyai asumsi dan pijakan-pijakan filosofis dan konsep yang berbeda. Beberapa
peneliti memandang keduanya merupakan dua ekstrem yang sangat populer.

Dewasa ini beberapa ahli mempunyai pandangan lain, bahwa keduanya bukan mustahil untuk
bisa dipertemukan bahkan disatukan. Perbedaan antara kedua pendekatan bukan hal yang
absolut.

Para peneliti berpengalaman dapat memadukan kedua pendekatan tersebut, yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif untuk meneliti sesuatu masalah penelitian (Sugiyono, 2005).

2. Jenis-jenis Penelitian Berdasarkan Fungsinya


Secara umum penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan
dan memperbaiki praktik. Pernyataan sederhana ini banyak mengundang pertanyaan. Apakah
penelitian dapat mengembangkan batang ilmu? Bagaimana mungkin pengetahuan ilmiah yang
bersifat tidak praktis dapat memperbaiki praktik teknologi informasi?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan hal baru, selalu muncul terhadap fungsi penelitian.
Pemahaman tentang bagaimana penelitian berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan
memperbaiki praktik teknologi informasi dikaitkan dengan perbedaan jenis-jenis penelitian
berkenaan dengan fungsinya.
Secara umum dan mendasar dapat dibedakan tiga jenis penelitian, yaitu penelitian dasar atau
basic research, penelitian terapan atau applied research dan penelitian evaluasi atau evaluative
research (Suwarsih, 2006).

Penelitian dasar mempunyai andil yang sangat besar dalam mengembangkan batang ilmu
pengetahuan atau “a scientific body of know ledge”. Generalisasi merupakan perluasan temuan
suatu penelitian sebagai pengetahuan bagi populasi dan situasi lain.

Temuan-temuan penelitian dasar dapat memperkaya teori. Penelitian terapan dan evaluatif
ditujukan untuk meneliti praktik, meneliti penerapan teori atau mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki
praktik pendidikan.

Penelitian Dasar

Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian
pokok (fundamental research), diarahkan pada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau
bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik.

Jenis penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan dan pengujian teori
teori. Bertolak dari suatu teori, prinsip dasar atau generalisasi, penelitian dasar diarahkan untuk
mengetahui, menjelaskan dan memprediksi fenomena fenomena alam dan sosial.

Teori bisa didukung atau tidak didukung oleh pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-
kenyataan empiris disebut hukum ilmu (scientihc law).

Hukum ilmiah merupakan suatu generalisasi yang dapat menjelaskan kasus kasus individual.
Dalam generalisasi terkandung abstraksi yang merupakan salah satu kekuatan dari ilmu, dan
abstraksi ini ditarik dari kenyataan-kenyataan sehari hari.

Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah masalah sosial. Para ilmuwan
berperan mengembangkan pengetahuan dan tidak perlu selalu memiliki implikasi praktis.

Hasil-hasil penelitian dasar memengaruhi kehidupan praktis setelah periode waktu tertentu,
sebab pengetahuan baru akan memberikan tantangan terhadap nilai dan dogma dogma yang telah
terbentuk.

Pengetahuan baru secara tidak langsung akan memengaruhi pemikiran dan persepsi orang, yang
akibatnya bisa memengaruhi atau tidak memengaruhi perbuatan.

Tujuan penelitian dasar adalah: pertama, menambah pengetahuan kita dengan prinsip-prinsip
dasar dan hukum-hukum ilmiah, dan kedua, meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah.

Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan,
dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata.

Penelitian dasar berfungsi menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-
masalah umum, penelitian terapan berfungsi mencari solusi tentang masalah-masalah dalam
bidang tertentu.

Jenis penelitian ini menguji manfaat dari teori teori ilmiah, mengetahui hubungan empiris dan
analitis dalam bidang bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam
rumusan yang bersifat umum, bukan rekomendasi yang merupakan tindakan langsung.

Penelitian terapan seperti halnya penelitian dasar bersifat abstrak dan umum dalam bidang
tertentu, menggunakan bahasa yang lazim dalam bidang tersebut. Penelitian ini difokuskan pada
pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang tertentu, bukan pengetahuan yang bersifat
universal. Hasil penelitian terapan menambah pengetahuan yang berbasis penelitian dalam
bidang bidang tertentu.

