Indeks Big Mac menunjukkan bahwa, secara teori, perubahan nilai tukar
antara mata uang harus memengaruhi harga yang dibayar konsumen untuk Big
Mac di negara tertentu, menggantikan "keranjang" dengan hamburger populer.
Indeks paling tidak sempurna. Pertama, harga Big Mac ditentukan oleh
McDonald's Corp. ( MCD ) dan dapat sangat mempengaruhi indeks Big
Mac. Juga, Big Mac berbeda di seluruh dunia dalam hal ukuran, bahan, dan
ketersediaan. Yang sedang berkata, indeks ini dimaksudkan untuk menjadi
ringan hati. Ini digunakan oleh banyak sekolah dan universitas untuk mengajar
siswa tentang PPP.
PPP Mac Besar
DITINJAU OLEH WILL KENTON
KERICAU
Sebagai tes tahunan yang ringan hati dari PPP, The Economist telah melacak
harga burger Big Mac McDonald's di banyak negara sejak 1986. Mari kita
lihat indikator unik ini , yang dikenal sebagai Big Mac PPP , dan cari tahu berapa
harga dari Big Mac di mana-mana di suatu negara dapat memberi tahu kita
tentang kekayaannya.
Namun, jika harga Big Mac di Meksiko mendekati 75 peso, pemilik toko makanan
cepat saji Meksiko dapat membeli Big Mac di AS dengan harga $ 3, dengan
biaya 55 peso, dan menjual masing-masing di Meksiko seharga 75 peso,
membuat keuntungan 20-peso bebas risiko. (Meskipun ini tidak mungkin terjadi
pada hamburger secara khusus, konsep ini juga berlaku untuk barang-barang
lainnya.)
PPP juga berarti akan ada paritas di antara harga untuk barang yang sama di
semua negara ( hukum satu harga ). (Untuk mempelajari lebih lanjut tentang
memanfaatkan hubungan antara harga dan likuiditas , baca " Arbitrage Memetik
Untung Dari Ketidakefisienan Pasar .")
Nilai mata uang
Dalam contoh di atas, di mana Big Mac berada pada harga $ 3 dan 60 peso, nilai
tukar PPP sebesar US $ 1 hingga 20 peso tersirat. Peso dinilai terlalu
tinggiterhadap dolar AS sebesar 33% (sesuai perhitungan: (20-15) ÷ 15), dan
dolar undervalued terhadap peso sebesar 25% (sesuai kalkulasi: (0,05-0,067) ÷
0,067 .
Misalnya, jika harga barang di Meksiko relatif tinggi dibandingkan dengan barang
yang sama di AS, pembeli AS akan menyukai barang domestik mereka dan
menghindari barang Meksiko. Hilangnya minat ini pada akhirnya akan
memaksa penjual Meksiko untuk menurunkan harga barang-barang mereka
sampai mereka sejajar dengan barang-barang AS.
Layanan Non-Traded . Harga Big Mac terdiri dari biaya input yang tidak
diperdagangkan. Oleh karena itu, biaya-biaya tersebut tidak mungkin
setara dengan internasional. Biaya-biaya ini dapat mencakup biaya
bangunan, biaya layanan seperti asuransi dan utilitas , dan terutama biaya
tenaga kerja .
Menurut PPP, di negara-negara di mana biaya layanan non-
diperdagangkan relatif tinggi, barang akan relatif mahal, menyebabkan
mata uang negara-negara tersebut dinilai terlalu tinggi relatif terhadap
mata uang di negara-negara dengan biaya rendah layanan non-
diperdagangkan.
Garis bawah
PPP menentukan bahwa harga suatu barang dalam satu mata uang harus
merupakan harga yang sama dalam mata uang lainnya, berdasarkan nilai tukar
pasangan mata uang pada saat itu. Hubungan ini sering tidak berlaku dalam
kenyataan karena beberapa faktor pembaur. Namun, selama periode tahun,
ketika harga disesuaikan dengan inflasi, PPP relatif telah terlihat bertahan untuk
beberapa mata uang.
Big Mac Index (BMI) merupakan cara yang dilakukan untuk mengukur
perbedaan nilai mata uang disuatu negara. Ide Big Mac Index berasal
teori nilai tukar mata uang dan daya belinya terhadap produk yang
Asumsinya dengan komposisi yang sama pada Big Mac, maka nilai Big
Mac di Amerika terhadap nilai Big Mac di Indonesia akan mendekati
melemahkan nilai mata uangnya terhadap dollar US. Selain itu, nilai
tenaga kerja di satu negara dan negara lainnya yang berbeda dapat
harga Big Mac menjadikan pertanyaan seberapa valid Big Mac Index
untuk dijadikan ukuran dalam perbandingan daya beli selain Big Mac.
Big Mac bisa membantu kita untuk mengetahui berapa besar nilai
beli mata uang kita terhadap Big Mac di negara target, misalnya
Indonesia.
tulisan ini, anda bisa klik link berikut. Data Big Mac Index dari tahun
Sedangkan bagi anda yang memerlukan big mac index sejak tahun
Berikut adalah contoh Big Mac Index pada Juli 2013 di negara
kawasan ASEAN:
Tampak dari data tersebut bahwa harga Big Mac termahal adalah di
Tapi tahukah burger ini dipakai menjadi alat untuk mengukur nilai mata uang suatu Negara?
Mengherankan, tapi memang ada. The Economist menciptakan Big Mac Index ini pada tahun
1986 sebagai panduan ringan untuk melihat apakah mata uang Negara tertentu berada
pada level yang “benar”.
Ide ini berdasarkan teori Purchasing-Power-Parity (PPP), sebuah gagasan bahwa nilai tukar
pada jangka panjang, akan bergerak menuju tingkat yang sama sesuai dengan harga
barang dan jasa yang identik antara dua negara.
Misalnya, harga Big Mac di US pada Jan’14 adalah USD 4.62, sedangkan di China harga Bic
Mac hanya USD 2.74 (setelah mengkonversi Yuan ke USD).
Maka secara kasar, Big Mac Index mengatakan bahwa mata uang Yuan undervalued sebesar 41%
saat itu. Dan mata uang Yuan akan bergerap menutup gap tersebut dalam jangka panjang, seiring
dengan bertumbuhnya kesejahteraan China mendekati US.
Percaya tidak percaya, Indeks ini cukup efektif karena Big Mac dijual di 120 negara dan bisa
dibilang sudah menjadi makanan umum rata-rata orang di dunia. Selain itu komposisi isinya juga
relative sama menurut standar franchise MacDonald.
Bahkan, Burger ini tanpa sengaja menjadi standar Internasional hingga ada Negara yang
berusaha memanipulasi Burger ini.
Presiden Argentina, Cristina Kirchner, memanipulasi Burger ini untuk memanipulasi data inflasi
dan sehingga mata uang mereka terlihat kuat. Dugaan manipulasi ini muncul di tahun 2011,
karena kenaikan harga burger ini jauh lebih tinggi dari data inflasi yang dirilis Pemerintah.
Dan kenyataannya? Kecurigaan para ekonom independen ini benar.Kalau kita ingat baru
beberapa minggu lalu manipulasi Presiden Argentina ini terbongkar (Baca disini: Don’t Cry
for me Argentina).
[/caption]
Harga Big Mac di Indonesia adalah Rp 28,000 atau USD 2.3 per burger nya. Sedangkan di US,
Big Mac seharga USD 4.62 per burgernya. Maka Big Mac Index menunjukan bahwa Rupiah
undervalued sebesar 50.2%.
Nah tapi... Harus disesuaikan dengan tingkat kesejahteraan (gaji minimum di Indo dengan US
kan beda hehe..)
Setelah disesuaikan.. Menurut Indeks ini, nilai Rupiah undervalued sebesar 12% dari angka
Rp12,140/ 1 US Dollar. Artinya, nilai wajar Rupiah ada di sekitar Rp10,600. Wow.
Memang, Big Mac Index ini dipakai untuk panduan sederhana saja, karena tentu ada faktor-
faktor penting lainnya yang membuat nilai mata uang suatu negara menguat atau melemah
terhadap US Dollar.
Tapi dari apa yang Penulis baca dari riset-riset para ekonom baik lokal maupun asing, mayoritas
juga mengestimasi Rupiah akan menguat di tahun 2014 ini, ke sekitar level Rp11,000 –
Rp11,500 per 1 US Dollar. Mari kita lihat perkembangannya!
Indeks Big Mac
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Indeks Big Mac adalah suatu indeks yang diterbitkan oleh majalah The Economist sebagai suatu
cara informal untuk mengukur paritas daya beli (purchasing power parity - PPP) antara dua mata
uang, dan memberikan ujian sejauh mana akibat nilai tukar (kurs) pasar terhadap barang dengan
biaya sama yang di negara yang berbeda. Indeks ini "berusaha untuk membuat teori kurs sedikit
lebih mudah untuk dicerna".[1]
Indeks mengambil namanya dari Big Mac, suatu produk hamburger yang dijual di
restoran McDonald's.
Daftar isi
1Tinjauan
2Keterbatasan
3Referensi
4Pranala luar
Tinjauan[sunting | sunting sumber]
Indeks Big Mac pertama kali diperkenalkan dalam The Economist pada bulan September 1986 oleh
Pam Woodall[2] sebagai sebentuk ilustrasi semi-humoris, dan telah dipublikasikan oleh majalah
tersebut setiap tahun sejak saat itu. Indeks ini juga melahirkan istilah burgernomics.[3]
Nilai tukar paritas daya beli Big Mac antara dua negara ini diperoleh dengan cara membagi harga
Big Mac di satu negara (dalam mata uangnya) dengan harga Big Mac di negara lain (dalam mata
uangnya juga). Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai tukar di pasar yang sesungguhnya. Jika
nilai itu lebih rendah, maka menurut teori PPP mata uang pertama bernilai di bawah nilai
sesungguhnya (under-valued) bila dibandingkan dengan yang kedua; sebaliknya jika nilai itu lebih
tinggi, maka mata uang pertama bernilai di atas nilai sesungguhnya (over-valued).
Sebagai contoh, dengan menggunakan data pada bulan Juli 2008: [4]
Harga Big Mac adalah AS$ 3,57 di Amerika Serikat
Harga Big Mac adalah £ 2,29 di Britania Raya (meskipun ada perbedaan antar wilayah)
Berarti implikasi paritas daya belinya adalah $ 1,56 banding £ 1, yaitu $ 3,57 / £ 2,29 = 1,56
Ini kemudian dibandingkan dengan kurs yang sebenarnya pada waktu itu, yaitu $ 2,00
banding £ 1
[(1,56-2,00) / 2,00] * 100 = -22%
Poundsterling dengan demikian dinilai terlalu tinggi (over-valued) terhadap dolar AS sebesar
22%