Anda di halaman 1dari 16

Tugas

KONDISI PARITAS INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

ADE RAHAYU NATALIA B1B1 17 005


ANNA TRI ANTI B1B1 17 011
DESY SAPUTRI B1B1 17 029
ENDANG SULASTRI B1B1 17 039
ERPIKO PRATAMA B1B1 17 041
FENI FEBRIANTI B1B1 17 047
FITRIANI NASARUDIN B1B1 17 051
IRMA RAHMATILAH B1B1 17 065
MIFTAHUL HIKMA B1B1 17 077
MITA CIBANASARI B1B1 17 079
NUR RAHYUNI B1B1 17 099
GUSTI AYU DARMAYANTI B1B1 17 203

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
BAB 7

KONDISI PARITAS INTERNASIONAL

Pendahuluan

Berdasarkan law of one price (hukum satu harga), tiga hubungan paritas
telterbentuk yang berkenaan dengan kurs spot, tingkat inflasi dan suku bunpada
valuta-valuta yang berbeda. Paritas tersebut adalah Paritas Daya Beli,Efek Fisher, dan
Efek Fisher Internasional. Paritas tersebut dicapai melalui arbitrage pada pasar-pasar
yang memperdagangkan barang-barang dan assetfinansial di seluruh dunia.

Arbitrage terjadi karena terdapat ketidaksesuaian dalam pasar valas, dimana


nilai tukaactual dari valuta berbeda dengan nilai tukar seharusnya menurut para
pelaku pasar. Kekuatpasar tertentu akan menghilangkan ketidak sesuaian tersebut.
Mekanisme penyesuaitersebut terjadi sebagai akibat dari arbitrage internasional.
Meski kondisi-kondisi paritas tersebut hanyalah suatu pendekatan terhadap
realitasejumlah faktornya dapat menyebabkan deviasi-deviasi yang signifikan dan
berkepanjangaSebagai contoh, resiko kurs dan resiko inflasi bisa mengarah pada
perbedaan suku bunga riil antar negara.

Menurut law of one price, barang-barang dijual dengan harga yang sama
diseluruh dunia. Dasar dari teori ini adalah bahwa jika harga dari komoditi tertentu
tidak sama dimana-mana,arbitrage dalam barang-barang pada akhirnya akan
menjamin keadaan yang sama. Ada lima (5) hubungan-hubungan kunci Paritas
Internasional dihasilkan dari aktivitas-aktivitas arbitrage tersebut adalah Purchasing
Power Parity (PPP), Fisher Effect (FE), International Fisher Effect (IFE), Interest
Rate Parity (IRP) dan Unbiased Forward Rates (UFR). Kondisi-kondisi paritas ini
dikaitkan oleh :

1. Penyesuaian dari berbagai kurs dan harga terhadap inflasi


2. Konsepsi bahwa uang seharusnya tidak mempunyai efek terhadap variabel-
variabel riil.

Inflasi dan depresiasi mata uang domestik ditentukan secara gabungan oleh
pertumbuhan supply uang domestik relatif terhadap pertumbuhan demand uang
domestik. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa peserta-peserta pasar adalah risk
neutral dan tidak ada friksi atau kendala (seperti pajak atau biaya transaksi) pada
setiap pasar. Analisis disini dapat dipakai untuk dua jenis valas apapun. Tentunya
secara prinsip analisis ini seharusnya dapat dipakai untuk setiap periode waktu
tertentu misalnya satu tahun.

1. Arbitrase Dan Kondisi Paritas

Pengertian Arbitrase Valuta Asing. Arbitrase atau arbitrage didefinisikan


sebagai aktivitas pembelian atau penjualan suatu komoditi atau produk termasuk
valuta asing di suatu tempat pada saat yang sama menjual atau membeli komoditi
tersebut di tempat lain dengan tingkat harga yang lebih menguntungkan. Untuk
valuta asing, Arbitrase timbul karena adanya perbedaan tingkat kurs pada mata uang
yang sama di beberapa tempat yang berbeda, seperti pada bank atau dealer yang
berbeda. Aktivitas arbitrase pada akhirnya akan menyebabkan tingkat kurs menjadi
sama di berbagai tempat.