Dampak dari penelitian terapan terasa setelah periode waktu tertentu. Setelah sejumlah hasil
studi dipublikasi kan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan
memengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi.

Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktik baru serta
mendorong pengembangan metodologi.

Penelitian Evaluasi

Penelitian evaluasi (evaluation research) difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit (site)
tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses ataupun hasil kerja, sedangkan unit
dapat be rupa tempat, organisasi, ataupun lembaga.

Jenis penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari sesuatu
kegiatan dalam satu unit. Apakah suatu kegiatan, program atau pekerjaan memberikan manfaat,
sumbangan atau hasil seperti yang diharapkan?

Apakah sesuatu kegiatan, program atau pekerjaan layak dilihat dari segi biaya, biaya
pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya untuk bahan bahan, tempat, pengembangan
staf, dukungan masyarakat.

Penelitian evaluasi berbeda dengan evaluasi formal. Evaluasi formal bisa dilakukan oleh para
peneliti atau pelaksana dalam bidangnya, tidak membutuhkan latihan latihan khusus. Untuk
dapat melakukan penelitian evaluasi membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu,
metodologi dan keterampilan berhubungan dan komunikasi secara interpersonal.

Penelitian evaluasi yang bersifat komprehensif membutuhkan data kuantitatif dan kualitatif dari
beberapa studi terkait yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan kegiatan. Pelaksanaan
penelitian evaluasi membutuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa praktis sesuai
dengan situasi yang diteliti, tetapi juga terfokus pada segi segi yang berarti bagi para penentu
kebijakan.

Penelitian evaluasi membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan. Hasil hasil penelitian
evaluasi kurang bersifat generalisasi, sebab evaluasi lebih terkait dengan kegiatan yang
berlangsung dalam unit tertentu. Penelitian evaluasi dapat menambah pengetahuan tentang
kegiatan tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut.

Sejumlah penelitian evaluasi dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan dalam unit unit yang
berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif.

Ada dua jenis penelitian evaluasi, yaitu penelitian tindakan (action research) dan penelitian
kebijakan (policy study). Penelitian tindakan dilakukan oleh para pelaksana untuk memecahkan
masalah yang dihadapi atau memperbaiki suatu pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan
penelitian tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya
(Lexi Moleong, 2004).

Para petugas pemasaran melakukan penelitian tindakan untuk me mecahkan masalah yang
memperbaiki layanan pemasaran. Penelitian tindakan yang dewasa ini banyak dilakukan adalah
penelitian tindakan kolaboratif (collaborative action research).

Dalam penelitian ini para pelaksana bekerja sama dengan konsultan atau peneliti luar untuk
meran cang dan melaksanakan penelitiannya. Penelitian tindakan menekan kan, baik pada proses
maupun hasil dari perubahan perubahan strategi dan teknik yang digunakan.

Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk membantu para penentu kebijakan
memberi rekomendasi rekomendasi yang praktis. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya
pada kebijakan yang lalu atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti
formulasi kebijakan, sasarannya siap siap saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait
dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan.

McMillan dan Schumacher (2001) membedakan penelitian dasar, terapan, dan evaluasi berdasar
kan bidang penelitian, tujuan, tingkat generalisasi dan penggunaan hasilnya. Perbedaan
perbedaan tersebut digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Perbedaan penelitian dasar, terapan, dan evaluasi

3. Jenis-jenis Penelitian Berdasarkan Tujuannya


Selain berdasarkan pendekatan dan fungsinya, jenis penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan
tujuannya. Berdasarkan tujuan dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, eksplanatif,
penelitian eksperimen, penelitian ex post facto, penelitian partisipasi, dan penelitian
pengembangan.
Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau
fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan manipulasi atau
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau
peristiwa berjalan seperti apa adanya.

Penelitian deskriptif dapat berkenaan dengan kasus-kasus tertentu atau sesuatu populasi yang
cukup luas. Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif, pendekatan
kualitatif, penggambaran keadaan secara naratif kualitatif.

Jenis penelitian deskriptif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang singkat,
tetapi dapat juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang. Penelitian yang berlangsung saat
ini disebut penelitian deskriptif, sedang penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu yang
panjang disebut penelitian longitudinal.

