JURUSAN MANAJEMEN
KENDARI
2020
BAB 7
Pendahuluan
Berdasarkan law of one price (hukum satu harga), tiga hubungan paritas
telterbentuk yang berkenaan dengan kurs spot, tingkat inflasi dan suku bunpada
valuta-valuta yang berbeda. Paritas tersebut adalah Paritas Daya Beli,Efek Fisher, dan
Efek Fisher Internasional. Paritas tersebut dicapai melalui arbitrage pada pasar-pasar
yang memperdagangkan barang-barang dan assetfinansial di seluruh dunia.
Menurut law of one price, barang-barang dijual dengan harga yang sama
diseluruh dunia. Dasar dari teori ini adalah bahwa jika harga dari komoditi tertentu
tidak sama dimana-mana,arbitrage dalam barang-barang pada akhirnya akan
menjamin keadaan yang sama. Ada lima (5) hubungan-hubungan kunci Paritas
Internasional dihasilkan dari aktivitas-aktivitas arbitrage tersebut adalah Purchasing
Power Parity (PPP), Fisher Effect (FE), International Fisher Effect (IFE), Interest
Rate Parity (IRP) dan Unbiased Forward Rates (UFR). Kondisi-kondisi paritas ini
dikaitkan oleh :
Inflasi dan depresiasi mata uang domestik ditentukan secara gabungan oleh
pertumbuhan supply uang domestik relatif terhadap pertumbuhan demand uang
domestik. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa peserta-peserta pasar adalah risk
neutral dan tidak ada friksi atau kendala (seperti pajak atau biaya transaksi) pada
setiap pasar. Analisis disini dapat dipakai untuk dua jenis valas apapun. Tentunya
secara prinsip analisis ini seharusnya dapat dipakai untuk setiap periode waktu
tertentu misalnya satu tahun.
a. Kondisi paritas ini diturunkan dari kondisi arbitrase yaitu kondisi atau situasi
pasar yang memungkinkan pelaku ekonomi mendapatkan keuntungan bebas
risiko yang positif dengan modal nol dalam setting pasar modal yang
sempurna yang memiliki asumsi:
“tidak terdapat biaya transaksi, biaya transport, biaya pajak, tarif bea masuk
dan faktor lain yang membatasi perdagangan bebas”• Kegiatan arbitrase dapat
dilakukan sepanjang pasar tidak dalam keadaan equilibrium : tidak terciptanya
hukum satu harga• Eksploitasi arbitrase mendorong situasi menuju
keseimbangan yaitu kondisi dimana arbitrase tidak dapat dilakukan lagi
Purchasing Power Parity (PPP)
b. Kondisi keseimbangan PPP dilandasi oleh teori PPP yaitu barang yang sama
akan berharga sama dimanapun didunia ini. Bila harga barang tidak sama,
maka akan menimbulkan kesempatan arbitrase
c. Menurut konsep PPP, kurs mata uang antar negara ditentukan menyesuaikan
perbedaan harga barang yang ada di dunia
2. Paritas Suku Bunga
S = Ps/P€
Dengan S adalah kurs dolar untuk satu pound. PPP mengimplikasikan bahwa
apabila komoditas tersebut seharga $225 di amerika serikat dan €150 di inggris,
maka nilai tukar seharusnya adalah $ 1,50 per pound. Apabila harga komoditas
tersebut lebih tinggi di amerika serikat katakanlah $300 , maka PPP menyatakan
bahwa nilai tukar seharusnya lebih tinggi yaitu $2,00/€.
Ps = S x P€
Hubungan PPP dari permsamaan diatas disebut versi mutlak dari PPP , apabila PPP
disajikan dalam bentuk “ tingkat Perubahan “, kita peroleh versi relatif dari PPP yaitu
E =π$ - π€
Dengan e adalah tingkat perubahan nilai tukar dan masing masing adalah laju inflasi
amerika serikat dan inggris.
Terdapat dua bentuk PPP yang populer, yang masing – masing memiliki
implikasi sendiri.
Paritas daya beli dapat diuji pada jangka pamjamg dengan menilai kurs “riil”
di antara dua mata uang sepanjang waktu. Kurs riil merupakan kurs nilai tukar aktual
setelah disesuaikan dengan dampak inflasi pada dua negara bersangkutan.
Jika kurs riil mendekati tingkat rata – rata tertentu seiring waktu, maka dapat
dianggap nilai ini akan konstan pada jangka panjang, dan penyimpangan dari rata –
rata berlangsung sementara waktu. Sebaliknya jika kurs riil mengikuti pola acak
(random walk). Maka hal ini berarti bahwa kurs bergerak acak tanpa pola yang dapat
diprediksi. Dengan kata lain, kurs tidak akan mendekati tingkat rata – rata tertentu,
dan karenanya tidak dapat dianggap konstan pada jangka panjang. Berdasarkan
kondisi ini, gagasan PPP tidak berlaku karena pergerakan kurs riil bukan merupakan
penyimpangan sementara dari suatu nilai keseimbanga
Teori IRP membahas mengapa kurs forward berbeda dengan kurs spot dan
tingkat perbedaan yang seharusnya terjadi. Teori PPP dan IFE membahas tentang
bagaimana kurs spot mata uang berubah sepanjang waktu. Teori PPP menyatakan
bahwa kurs spot berubah karena pengaruh perbedaan tingkat inflasi, sedangkan IFE
menyatakan bahwa kurs spot berubah karena dipengaruhi oleh tingkat suku bunga,
akan tetapi IFE terkait dengan PPP dimana IFE melihat perubahan suku bunga
dipengaruhi oleh perbedaan taksiran perubahan tingkat inflasi.
a. Dampak Fisher
The Fisher effet mengatakan bahwa tingkat bunga nominal di negara manapun akan
sama dengan real rate of return yang diinginkan oleh para investor (tingkat bunga
yang akan mengkompensasi para investor untuk penundaan konsumsi saat
ini/sekarang) plus/ditambah tingkat inflasi yang diperkirakan (premium untuk
menyeimbangkan/offset kenyataan bahwa inflasi akan menurunkan daya beli dari
dana yang diinvestasikan ; premium ini harus menyamakan tingkat inflasi selama
periode investasi).
E(π$) ≈ i$ - ρ$
E(π£) ≈ i£ - ρ£
Syarat paritas Fisher, yang ditemukan oleh Irving Fisher, diturunkan dari
persamaan Fisher yang menyatakan bahwa suku bunga nominal kira-kira sama
dengan suku bunga rill ditambah harapan inflasi. Dengan kata lain, bila persamaan
Fisher terbukti benar bagi kedua negara, maka perbedaan suku bunga nominal akan
mencerminkan perbedaan harapan inflasi antara kedua Negara. Uji empiris
menunjukan bahwa paritas Fisher terjadi terutama untuk surat berharga jangka
pendek yang diterbitkan oleh pemerintah seperti obligasi Departemen Keuangan.
Bagi surat berharga yang jatuh temponya lebih lama mengandung risiko finansial
yang lebih besar sebagai mana tercermin dari fluktuasi nilai pasar dari obligasi
sebelum jatuh tempo (Kuncoro, 1996:188-189).
Bila syarat PPP dimasukan dalam syarat paritas Fisher, terlihat bahwa harapan
perubahan kurs berhubungan dengan perubahan suku bunga. Inilah yang disebut
paritas Fisher Internasional, yaitu bahwa kurs spot akan berubah dalam jumlah yang
sama namun dengan arah yang berkebalikan dengan perbedaan suku bunga antara dua
Negara.
Paritas forward menyatakan bahwa setiap premi atau diskon forward sama
dengan perubahan suku bunga yang diharapkan. Apabila investor netral terhadap
risiko, paritas forward akan berlalu selama pasar valuta asing effisien dalam hal
informasinya
Proyeksi nilai tukar seakurat mungkin merupakan hal yang sangat penting
bagi pedagang mata uang yang secara aktif melakukan spekulasi, hedging, dan
arbitrase pada pasar valuta asing. Ini juga merupakan perhatian penting bagi
perusahaan multinasional yang sedang merumuskan strategi sumber daya, produksi,
pendanaan dan pemasaran internasional. Kualitas keputusan perusahaan ini sangat
tergantung pada akurasi proyeksi nilai tukar.
Beberapa perusahaan menghasilkan proyeksi mereka sendiri, sementara yang
lainnya menggunakan jasa pihak luar dengan membayar biaya jasa. Sementara para
pembuat proyeksi menggunakan berbagai teknik proyeksi, sebagian besar dapat
diklasifikasikan menjadi 3 pendekatan yang berbeda :
a. Karena pendekatan pasar efisien didasarkan pada harga yang ditentukan oleh
pasar. Pendekatan ini cukup murah untuk menghasilkan proyeksi. Baik kurs
spot dan forward saat ini merupakan informasi publik. Setiap orang memiliki
akses bebas untuk mendapatkan informasi ini.
b. Dengan adanya efisiensi pasar valuta asing, sangat sulit untuk mengungguli
proyeksi berdasarkan pasar, kecuali apabila pembuat proyeksi memiliki akses
ke informasi pihak swasta yang tidak tercermin dalam kurs saat ini.
Pendekatan Fundamental
Pendekatan Teknikal
Pendekatan teknikal pertama kali menganalisi perilaku nilai tukar masa lalu
yang bertujuan untuk mengidentifikasi “pola” dan selanjutnya memproyeksikan ke
masa depan untuk menghasilkan perkiraan. Pendekatan teknikal bertentangan dengan
pendekatan pasar efisien dan pendekatan fundamental. Tetapi, analis teknikal
terkadang mempertimbangkan bermacam-macam data transaksi seperti volume
perdagangan, suku bunga yang beredar.