Kondisi Paritas Internasional merupakan sejumlah kondisi keseimbangan di


pasar valuta asing terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kurs suatu mata
uang :

a. Kondisi paritas ini diturunkan dari kondisi arbitrase yaitu kondisi atau situasi
pasar yang memungkinkan pelaku ekonomi mendapatkan keuntungan bebas
risiko yang positif dengan modal nol dalam setting pasar modal yang
sempurna yang memiliki asumsi:
“tidak terdapat biaya transaksi, biaya transport, biaya pajak, tarif bea masuk
dan faktor lain yang membatasi perdagangan bebas”• Kegiatan arbitrase dapat
dilakukan sepanjang pasar tidak dalam keadaan equilibrium : tidak terciptanya
hukum satu harga• Eksploitasi arbitrase mendorong situasi menuju
keseimbangan yaitu kondisi dimana arbitrase tidak dapat dilakukan lagi
Purchasing Power Parity (PPP)
b. Kondisi keseimbangan PPP dilandasi oleh teori PPP yaitu barang yang sama
akan berharga sama dimanapun didunia ini. Bila harga barang tidak sama,
maka akan menimbulkan kesempatan arbitrase
c. Menurut konsep PPP, kurs mata uang antar negara ditentukan menyesuaikan
perbedaan harga barang yang ada di dunia
2. Paritas Suku Bunga

a. Paritas Suku Bunga

Paritas Suku Bunga (interest rate parity—IRP) merupakan kondisi arbitrase


yang harus dipertahankan apabila pasar keuangan internasional dalam kondisi
ekuilibrium. Misal, kita sebagai orang Amerika punya $1 dan kita punya opsi untuk
investasi di AS atau di Inggris. Jika di dalam negeri, maka nilai investasi setahun
kemudian dapat dicari dengan rumus nilai tukar spotàsederhana $1(1+i$) Namun jika
di luar negeri, kita harus melakukan 3 hal: menukarnya ke Pound, investasi dengan
Pound tersebut, dan ketika menjual kembali investasinya harus menukarkannya

Hubungan IRP menjelaskan hubungan equilibrium. Dengan demikian,


forward discount (premium) dan interest rate differentials (perbedaan tingkat suku
bunga) secara bersama-sama dihitung. Dengan kata lain interest rate differentials
mempengaruhi forward discount/premium dan sebaliknya. Kedua sisi IRP
dipengaruhi oleh faktor-faktor ketiga (faktor-faktor determinan dari forward
discount/premium : defisit/surplus neraca pembayaran, foreign assets/liabilities,
international competitiveness).

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi interest differential meliputi


produktivitas, ekonomi/thrift, tingkat inflasi, budget deficit, dan lain-lain pada kedua
negara. Pada saat interest rate parity berlaku/terjadi, hasil investasi luar negeri dan
domestic dan biaya meminjam adalah sama jika cost of forward cover
dipertimbangkan (Faisal, 2001: 46) Interest Rate Parity (IRP) bisa dibuktikan dengan
mempertimbangkan pilihan-pilihan terbuka misalnya bagi para investor Indonesia
yang ingin berinvestasi X IDR (Rupiah) pada surat berharga pemerintah untuk
periode waktu 1 tahun. Diasumsikan bahwa para investor harus memilih antara ber-
investasi pada surat berharga Indonesia dan investasi pada sekuritas Inggris. Jika para
investor memilih untuk ber-investasi di Indonesia, mereka pasti akan menerima X(1 +
iRp) rupiah setelah 1 tahun. Jika para investor memilih untuk investasi di Inggris
mereka harus pertama-tama mengkonversi rupiah Indonesia (IDR) kedalam Pound
Inggris (GBP). Karena kurs spot adalah s Pounds per IDR, para investor akan
memperoleh s Pounds untuk setiap rupiah. Oleh karena itu para investor mempunyai
Xs Pounds yang tersedia untuk investasi.
b. Paritas Daya Beli

Apabila hukum satu harga diterapkan secara internasional pada sekelompok


komoditas standar, kita akan mendapatkan teori Paritas Daya Beli ( Purchasing power
parity – PPP). Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar antara mata uang dua negara
seharusnya sama dengan rasio tingkat harga pada negara – negara tersebut. Ide dasar
PPP berasal dari pelajar di Universitas salamanca, yaitu universitas tertua di Spanyol,
pada abad ke-16. Menyusul penaklukkan oleh amerika, spanyol mengalami
gelombang masuk yang besar dari emas, yang mengakibatkan inflasi dalam negeri
dan depresiasi escudo spanyol terhadap mata uang asing. Fenomena moneter yang
baru ini bertindak sebagai latar belakang lahirnya teori PPP. Tetapi teori ini kemudian
didukung oleh ekonom klasik seperti david Ricardo pada abad ke – 19.

