292
PEMBELAJARAN KOLABORATIF:
Suatu Landasan untuk Membangun Kebersamaan dan Keterampilan
Kerjasama
Djoko Apriono (djokoapriono@yahoo.co.id
Dosen FKIP Universitas PGRI Ronggo Lawe TUBAN
Abstract, the skills together is a very much needed by the people in the life today,
because almost all behavior that is in the community shows that there is a co-
operation of all layers of society, regardless of different tribes, religion, race, men
and women, and the party. To keep on retaining for the activity and collaborative
working, which emphasizes the cooperation of miraculous mutual understanding,
respect, responsibility, and full tolerance. Moreover, people of Indonesia is facing
problems in the society in the form litigation inter-ethnic, a brawl between and the
forms students misfit (disequilibrium) that can lead to country disintegration, it is
very important for the teacher given the understanding of collaboration to face
globalization time in filled with challenges and competition are free. Thus a close
will be woken up togetherness among teacher so that it would be easier to solve
problems together.
hidup bertoleransi, tetapi mereka tidak bekerjasama dengan orang lain atau
belajar bagaimana mengubah perilaku masyarakat (Apriono, 2011).
sehingga mencapai taraf yang Hasil belajar hendaknya lebih
bertoleransi (Apriono, 2011). Dengan beorientasi pada aspek kognitif tingkat
demikian dalam kehidupan riil,peserta tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi),
didik tahu bahwa tindakan kekerasan aspek afektif, dan psikomotor. Hal
merupakan salah satu perilaku yang tersebut akan terkait dengan perilaku
tidak bertoleransi, tetapi banyak peserta didik setelah mereka berada di
diantara mereka yang memaksakan tengah-tengah masyarakat, di mana
kehendak pada orang lain, bahkan mereka akan dihadapkan pada
sering terjadi konflik antar mereka. masalah-masalah riil yang
Tampaknya pengetahuan yang dimiliki membutuhkan pemikiran lebih
oleh mereka merupakan hasil mendalam. Menurut Hill & Hill (dalam
transmisi informasi semata, belum Setyosari, 2009:12), ada beberapa
merupakan suatu yang dicari, digali, keunggulan pembelajaran kolaborasi,
dan ditemukan sendiri sehingga betul- antara lain berkenaan dengan (1)
betul menjadi miliknya dan menjadi prestasi belajar lebih tinggi, (2)
bagian dari kehidupannya. pemahaman lebih mendalam, (3)
Pembelajaran yang hanya mengembangkan keterampilan
berorientasi pada hasil belajar kognitif kepemimpinan, (5) meningkatkan sikap
tingkat rendah, tentu akan memberikan positif, (6) meningkatkan harga diri,
dampak yang kurang positif pada (7) belajar secara inklusif, (8) merasa
peserta didik, karena peserta didik saling memiliki, dan (9)
cenderung individualistis, kurang mengembangkan keterampilan masa
bertoleransi dan jauh dari nilai-nilai depan. Salah satu hasil penelitian
kebersamaan. Mereka belajar semata- pembelajaran kolaboratif ditunjukkan
mata hanya mencari nilai yang bagus, oleh Clark & Baker (2007), bahwa
dan mementingkan diri sendiri. Hal penerapan collaborative learning pada
yang seperti ini akan terbawa hingga kelompok yang beragam memberikan
dewasa, sehingga akan mengalami hasil yang positif. Penelitian oleh
kesulitan dalam bergaul dan Gokhale (1995) menyimpulkan bahwa
296 Pembelajaran Kolaboratif ………………………….. Djoko Apriono
inovatif, arah komunikasi adalah dua manfaat yang besar bagi kelompok
arah (student oriented). yang beragam.
Dalam pembelajaran Hasil Pembelajaran Kolaboratif
kolaboratif sangat diperlukan sifat-sifat Myers (1991) memandang
kerjasama, menghargai pendapat orang collaborative learning sebagai
lain, pengendalian diri, kesabaran, dan pembelajaran yang berorientasi
kecerdasan emosional yang mumpuni "transaksi" ditinjau dari sisi
dari peserta didik, karena dengan metodologi. Orientasi itu memandang
memiliki sifat-sifat yang demikian itu pembelajaran sebagai dialogue antara
diharapkan pembelajaran akan lebih peserta didik dengan peserta didik,
bermakna, menyenangkan dan peserta didik dengan pembelajar,
menghasilkan pemecahan masalah peserta didik dengan masyarakat dan
seperti yang diharapkan. Seperti lingkungannya. Para peserta didik
dikemukakan dalam penelitian dipandang sebagai pemecah masalah.
Cabrera, Nora, dkk (2002) bahwa Perspektif ini memandang mengajar
pembelajaran kolaboratif sebagai ”percakapan" di mana para
menghilangkan stereotype yang pembelajar dan para peserta didik
biasanya dilekatkan pada mahapeserta belajar bersama-sama melalui suatu
didik kalangan tertentu, bekerjasama proses negosiasi. Proses negosiasi
dalam kelompok, dan terbiasa dengan dalam pola belajar kolaborasi memiliki
orang-orang yang berbeda, serta 6 karakteristik, yakni (1) tim berbagi
menghasilkan lulusan yang tugas untuk mencapai tujuan
berwawasan luas dan menerima pembelajaran, (2) diantara anggota tim
keanekaragaman, sebagai salah satu saling memberi masukan untuk lebih
syarat untuk sukses di era globalisasi memahami masalah yang dihadapi, (3)
seperti sekarang ini. Hasil penelitian para anggota tim saling menanyakan
Clark & Baker (2007) menunjukkan untuk lebih mengerti secara
bahwa terdapat kesepahaman umum mendalam, (4) tiap anggota tim
dikalangan pembelajar, jika menguasakan kepada anggota lain
collaborative learning memberikan untuk berbicara dan memberi masukan,
(5) kerja tim dipertanggungjawabkan
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013
301