Penelitian Prediktif

Penelitian prediktif (predictive research). Studi ini ditujukan untuk memprediksi atau
memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada saat yang akan datang berdasarkan
hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian deskriptif dilakukan melalui penelitian yang bersifat
korelasional (correlational studies) dan kecenderungan (trend studies).

Melalui penelitian korelasional, selain dapat dicari korelasi antara dua atau lebih dari dua
variabel juga dapat dihitung regresinya. Melalui perhitungan regresi ini, baik regresi parsial
maupun multiple dapat diprediksi dampak atau kontribusi dari satu atau lebih dari satu variabel
terhadap variabel lainnya.

Jenis penelitian prediktif juga dapat dilakukan melalui studi kecenderungan. Dengan melihat
perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau saat yang lalu dapat dilihat
kecenderungannya pada masa yang akan datang.

Prediksi tentang jumlah penduduk lima atau sepuluh tahun yang akan datang bisa dihitung
berdasarkan perkembangan penduduk selama lima sampai sepuluh tahun yang lalu.

Penelitian Eksplanatif

Penelitian eksplanatori dilakukan ketika belum ada atau belum banyak penelitian dilakukan
terhadap masalah yang bersangkutan. Contohnya yang sudah dilakukan oleh Machfoedz, Mas’ud
berjudul Survey Minat Mahasiswa untuk Mengikuti ujian TOEFL di Raharja.

Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang


hubungan antara fenomena atau variabel. Dalam kehidupan kita menghadapi banyak hal, fakta,
kegiatan, peristiwa, perkembangan, konflik, dan lain sebagainya, yang dalam penelitian kita
sebut sebagai variabel.
Variabel dalam teknologi informasi bisa berupa dosen mengajar, membimbing, mengevaluasi,
mahasiswa belajar, mengerjakan tugas, bolos, lulus ujian, buku kurang, kelas sempit, penguasaan
teknologi informasi, penggunaan internet, dan lain sebagainya.

Pada suatu saat mungkin kita memandang variabel-variabel tersebut tidak punya arti apa-apa,
tetapi pada saat lain kita melihatnya sebagai hal yang membingungkan, tidak jelas atau
semrawut. Jenis penelitian eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antara hal tersebut.

Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan, sumbangan atau
kontribusi satu variabel terhadap variabel lainnya ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan-
hubungan tersebut dikaji dalam penelitian korelasional, dan penelitian eksperimental.

Hubungan juga dapat dilihat dari perbedaan yang melatarbelakanginya, yang dapat diungkap
melalui penelitian kausal komparatif.

Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen merupakan satu satunya metode penelitian yang benar benar dapat
menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.

Selanjutnya Gay (1998) mengatakan bahwa metode eksperimen dapat mewakili pendekatan yang
paling sahih dalam memecahkan masalah, baik secara praktis maupun secara teori. Di pihak lain
Donald Ary (2004) menambahkan bahwa umumnya penelitian eksperimen merupakan metode
penelitian yang paling tangguh (sophisticated) dalam pengujian hipotesis.

Mill mengekspresikan metode eksperimen dalam bahasa logis yang disebutnya sebagai
perbedaan (method of difference). Ini berarti bahwa pengaruh variabel tunggal dapat diterapkan
pada suatu keadaan yang dapat ditaksir.

Dalam penelitian ini, paling sedikit dapat dilakukan dalam satu kondisi yang dapat
dimanipulasikan, sementara kondisi lain dianggap konstan dan kemudian pengaruh perbedaan
kondisi atau variabel tersebut dapat diukur.

Penelitian Ex Post Facto

Ex post facto berarti setelah kejadian. Secara sederhana, dalam penelitian ex post facto, peneliti
menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel variabel. Variabel terikat
dalam penelitian seperti ini segera dapat diamati dan persoalan utama peneliti tersebut.

Kerlinger (2002) mendefinisikan ex post facto sebagai “pencarian empirik yang sistematik dalam
ilmuwan tidak dapat mengontrol langsung variabel bebas karena peristiwanya telah terjadi atau
karena menurut sifatnya tidak dapat dimanipulasi.
Kesimpulan-kesimpulan tentang hubungan antara variabel dilakukan, tanpa interferensi secara
langsung sesuai dengan variasi variabel bebas dan variabel terikat”.

