Anda di halaman 1dari 13

Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013

292

PEMBELAJARAN KOLABORATIF:
Suatu Landasan untuk Membangun Kebersamaan dan Keterampilan
Kerjasama
Djoko Apriono (djokoapriono@yahoo.co.id
Dosen FKIP Universitas PGRI Ronggo Lawe TUBAN

Abstrak, keterampilan bekerjasama merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan


oleh masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua perilaku yang
ada di masyarakat menunjukkan adanya kerjasama dari semua lapisan masyarakat,
tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, laki-laki dan perempuan, serta
golongan. Untuk tetap mempertahankan dan menumbuhkan kegiatan tersebut
diperlukan kerja kolaboratif, yang menekankan adanya kerjasama saling
kesepahaman, menghargai, tanggung jawab, dan penuh tenggang rasa. Apalagi
bangsa Indonesia sedang menghadapi permasalahan di masyarakat yang berupa
perselisihan antar etnis, tawuran antar pelajar dan bentuk-bentuk ketidaksesuaian
(disekuilibrium) yang bisa mengarah ke disintegrasi bangsa, maka sangatlah
penting untuk para peserta didik diberikan pemahaman tentang kerja kolaborasi
guna menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan
bebas. Dengan demikian akan terbangun kebersamaan yang erat diantara peserta
didik sehingga akan lebih mudah memecahkan masalah secara bersama.

Kata Kunci: Pembelajaran Kolaboratif, Kebersamaan, dan Keterampilan


Kerjasama

Abstract, the skills together is a very much needed by the people in the life today,
because almost all behavior that is in the community shows that there is a co-
operation of all layers of society, regardless of different tribes, religion, race, men
and women, and the party. To keep on retaining for the activity and collaborative
working, which emphasizes the cooperation of miraculous mutual understanding,
respect, responsibility, and full tolerance. Moreover, people of Indonesia is facing
problems in the society in the form litigation inter-ethnic, a brawl between and the
forms students misfit (disequilibrium) that can lead to country disintegration, it is
very important for the teacher given the understanding of collaboration to face
globalization time in filled with challenges and competition are free. Thus a close
will be woken up togetherness among teacher so that it would be easier to solve
problems together.

Key words: collaborative learning, Togetherness, and skills Cooperation


Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
293

PENDAHULUAN Upaya pembelajaran hendaknya


Proses pendidikan dewasa ini lebih mengarahkan para peserta didik
cenderung semakin mengabaikan unsur agar mereka memiliki keharmonisan
“mendidik” dan pendidikan seolah hidup yakni hidup bersama dengan
digantikan dengan aktivitas yang lebih sesama, saling menghargai pendapat,
menekankan pada aspek-aspek yang menghormati orang berbicara,
bersifat “latihan mengerjakan soal” tanggung jawab, rela berkorban,
guna mengejar target kurikulum akomodatif, dan berjiwa besar. Cara-
semata. Suasana pembelajaran ditandai cara yang dirasa mampu menggerakkan
oleh adanya kompetisi diantara peserta proses pembelajaran seperti ini, yakni
didik dan telah mengabaikan prinsip melalui belajar kerjasama secara
pembelajaran bermakna yang lebih kolaborasi. Perlu disadari
bersifat fungsional dan konstektual. sesungguhnya sejak lahir manusia
Metode pembelajaran yang hanya hidup dalam lingkungan keluarga,
meneruskan pengetahuan, oleh Hiltz kelompok sebaya, masyarakat
dalam Apriono (2011) dikatakan semanusiar, bangsa, dan bahkan
sebagai, the sage on the stage, tidak masyarakat antar bangsa atau dunia.
memberikan peluang bagai para peserta Kerja kolaborasi sebenarnya telah
didik berinteraksi dan bertransaksi dirintis dan diciptakan oleh para
antar peserta didik menyebabkan pendidri bangsa ini (the founding
mereka kehilangan waktunya untuk fathers), yakni tatkala mereka
mengartikulasikan pengalaman belajar. membentuk dalam suatu ikatan rasa
Pembelajaran yang memberikan latihan kebangsaan atau nasionalime tanpa
berpikir kritis (critical thinking) dan pamrih dengan “IKRAR SUMPAH
interaksi social (social interaction) PEMUDA 1928” yang dilanjutkan
hanya mendapatkan porsi waktu yang dengan membentuk sebuah organisasi
sangat sedikit karena pendidik hanya bernama BPUPKI yang bertugas
disibukkan dengan tugas rutin untuk mendesain Konstitusi Negara ini, yang
segera menuntaskan kurikulum yang lebih dikenal dengan sebutan UUD
menjadi tanggung jawab dirinya 1945. Bisa dibayangkan kerja
(Setyosari, 2009). kolaborasi yang hanya dikerjakan oleh
294 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono

62 orang telah dapat melahirkan satu permasalahan di masyarakat yang


karya “monumental” dalam kurun berupa perselisihan antar etnis, tawuran
waktu yang relative singkat. Dikatakan antar pelajar dan bentuk-bentuk
sebagai karya yang monumental, ketidaksesuaian (disequilibrium) yang
karena di dalamnya memuat landasan bisa mengarah ke disintegrasi bangsa,
fundamental dan tujuan bangsa maka sangatlah penting untuk para
Indonesia yang mengatur tentang peserta didik diberikan pemahaman
tatanan Negara Indonesia. Karya besar tentang kerja kolaborasi guna
ini dilakukan secara kolaborasi, karena menghadapi globalisasi yang penuh
telah melibatkan para pakar hukum, dengan tantangan dan persaingan
sejarah, ekonomi, sosiologi, politik, bebas.
arsitektur, bahasa, pemuka masyarakat,
pemangku adat, dan tidak ketinggalan Urgensi Pembelajaran Kolaboratif
adalah para tokoh agama. Ungkapan,
sepi ing pamrih rame ing gawe, Sebagian pendidik telah
rasanya sangat tepat untuk diberikan menyadari bahwa pembelajaran yang
pada para pendiri bangsa ini yang telah memandang peserta didik menjadi
menghasilkan suatu karya monumental cerdas, kritis, dan kreatif serta mampu
bagi bangsa ini. Pertanyaannya bekerjasama memecahkan masalah
sekarang, mampukah manusia yang berkaitan dengan kehidupan
mengembalikan cita-cita luhur, yakni mereka sehari-hari adalah merupakan
kerja kolaborasi yang dalam istilah hal penting, karena proses belajar yang
lama bangsa Indonesia dikenal dengan diperoleh peserta didik selama ini lebih
“Gotong Royong”? banyak pada “belajar tentang”
Oleh karena itu pada tulisan ini (learning about thing) daripada
akan dipaparkan pentingnya kerja “belajar bagaimana” (learning how to
kolaborasi yang menekankan adanya be). Contoh dalam pembelajaran,
kerjasama saling kesepahaman, peserta didik belajar tentang toleransi
menghargai, tanggung jawab, dan beragama, maka kepada mereka
penuh tenggang rasa. Apalagi bangsa diajarkan apa pengertian dan ciri-
Indonesia sedang menghadapi cirinya serta cara untuk mencapai
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
295

hidup bertoleransi, tetapi mereka tidak bekerjasama dengan orang lain atau
belajar bagaimana mengubah perilaku masyarakat (Apriono, 2011).
sehingga mencapai taraf yang Hasil belajar hendaknya lebih
bertoleransi (Apriono, 2011). Dengan beorientasi pada aspek kognitif tingkat
demikian dalam kehidupan riil,peserta tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi),
didik tahu bahwa tindakan kekerasan aspek afektif, dan psikomotor. Hal
merupakan salah satu perilaku yang tersebut akan terkait dengan perilaku
tidak bertoleransi, tetapi banyak peserta didik setelah mereka berada di
diantara mereka yang memaksakan tengah-tengah masyarakat, di mana
kehendak pada orang lain, bahkan mereka akan dihadapkan pada
sering terjadi konflik antar mereka. masalah-masalah riil yang
Tampaknya pengetahuan yang dimiliki membutuhkan pemikiran lebih
oleh mereka merupakan hasil mendalam. Menurut Hill & Hill (dalam
transmisi informasi semata, belum Setyosari, 2009:12), ada beberapa
merupakan suatu yang dicari, digali, keunggulan pembelajaran kolaborasi,
dan ditemukan sendiri sehingga betul- antara lain berkenaan dengan (1)
betul menjadi miliknya dan menjadi prestasi belajar lebih tinggi, (2)
bagian dari kehidupannya. pemahaman lebih mendalam, (3)
Pembelajaran yang hanya mengembangkan keterampilan
berorientasi pada hasil belajar kognitif kepemimpinan, (5) meningkatkan sikap
tingkat rendah, tentu akan memberikan positif, (6) meningkatkan harga diri,
dampak yang kurang positif pada (7) belajar secara inklusif, (8) merasa
peserta didik, karena peserta didik saling memiliki, dan (9)
cenderung individualistis, kurang mengembangkan keterampilan masa
bertoleransi dan jauh dari nilai-nilai depan. Salah satu hasil penelitian
kebersamaan. Mereka belajar semata- pembelajaran kolaboratif ditunjukkan
mata hanya mencari nilai yang bagus, oleh Clark & Baker (2007), bahwa
dan mementingkan diri sendiri. Hal penerapan collaborative learning pada
yang seperti ini akan terbawa hingga kelompok yang beragam memberikan
dewasa, sehingga akan mengalami hasil yang positif. Penelitian oleh
kesulitan dalam bergaul dan Gokhale (1995) menyimpulkan bahwa
296 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono

pembelajaran kolaboratif melalui Keterampilan bekerjasama


diskusi, klarifikasi gagasan, dan merupakan suatu hal yang sangat
evaluasi dari orang lain dapat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
menguatkan pemikiran kritis dan kehidupan dewasa ini, karena hampir
efektif dalam mendapatkan semua perilaku yang ada di masyarakat
pengetahuan faktual. menunjukkan adanya kerjasama dari
Manusia pada hakekatnya semua lapisan masyarakat, tanpa
adalah makhluk yang terus berusaha memandang perbedaan suku, agama,
meningkatkan keterbatasan dirinya, ras, laki-laki dan perempuan, serta
keterbatasan pikirannya dan golongan. Seperti perilaku dalam:
keterbatasan tradisi yang mengikatnya, unjuk rasa menyampaikan suatu
dengan menolaknya sebagai suatu fakta pendapat, menghargai dan
dan sebagai satu kenyataan menghormati ide orang/ kelompok lain,
(Sumaatmadja, 2000). Hakekat mengikuti rapat di kampung,
manusia yang demikian itu, menyampaikan kritik kepada
dimungkinkan karena manusia pemerintah, mengelola dan mencegah
memiliki akal budi yang dapat terjadinya konflik sosial di desa,
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan LSM dalam meningkatkan
kepentingan hidupnya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat untuk
manusia akan selalu melakukan pencegahan KKN (korupsi, kolusi dan
interaksi dan kerjasama dengan orang nepotisme) dan sebagainya.
lain dalam mencapai tujuan-tujuan Pentingnya memiliki keterampilan
yang diinginkannya. Lebih-lebih dalam kerjasama dalam kehidupan manusia,
era globalisasi seperti saat ini, ada sejalan dengan pernyataan Johnson,
kecenderungan ketergantungan antar Johnson & Holubec (1998), yang
manusia dalam segala hal. Dengan menyatakan bahwa sama seperti
demikian keterampilan bekerjasama seorang pendidik harus mengajarkan
dengan orang lain sangat dibutuhkan, keterampilan akademis, keterampilan
dan merupakan suatu aspek sosial yang kerjasama juga harus diberikan kepada
harus dimiliki oleh setiap orang dalam peserta didik, karena tindakan ini akan
kehidupannya. bermanfaat bagi mereka untuk
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
297

meningkatkan kerja kelompok, dan Langkah-langkah Pembelajaran


menentukan bagi keberhasilan Kolaborasi
hubungan sosial di masyarakat. Salah satu cara yang relevan
Bordessa (2005) juga menyatakan bagi peserta didik untuk belajar
pentingnya seseorang peserta didik menghadapi tantangan hidup yang
memiliki keterampilan kerjasama, semakin kompleks adalah mengalami
dengan mengatakan bahwa peserta dan menghadapi tantangan
didik benar-benar harus belajar untuk permasalahan tersebut dengan cara
bekerjasama menuju satu tujuan, yakni bekerjasama dalam kelompok. Hal
adanya pemahaman bahwa tidak ada tersebut menurut (Panitz, 1996) disebut
satu orangpun yang memiliki semua dengan collaborative learning, yakni
jawaban yang tepat, kecuali dengan suatu metode dalam pembelajaran yang
bekerjasama. melibatkan beberapa peserta didik
Berdasarkan pernyataan- secara bersama-sama tergabung dalam
pernyataan tersebut, keterampilan kelompok yang mengakui adanya
kerjasama merupakan aspek perbedaan kemampuan dan sumbangan
kepribadian yang penting, dan perlu pemikiran tiap-tiap individu.
dimiliki oleh setiap orang dalam Ditambahkan oleh Smith & MacGregor
kehidupan sosial di masyarakat. Oleh (1992), pembelajaran kolaboratif
karena itu keterampilan kerjasama membangun kapasitas untuk
khususnya dalam pembelajaran perlu mentoleransi atau menyelesaikan
mendapatkan perhatian dari orang tua perbedaan dan membangun pendapat
dan pendidik untuk diberikan kepada dalam sebuah kelompok. Model
anak semenjak usia dini, agar menjadi kolaboratif dapat digambarkan sebagai
suatu kebiasaan bagi peserta didik berikut. Ketika terjadi kolaborasi,
dalam kehidupan sehari-hari. semua peserta didik aktif. Mereka
Keterampilan kerjasama dapat saling berkomunikasi secara alami.
diajarkan melalui keluarga, lembaga Dalam sebuah kelompok yang terdiri
sekolah, lembaga agama, lembaga atas 4 sampai 6 anak, disanapendidik
pramuka, dan lembaga sosial yang sudah membuat rancangan agar peserta
lainnya. didik yang satu dengan yang lain bisa
298 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono

berkolaborasi. Dalam kelompok yang proses kelompok di mana anggota


sudah ditentukan oleh pendidik, mendukung dan bersandar pada satu
fasilitas yang ada pun diusahakan anak sama lain untuk mencapai suatu tujuan
mampu berkolaborasi. Misalnya, dalam yang disetujui. Definisi ini memandang
kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 kelas sebagai suatu tempat sempurna
tersebut seorang pendidik hanya untuk mengembangkan keterampilan
menyiapkan 2 sampai 3 kotak alat dan pembentuk tim/ kelompok yang
mewarna yang dipakai secara diperlukan untuk hidup dikemudian
bergantian. Dengan harapan, setiap hari. Lebih jelas dinyatakan dalam situs
peserta didik bisa bekomunikasi satu yang sama, bahwa collaborative
dengan yang lainnya. Dengan learning adalah interaksi antara
komunikasi aktif antar peserta didik, anggota tim: (1) yang dikembangkan
akan terjalin hubungan yang baik dan dan berbagi suatu untuk mencapai
saling menghargai. Alat tersebut bukan tujuan umum, (2) memberi masukan
milik pribadi, melainkan sudah untuk lebih memahami masalah yang
menjadi milik bersama. Setiap anak dihadapi, (3) menanyakan, lebih
tidak merasa memiliki secara pribadi, mengerti secara mendalam dan solusi
tetapi bisa dipakai bersama. Pada saat pemecahannya, (4) bereaksi dan
yang sama mempunyai keinginan bekerja untuk memahami terhadap
untuk memakainya maka akan terjadi pertanyaan lain, pengertian yang
komunikasi yang alami dengan mendalam dan solusi, (5) masing-
penggunaan santun bahasa. Dalam masing anggota menguasakan pada
kondisi seperti ini seorang pendidik anggota lain untuk berbicara dan
hanya mengamati cara kerja peserta memberi masukan dan untuk
didik dan cara berkomunikasi serta mempertimbangkan kontribusi mereka,
menjadi pembimbing saat peserta didik (6) dapat dipertanggung-jawabkan ke
memerlukan bantuan. orang yang lain, dan mereka dapat
Menurut Felder, R.M (tanpa dipertanggung-jawabkan kepada
tahun) yang di muat dalam situs web dirinya sendiri, dan (7) diantara
http://www.studygs.net/cooplearn.htm, anggota tim ada saling ketergantungan.
collaborative learning adalah suatu
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
299

Dalam collaborative learning, digunakan untuk mengajar


pendidik atau dosen mendelegasikan/ keterampilan hubungan antar pribadi,
memindahkan semua otoritas kepada karena pembelajaran adalah sebuah
tim belajar, kerja kolaboratif sungguh- proses konstruktif yang aktif, jadi
sungguh menguasakan dan berani untuk belajar informasi baru, ide, atau
menyerahkan semua resiko hasil kerja keahlian, peserta didik manusia
kelompok atau kelas yang mungkin sebaiknya bekerja secara aktif dengan
kurang disetujui atau dalam suatu cara yang bermakna.
posisi yang tak meyakinkan atau Collaborative learning
menghasilkan suatu solusi yang tidak sejatinya merupakan metode
sesuai dengan milik pendidik atau pembelajaran yang lebih menekankan
dosen.Seperti dikemukakan oleh Smith pada tugas spesifik dan berbagi tugas
& MacGregor (1992) pembelajaran dalam kerja kelompok,
kolaboratif melibatkan gabungan kerja membandingkan kesimpulan dan
keras atau usaha intelektual oleh prosedur kerja kelompok, dan
peserta didik yang bekerja dalam memberikan keleluasaan yang lebih
kelompok untuk mendapatkan besar pada peserta didik dalam kerja
pengertian, solusi, arti atau kelompok (Dillenbourg, 1999). Hal
menciptakan sebuah produk, dan tersebut tentu saja sangat bertolak
keseluruhan terpusat pada eksplorasi belakang dengan metode
peserta didik, bukan penjelasan konvensional, yang lebih menekankan
pendidik secara simpel atau secara pada ceramah dan diskusi kelompok
mendetail. yang ketat dengan pengawasan
Pembelajaran kolaboratif pendidik, yang membuat peserta didik
mengijinkan para peserta didik untuk menjadi kurang aktif dalam bekerja
membentuk kelompok berdasarkan dan berpendapat. Pada proses
pertemanan atau friendship dan minat pembelajaran yang konvensional,
peserta didik. Pembicaraan peserta pembelajar memberikan materi belajar
didik ditekankan sebagai alat/ makna secara searah, yakni dalam bentuk satu
untuk bekerja berbagai hal ke luar. arah komunikasi (teacher oriented),
Penemuan dan pendekatan kontekstual namun pada proses pembelajaran
300 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono

inovatif, arah komunikasi adalah dua manfaat yang besar bagi kelompok
arah (student oriented). yang beragam.
Dalam pembelajaran Hasil Pembelajaran Kolaboratif
kolaboratif sangat diperlukan sifat-sifat Myers (1991) memandang
kerjasama, menghargai pendapat orang collaborative learning sebagai
lain, pengendalian diri, kesabaran, dan pembelajaran yang berorientasi
kecerdasan emosional yang mumpuni "transaksi" ditinjau dari sisi
dari peserta didik, karena dengan metodologi. Orientasi itu memandang
memiliki sifat-sifat yang demikian itu pembelajaran sebagai dialogue antara
diharapkan pembelajaran akan lebih peserta didik dengan peserta didik,
bermakna, menyenangkan dan peserta didik dengan pembelajar,
menghasilkan pemecahan masalah peserta didik dengan masyarakat dan
seperti yang diharapkan. Seperti lingkungannya. Para peserta didik
dikemukakan dalam penelitian dipandang sebagai pemecah masalah.
Cabrera, Nora, dkk (2002) bahwa Perspektif ini memandang mengajar
pembelajaran kolaboratif sebagai ”percakapan" di mana para
menghilangkan stereotype yang pembelajar dan para peserta didik
biasanya dilekatkan pada mahapeserta belajar bersama-sama melalui suatu
didik kalangan tertentu, bekerjasama proses negosiasi. Proses negosiasi
dalam kelompok, dan terbiasa dengan dalam pola belajar kolaborasi memiliki
orang-orang yang berbeda, serta 6 karakteristik, yakni (1) tim berbagi
menghasilkan lulusan yang tugas untuk mencapai tujuan
berwawasan luas dan menerima pembelajaran, (2) diantara anggota tim
keanekaragaman, sebagai salah satu saling memberi masukan untuk lebih
syarat untuk sukses di era globalisasi memahami masalah yang dihadapi, (3)
seperti sekarang ini. Hasil penelitian para anggota tim saling menanyakan
Clark & Baker (2007) menunjukkan untuk lebih mengerti secara
bahwa terdapat kesepahaman umum mendalam, (4) tiap anggota tim
dikalangan pembelajar, jika menguasakan kepada anggota lain
collaborative learning memberikan untuk berbicara dan memberi masukan,
(5) kerja tim dipertanggungjawabkan
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
301

ke (orang) yang lain, dan merangkum, yaitu membuat


dipertanggung-jawabkan kepada kesimpulan dari hasil diskusi atau
dirinya sendiri, dan (6) diantara penjelasan yang diberikan, (6)
anggota tim ada saling ketergantungan mencatat, yaitu membuat catatan
(Myers, 1991). Aktivitas pembelajaran tentang segala sesuatu yang terjadi dan
kolaboratif membuat berbeda secara diperoleh kelompok, dan (7)
luas, tetapi keseluruhan terpusat pada menghubungkan, yaitu meningkatkan
eksplorasi peserta didik, bukan interaksi yang terjadi antara anggota
penjelasanpendidik secara simple atau kelompok (Panitz, 1996).
penjelasan secara mendetail (Smith & Lebih lanjut (Johnson 1991,
Mac Gregor, 1992). 1993; Johnson dan Johnson 1991;
Ada sejumlah faktor yang perlu Johnson dan Johnson 1994)
diperhatikan dalam pola belajar menjelaskan ada sangat banyak skill
kolaboratif, yakni peran peserta didik interpersonal yang mempengaruhi
dan peran pembelajar (Panitz, 1996). keberhasilan usaha-usaha kolaboratif
Peran peserta didik yang harus yang dilakukan oleh pembelajar ketika
dikembangkan adalah (1) pembelajar mengobservasi dan
mengarahkan, yaitu menyusun rencana memonitor peserta didik, skill tersebut
yang akan dilaksanakan dan meliputi empat tingkatan, yakni (1)
mengajukan alternatif pemecahan forming (membentuk), skill yang
masalah yang dihadapi, (2) paling dasar yang dibutuhkan untuk
menerangkan, yaitu memberikan menciptakan kelompok pembelajaran
penjelasan atau kesimpulan- kooperatif, (2) functioning
kesimpulan pada anggota kelompok (memfungsikan), skill yang dibutuhkan
yang lain, (3) bertanya, yaitu untuk mengelola kegiatan kelompok
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam menyelesaikan tugas dan
untuk mengumpulkan informasi yang menjaga hubungan kerja yang efektif
ingin diketahui, (4) mengkritik, yaitu diantara para anggotanya, (3)
mengajukan sanggahan dan formulating (merumuskan), skill yang
mempertanyakan alasan dari usulan/ dibutuhkan untuk membangun
pendapat/pernyataan yang diajukan, (5) pemahaman yang lebih dalam terhadap
302 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono

materi yang sedang dipelajari untuk Dalam sejarah tercatat beberapa


menstimulasi penggunaan strategi- hasil kolaborasi sangat besar
strategi penalaran tingkat tinggi, dan pengaruhnya, misalnya negara
untuk memaksimalkan penguasaan dan Amerika Serikat, pernah menjadi
retensi materi yang diberikan, dan (4) negara jajahan Inggris karena adanya
fermenting (mengembangkan), skill perang saudara di negara tersebut,
yang dibutuhkan untuk menstimulasi namun dengan adanya kolaborasi dari
rekonseptualisasi materi yang sedang tokoh-tokoh semacam George
dipelajari, konflik kognitif, dan Washington, Thomas Jefferson dkk
pencarian lebih banyak informasi, serta yang bekerja secara kolaborasi dengan
komunikasi tentang rasional di balik tokoh-tokoh masyarakat, maka lahirlah
kesimpulan-kesimpulan seseorang. bangsa Amerika pada 4 Juli 1776,
Dalam kerja kolaboratif, menurut dalam sejarah ketatanegaraan
Dillenbourg (1999) peserta didik Indonesia tercatat ada jiwa besar,
berbagi tanggung-jawab yang tenggang rasa dan toleransi yang tinggi
digambarkan dan yang disetujui oleh dari para tokoh muslim yang tergabung
tiap anggota, persetujuan itu meliputi dalam PPKI, yang merubah dan
(1) kesanggupan untuk menghadiri, menghilangkan tujuh kata yang ada
kesiapan dan tepat waktu untuk pada Sila Pertama Pancasila, karena
memenuhi kerja tim, (2) diskusi dan mereka menghargai pendapat tokoh-
perselisihan paham memusatkan pada tokoh non muslim, bahwa Indonesia
masalah yang dipecahkan dengan bukan milik muslim semata tetapi
menghindarkan kritik pribadi, dan (3) menjadi milik bersama seluruh bangsa
ada tanggung jawab tugas dan tanpa membedakan suku, agama, ras
menyelesaikannya tepat waktu. Peserta dan golongan.
didik boleh melaksanakan tugas, sesuai
dengan pengalaman mereka sendiri KESIMPULAN
meskipun sedikit pengalaman Beberapa hal yang bisa
dibanding anggota lainnya yang disimpulkan dari tulisan ini, bahwa
penting dapat berpikir jernih/baik sekolah-sekolah perlu merekonstruksi
sesuai dengan kapabilitasnya. proses pembelajaran di kelas yang
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
303

selama ini berlangsung. Peserta didik Mahapeserta didik.Jurnal


Prospektus UNIROW Tuban, 7
perlu diberikan wawasan kerja
(1), 13-20.
kolaborasi, sehingga akan terpupuk Arnseth, H.C dan Sten Ludvigsen.
2000. Collaboration and
jiwa-jiwa yang saling menghormati,
Problem Solving in Distributed
menghargai, tenggang rasa, tanggung Collaborative
Learning.University of Oslo
jawab, jujur dan terbuka. Apabila hal
Barbara Wasson, Anders Mørch
ini telah menjadi pondasi pendidik University of Bergen:
http://www.ll.unimaas.nl/euro-
dalam mengaplikasikan proses
cscl/Papers/8.doc. Diakses 8
pembelajaran di kelas, Insya Allah Desember 2008.
Brown, Faith A. 2002. Collaborative
hasil pendidikan manusia ke depan
Learning in the EAP Classroom:
akan menghasilkan anak-anak bangsa Students Perceptions.
http://www.esp-
yang memiliki rasa ”human dignity”
world.info/articles
yang tinggi. Hasil pembelajaran yang 17/ppf/collaborative
learning.pdf.2002. diakses
nampak tidak hanya tertanamnya
tanggal 2 Mei 2009.
pengetahuan semata, tetapi lebih dari Cabrera, AF., Nora, A., Crissman, Jl.,
Terenzini, P.T., Bernal, Elena M.,
itu berkembangnya jiwa dan budi
& Pascarella, ET. 2002.
pekerti yang luhur para peserta didik. Collaborative Learning: Its Impact
on College Students Development
Proses pembelajaran dijalankan
and Diversity. Journal of College
berdasarkan metode-metode yang tepat Students Development, 1 (43), 20-
34.
dan relevan, yang menurut ajaran Islam
Clark, Jill.,& Baker, Trish. 2007.
didasarkan atas syariat, hakikat, tarikat, Collaborative learning in diverse
groups: a New Zealand
dan ma’rifat. Dengan demikian
experience.
pembelajaran kolaboratif ini akan http://www.isana.org.au/files/thurs
-c2-clark.pdf. diakses tanggal 12
menjadi cara yang strategis dalam
April 2009.
pembelajaran untuk mewujudkan Dillenbourg, P. 1999. What do you
mean by collaborative learning?.
kedamaian umat manusia melalui
In Dillenbourg P (Ed)
kerjasama berbagai aspek kehidupan.. Collaborative-learning:
Cognitive and Computa-tional
Approaches. (1-19). Oxford:
DAFTAR PUSTAKA Elsevier.
Dillenbourg, P., Baker, M., Blaye, A.,
Apriono, D. 2009. Implementasi
& O Malley, C.1996.The
Collaborative Learning dalam
evolution of researcht on
Meningkatkan Pemikiran Kritis
304 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono

collaborative learning. In E Spada College: WhatEvidence Is There


& P Reiman (Eds) Learning in That It Work? Change,
Human and Machine: Towards July/August, 27-35.
on interdisiplinary learning Lookatch, R.P. 1996. “Collaborative
science. (189-211) Oxford: Learning and Multimedia: Are
Elsevier. Diakses tanggal 20 Two Heads Still Better,
Oktober 2008. http://www.studygs.net/cooplea
Duin, J.S. et al., 1994. “Collaborative rn.htm. diakses tanggal 29
Processes.”Dalam Dishon D. & Nopember 2008.
O’Leary, W. P. (1994). A Panitz, Ted. 1996. Collaborative
Guidebook For Cooperative versus cooperative learning a
Learning: A Technique For comparison of two concepts
Creating More Effective Schools. which will help us understand
Holmes Beach, FL: Learning the underlying nature of
Gokhale, Anuradha A. 1995. interactive learning.
Collaborative Learning http://ses.une.edu.au/cf/papers/p
Enhanches Critical df. diakses tanggal 20 Oktober
Thinking.Journal of Technology 2008.
Education. 1 (7) 1-9. Panitz,Ted. 1996. A Definition of
Jaritz, Jane., Nakagawa. Spencer Collaborative vs Cooperative
Kagan’s Cooperative Learning Learning:
Structures. http://www.city.londonmet.ac.uk/
http://jalt.org/pansig/PGL2/HT deliberations/collab.learning/pani
ML/Nakagawa.htm. diakses tz2.html. diakses 18 Nopember
pada tanggal 24 Januari 2009. 2008.
Johnson, C.D. 1983. The morally Qin, Z, Johnson, D.W, dan Johnson,
educated person in a pluralistic R.T. 1995. Cooperative versus
society. Journal Educational Competitive efforts and problem
Theory, 31 (3&4) 237 – 249. solving.Reviewof Educational
Johnson, D.W. & Johnson, R.T,1988. Research, 65 (2) p. 129-143.
Cooperative Learning: Two Setyosari, Punaji. 2009. Pembelajaran
heads learn better than one. Kolaborasi Landasan untuk
http:www.contextlorg/ICLIB/IC Mengembangkan Keterampilan
18/Johnson.htm. Diakses tanggal Sosial, Rasa saling Menghargai
30 April 2008. dan Tanggung Jawab.Pidato
Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Pengukuhan Pendidik Besar
Holubec,E. 1993. Circles of dalam Bidang Ilmu TEP pada
learning. Edina: Interaction FIP UM disampaikan pada
Book Company. sidang terbuka Senat UM 14
Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Mei 2009.
Holubec,E. 2004. The New Sumaatmadja, N. 2000. Perspektif
Circles of learning.Virginia: Studi Sosial. Bandung:
Alexandria. Alumni.
Johnson, D.W. & Johnson, R.T,
&Smith, Karl.A. 1998.
Cooperative Learning Returns To

Anda mungkin juga menyukai