Anggaplah Ps merupakan harga dolar dari sekelompok komoditas standard di


amerika serikat dan P€ adalah harga pound umtuk komoditas yang sama di inggris.
secara formal, PPP menyatakan bahwa nilai tukar antara dolar dan pound seharusnya

S = Ps/P€

Dengan S adalah kurs dolar untuk satu pound. PPP mengimplikasikan bahwa
apabila komoditas tersebut seharga $225 di amerika serikat dan €150 di inggris,
maka nilai tukar seharusnya adalah $ 1,50 per pound. Apabila harga komoditas
tersebut lebih tinggi di amerika serikat katakanlah $300 , maka PPP menyatakan
bahwa nilai tukar seharusnya lebih tinggi yaitu $2,00/€.

Untuk memberikan interprestasi alternatif terhadap PPP, ditulikan kembali sbb :

Ps = S x P€

Hubungan PPP dari permsamaan diatas disebut versi mutlak dari PPP , apabila PPP
disajikan dalam bentuk “ tingkat Perubahan “, kita peroleh versi relatif dari PPP yaitu

E =π$ - π€

Dengan e adalah tingkat perubahan nilai tukar dan masing masing adalah laju inflasi
amerika serikat dan inggris.

Terdapat dua bentuk PPP yang populer, yang masing – masing memiliki
implikasi sendiri.

1. Bentuk Absolut PPP


Dibentuk berdasarkan asumsi bahwa tanpa adanya hambatan internasional,
pelanggan akan mengubah permintaaan mereka ke tempat dimana harga lebih
rendah. Bentuk ini menyatakan bahwa harga dari sejumlah produk yang sama
pada dua negara berbeda seharusnya setara jika diukur dalam mata uang yang
sama. Jika terjadi perbedaan harga yang diukur pada mata uang yang sama,
permintaan akan berubah sehingga kedua harga tersebut akan menyesuaikan
setara.
2. Bentuk Relatif PPP
Mempertimbangkan kemungkinan pasar yang tidak sempurna sepereti biaya
transportasi , bea masuk, dan kuota. Versi ini menyatakan bahwa karena
adanya ketidaksempurnaaan pasar, harga sejumlah produk pada negara
berbeds tidak selalu sama jika diukur dalam mata uang yang sama.namun
bentyuk ini menyatakan bahwa tingkat perubahan harga barang kurang lebih
akan sam,a jika diukur dalam mata uang yang sama, selama biaya transportasi
dan batasan perdagangan lainnya tidak berubah.

c. Paritas Daya Beli dalam Jangka Panjang

Paritas daya beli dapat diuji pada jangka pamjamg dengan menilai kurs “riil”
di antara dua mata uang sepanjang waktu. Kurs riil merupakan kurs nilai tukar aktual
setelah disesuaikan dengan dampak inflasi pada dua negara bersangkutan.

Jika kurs riil mendekati tingkat rata – rata tertentu seiring waktu, maka dapat
dianggap nilai ini akan konstan pada jangka panjang, dan penyimpangan dari rata –
rata berlangsung sementara waktu. Sebaliknya jika kurs riil mengikuti pola acak
(random walk). Maka hal ini berarti bahwa kurs bergerak acak tanpa pola yang dapat
diprediksi. Dengan kata lain, kurs tidak akan mendekati tingkat rata – rata tertentu,
dan karenanya tidak dapat dianggap konstan pada jangka panjang. Berdasarkan
kondisi ini, gagasan PPP tidak berlaku karena pergerakan kurs riil bukan merupakan
penyimpangan sementara dari suatu nilai keseimbanga