Gay (2002) mengatakan bahwa dalam jenis penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan
sebab, atau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu.

Dalam artian, peneliti mengamati bahwa kelompok kelompok yang berbeda pada beberapa
variabel dan kemudian ia berusaha untuk mengidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan
tersebut.

Penelitian Partisipatori

Bonnie I. Cain, penulis buku Parsticz’patory Research: Research with Historical Consciousness,
mengatakan bahwa definisi yang semakin luas diketahui tentang penelitian partisipatori adalah
dalam istilah yang berciri negatif dan juga dalam tindakan atau praktik yang ingin kita hindari
atau yang ingin diatasi.

Metodologi dan definisi tersebut belum demikian jelas siapa pencetusnya. Beberapa ahli
menyarankan bahwa lebih berguna melihat penelitian partisipatori sebagai masalah yang
ditujukan untuk mengumpulkan pengetahuan baru dengan orang-orang (sebagai partisipan) yang
mampu menetapkan pengetahuan tersebut.

Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam istilah bahasa Inggrisnya Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut.

Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan
dan untuk menguji keefektifan produk tersebut (Putra, 2011). Jadi penelitian dan pengembangan
bersifat longitudinal.

Penelitian Hibah Bersaing ini adalah penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode
yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan.

Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam
dan Teknik serta ilmu-ilmu Teknologi Informasi. Hampir semua produk teknologi diproduksi
dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan pada industri merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam
menghasilkan produk-produk baru yang dihasilkan pasar.

Hampir 4% biaya yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan, bahkan untuk industri
farmasi dan komputer lebih dari 4%. Dalam bidang sosial dan pendidikan peranan penelitian ini
masih sangat kecil.
Dalam pemilihan metodologi penelitian, selain mempertimbangkan metodologi terdahulu yang
digunakan dalam penelitian sejenis, juga akan sangat dipengaruhi dengan batasan sumber daya-
yaitu waktu dan dana-yang dimiliki oleh peneliti.

Kompromi di antaranya akan menghasilkan sesuatu antara yang ideal dan yang praktis.
Metodologi sangat penting dalam sebuah penelitian karena metodologi akan digunakan sebagai
(Semiawan, 2007):

1. Aturan komunikasi. Metodologi merupakan alat komunikasi sesama peneliti untuk


berbagi pengalaman dalam melakukan penelitian. Ketika peneliti menuliskan metodologi
yang digunakan secara jelas, dapat diakses oleh peneliti lain, maka keunggulan replikasi
penelitian dan validasi temuan penelitian dapat dilakukan.
2. Aturan penalaran. Meskipun observasi empiris sangat fundamental dalam penelitian
ilmiah, namun fakta, data dan bukti yang ditemukan tidak bisa berbicara dengan cara
sendirinya. Karenanya dalam hal ini dibutuhkan logika untuk menarik inferensi yang
reliabel berdasar fakta hasil observasi.
3. Aturan intersubjektivitas. Karena kemungkinan adanya subjektivitas terlibat dalam
penelitian, maka dengan metodologi yang jelas, validasi bisa dilakukan oleh peneliti lain
untuk menjamin objektivitas empiris. Hal ini berarti ada hubungan saling bergantung
antara objektivitas dan validasi.
4. Dasar pembenaran menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan
derajat kepastian sebesar mungkin. Pernyataan harus didasarkan pada pemahaman apriori
dan yang juga didasarkan atas hasil kajian empirik, dua cara berpikir ilmiah yang harus
dapat digunakan dalam penelitian ilmiah.
5. Sistematis menunjuk pada susunan pengetahuan yang didasarkan pada penyelidikan
ilmiah yang terencana, teratur, dan terarah; sistemis menunjuk pada keterhubungannya
yang merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang berhubungan dengan metode penelitian,
yaitu:

 Metodologi penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan yang secara sistematis,


direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan
berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri.
 Metodologi penelitian merupakan salah satu alat yang sangat andal guna
mengembangkan dan menerangkan cakrawala ilmu pengetahuan manusia.
 Metode ilmiah merupakan kombinasi logis pemikiran deduktif dan induktif untuk
menguasai ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai