Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH BAHASA INDONESIA LANJUTAN SD/MI

TENTANG
PANDANGAN TEORITIS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:
Kelompok 1
NURUL KHAFIFAH PULUNGAN ( 2014070001 )
ELMIA PUTRI (2014070006 )
ASRIKA NUR ILAHI ( 2014070021 )
NURJALENA ( 2014070026 )
RIKA MALIA ( 2014070007 )
ADRI WINDI SAPUTRA ( 2014070031 )
Dosen Pembimbing :
DEBI FEBIANTO S.Pd,M.Pd

JURUSAN PGMI A
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN IMAM BONJOL PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah serta karunia-Nya
kepada penulis,sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa halangan
yang berarti.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
serta sahabat-sahabatnya, pengikut-pengikutnya yang setia menyampaikan risalahnya sampai
akhir zaman.
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki,bila dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan mohon kiranya dapat memberikan
kritik serta saran yang dapat membawa kepada kebaikan. Mudah-mudahan atas bantuan serta
bimbingan semua pihak, Allah SWT akan membalasnya dengan pahala yang setimpal, Aamin
yaa Rabbal ‘Aalamiin.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.

Mandailing natal,5 september 2022

( KELOMPOK 1 )
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Mata pelajaran bahasa indonesia lanjutan sd/mi adalah mata pelajaran yang
mengalami perubahan nama dengan sangat cepat karena mata pelajaran ini rentan terhadap
perubahan politik, namun ironisnya nama berubah berkali-kali, tetapi secara umum serta
pendekatan cara penyampaiannya kebanyakan tidak berubah. Dari sisi isi misalnya, lebih
menekankan pengetahuan untuk di hafal dan bukan materi pembelajaran yang mendorong
berpikir apalagi berpikir kritis siswa. Dari segi pendekatan yang lebih ditonjolkan adalah
pendekatan politis dan kekuasaan.
Dari segi pembelajaran atau sistem penyampaiannya lebih menekankan pada
pembelajaran satu arah dengan dominasi guru yang lebih menonjol sehingga hasilnya sudah
dapat diduga, yaitu verbalisme yang selama ini sudah dianggap sangat melekat pada
pendidikan umumnya di Indonesia.Untuk dapat mengatasi hal itulah kiranya dibutuhkan
perubahan-perubahan dalam pendidikan kewarganegaraan paling tidak untuk ketiga aspek
tersebut.

 B.Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah devinisi dari teori konstruktivisme ?
2.Bagaimanakah prinsip- prinsip pengembangan pembelajaran bahasa indonesia ?
3.Bagaimana  landasan pembelajaran bahasa indonesia ? 

C.Tujuan
1.Memahami dan mengerti strategi pelaksanaan kurikulum
2.Memahami dan mengerti dari adanya konsep dasar teori konstruktivisme
3.Memahami dan mengerti pandangan komunikatif
BAB II
PEMBAHASAN
A.Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia SD/MI
1.Prinsip Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada
guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam
menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu
diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
meggapinya. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi daripada memberi
informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuh komponen utama untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community),
pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment).
2.Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John
Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL.
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang
dimilikinya.Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam
oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek
semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek
yang diamatinya.
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran (Wina Sanjaya : 2006) Menurut
Suparno ( 1997:49 ) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah :
(a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (b)
pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri
untuk bernalar: (c) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep
ilmiah; (d) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi
siswa berjalan mulus,
3.Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation).
bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion).
4.Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna
untuk :
-menggali informasi,
-menggali pemahaman siswa,
-membangkitkan respon kepada siswa,
-mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
-mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
-memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru
-membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
Masyarakat belajar (learning community)
5.Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. Misalnya : Guru
memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara
melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara
melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik,
guru biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain
sebagainya. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab
melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme.
6.Refleksi (Reflektion)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam
pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa
pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7.Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment ) adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman
belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual
maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses Belajar bukan kepada hasil
belajar. Terdapat beberapa karakteristik dalam CTL:
-Kerjasama
-Saling menunjang
-Menyenangkan, tidak membosankan
-Belajar dengan bergairah
-Pembelajaran terintegrasi.
-Menggunakan berbagai sumber
-Siswa aktif
-Sharing dengan teman
-Siswa kritis guru kreatif
-Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain
-Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
8.Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2) yang
mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang
satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu
berkomunikasi.
Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat
sistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan bahasa, tidak
hanya menggunakan salah satu unsur tersebut. Sebagai contoh pada saat pembelajaran
berbicara, kita menggunakan kata, kata disusun menjadi kalimat, kalimat yang kita ucapkan
menggunakan intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini secara tidak sadar kita telah memadukan
unsur fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna
kalimat).
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya
tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan
secara terpadu atau terintegratif baik antara unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam
pembelajaran keterampilan membaca, kita dapat sekaligus memadukan keterampilan menulis,
dan keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak, kita dapat
memadukan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca
atau menulis.
Jadi, jelaslah bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak dapat disajikan secara
terpisah- pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia harus disajikan secara terpadu.
9.Prinsip Fungsional
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2004
adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan
baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu
pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun
dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2020:10-11).
Prinsip fungsional dalam pemabalajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan
konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif
mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya
pemberi informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi
(Hairuddin. 2000:136). Jadi, pembelajaran harus berdasarka multisumber. Dengan kata lain,
sumber belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah. Lebih tegas lagi
Tarigan (Hairuddin, 2000:36) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif
peran guru adalah sebagai pembelajar dalam proses pembelajaran disamping sebagai
pengorganisasi,, pembimbing, dan peneliti.
10.Prinsip Apresiatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata "apresiasi"
berarti "penghargaan". Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif dimaknai
"menyenangkan". Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif berarti pembelajaran yang
menyenangkan.
Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk
pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini pembelajaran sastra
dapatt dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut.
B.Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di sekolah dasar
landasan pembelajaran bahasa Indonesia ditelusuri melalui landasan formal berupa
kurikulum, landasan filosofis-ideal teoritik-konseptual, dan landasan operasional berupa buku
teks bahasa Indonesia. berupa wawasan
1.Landasan Formal
Landasan formal dalam meningkatkan di SD kemampuan baca-tulis kurikulum
adalah bahasa Indonesia. Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD secara umum mengacu
pada kemampuan memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta
menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan
keadaan secara lisan ataupun tertulis (Resmini, 1998).
Berdasarkan praktik pembelajaran bahasa di kelas, Bull (1989) memilah
rancangan kurikulum bahasa atas dasar proses dan isi. Orientasi isi didasarkan pada sesuatu
yang materi, pembelajaran. Sedangkan orientasi proses berkaitan dentgan deskripsi
prosedural bagaimanakah diajarkan, atau butir-butir butir-butir tentang pembelajaran tersebut
disajikan. Dalam implementasinya, kedua orientasi ini memiliki tiga pola, yakti rancangan
kurikulum yang berpola (1) orientasi kaya proses, tetapi terbatas isi, (2) orientasi proses
terbatas, tetapi isi kaya/tinggi, dan (3) orientasi proses yang kaya/tinggi dengan isi yang
kaya/tinggi pula
-Pola pertama dirancang dalam praktik pembelajaran bahasa yang mengacu pada proses,
misalnya proses menulis. Dinyatakan demikian sebab dalam proses menulis, fokus
ditekankan pembelajaran pada pada bagaimana siswa berproses menulis secara aktif dan
interaktif sehingga menghasilkan sebuah tulisn. Proses yang ditempuh dengan baik akan
menghasilkan produk tulisan yang baik pula. Dengan demikian, pembelajara ditekankan pada
proses atau cara memahami area isi pembelajaran secara intra disiplin maupun lintas didiplin.
-Dalam pola yang kedua, pembelajaran bahasa dilaksanakan denganm bertolak dari membaca
area isi pembelajaran. Dengan cara ini siswa memanfaatkan kegiatan belajar bahasa untuk
sekaligus mempelajari mata pelajaran lain. Demikian juga dalam praktik pembelajaran
bahasa lintas kurikulum, melalui tema tertentu pembelajaran kiat berbahasa dijadikan sebagai
landas tumpu untuk mempelajari area isi dari mata pelajaran lain.
-Praktik pembelajaran bahasa dengan pola ketiga mengacu pada pelaksanaan pembelajaran
bahasa yang mengacu atau memanfaatkan sastra anak (literature based). Realisasi dari pola
pembelajaran ini didasarkan pada pemahaman siswa berkaitan dengan sastra anak yang
dijadikan landasa tumpu pembelajaran tersebut. Bull (1089) menegaskan bahwa rancangan
kurikulum atas dasar titerature based berpotensi untuk terlaksananya pembelajaran yang kaya
proses dengan yang kaya pula. Atau sebaliknya proses terbatas dan isi terbatas pula.
Berdasarkan paparan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia mestinya berorientasi pada
proses dan secara proposional, yang dirancang untuk untuk pola pembelajaran yang kaya
proses dan isi. Untuk itu, pperan guru sangatlah penting terutama dalam pemilihan metode
pengajaran yang tepat dan beragam sesuai tujuan. Berdasarkan rancangan kurikulum tersebut
maka pembelajaran bahasa Indonesia akan didasarkan pada pendekatan komunikatif dengan
pola penataan bahan tematis, proses pembelajaran yang dilaksanakan secara integratif dengan
mengaktifkan proses belajar di atas, siswa.
2.Landasan Teoritik-Konseptual
Indonesia di Landasan sekolah dasar. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan
komunikatif yang dijiwai teori fungsionalisme, pendekatan tematis- integratif, Dikemukakan
dalam GBPP Bahasa Indonesia dan pendekatan proses. SD bahwa pada hakikatnya adalah
belajar berkomunikasi. Oleh karea itu, belajar bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan maupun tulis dengan
menggunakan baha yang baik dan benar.
Pembentukan kompetensi komunikasi harus didukung oleh empat kompetensi lain,
yakni kompetensi gramatika, sosiolinguistik, kewacanaan, dan srategi komunikasi. Dalam
upaya pencapaian kompetensi komunikatif, bahan pembelajaran ditata dengan KBM yang
bersifat integratif. Dengan bahan yang berancangan tematis, titik tolak pembelajaran adalah
merupakan payung pemersatu pembelajaran dan bukanlah tujuan melainkan sarana penersatu
kegiatam berbahasa (Depdikbud, 1994:10).
Secara tematis tema. Tema ini Sebagai unsur pengikat, tema dan untuk diarahkan
membentuk topik keterampilan berbahasa secara terpadu. Keterpaduan itu menyangkut
keterpaduan materi bahasa Indonesia dalam Indonesia, antara pengajaran keterpaduan antara
Indonesia dengan materimata pelajaran yang lain. Mengacu pada keterpaduan yang sama,
bahasa serta pengajaran bahasa tema dapat digunakan untuk satu mengembangkan dua
keterampilan berbahasa atau lebih, sekaligus memadukan sejumlah aspek kebahasaan,
misalnya kosakata. Misalnya dalam pembelajaran proses menulis pemaduan keterampilan
berbahasa benar-benar dapat memperoleh tempat proporsional. Hal ini didasrkan pada ciri
pembelajaran proses menulis yang dinamis, interaktif, memberikan peluang besar untuk
pemaduan tersebut (Eanes, 1997).
3.Landasan Operasional
Dalam praktik pembelajara bahasa Indonesia peranan buku teks sebagai salah satu
sumber pembelajan sangat penting- Diantara sumber pembelajaran lainnya buku teks terkesan
lebih dominan. Di lapangan buku teks disikapi sebagai satu-satunya informasi yang bersifat
instan. Padahal seharusnya diseleksi, dianalisis, dan di bandingkan dengan butor-butir
pembelajaran serta hasil jabaran pembelajaran yang ada dikurikulum sehingga ada
keterkaitan dengan proses hasil belajar.
Dengan demikian, seharusnya guru dalam melaksanakan prakti pembelajarannya
juga memanfaatkan buku menyesuaikannya dengan GPPP. Dari segi meninjau GPPP tidak
hanya teks saja tanpa pembelajaran, butir-butir proses pembelajaran harus ditata secara utuh,
runtut, dan berkesinambungan. Untuk itu misalnya butir-butir pembelajaran terdapat dalam
buku teks dipadukan dengan butir-butir pembelajaran yang terdapat dalam menulis yang
Pemaduan menghasilkan sekuensi tataan isi pembelajaran proses/ kurikulum, tersebut akan
yang menyiratkan pembelajarannya. Prosedur.
C.trategi pelaksanaan kurikulum
1.Pengertian Dan Pelaksanaan Kurikulum
Dalam usaha menjamin keberlangsungan pendidikan, kurikulum merupakan suatu
alat untuk tercapainya tujuan pengajaran dan pendidikan. Oleh sebab itulah hubungan antra
pengajaran/pendidikan dengan kurikulum tidak dapat dipisahkan. S. Nasution dalam bukunya
asas-asas kurikulum mengemukakan bahwa pengertian kurikulum pada zaman dahulu
terutama dalam bidang olahraga yaitu suatu jarak untuk perlombaan yang harus ditempuh
oleh pelari. Juga diartikan sebagai kereta pacu pada zaman itu. Disamping penggunaan dalam
olahraga juga dipakai dalam bidang pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran yang
dicapai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid
rosa,1997:1.2).
Menurut Retnaningsih Burham (1989:4.8) kurikulum merupakan kegiatan program
pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu di sekolah
maupun di luar sekolah.
Menurut Y. Gallen saylor dan William N. Alexander dalamcurriculum planing for
better teaching and learning, krikulum (modern) segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah, atau diluar sekolah. Disini
kurikuum bukan hanya sejumlah mate pelajaran saja, tapi meliputi segala pengalaman anak
di bawah bimbingan sekolah/guru agar mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Disamping
berupa kumpulan matapelajarn dengan silabusnya, juga termasuk dalam kegiatan
ekstrakurikuler seperti osis, olahraga, kesenian, kepramukaan, dan sebagainya (Zulfanur Z.
Firdaus danRosmid rosa,1997:1.2)
Kurikulum merupakan dasar pelaksanaan pendidikan. Kurikulum merupakan kunci
penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru harus
mengkaji, mengetahui, memahami, dan melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku.
Dengan demikian, guru akan melakkukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dan arah pembelajaranya akan jelas (H. Undang Misdan, 1986:1.11).
Soediarjo (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.3) mengemukakan
pengertian kurikulum (modern) adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisasikan untuk ditaati oleh para siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.
2.Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum
tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah guru.
Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan
kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat
kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi
kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab
melaksananakan proses administrasi kurikulum (0emar Hamalik, 2010:173).
3.Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Komponen strategi pelaksanaan kurikulum menurut H.Nana Sudjana (1988:39-49)
memberi petunjuk bagaimana kurikulum itu dilaksanakan di sekolah. Kurikulum dalam
pengertian program pendidkan masih dal;am taraf niat, harapan, rencana yang harus di
wujudkan secara nyata di sekolah sehingga dan mengantarkan anak didik kepada tujuan
pendidikan.
Ada beberapa unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum,yakni:
a.Proses belajar mengajar
Pelaksanaan kurikulum pada hakikatnya mewujudkan program pendidikan agar
berfungsi mempengaruhi anak didik/siswa menuju tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu
wujud nyata dalam pelaksanaan kurikulum adalah proses belajr-mengajar. Dengan perkataan
lain proses belajar-mengajar adalah opersionalisasi dari kurikulum. Adapula pendapat bahwa
proses belajar mengajar adalah kurikulum actual atau kurikulum nyata atau kurikulum mikro.
Proses belajar mengajar adalah kegiatan nyata mempengruhi anak didik dalam suatu situasi
yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa atau siswa
dan lingkungan belajarnya.
b.Komponen-komponen yang harus terdapat dalam proses belajar mengajar untuk di
gerakkan supaya anak didik/siswamencapai tujuan pengajaran adalah:
-Bahan pengajaran atau isi pengajaran
-Metode mengajar dan alat bantu mengajar
-Penilaian atau evaluasi.
Komponen bahan pengajaran berfungsi memberikan isi terhadap tujuan pengajaran,
metode dan alat bantupengajaran berfungsi sebagai alat untuk mengantarkan bahan
pengajaran menuju tujuan pengajaran, dan penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pengajaran.
Proses belajar mengajar merupakan tugas dan tanggung jawab guru, karena itu guru
adalah pelaksana kurikulum. Guru yang mempengaruhi dan merubah pribadi anak melalui
nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Kelangsungan proses belajar mengajar secara
terencana terpola dan terprogram berdasarkan rambu-rambu yang ada dalam garis-garis
besar program pengajaran(GBPP) merupakan cirri dan indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum. Disinilah posisi dan proses belajar mengajar sebagai salah satu strategi dalam
melaksanakan kurikulum. Guru sebagai pelaksana, Pembina dan sekaligus pengembang
kurikulum di tuntut memiliki kemampuan untuk:
-Menguasai GBPP
-Menguasai bahan pengajaran/pengetahuan ilmiah
-Merencanakan pengajaran
-Mengelola proses belajar mengajar
-Menilai hasil belajar.
Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan prasyarat untuk dapat melaksanakan
kurikulum sebagaimana harusnya.
c.Bimbingan menyeluruh
Bimbingan pada hakikatnya adaah proses bantuan siswa kepada para siswa dengan
memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang di hadapi dalam
rangka pengembangan pribadinya yang optimal sehingga mereka dapat memahami dirinya,
mengarahkan sikap dan tindakannya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hakikat bimbingan adalah membantu siswa dan
mengarahkannya kepada pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan utama dari program
bimbingan di sekolah adalah mengembangkan kemampuan siswa dan kesanggupan dalam
menghadapi masalah yang di hadapinya. Oleh sebab itu fungsi bimbingan meliputi fungsi
menyalurkan, seperti membantu siswa untu memilih jurusan sekolah,lapangan kerja, minat,
bakat, dan cirri-ciri kepribadian lainnya, dan fungsi mengadaptasikan, yakni membatu
petugas di sekolah khususnya guru untuk menyesuaikan program dan kegiatan pengajaran
sesuai dengan minat dan kemampuan serta kebutuhan para siswa untuk memperoleh
penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.
Berdasarkan hakikat,tujuan, dan fungsi bimbingan di atas maka kegiatan
operasional bimbingan dan penyuluhan disekolah mencakup antara lain:
-pendahuliuan atau persiapan seperti penyuluhan dan penerangan bimbinbgan penyuluhan,
konsultasi dengan seluruh staff, pengumpulan informasi, penyediaan fasilitas yang di
perlakukan.
-Pengumpulan tentang data dan informasi siswa seperti data identitas pribadi, keluarga,
lingkungan social, data psikis siswa (apek intelektual, aspek emosional, aspek kemauan,
kepribadian, prstasi belajar yang dicapainya dan lain-lain).
-Pembedaan informasi dan orientasi seperti orientasi kehidupan di sekolahnya, orientasi
kehidupan perguruan tinggi atau sekolah diatasnya, informasi mengenai jenis pekerjaan,
informasi cara belajar, informasi lingkungan sekitar yang diperlukan siswa.
-Penempatan dan penyaluran seperti memilihan jurusan, penempatan dalam kelas,
pembentukan kelompok belajar, pengambilan program belajar, pemilihan kegiatanm
ekstrakurikuler, penyaluran minat dan lain-lain.
-Bantuan penyuluhan terutama ditujukan untuk membantu siswa dalam
mengatasi/memcahkan masalah pribadinya denmgan menggunakan potensi yang ad pada
dirinnya.
-antuan dalam kesulitan belajar dengan tujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang
optimal sesuai dengan p[otensi yang dimilikinya.
-Pertemuan dengan staff sekolah dan memberikan latihan, khususnya mengenai para guru
mengenai bimbingan penyuluhan.
-Mertintis kerja sama dengan masyarakat khususnya orang tua siswa dengan tujuan agar
orang tua siswa dan masyarakat pada umumya membantu usaha-usaha sekolah sehububngan
dengan pendidikan putra putrinya.
d.Administrasi supervise
Pelaksanaan kurikulum menuntut adanya upaya bersama yang terencana, berpola dan
terprogram agar tujuan pendidikan dapat di capai secara optimal. Upaya tersebut berkenaan
dengan administrasi, yakni usaha mendayagunakan semua sumber baik material maupun
personal secara efektif dan efisien. Wujud operasional kegiatan administrasi di sekolah
mencakup bidang pengajaran, bidang kesiswaan,bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang
peraltan pengajaran, bidang perlengkapan sekolah dan bidang hubungan sekolah dan
masyarakat.
Sisi lain yang erat kaitannya dengan administrasi pendidikan adalah supervisi.
Supervise adalah bantuan yang di berikan kepada semua staf sekolah, khususnya guru untuk
mengembangkan proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien. Kesan dari kata
supervise atau pengawas umumnya mencari kesalahan kesalahan dari staf, padahal
pengawasan di lakukan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Unsure-unsur dari strategi
pelaksanaan kurikulum seperti proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi,
evaluasi merupakan sasaran utama kegiatan supervise. Teknik yang dapat di gunakan dalam
supervise antara lain wawancara, diskusi, observasi, rapat kerja, latihan/training,
korespondensi, kunjungan kelas dan lain-lain.
e.Sarana kulikuler
Sarana kurikuler yang termasuk penting dalam menunjang pelaksanaan kurikulum
adalah sbb:
-Sarana instruksional; mencakup alat-alat laboratorium, alat peraga pengajaran, buku-buku
pelajaran/perpustakaan
-Sarana personil; aratinya tercukupinya jumlah staf sekolah terutama tenaga guru, tenaga
administrasi dan tenaga non guru
-Sarana material; menyangkut kebutuhan alat-alat fasilitas seperti ruangan kelas, ruang
laboratorium, ruang rapat, ruang bimbingan, dan lain-lain beserta perlengkapannya.
f.Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar di lakukan oleh guru dalam dua tahap. Tahap pertama
penilaian yang di lakukan pada akhir program belajar mengajar yang sering di sebut penilaian
formatif. Tujuan penilaian lebih di utamakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bukan untuk menentukan angka kemajuan belajar siswa. Hasil belajar yang di capai siswa
setelah program belajar mengajar selesai di gunakan guru untuk memperbaiki tindakan
mengajarnya. Apabila hasilnya masih kurang, guru berkewajiban mengulang kembali bahan
pelajaran tersebut sebelum dilanjutkan mengajarkan bahan yang lainya.
Penilaian tahap kedua adalah penilain yang di lakukan pada akhir program unit
program, misalnya akhir catur wulan atau akhir semester. Penilaian ini di namakan penilsian
sumatif dengan tujuan menentukan angka kemajuan belajar para siswa.
Standar yang di gunakan dalam menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan
pengajaran, atau hasil belajar yang di capainya, bisa menggunakan dua cara, yakni standar
mutlak dan standar relatif. Standar mutlak adalah menetapkan keberhasilan belajar siswa
melalui upaya membandingkan hasil yang di capainya dengan criteria yang telah di tentukan.
Sedangkan standar relatif artinya keberhasilan siswa di bandingkan dengan norma
kelompoknya.
4.Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan
kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia berkewajiban melakukan kegiatan-
kegiatan yakni menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan,
memimpin rapat dan membuat notula rapat, membuat statistik dan menyusun laporan.
a.Kepala sekolah sebagai pimpinan
Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan dan
membina serta mengembangakn kurikulum. Kepemimpinan adalah suatu proes
mempengaruhi orang-orang lain atau kelompok agar mereka berbuat untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Berbagai cara dilakukan seorang pemimpin dalam melaksanakan
kepemimpinannya seperti: persuasive, mempengaruhi atau dengan cara lain. Cara-cara ini
sering digunakan oleh seorang pemimpin dalam usahanya memotifasi bahwanya agar mereka
bertindak ke arah tujuan yang diharapkan itu. Cara-cara inipun sering digunakan kepala
sekolah didalam melaksanakan kepemimpinan nya dalam rangka melaksanakan kurikulum
disekolah.
b.Perilaku seorang Administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan dengan perencanaan
program, pengorganisasian staf, pergerakan semua pihak yang perlu dilibatkan dalam
pelaksanaan kegiatan supervise, penilaian terhadap personal sekolah.
c.penyusunan Rencana Tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan terdiri dari rencana jangka
panjang dan rencana jangka pendek
d.Pembinaan Organisasi Sekolah
Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah yang kuat.
Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya pelaksanaan kurikulum ditunjang oleh :
-Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
-Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
-Bagian pengadaan alat bantu mengajar.
-Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan dioperasikan sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
-Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan praktek.
-Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibian oleh dokter, perawat, tenaga psikiater.
-Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh tenaga konselor ahli.
-Bagiaan yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kepramukaan, latihan
keterampilan.
-Organisasi Siswa (OSIS)
-Organisasi orang tua murid
-Bagian kerohanian dan pembinaan masjid disekolah.
e.Koordinasi dalam Pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan tindakan para
personal dan staf pada sub organisasi dalam organisasi sekolah untuk melaksanakan
kurikulumnya.
f.Kegiatan Memimpin Rapat Kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan
penyelenggaraan, hasil hasil dan berbagai masalah kurikuler disekolah. Rapat dapat
diselenggarakan pada awal tahun akademik, pertengahan tahun/semester, akhir tahun
akademik, atau dilaksanakan secara incidental menurut kebutuhan yang ada disekolah
bersangkutan. Penyelenggaraan rapat mungkin oleh Kepala sekolah atau kepala sub
organisasi, atau ketua bidang studi tergantung pada permasalahan yang dihadapi.
g.Sistem Komunikasi dan Pembinaan Kurikulum
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik
dengan semua pihak yang terlibat dalam proses administrasi,baik dalam organisasi maupun
luar organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan yang interaktif dari semua pihak
yang pada akhirnya mengembangkan proses kerjasama yang baik daam upaya mencapai
tujuan-tujuan administrasi kurikulum. Dengan demikian pengertian komunikasi dapat
dirumuskan sebagai serangkaian kegiatan dalam proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang/ pihak lain dalam rangka proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
5.Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis
kegiatan administrasi yaitu:
a.embagian tugas mengajar
b.Pembagian tugas Pembinaan ekstra kurikuler
c.Pembagian tugas bimbingan belajar
6.Hambatan Pelaksanaan Kurikulum
a.Hambatan Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam pelaksanaannya di sekolah, kurikulum berbasis kompetensi dalam hal ini
Sekolah Dasar, ternyata tidak semulus harapan semula. Ada beberapa kendala dan
kesenjangan yang perlu mendapat pemecahan. Kesenjangan-kesenjangan tersebut adalah
-Tenaga Kependidikan
Guru memegang peranan penting bagi keberhasilan pelaksanaan KBK. Rasio jumlah
guru dan jumlah kelas harus seimbang. Kenyataannya banyak sekolah (SD) yang kekurangan
guru. Di Kecamatan Bakung bahkan ada sekolah yang hanya memiliki 3 orang guru kelas, 1
orang guru agama Islam, dan Kepala Sekolah. Kondisi tersebut menuntut semua guru harus
merangkap mengajar dua kelas sekaligus. Guru agama juga harus mengajar mata pelajaran
umum. Keadaan ini bukanlah kondisi yang ideal untuk dapat mencapai tujuan pendidikan
yang optimal karena beban kerja guru melebihi kemampuannya.
Kualitas guru juga menjadi kendala. KBK menuntut guru mampu mengembangkan
kurikulum secara kreatif. Guru harus selalu mengembangkan pengetahuan dan
kemampuannya, menguasai berbagai metode mengajar, menyusun persiapan mengajar,
menyiapkan alat dan lingkungan belajar, serta segala prasyarat lainnya. Selama ini guru
terbiasa dengan kurikulum yang relatif sudah “siap pakai”, tanpa harus menyusun silabus,
mnyiapkan bahan dan mencari bahan sendiri dsb. Kurikulum 2004 yang hanya
mencantumkan kompetensi dasar, hasil belajar yang dikehendaki, indikator, dan materi
pokok, menuntut guru mengembangkan sendiri kurikulum tersebut sesuai situasi dan kondisi
sekolah masing-masing. Hal ini menuntut keahlian dan membutuhkan waktu yang cukup
banyak. Guru yang kelebihan beban mengajar dan tugas-tugas lainnya, tentu sangat sulit
untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya guru tetap kembali seperti kebiasaan
semula, yaitu mengajar sesuai urut-urutan pada buku pelajaran/buku penunjang.
Perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2003 merupakan hal baru bagi guru.
Untuk itu guru perlu mendapat sosialisasi terlebih dulu mengenai kurikulum baru tersebut.
Pemerintah harus mensosialisasikannya melalui penataran dan pelatihan, setidaknya beberapa
orang guru/pengawas di setiap kecamatan, dan selanjutnya pengawas/guru yang telah
mendapatkan penataran dan pelatihan tersebut menyebarluaskan pada guru-guru lain di
kecamatan ybs. melalui penataran serupa. Hal ini belum diterapkan pada beberapa
kecamatan, termasuk kecamatan Bakung. Akibatnya guru-guru SD di Kecamatan Bakung
sama sekali buta terhadap kurikulum 2004 ini.
Tenaga administrasi/TU juga sangat diperlukan di sekolah. Kenyataannya hampir
semua sekolah (SD) tidak memiliki tenaga TU tersebut. Segala urusan ketatausahaan menjadi
tugas kepala sekolah dan guru. Bahkan juga banyak sekolah yang tidak mempunyai penjaga
sekolah. Hal ini jelas makin menambah beban pekerjaan guru yang sudah padat.
-Sarana Prasarana Yang Tersedia
Pembelajaran yang berhasil harus didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai. Banyak SD yang gedungnya tidak memenuhi syarat, seperti retak-retak, genting
yang bocor, penerangan yang kurang, terlalu sempit, dan setumpuk permasalahan lainnya.
Alat peraga dan media pembelajaran harus tersedia agar siswa dapat menangkap
materi pelajaran dengan baik. Untuk itu guru harus pandai dan mau menyediakan alat peraga
serta media pembelajaran yang sesuai. Hal ini sulit dipenuhi karena guru tidak sempat lagi
menyiapkan media karena dibebani dengan tugas-tugas membuat persiapan pembelajaran
yang rumit dan membutuhkan banyak waktu, menganalisis soal ulangan formatif yang
sebenarnya tidak perlu harus selalu dianalisis, menyelenggarakan program perbaikan dan
pengayaan, mengoreksi pekerjaan siswa, mengolah nilai, dan tugas-tugas lainnya. Akibatnya
perhatian guru pada pembelajaran sangat kurang.
Sarana lain yang sangat penting adalah tersedianya buku kurikulum 2004 sebagai
kurikulum KBK. Buku kurikulum tersebut ternyata sampai sekarang belum tersedia di
sekolah-sekolah dasar. Terpaksa sekolah-sekolah yang akan melaksanakannya harus
meminjam dulu untuk difoto copy dari sekolah lain yang sudah terlebih dulu memfoto copy.
Demikian secara berantai, sehingga mutu buku kurikulumpun makin lama makin kurang
jelas. Seharusnya pemerintah harus bertanggung jawab untuk memperbanyak kurikulum dan
disampaikan ke sekolah-sekolah kalau menginginkan sekolah dapat
mengimplementasikannya. Tidak tersedianya buku kurikulum tersebut sangat mengganggu
kelancaran penerapan kurikulum 2004.
-Pembiayaan
Kegiatan pembelajaran yang efektif harus didukung dana yang cukup. Sulit bagi
guru mengembangkan atau membuat media pembelajaran tanpa dukungan dana. Buku
sumber juga harus tersedia, dan hal ini membutuhkan dana untuk membelinya. Selama ini
dukungan dana dari pemerintah sangat terbatas, karena itu partisipasi masyarakat, khususnya
orang tua murid, sangat diperlukan. Berita tentang akan turunnya dana dari pemerintah pusat
berupa BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang cukup besar tentu merupakan kabar yang
cukup menggembirakan, namun sampai makalah ini ditulis dana tersebut masih belum juga
cair. Dana dari orang tua murid yang selama ini mendukung pembiayaan di sekolah dirasakan
masih sangat kurang dan sulit untuk dinaikkan mengingat kesadaran dan kemampuan
ekonomis masyarakat yang rendah.
-Masyarakat dan Lingkungan Sekolah
Suksesnya pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi perlu mendapat dukungan
dari masyarakat, termasuk orang tua murid. Peranan masyarakat dapat berupa dukungan
dana, menjadi nara sumber, dan menciptakan suasana belajar di luar sekolah dan jam sekolah.
Masyarakat dan orang tua harus mendorong para siswa aktif belajar di rumah maupin dalam
belajar kelompok. Dalam hal ini kebiasaan orang tua menyetel televisi pada jam-jam belajar
harus dihentikan supaya anak dapat berkonsentrasi dalam belajar maupun mengerjakan PR.
-Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen pokok dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam
implementasi kurikulum di sekolah, sistem evaluasi sangat berperan penting. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan otonomi yang sangat luas pada sekolah
dan guru untuk mengembangkannya. Pemerintah pusat hanya mencantumkan standar
kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok saja. Guru harus mengembangkan
sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi sekolahnya. Konsekuensinya adalah sulit adanya
keseragaman secara nasional, bahkan di tingkat kecamatan sekalipun. Karena itu
pemberlakuan ujian nasional maupun ujian bersama seluruh kabupaten tidak dapat diterapkan
lagi. Pemaksaan pemerintah serta Dinas Pendidikan Kabupaten untuk menyelenggarakan
ulangan atau ujian bersama dengan alasan strandardisasi mutu memaksa guru mengajar
secara tradisional, yaitu mengejar materi yang tercantum di dalam buku pelajaran yang
diterbitkan oleh penerbit yang terkenal. Hal ini berarti maksud pemberlakuan KBK tidak
dapat tercapai. Guru terpaksa mengikuti saja kebijakan Depdiknas maupun Dinas Pendidikan
Kabupaten serta mengikuti pola lama dalam mengajar, yaitu menghabiskan materi dan target
kurikulum, bukan kompetensi siswa.
-Pemecahan masalah
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi telah menjadi keputusan pemerintah,
karena itu sekolah-sekolah harus melaksanakannya. Berbagai kendala harus diatasi edapat
mungkin. Sekolah sebagai pemegang hak otonom harus berani mengambil resiko dan lebih
aktif untuk menutup segala kekurangan. Guru harus berusaha mengubah kebiasaan lamanya
sedapat mungkin dengan lebih kreatif dalam mengajar, misalnya dengan penggunaan metode
dan pendekatan yang bervariasi, memanfaatkan semua sumber belajar, dan sebagainya. Guru
harus rajin mencari informasi dengan banyak membaca buku, menyaksikan berita, bahkan
memanfaatkan internet. Semua ini harus ditempuh guru karena bagaimanapun guru tetap
harus tunduk dan patuh pada kebijakan pemerintah maupun Dinas Pendidikan.
b.Hambatan Dalam Pelaksanaan Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hambatan pelaksanaan KTSP dirasakan oleh guru, dalam wawancara pendahuluan
didapatkan bahwa guru mengalami hambatan terutama dalam alokasi waktu saat evaluasi
pembelajaran dan penerapan metode yang dianggap tidak efektif. Mengetahui hambatan
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi, media pembelajaran, sumber belajar, metode
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Hambatan pelaksanaan pembelajaran yakni kurangnya kemampuan guru dalam
mengaplikasikan media yang bervariasi, dimana erat kaitannya dengan sarana pembelajaran
di sekolah. Guru masih terbatas pengetahuannya tentang sumber belajar,metode dan
pengelolaan kelas. Hambatan dalam evaluasi pembelajaran, meliputi penilaian berbasis kelas
dimana guru masih mengalami kesulitan dalam menentukan teknik penilaian yang
disesuaikan dengan aspek penilaian yang ada dan alokasi waktu.
D.Pandangan teoretis yang melandasi pembelajaran bahasa indonesia
1.Landasan Pembelajaran Bahasa Indosensia
a.Landasan formal
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD secara umum mengacu pada kemampuan
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya
secara tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan secara lisan
ataupun tertulis (Resmini, 1998).
b.Landasan teoritik-konseptual
Landasan teoritik dan konseptual merupakan sejumlah pendekatan yang melandasi
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Prndekatan yang dimaksud adalah
pendekatan komunikatif yang dijiwai teori fungsionalisme, pendekatan tematis-integratif, dan
pendekatan proses.
c.Landasan operasional
Dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia peranan buku teks sebagai salah satu sumber
pembelajaran sangat penting. Buku teks harus diseleksi, dianalisis, dan dibandingkan dengan
butir-butir pembelajaran yang ada di kurikulum sehingga ada keterkaitan dengan proses hasil
belajar.
2.Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang
harus dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Sasaran dari tujuan
pembelajaran meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Secara khirarkis tujuan dapat
di urutkan dari mulai yang bersifat umum atau jangka panjang sampai pada tingkat tujuan
jangka panjang sampai dengan yang spesifik.
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur dan
tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut
saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada
tujuan. Pembelajaran bahasa Indonesia yang di tata dan di atur sedemikian rupa dengan di
dasarkan pada berbagai aspek yang menyangkut aspek konsep pembelajaran bahasa
Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada wawasan
pembelajaran yang dilandasi prinsip-prinsip berikut :
a.humanisme.
b.progresivisme.
c.rekonstruksionisme.
1) Prinsip humanisme berisi wawasan sebagai berikut:
a)Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu
b)Prilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu
c)Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan
2)Prinsip progresivisme beranggapan bahwa:
a)Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi memerlukan
daya kreativitas
b)Dalam proses belajarnya siswa seringkali dihadapkan pada masalah yang memerlukan
pemecahan secara baru.
3)Sedangkan prinsip rekonstruksi mengangap bahwa proses belajar disikapi sebagai
kreativitas dalam menata serta menghubungkan penganalaman dan pengetahuan hingga
memebentuk suatu keutuhan.
KBM juga dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip belajar mengajar dan prinsip
motivasi belajar. Adapun prinsip-prinsip kegiatan mengajar tersebut antara lain sebagai
berikut:
1.Pembelajaran berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan
KBM perlu menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan juga mendorong siswa
untuk mengembangkan potensinya secara optimal dan seimbang.
2.Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestika
Pelaksanaan proses pembelajaran harus menyeimbangkan komponen etika, logika,
estetika, dan kinestika siswa. Pengembangan etika dilaksanakan dalam rangka dalam rangka
penanaman nilai-nilai sosial dan moral termasuk menghargai dan mengangkat nilai-nilai
pluralitas dan nilai-nilai universal. Pengembangan estetika menempatkan pengalaman belajar
dalam konteks holistik dan total untuk memberikan ruang bagi pengalaman estetik dengan
melalui berbagai kegiatan yang dapat mengekspresikan gagasan, rasa, dan karsa. Logika yang
dikembangkan termasuk berpikir kreatif dan inovatif dengan keseimbangan yang nyata antara
kognisi dan emosi dapat memberikan keterampilan kognitif sekalipun keterampilan
interpersonal.
3.Melakukan sesuatu yang nyata unntuk pengembangan keterampilan hidup
Pembejaran harus menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan
keterampilan hidup untuk menghadapi tantangan hidup yang terjadi di masyarakat. Beberapa
aspek utama keterampilan hidup antara lain kerumah tanggaan, pemecahan masalah, berpikir
kritis dan kreatif, komunikasi, kesadaran diri, menghindari stress, membuat keputusan,
hubungan interpersonal, dan pemahaman berbagai bentuk pekerjaan serta kemampuan
vokasional disertai sikap positif terhadap kerja.
4.Mengembangkan kemampuan sosial dan emosional siswa
Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat
mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Interaksi memungkinkan
terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya dan saling
menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok.
5.Menegembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah ber-Tuhan
Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri,
dan kreatif serta untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu memperhatikan rasa ingin tahu,
imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan agar bermakna bagi siswa.
6.Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
KBM hendaknya dipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih siswa
untuk mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkannya dengan menggunakan
kemampuan kognitif dan metakognitif. Selain itu, KBM hendaknya merangsang siswa untuk
secara aktif mencari jawaban atas permasalahannya dengan menggunakan prosedur ilmiah.
7.Mengembangkan kreativitas siswa
KBM harus memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara
berkesinambungan untuk mengembnagkan dan mengoptimalkan kreativitas siswa.
8.Mengembangkan kemampuan mengguanakan ilmu, teknologi informasi dan
komunikasi
KBM perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh informasi dan multimedia
setidaknya dalam penyajian materi dan penggunaan media pembelajaran.
9.Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
KBM perlu memberikan wawasan nilai-nilai moral dan sosial yang dapat membekali
siswa agar menjadi warga masyarakat dan warga Negara yang bertanggung jawab.
10.Belajar sepanjang hayat
KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat dirinya secara positif, mengenali
dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang
telah dianugerahkan oleh Tuhan YME.
11.Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas
KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
semangat berkompetensi secara sehat untuk memperoleh insentif, bekerja sama dan
solidaritas.
Sehubungan dengan hal-hal yang berkaiatan dengan bahasa KBM Indonesia, maka
guru dituntut agar memiliki sedikitnya tiga kompetensi berikut:
1.Kompetensi kognitif
Yakni kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan
tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan administrasi kelas, pengetahuan tentang cara
menilai hasil belajar siswa, dan pengetahuan umum lainnya.
2.Kompetensi sikap
Yakni kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan
tugas dan profesinya.
3.Kompetensi performansi
Yakni kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/ berprilaku.
3.Implikasi landasan dan Prinsip-prinsip Pembelajaran bahasa indonesia
Kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Indonesia harus mengacu pada prinsip-
prinsip praktik pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi peserta didik secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimiliki, kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan tuntutan
kehidupan di masa depan. Dengan demikian, guru mampu mengembangkan gagasan tentang
strategi mengajar yang sesuai dengan standar yang diharapkan dengan materi ajar yang
aktual.
a.Strategi pelaksanaan kurikulum
Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara bagaimana melaksanakan kurikulum
sebagai program belajar sehingga program tersebut dapat mengarahkan peserta didik pada
pencapaian tujuandan kompetensi yang telah ditetapkan.
Untuk dapat melaksanakan kurikulum, guru harus memahami tujuan dan isi program
kurikulum suatu bidang studi yang disusun dalam bentuk rancangan Garis-garis besar
program pengajaran (GBPP). Kurikulum bila diterjemahkan dan ditransformasikan kepada
siswa akan memiliki potensi dalam mempengaruhi pribadi pesrta didik.
b.Pandangan teoritis yang melandasi pembelajaran bahasa Indonesia
1)Pandangan whole language
Pembelajaran bahasa mengacu padapendekatan whole language, sehingga dalam
implementasinya digunakan penekatan integratif. Pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia berdasarkan konsep integratif mengacu pada pengembangan dan penyajian materi
pelajaran bahasa secara terpadu.
Didasarkan pada pendekatan pengajaran bahasa yang berwawasan whole language,
maka pembelajaran bahsa Indonesia harus memilki keterpaduan antara (1) pembelajaran
komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan, (2) isi pembelajaran dengan
pengetahuan dan pengalaman siswa, (3) perolehan pengalaman belajar siswa dengan
kenyataan penggunaan bahasa sesuai dengan aktivitas penggunaan bahasa Indonesia dalam
kehidupannya.
2)Pandangan konsruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. (Von glasersfeld, 1989,
Matthews, 1994, dalam Suparno, 1997).
Ada beberapa kondisi belajar yang bahsa Indonesia yang sesuai dengan pandangan
konstruksivisme antara lain sebagai berikut:
-Diskusi atau curah pendapat yang menyediakan kesempatan agar semua siswa
mengemukakan pendapat dan gagasannya.
-Demonstrasi dan peragaan praktik keterampilan berbahasa
-Kegiatan praktis lain yang member peluang kepada siswa untuk mempertanyakan,
memodifikasi, dan mempertajam gagasannya.
3)Pandangan komunikatif
Pendekatan komunikatif dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi (yang selanjutnya disebut kompetensi komunikasi), yaitu kemampuan
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks yang seutuhnya. Pendekatan
komunikatif yang digunakan dalam KBM mengikuti pandangan bahwa bahasa pada
hakikatnya adalah alat komunikasi atau alat interaksi sosial. Dalam rambu-rambu
pembelajaran, antara lain dikemukakan:
a.Belajar bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tulis
b.Pembelajaran kebahasaan ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengguanaan
bahasa Indonesia
c.Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai
dengan apa yang ingin dikomunikasikan oleh penutur.
4)Pandangan tematis-integratif
Pendekatan tematis-integratif pembelajaran bahasa harus dilaksanakan dalam situasi
dan konndisi yang sewajarnya.
5)Keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai pendekatan belajar mengajar
yang mengarah pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggidalam individu siswa.Tujuan pokok dari pemakaian
keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar, sehingga siswa
dapat secara aktif mengolah dan mengembangkan hasil perolehan/ belajarnya. (Dikbud,
1985)
E.Pandangan whole language
1.Pengertian Teori whole language
Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah–pisah dan dengan
menggunakan keterampilan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Pendekatan ini dengan proses  pemberian informasi kepada siswa dan pendekatan ini sesuai
untuk kelas-kelas rendah. Pembelajaran yang diberikan secara berkesinambungan,
keterampilan berbahasa dan  komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan
secara utuh bermakna dan  dalam situasi nyata atau otentik.
2.Komponen-Komponen Teori Whole Languange
a.Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya.
Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,
memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan menumbuhkan
minat baca pada siswa.
b.Jurnal Writing
Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan
menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak
manfaat yang diperoleh dari menulis jurnal antara lain.