Kaitan Dengan Paritas Daya beli


Teori PPP menyatakan bahwa pergerakan nilai tukar disebabkan oleh
perbedaan tingkat inflasi, jika suku bunga riil antar Negara sama, maka perbedaan
suku bunga nominal diakibatkan oleh perbedaan taksiran inflasi. Teori IFE
menyatakan bahwa mata uang asing dengan suku bunga yang relative tinggi akan
terdepresiasi karena suku bunga nominal yang tinggi mencerminkan taksiran inflasi.
Suku bunga nominal juga akan membentuk risiko gagal bayar atas investasi jadi
kaitan antara Internasional Fisher Effect dengan paritas daya beli adalah teori IFE
melihat perubahan suku bunga dipengaruhi oleh perbedaan taksiran perubahan tingkat
inflasi.

Perbandingan Teori IRP, PPP Dan IFE

Teori IRP membahas mengapa kurs forward berbeda dengan kurs spot dan
tingkat perbedaan yang seharusnya terjadi. Teori PPP dan IFE membahas tentang
bagaimana kurs spot mata uang berubah sepanjang waktu. Teori PPP menyatakan
bahwa kurs spot berubah karena pengaruh perbedaan tingkat inflasi, sedangkan IFE
menyatakan bahwa kurs spot berubah karena dipengaruhi oleh tingkat suku bunga,
akan tetapi IFE terkait dengan PPP dimana IFE melihat perubahan suku bunga
dipengaruhi oleh perbedaan taksiran perubahan tingkat inflasi.

3. Dampak Fisher dan Forward Expectation Parity

a. Dampak Fisher

The Fisher effet mengatakan bahwa tingkat bunga nominal di negara manapun akan
sama dengan real rate of return yang diinginkan oleh para investor (tingkat bunga
yang akan mengkompensasi para investor untuk penundaan konsumsi saat
ini/sekarang) plus/ditambah tingkat inflasi yang diperkirakan (premium untuk
menyeimbangkan/offset kenyataan bahwa inflasi akan menurunkan daya beli dari
dana yang diinvestasikan ; premium ini harus menyamakan tingkat inflasi selama
periode investasi).

Dampak fisher menyatakan bahwa kenaikan(penurunan) laju inflasi yang


diharapkan dalam suatu negara yang akan menyebabkan kenaikan(penurunan) suku
bunga secara proporsional pada suatu negara. Dampak Fisher mengimplikasikan
bahwa laju inflasi yang diharapkan merupakan selisih antara suku bunga nominal dan
riil di setiap negara.Pernyataan tersebut bisa dituliskan ulang sebagai berikut:

E(π$) ≈ i$ - ρ$
E(π£) ≈ i£ - ρ£

Syarat paritas Fisher, yang ditemukan oleh Irving Fisher, diturunkan dari
persamaan Fisher yang menyatakan bahwa suku bunga nominal kira-kira sama
dengan suku bunga rill ditambah harapan inflasi. Dengan kata lain, bila persamaan
Fisher terbukti benar bagi kedua negara, maka perbedaan suku bunga nominal akan
mencerminkan perbedaan harapan inflasi antara kedua Negara. Uji empiris
menunjukan bahwa paritas Fisher terjadi terutama untuk surat berharga jangka
pendek yang diterbitkan oleh pemerintah seperti obligasi Departemen Keuangan.
Bagi surat berharga yang jatuh temponya lebih lama mengandung risiko finansial
yang lebih besar sebagai mana tercermin dari fluktuasi nilai pasar dari obligasi
sebelum jatuh tempo (Kuncoro, 1996:188-189).

Paritas Fisher Internasional (International Fisher Parity/IFE)

Bila syarat PPP dimasukan dalam syarat paritas Fisher, terlihat bahwa harapan
perubahan kurs berhubungan dengan perubahan suku bunga. Inilah yang disebut
paritas Fisher Internasional, yaitu bahwa kurs spot akan berubah dalam jumlah yang
sama namun dengan arah yang berkebalikan dengan perbedaan suku bunga antara dua
Negara.

4. Forward Expectation Parity

Paritas forward menyatakan bahwa setiap premi atau diskon forward sama
dengan perubahan suku bunga yang diharapkan. Apabila investor netral terhadap
risiko, paritas forward akan berlalu selama pasar valuta asing effisien dalam hal
informasinya

5. Peramalan dipasar bebas

Proyeksi nilai tukar seakurat mungkin merupakan hal yang sangat penting
bagi pedagang mata uang yang secara aktif melakukan spekulasi, hedging, dan
arbitrase pada pasar valuta asing. Ini juga merupakan perhatian penting bagi
perusahaan multinasional yang sedang merumuskan strategi sumber daya, produksi,
pendanaan dan pemasaran internasional. Kualitas keputusan perusahaan ini sangat
tergantung pada akurasi proyeksi nilai tukar.
Beberapa perusahaan menghasilkan proyeksi mereka sendiri, sementara yang
lainnya menggunakan jasa pihak luar dengan membayar biaya jasa. Sementara para
pembuat proyeksi menggunakan berbagai teknik proyeksi, sebagian besar dapat
diklasifikasikan menjadi 3 pendekatan yang berbeda :

a. Pendekatan efisien pasar


b. Pendekatan fundamental
c. Pendekatan teknikal

Pendekatan Efisiensi Pasar

Hipotesis pasar efesien (efficient market hypothesis) yang diperkenalkan oleh


Profesor Eugene Fama. Misalkan, pasar valuta asing efesien. Ini berarti bahwa kurs
sekarang telah mencerminkan seluruh informasi yang relevan, seperti suplai uang,
laju inflasi, neraca perdagangan, dan pertumbuhan output. Nilai tukar tersebut
kemudian akan berubah hanya pada saat pasar menerima informasi baru. Karena
menurut definisi, informasi baru itu tidak dapat di prediksi, nilai tukar akan berubah
secara acak sepanjang waktu. Dengan kata lain, tambahan perubahan nilai tukar tidak
akan tergantung pada nilai tukar historis dimasa lalu. Apabila nilai tukar berubah
secara acak, nilai tukar masa depan diharapkan sama seperti nilai tukar sekarang,
yaitu :

Random walk hypothesis menyatakan bahwa nilai tukar sekarang merupakan


prediktor terbaik dari nilai tukar esok hari. Ketika peneliti menemukan kesulitan
untuk menolak random walk hypothesis untuk nilai tukar dengan dasar empiris, tidak
terdapat alasan teoritis mengapa nilai tukar mesti berubah secara acak. Hubungan
paritas yang telah kita bahas sebelumnya menunjukkan bahwa nilai tukar forward saat
ini dapat dipandang sebagai kesepakatan proyeksi pasar mengenai nilai tukar masa
depan berdasarkan informasi yang tersedia apabila pasar valuta asing efisien, yaitu :
Sejauh mana suku bunga berbeda antara dua negara, nilai tukar forward akan
berbeda dengan nilai tukar spot sekarang. Ini berarti bahwa nilai tukar masa depan
seharusnya diharapkan berbeda dengan nilai tukar spot sekarang.
Memprediksi nilai tukar dengan menggunakan pendekatan pasa efisien memiliki dua
keuntungan yaitu :

a. Karena pendekatan pasar efisien didasarkan pada harga yang ditentukan oleh
pasar. Pendekatan ini cukup murah untuk menghasilkan proyeksi. Baik kurs
spot dan forward saat ini merupakan informasi publik. Setiap orang memiliki
akses bebas untuk mendapatkan informasi ini.
b. Dengan adanya efisiensi pasar valuta asing, sangat sulit untuk mengungguli
proyeksi berdasarkan pasar, kecuali apabila pembuat proyeksi memiliki akses
ke informasi pihak swasta yang tidak tercermin dalam kurs saat ini.