Pasar valuta asing adalah suatu pasar atau tempat di mana individuindividu
berbagai perusahaan multinasional dan kalangan perbankan mengadakan jual beli atas
berbagai jenis mata uang dari berbagai negara atau valuta asing. Fungsi utama pasar
valuta asing adalah sebagai tempat transfer daya beli dari suatu negara dan mata
uang, ke negara dan mata uang lainnya.
Transaksi valuta asing dilakukan untuk mengurangi risiko dan juga mencari
keuntungan jangka pendek dari selisih kurs.
Pertukaran kurs satu mata uang dengan kurs mata uang lain disebut transaksi
valas (foreign exchange transaction). Ada dua jenis transaksi valuta asing, yaitu :
1. Kurs spot, transaksi valuta asing yang biasanya selesai maksimal dua hari,
2. Kurs forward, kurs forward merupakan transaksi valuta asing di mana
pengiriman mata uang dilakukan pada suatu tanggal tertentu di masa
mendatang.
Ada tiga faktor pokok yang menyebabkan mengapa kurs berubah-ubah :
1. faktor fundamental. Faktor fundamental ini terdiri dari faktor politik dan
ekonomi atau faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi ini
dapat berupa perkembangan ekonomi (GNP), tingkat inflasi, tingkat suku
bunga, money supply, kapasitas produksi nasional, tingkat konsumsi
nasional, pengangguran, eksport dan import, intervensi bank sentral, utang
pemerintah dan anggaran negara, cadangan devisa. Faktor non ekonomi
berupa peperangan, keadaan politik dan stabilitas nasional suatu negara.
2. faktor teknis. Dealer atau trader sangat yakin bahwa perkembangan kerja
valuta asing dipengaruhi oleh berbagai faktor yang telah tercermin dalam
pergerakan harga yang digambarkan di dalam chart, dan proses tersebut
cenderung berubah-ubah dari waktu ke waktu sehingga dapat digunakan
sebagai indikator untuk membeli dan menjual suatu mata uang asing.
3. Faktor psikologis. Permintaan dan penawaran para pelaku pasar
berdasarkan estimasi tentang perkembangan kurs di masa yang akan
datang dengan membeli pada saat harga kurs turun dan menjual pada saat
permintaan kurs naik. Bentuk tindakan ini disebut spekulasi
Suatu pasar valas disebut efisien bila kurs valas selalu betul-betul
mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan. Dalam uji empirik
efisiensi pasar diperlukan pemahaman bagaimana suatu harapan dibentuk. Suatu
harapan rasional berarti tidak ada kesalahan yang sistematis dalam peramalan
1. Devaluasi: penurunan nilai atau kurs mata uang terhadap mata uang lainnya
secara resmi (biasanya terjadi di negara yang menggunakan kurs tetap)
2. Revaluasi: peningkatan nilai atau kurs mata uang terhadap mata uang lainnya
secara resmi Harga suatu mata uang asing relatif terhadap mata uang lainnya
(kurs) sangat tergantung pada kekuatan supply dan demand mata uang
tersebut batan perdagangan internasional ini menciptakan peluang yang dapat
menarik investor asing
Ketika tingkat inflasi di USA lebih tinggi dibanding dgn Indonesia, harga
barang di USA meningkat lebih cepat dibandingkan dengan di Indonesia. Harga
barang di USA relatif lebih mahal dibandingkan dengan Indonesia :
Perekonomian yang semakin membaik akan menarik dana yang lebih banyak
dari investor asing. Investor asing akan membeli mata uang negara sasaran investasi
sehingga permintaan mata uang domestik meningkat. Mata uang domestik akan
mengalami apresiasi relatif thd mata uang asing
4. Kondisi politik suatu negara.
5. Harapan / ekspektasi terhadap harga kurs itu sendiri. Ekspektasi ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial
Kurs atau nilai tukar merupakan sebuah kunci bagi suatu Negara untuk
bertransaksi dengan dunia luar. Sistem pembayaran juga dilakukan baik di dalam
negeri maupun luar negeri mau tidak mau harus terkait dengan nilai tukar atau kurs.
Kurs tetap merupakan system nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter
tertinggi suatu Negara (Central Bank) menetetapkan nilai tukar dalam negeri
terhadap Negara lain yang di tetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas
penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs
tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan
yang cukup tinggi maka pemerintah bias mengendalikannya dengan membeli atau
menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa Negara untuk menjaga agar nilai
tukar stabil dan kembali ke kurs tetapnya. Dalam kurs tetap ini, Bank sentral
melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.
Keunggulan:
Kelemahan:
Penerapannya di Indonesia
Referensi :
Lexus6914.blogspot.com
Deliot.blogspot.com
Staff.unila.ac.id
Srisetya.staff.gunadarma.ac.id