-Meningkatkan kemampuan menulis.
-Meningkatkan kemampuan membaca.
-Menumbuhkan keberanian menghadap risiko.
-Memberi kesempatan untuk membuat refleksi.
-Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi.
-Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.
-Meningkatkan kemampuan berpikir.
-Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis.
-Menjadi alat evaluasi.
-Menjadi dokumen tertulis.
3.Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan
siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga
mereka dapat menyelesaikan bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin
menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga
memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa
melalui kegiatan ini adalah.
a.Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan.
b.Membaca dapat dilakukan oleh siapapun.
c.Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut.
d.Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama.
e.Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca.
f.Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan
Sustained Silent Reading berakhir.
4.Shared Reading
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana
setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Ada beberapa cara melakukan
kegiatan ini.
a.Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah).
b.Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku.
c.Siswa membaca bergiliran.
Maksud kegiatan ini adalah:
a.Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai
model
b.Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya
c.Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar
d.Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan
fasilitator.Dalam membaca terbimbing    penekanannya bukan dalam cara membaca itu
sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa
membaca dan mendiskusikan buku yang sama
4.Ciri – Ciri Pendekatan Whole Language
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language.
1.Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
2.Siswa belajar melalui model atau contoh.
3.Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
4.Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
5.Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
6.Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen.
7.Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya.
F.Pandangan kontruktivisme
1.Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek
semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap
objek yang di amatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar
akan tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis akan tetapi
bersifat dinamis. Tergantung individu yang melihat dan mengkontruksinya.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada
dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana
siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai  pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Demikian ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Model pembelajaran ini dikembangkan
dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Pieget dan vigotsky.
2.Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
a.Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
b.Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
c.Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
d.Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
e.Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
f.Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
g.Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
h.Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
i.Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
j.Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses  pembelajaran, seperti
prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
k.Menekankan bagaimana siswa belajar
l.Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan
guru
m.Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
n.Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
o.Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
p.Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
q.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman
baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
3.Konsep Dasar Konstruktivisme
Berikut ini merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara lain:
a.Siswa Sebagai Individu yang Unik
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan individu yang
unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula. Dalam teori ini tidak hanya
memperkenalkan keunikan dan kompleksitas pembelajar tetapi juga secara nyata mendorong,
memotivasi dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai integral dari proses
pembelajaran.
b.Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi
belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tahu bagaimana serta kapan
menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Self Regulated
Leaner termotivasi untuk belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya
sebagai hasil belajar atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya dari guru atau orang
tuanya.
c.Tanggung jawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar bertumpu
kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus aktif dalam proses pembelajaran, dan
berbeda pendapat dengan pandangan pendidikan sebelumnya yang menyatakan tanggung
jawab pembelajaran lebih kepada guru, sedangkan siswa berperan secara pasif dan reseptif.
Disini para pembelajar mencari makna dan akan mencoba mencari keteraturan dari berbagai
kejadian yang ada di dunia, bahkan seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
d.Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap potensi
belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan terhadap potensi untuk memecahkan
masalah baru, diturunkan dari pengalaman langsung di dalam menguasai masalah pada masa
lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan memperoleh kepercayaan diri, serta motivasi
untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks lagi.
e.Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut pokok bahasan,
maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap pokok
bahasan/konten kurikulum.
f.Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda diakomodasi untuk
melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan diskusi-diskusi agar mencapai
pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
g.Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang kompleks
untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan untuk memecahkan masalah seperti itu. Pada prinsipnya pembelajaran dimulai
dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dan secara bertahap
diberikan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.
4.Model Pembelajaran Konstruktivisme
Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa hal
yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi konfik
pada struktur kognitif siswa. Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka menduga
cecak atau cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih dari satu genus
(bukan hanya berbeda species). Berikut ini akan dicontohkan model untuk pembelajaran
mengenai cacing tanah melalui ketiga tahap dalam pembelajaran konstruktivisme (ekplorasi,
klarifikasi, dan aplikasi)
a.Fase Eksplorasi
· Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang kau    ketahui tentang
cacing tanah?”.
· Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
· Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi
kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.
b.Fase Klarifikasi
· Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
· Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
· Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangbiakkan.
· Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan.
· Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
· Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
c.Fase Aplikasi
· Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil
kelompok dalam diskusi kelas.
· Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin
ber-“ternak cacing” tanah.
· Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis cacing tanah tertentu
sesuai hasil pengamatannya.
5.Peranan (Implementasi) Teori Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini
dipaparka tentang penerapan di kelas.
a.Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para
siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta
menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka
sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver).
b.Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-
gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam
melakukan penyelidikan.
c.Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para
siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau
pemikirannya.
d.Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-
gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika
mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang
sangat bermakna akan terjadi di kelas.
e.Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman
nyata.
f.Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan
para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian
guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
Selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam
benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang
membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide
dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu
nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih
tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut
konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri
pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses
menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan
dimilikinya (Shymansky,1992).
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai
dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya,
menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan
renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
G.Pandangan komunikatif
1.Pengertian Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan
pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan komunikatif
sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Dengan demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan
pendapatnya secara lisan dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami.
Menurut Littiewood (dalam Rofi’uddin, 1999) pendekatan komunikatif didasarkan
pada pemikiran bahwa:
a.Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran
bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata
bahasa dan kosa kata, tetapi juga pada fungsi komunikasi bahasa.
b.Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran
bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa pembelajaran bahasa, tidak cukup dengan
memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa itu, tetapi siswa harus mampu
mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa
sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.
Muncul pendekatan komunikatif inilah yang menandai perubahan pandangan
pengajaran bahasa dari “struktural” ke “fungsional”. Perbedaan pendekatan komunikatif dan
pendekatan struktural menurut Muchlisoh, dkk, (1993) adalah pendekatan struktural
menuntut ketepatan pengucapan dan menunda latihan kelancaran, sedangkan pendekatan
komunikatif lebih mengutamakan kelancaran berkomunikasi, ketepatan komunikasi serta
perbaikan struktur dapat dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa dengan menggunakan pendekatan komunikatif lebih tepat dilihat sebagai sesuatu yang
berkenaan dengan makna apa yang dapt diungkapkan (nosi) melalui bahasa, bukannya
berkenaan dengan butir-butir tata bahasa (struktural). Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Meley (dalam Brumfit,1986) bahwa kemampuan berkomunikasi adalah
kemampuan berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Dengan demikian, pendekatan
komunikatif adalah pendekatan pengajaran bahasa yang sasaran akhirnya adalah kemampuan
berkomunikasi.
2.Tujuan penerapan pendekatan komunikatif di SD
Berdasarkan uraian di atas, makna penerapan pendekatan komunikatif bertujuan
agar siswa mampu berkomunikasi dan mampu menggunakan bahasa secara baik, benar, dan
secara nyata dan wajar, serta dapat digunaan untuk berbagai tujuan dan keadaan. Di samping
itu kemampuan komunikasi menuntut adanya kemampuan gramatik, kemampuan
sosiolinguistik, kemampuan wacana, dan kemampuan strategi. Dalam proses pembelajaran,
guru hanya berfungsi sebagai komunikator, fasilator, dan motivator. Sehubungan dengan itu,
yang menjadi acuan adalah kebutuhan siswa untuk dapat berkomunikasi dalam situasi yang
sebenarnya. Sugono (1993) mengatakan bahwa pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi
akan menarik minat siswa karena siswa didesak oleh kebutuhannya untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi atau meningkatkan keterampilan
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi itu, pembelajaran bahasa yang paling tepat
adalah menggunakan pendekatan komunikatif.
Untuk dapat merancang materi pengajaran yang mengacu pada pendekatan
komunikatif (Brown 1994 dalm Sato 1999) guru harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a.Tujuan pembelajaran di dalam kelas difokuskan pada semua komponen dari kemampuan
berkomunikasi
b.Teknik dalam pembelajaran bahasa dirancang untuk melibatkan siswa dalam penggunaan
bahasa yang pragmatis, autentik, fungsional dan bermakna
c.Kelancaran dan ketepatan berbahasa yang dapat melandasi teknik-teknik komunikatif
d.Siswa pada akhirnya harus menggunakan bahasa, baik secara produktif maupun reseptif
Untuk lebih mengoprasionalkan pendekatan komunikatif ke dalam metode dan
strategi di kelas, Brumfit (1986) mengemukakan lima prinsip metode komunikatif, yakni:
a)ketahuilah apa yang anda kerjakan
b)keseluruhan lebih penting dari bagian-bagiannya
c)proses sama pentingnya dengan bentuk bahasa yang dihasilkan
d)untuk mempelajari sesuatu, kerjakanlah hal itu
e)kekeliruan bukanlah sesuatu kesalahan
Secara operasional, Muchlisoh, dkk (1993) mengemukakan bahwa ciri-ciri
pendekatan komunikatif tersebut dalam pengajaran seperti berikut:
a.Kegiatan komunikatif yang disajikan betul-betul yang diperlukan oleh siswa. Misalnya,
kalau siswa tidak tahu tentang cara menanam padi, suruhlah ia mewawancarai petani,
sehingga ia akan memperoleh informasi yang betul-betul dibutuhkan. Kalu siswa bertanya
tentang sesuatu, tetapi sudah tahu jawabannya, ini bukan komunikasi, sebab tidak ada
kesenjangan informasi (Hubard dalam Subyakto, 1989). Jadi, salah satu ciri pendekatan
komunikatif adalagh adanya kekosongan informasi.
b.Untuk mendorong siswa mau belajar, Hendaknya guru memberikan kegiatan belajar yang
bermakna. Misalnya , tugas yang diberikan guru agar mengganti satu bentuk kalimat ke
bentuk kalimat yang lain yang tidak begitu bermakna bagi siswa misal nya Ibu memanggil
adik , adik memanggil ibu . tugas yang bermakna, Misalnya siswa menulis pengalamanya
atau menulis hasil kunjungan
c.Materi dari Silabus kurikulum komunikasi di persiapkan setelah diadakan suatu analisis
mengenai kebutuhan barbahasa.
d.Penekanan pendekatan komunikatip ialah pada pelayanan individu siswa.
e.Peran guguru adalah sebagai peranan. Ia fasilitato motivator bagi perkembangan individu
siswa. Guru tidak selalu dibenarkan selalu mendominasi kelas karena yang dipentingkan ialah
bagaimana siswa dapat di bimbing untuk berkomunikasi dengan wajar ( memiliki
keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulisan)
f.Materi interaksional siswa berperan menunjang komunikasi siswa secara aktif.materi ini
terdiri atas tiga macam: materi berdasarkan teks ( buku-buku pelajaran). Materi berdasarkan
tugas ( berupa tugas membuat peta perjalanan dari rumah ke sekolah melakukan tugas
bermain peran) materi berdasarkan bahan otentik/relita ( materi yang diambil dari surat
kabar,maja-lah,percakapan yang sesungguh nya dan sebagainya).
Pada dasarnya, bahasa dipergunakan untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan dan
menerima pesan dari orang lain, dari penulis kepada pembaca, dari pembicara. Pendekatan ini
bertujuan mengaktifkan siswa agar memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan
maupun tulisan.
Komunikasi terjadi oleh adanya berbagai foktor. Faktor yang mendukung terjadinya
komunikasi adalah:
1.Siapa dengan siapa yang berkomunikasi?
2.Untuk tujuan apa terjadinya komunikasi?
3.Dalam situasi apa berkomunikasi ?
4.Dalam konteks apa?
5.Melalui jalur apa: tulisan, lisan?
6.Dengan media apa: telepon, surat, telegram, surat kabar, buku?
7.Dengan peristiwa apa: bercakap-cakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan, pertanyaan
emosi, laporan.
Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan
pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola pikir
masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa indonesia, akhir-akhir ini sedang
digalakkan penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu. Alternatif lain yang
dapat dipakai sebagai acuan penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa
menurut Rafiudin (1999:35) yang mengutip pendapat litlewood adalah dengan cara, siswa
diberi latihan dengan teknik sebagai berikut.
a.Memberikan Informasi Secara Terbatas
-Mengidentifikasi gambar
Dua orang siswa ditugasi melakukan percakapan tentang gambar yang disediakan
oleh guru. Pertanyaan dapat nmengenai warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya.
-Menemukan informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tentang gambar, tetapi ada bagian-bagian yang sengaja
ditiadakan. Siswa-siswa ditugasi atau menemukan bagian-bagian yang tidak ada itu.
Kemudian A mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada B, sehingga (A) dapat mengetahui
gambar yang mana yang tidak ada pada gambar milik B.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kurikulum merupakan suatu alat untuk tercapainya tujuan pengajaran dan
pendidikan. Kurikulum merupakan dasar pelaksanaan pendidikan. Kurikulum merupakan
kunci penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru harus
mengkaji, mengetahui, memahami, dan melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku.
Dengan demikian, guru akan melakkukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dan arah pembelajaranya akan jelas.
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum
mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Ada tiga peranan
kurikulum yang sangat penting yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif,
peranan kreatif. Kurikulum hendaknya bersifat luwes dan dinamis. Luwes dimaksudkan
bahwa kurikulaum tidak baleh kaku, tapi dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum
tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah guru.
Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan
kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat
kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi
kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab
melaksananakan proses administrasi kurikulum.
Pendekatan Whole Language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah – pisah. Komponen-komponen
Pendekatan Whole Language.
1.Reading Aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa.
2.Sustained Silent Reading (SSR) adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh
siswa.
3. Journal writing adalah ketrampilan menulis dengan mengimplementasikan pembelajaran
menulis
jurnal atau menulis informal.
4.Shared reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa.
5. Guided reading adalah membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu
sendiri
tetapi lebih pada membaca pemahaman.
6.Guided writing seperti dalam membaca terbimbing, dalam menulis terbimbing.
7.Independent reading adalah kegiatan membaca yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk
menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.
8.Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
menulis,kebiasaan menulis, dan kemampuan berpikir kritis.
DAFTAR PUSTAKA

Bull, G. 1989. Reflective Teaching. Vivtoria: Australian Reading Assosiation, Ine.


Departemen Pendidikan Naisonal, 2002. Kurikulum Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Bahasa Inggris SMP & MTs. Puskur Balitbang Depdiknas, Jakarta. dan Hasil Belajar
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan, Program, dan Pengembangan.
Depdikbud, Jakarta.
Firdaus, Zulfahnur Z. dan Rosa, Rosmid. (1987) Telaah Kurikulum bahasa Indonesia SMA.
Jakarta: Karuna Jakarta
Hamalik, Oemar (2011). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hamalik, Oemar (2010). Manajemen Pengembangan Kurkulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
http://lib.unnes.ac.id/15484/
Misdan, undang. (1989)Telaah Buku Teks dan Kurikulum. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty.( 1993) Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta:PT Bumi Aksara
Sudjana, Nana (1996). Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Alwasilah, A. Chaedar dan Furqanul Aziz.1994. Pengajaran bahasa komunikatif, teoridan
praktek.Bandung: Remaja RosdaKarya.
Hidayat, kosadi dan Rahmina 1990 Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia . Bandung:
Binacipta.
Kurnia, Tiara. 2013. Penerapan Pendekatan Whole Language untuk Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Narasi Melalui Penggunaan Permainan Bahasa. Antologi PGSD Bumi Siliwangi.

Anda mungkin juga menyukai