Pendekatan Fundamental

Pendekatan fundamental untuk memproyeksi nilai tukar menggunakan


berbagai model. Sebagai contoh, pendekatan moneter untuk menentukan nilai tukar
menyatakan bahwa nilai tukar ditentukan oleh 3 variabel independen (penjelas) :

a. Suplai uang relative


b. Percepatan uang relative
c. Output nasional relatif

Pendekatan fundamental untuk proyeksi nilai tukar memiliki 3 kesulitan utama :

a. Seorang harus memproyeksikan seperangkat variabel independen untuk


memproyeksi nilai tukar. Memproyeksi variabel independen pasti akan
menghadapi kesalahan dan mungkin tidak selalu lebih mudah daripada
memproyeksikan nilai tukar.
b. Nilai parameter, α dan β, yang diestimasi dengan menggunakan data historis
yang mungkin dapat berubah sepanjang waktu dikarenakan perubahan
kebijakan pemerintah dan atau struktur perekonomian yang mendasari. Kedua
kesulitan tersebut dapat mengurangi akurasi proyeksi meskipun modelnya
benar.
c. Model itu sendiri dapat salah. Misalnya, model yang dijelaskan oleh
persamaan 5.19 mungkin salah. Proyeksi yang dihasilkan oleh model yang
salah tidak dapat menjadi sangat akurat.

Pendekatan Teknikal

Pendekatan teknikal pertama kali menganalisi perilaku nilai tukar masa lalu
yang bertujuan untuk mengidentifikasi “pola” dan selanjutnya memproyeksikan ke
masa depan untuk menghasilkan perkiraan. Pendekatan teknikal bertentangan dengan
pendekatan pasar efisien dan pendekatan fundamental. Tetapi, analis teknikal
terkadang mempertimbangkan bermacam-macam data transaksi seperti volume
perdagangan, suku bunga yang beredar.

6. Kurs Forward Sebagai Prediktor Kurs Spot Masa Mendatang

Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain, secara tidak langsung


akan berdampak pada indikator suatu negara. Nilai tukar mata uang suatu negara
merupakan salah satu indikator penting dalam suatu perekonomian. Nilai tukar juga
mempunyai implikasi yang luas, baik dalam konteks ekonomi domestik maupun
internasional, mengingat hampir semua negara di dunia melakukan transaksi valuta
asing.

Pasar valuta asing adalah suatu pasar atau tempat di mana individuindividu
berbagai perusahaan multinasional dan kalangan perbankan mengadakan jual beli atas
berbagai jenis mata uang dari berbagai negara atau valuta asing. Fungsi utama pasar
valuta asing adalah sebagai tempat transfer daya beli dari suatu negara dan mata
uang, ke negara dan mata uang lainnya.

Transaksi valuta asing dilakukan untuk mengurangi risiko dan juga mencari
keuntungan jangka pendek dari selisih kurs.

Pertukaran kurs satu mata uang dengan kurs mata uang lain disebut transaksi
valas (foreign exchange transaction). Ada dua jenis transaksi valuta asing, yaitu :

1. Kurs spot, transaksi valuta asing yang biasanya selesai maksimal dua hari,
2. Kurs forward, kurs forward merupakan transaksi valuta asing di mana
pengiriman mata uang dilakukan pada suatu tanggal tertentu di masa
mendatang.
Ada tiga faktor pokok yang menyebabkan mengapa kurs berubah-ubah :
1. faktor fundamental. Faktor fundamental ini terdiri dari faktor politik dan
ekonomi atau faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi ini
dapat berupa perkembangan ekonomi (GNP), tingkat inflasi, tingkat suku
bunga, money supply, kapasitas produksi nasional, tingkat konsumsi
nasional, pengangguran, eksport dan import, intervensi bank sentral, utang
pemerintah dan anggaran negara, cadangan devisa. Faktor non ekonomi
berupa peperangan, keadaan politik dan stabilitas nasional suatu negara.
2. faktor teknis. Dealer atau trader sangat yakin bahwa perkembangan kerja
valuta asing dipengaruhi oleh berbagai faktor yang telah tercermin dalam
pergerakan harga yang digambarkan di dalam chart, dan proses tersebut
cenderung berubah-ubah dari waktu ke waktu sehingga dapat digunakan
sebagai indikator untuk membeli dan menjual suatu mata uang asing.
3. Faktor psikologis. Permintaan dan penawaran para pelaku pasar
berdasarkan estimasi tentang perkembangan kurs di masa yang akan
datang dengan membeli pada saat harga kurs turun dan menjual pada saat
permintaan kurs naik. Bentuk tindakan ini disebut spekulasi

Dalam transaksi valuta asing, diperlukan keahlian dalam meramalkan kurs


masa yang akan datang untuk menghindari risiko kerugian dalam bertransaksi valas.
Meramal valuta asing atau meramal nilai tukar kurs pada masa yang akan datang
(future spot) merupakan strategi penting bagi suksesnya bisnis internasional. Future
spot diperoleh dari suatu prediksi empiris kurs spot dan kurs forward

Suatu pasar valas disebut efisien bila kurs valas selalu betul-betul
mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan. Dalam uji empirik
efisiensi pasar diperlukan pemahaman bagaimana suatu harapan dibentuk. Suatu
harapan rasional berarti tidak ada kesalahan yang sistematis dalam peramalan

1. efisiensi pasar spot adalah hipotesis dengan model peramalan efisiensi


pasar yang menggunakan kurs spot sebagai variabel independennya
(prediktor).
2. Efisiensi pasar forward adalah hipotesis unbiased forward rate yaitu model
peramalan efisiensi pasar yang menggunakan kurs forward sebagai
variable independennya (prediktor). Efisiensi pasar komposit adalah
hipotesis yang mengkombinasikan keunggulan hipotesis random walk
dengan hipotesis unbiased forward rate dengan kata lain model peramalan
efisiensi pasar yang mengkombinasikan kurs spot dan kurs forward
sebagai variabel-variabel independennya (prediktor)
7. Penentuan Kurs Mata Uang Asing

Keseimbangan Kurs mata uang :

1. Devaluasi: penurunan nilai atau kurs mata uang terhadap mata uang lainnya
secara resmi (biasanya terjadi di negara yang menggunakan kurs tetap)
2. Revaluasi: peningkatan nilai atau kurs mata uang terhadap mata uang lainnya
secara resmi Harga suatu mata uang asing relatif terhadap mata uang lainnya
(kurs) sangat tergantung pada kekuatan supply dan demand mata uang
tersebut batan perdagangan internasional ini menciptakan peluang yang dapat
menarik investor asing

Faktor faktor yang mempengaruhi harga kurs :

1. Perbedaan inflasi antar negara

Ketika tingkat inflasi di USA lebih tinggi dibanding dgn Indonesia, harga
barang di USA meningkat lebih cepat dibandingkan dengan di Indonesia. Harga
barang di USA relatif lebih mahal dibandingkan dengan Indonesia :

a. permintaan barang Indonesia semakin banyak sehingga permintaan mata uang


rupiah meningkat. - permintaan uang rupiah yang meningkat mengakibatkan
kurs rupiah menguat relatif terhadap dollar dilain pihak
b. permintaan barang Amerika semakin menurun sehingga permintaan mata
uang dollar menurun. Kurs dollar akan melemah

2. Perbedaan tingkat suku bunga antar negara

Ketika tingkat suku bunga Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan di


Indonesia, investor cenderung akan mengalihkan investasinya dari instrumen
keuangan dengan denominasi rupiah ke instrumen keuangan dengan denominasi
dollar. Dengan demikian, pemintaan terhadap dollar meningkat sehingga dollar akan
mengalami apresiasi terhadap rupiah, rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar.

3. Perbedaan pertumbuhan perekonomian (GDP) antar negara.

Perekonomian yang semakin membaik akan menarik dana yang lebih banyak
dari investor asing. Investor asing akan membeli mata uang negara sasaran investasi
sehingga permintaan mata uang domestik meningkat. Mata uang domestik akan
mengalami apresiasi relatif thd mata uang asing
4. Kondisi politik suatu negara.

Timbulnya kerusuhan di suatu negara akan menyebabkan pelarian modal


keluar negeri sehingga orang cenderung menyimpan dana dalam bentuk dollar karena
lebih aman. Permintaan dollar yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai kurs
dollar

5. Harapan / ekspektasi terhadap harga kurs itu sendiri. Ekspektasi ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial

8. Peramalan Pada Sistem Kurs Tetap

Kurs atau nilai tukar merupakan sebuah kunci bagi suatu Negara untuk
bertransaksi dengan dunia luar. Sistem pembayaran juga dilakukan baik di dalam
negeri maupun luar negeri mau tidak mau harus terkait dengan nilai tukar atau kurs.

Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Kurs tetap merupakan system nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter
tertinggi suatu Negara (Central Bank) menetetapkan nilai tukar dalam negeri
terhadap Negara lain yang di tetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas
penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs
tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan
yang cukup tinggi maka pemerintah bias mengendalikannya dengan membeli atau
menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa Negara untuk menjaga agar nilai
tukar stabil dan kembali ke kurs tetapnya. Dalam kurs tetap ini, Bank sentral
melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.

Keunggulan:

a. Kegiatan spekulasi di pasar semakin sempit.


b. Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil.
c. Pemerintah memegang peran penuh dalam pengwasan transaksi devisa.
d. Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.

Kelemahan:

a. Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangandi


pasar valas.
b. Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
c. Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi
pasar ekspor dan impor.

Penerapannya di Indonesia

Sistem nilai tukar tetap pernah berlaku di Indonesia. Berdasarkan UU No.32


tahun 1964 ditetapkan bawah nilai tukar Indonesia sebesar Rp. 250,-/US Dollar.
Sedangkan nilai tukar Indonesia terhadap Negara lainnya ditetapkan berdasarkan nilai
tukar Dollar terhadap Negara tersebut sesuai dengan yang berlaku dipasar valutan
asing Jakarta dan internasianol. Dalam periode penetapan kurs tetap tersebut,
Indonesia juga menetapkan peraturan system kontrol devisa yang ketat. Dalam
system ini, tidak ada pembatasan kepemilikan, penjualan, maupun pembelian valas
namun para eksportir wajib menjual devisanya kepada Bank sentral. Sebagian
dampak dari penetapan kurs tetap tersebut maka Bank Indonesia harus mampun
memenuhi kebutuhan pasar valas bagi Bank komersial maupun masyarakat.

Dalam perjalanannya, Indonesia juga sempat mendevaluasi kurs tetapnya


sebagai dampak dari overvaluated dan jika di biarkan akan akan mengacam aktivitas
ekspor-impor. Pada tanggal 17 April 1970 Indonesia merubah kurs tetapnya dari
posisi semula sebesar Rp. 250,-/US Dollar menjadi Rp. 378,-/US Dollar. Devaluasi
kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp. 451,-/US Dollar dan
yang ketiga pada tanggal 15 November 1978 dengan nilai tukar sebesar Rp.
625,-/US Dollar.

Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Tukar

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat beberapa faktor


utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing.

a. Faktor pembayaran Impor


Semakin tinggi Impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan
terhadap valutan asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah.
Sebaliknya, jika Impor menurun, maka permintaan valutan asing menurun
sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.
b. Faktor aliran modal keluar (capital outflow)
Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valutan
asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal
keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan
pemerintahan) kepada pihak asing dan penetapan dana penduduk Indonesia ke
luar negeri.
Kegiatan Spekulasi
Semakin banyak kegiatan spekulalsi valutan asing yang dilakukan oleh
spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valutan asing sehingga
memperlemah nilai tukar mata uang loka terhadap mata uang asing.
Sementara itu, penawaran valutan asing dipengaruhi oleh dua faktor utama.
Pertama, faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan
ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valutan asing yang
dimiliki oleh suatu Negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata
uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor
menurun, maka jumlah valutan asing yang dimiliki semakin menurunun
sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.
c. Faktor aliran modal masuk (capital inflow).
Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin
menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar
negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (Portfolio
investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment).
Sebagaimana diuraikan dalam topik faktor-faktor yang mempengruhi nilai
tukar, permitaan dan penawaran valutan asing sangat di pengaruhi oleh
perkembangan ekspor dan impor serta aliran modal dari dank e luar negeri.
Dilihat dari faktor mempengaruhinya, perkembangan ekspor dan impor antara
lain di pengaruhi oleh harga relatif antara suatu Negara dengan Negara mitra
dagangannya. Semakin tinggi laju inflasi suatu Negara lainnya, maka harga
barang ekspor suatu Negara akan lebih mahal dan dapat menurukan ekspor
serta pada lanjutannya akan menurunkan nilai tukar suatu Negara.

Referensi :

Lexus6914.blogspot.com

Deliot.blogspot.com

Staff.unila.ac.id

Srisetya.staff.gunadarma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai