Anda di halaman 1dari 11

Penanaman Karakter Gotong royong Melalui Model Pembelajaran Collaborative

Learning Pada Siswa Sekolah Dasar

Bima Kristanto
Mahasiswa PGSD FIP, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail:bima.kristanto2016@student.uny.ac.id

Abstrak: Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menggali dan mensosialisasikan
penanaman karakter gotong royong melalui model pembelajaran kolaboratif pada siswa
sekolah dasar. Penulisan karya ini menggunakan metode kajian pustaka dan pengamatan
dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk memaparkan hasil pengamatan. Berdasarkan
kajian pustaka dan pengamatan tersebut didapatkan hasil bahwa penanaman karakter gotong
royong melalui model pembelajaran kolaboratif pada siswa sekolah dasar cocok diterapkan
untuk mengembangkan karakter positif anak. Model pembelajaran collaborative learning
berpusat pada siswa yang artinya siswa yang aktif dalam membangun pengetahuannya
dengan cara berkolaborasi teman-temannya. Pendidikan karakter gotong royong dilakukan
melalui pembiasaan yang dimulai sedini mungkin dan tentunya memerlukan waktu yang
panjang, gotong royong juga merupakan salah satu ciri khas budaya bangsa Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lain yang harus kita lestarikan

Kata Kunci: collaborative learning, gotong royong, character educatio.


Planting of Gotong Royong Character Through Collaborative Learning Model in
Elementary School Students

Abstract: The purpose of this journal is to explore and socialize the planting of gotong
royong character through collaborative learning model in elementary school students. Writing
this work using the method of literature review and observation with a descriptive qualitative
approach to explain the results of observations. Based on literature review and observation, it
was found that the planting of mutual help character through collaborative learning model in
elementary school students is suitable to be applied to develop the positive character of the
child. Learning model of collaborative learning is centered on students which means that
students are active in building their knowledge by collaborating with their friends. Character
education gotong royong done through habituation that begins as early as possible and
certainly takes a long time, gotong royong is also one of the cultural characteristics of the
Indonesian nation that distinguishes with other nations that we must preserve
Keywords: collaborative learning, gotong royong, pendidikan karakter.
PENDAHULUAN berkualitas, dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kualitas SDM tidak bisa
Dalam era globalisasi sekarang ini,
terlepas dari dunia pendidikan. Pendidikan
kita harus mempersiapkan segala sesuatu
tidak melulu mengenai wawasan
yang berkaitan dengan Sumber Daya
pengetahuan tetapi pembentukan karakter
Manusia (SDM) karena memegang
itu juga sangat penting dalam dunia
peranan yang sangat penting dan strategis,
pendidikan untuk menciptakan insan yang
guna menghadapi tantangan dalam
berkarakter agar dapat bertahan dari arus
perkembangan ilmu pengetahuan dan
negatif globalisasi.
teknologi yang semakin canggih.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
teknologi tersebut telah membuat kita
pasal 1 dijelaskan yang dimaksud
menjadi tergantung kepada kemudahan
pendidikan adalah adalah usaha sadar dan
yang ditawarkan, karena setiap upaya
terencana untuk mewujudkan suasana
pemenuhun kebutuhan manusia dapat
belajar dan proses pembelajaran agar
dengan mudah tercukupi oleh bantuan
peserta didik secara aktif mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
harus berhubungan dengan orang lain.
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
teknologi yang seperti itu berdampak
serta keterampilan yang diperlukan
negatif dengan menjadikan manusia yang
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
semakin individualis dan egois atau
Lebih lanjut dalam pasal 3 diamanatkan
mementingkan diri sendiri serta acuh
mengenai fungsi dan tujuan pendidikan,
terhadap lingkungan sosial dan masyarakat
bahwa pendidikan nasional berfungsi
yang ada di dalamnya. Hal itu sangat
mengembangkan kemampuan dan
bertentangan dengan hakikat manusia
membentuk watak serta peradaban bangsa
sebagai makhluk sosial yang tidak bisa
yang bermartabat dalam rangka
hidup tanpa kehadiran orang lain dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa,
memenuhi kebutuhan hidupnya..
bertujuan untuk berkembangnya potensi
Perkembangan ilmu pengetahuan
peserta didik agar menjadi manusia yang
dan teknologi serta tuntutan globalisasi
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
secara bersama-sama telah mengakibatkan
maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
persaingan yang semakin ketat tentang
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
perlunya penyediaan SDM yang
negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. pembelajaran ini menunjukkan akan
Kemudian pada abad 21 ini, adanya distribusi kecerdasan antara peserta
pendidikan yang berkembang adalah didik satu kepada peserta didik yang
pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya ataupun sebaliknya selama proses
artinya siswa harus aktif dalam pembelajaran kolaboratif berlangsung.
membangun pengetahuannya sendiri, Menurut Melvin dalam Adi W.
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator Gunawan (2007:173) menyatakan ketika
dan pembimbing. Tetapi dalam mereka belajar bersama teman, bukannya
kenyataannya masih banyak dijumpai sendirian, mereka mendapatkan dukungun
praktek-praktek pembelajaran emosional dan intelektual yang
konvensional atau teacher centered yang memungkinkan mereka melampaui
cenderung membosankan, kaku, dan anak ambang pengetahuan dan keterampilan
menjadi pasif karena lebih menekankan mereka yang sekarang. Pendapat Kryza,
pada hasil dibandingkan pengalaman atau Duncan, & Stephens (2009: 31) dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran yang kutipan Arifah Nur mengatakan bahwa
seperti itu juga kurang mengandung makna pembelajaran kolaboratif adalah ketika
pendidikan karakter gotong royong pada siswa bekerja secara efektif bersama untuk
siswa dalam proses pembelajaran. Kita sebuah proyek atau tugas. Otak
tahu bahwa karakter gotong royong ini merupakan otak sosial dan belajar lebih
merupakan salah satu ciri khas karakter efektif dalam komunitas belajar daripada
bangsa Indonesia yang harus kita diisolasi (dua kepala lebih baik dari satu).
lestarikan agar tidak punah dalam era Model pembelajaran collaborative learning
globalisasi ini. Model pembelajaran yang mengandung pendidikan karakter gotong
tepat juga bisa dijadikan sarana dalam royong agar siswa bekerja sama dan
penanaman karakter gotong royong ini berkolaborasi dengan teman-temannya
misalnya collaborative learning di Sekolah dalam membangun pengetahuannya
Dasar. Arifah Nur juga menjelaskan
Menurut Perkins yang dikutip oleh bahwa Collaborative learning tidak
Martinis Yamin (2011:25) , pembelajaran mengedepankan sistem kompetisi
kolaboratif adalah pembelajaran yang antarsiswa. Siswa yang memiliki
dilaksanakan peserta didik secara bersama- kemampuan lebih membantu siswa yang
sama, kemudian memecahkan suatu kurang mampu, begitu pula sebaliknya,
masalah secara bersama-sama pula dan siswa yang merasa kurang mampu tidak
bukan belajar secara individu, malu untuk meminta bantuan pada siswa
yang mampu, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang penuh makna.
saling belajar yang merupakan ciri khas Langkah-langkah dalam penerapan
collaborative learning. Metode Pembelajaran Kolaboratif menurut
Lanjut Arifah, Ide collaborative Barkley, Cross dan Major (2012: 45-140)
learning berasal dari teori ZPD oleh terdiri dari lima langkah, yaitu a)
Vygotsky dengan konsep learning mengorientasikan siswa; b) membentuk
together. Vygotsky menekankan bahwa kelompok belajar; c) menyusun tugas
guru harus menciptakan banyak pembelajaran; d) memfasilitasi kolaborasi
kesempatan bagi siswa untuk saling belajar siswa; dan e) memberi nilai dan
dengan teman sebaya dalam mengkonstruk mengevaluasi pembelajaran kolaboratif
pengetahuan atau membangun konsep yang telah dilaksanakan.
secara bersama (Santrock, 2010, p. 390). Annisatul khoiriyah dalam
Penerapan pendidikan karakter khususnya artikelnya menjelaskan bahwa
di sekolah dasar menjadi lebih efektif “Keberhasilan pembelajaran kolaboratif
dengan model collaborative learning. ditentukan dari proses kolaborasi antara
Pendapat Ika Dewi Primadiati dan siswa-siswa dan guru-siswa. Larusson &
D.Djukri dalam artikelnya menyebutkan Alterman (2009) menyampaikan bahwa
Collaborative learning memberikan ruang pada proses kolaborasi terdapat
lebih luas kepada siswa untuk lebih aktif pemahaman bersama untuk berbagi
dalam proses pembel-ajaran di kelas aktivitas, peran, dan tanggungjawab,
karena Collaborative learning bagaimana berproses di berbagai situasi,
penekanannya pada diskusi siswa dan siapa yang akan melakukan tugas dan
keaktifan dalam bekerja dengan materi tugas apa yang diberikan serta bagaimana
yang telah disediakan. melakukannya, apa yang menjadi hasil
Barkley, Cross dan Major (2012: 5) akhir, dan bagaimana bentuk hasil
dalam kutipan Urip Widodo, menjelaskan akhirnya. Larusson & Alterman (2009)
bahwa di dalam pembelajaran kolaboratif, juga menyampaikan bahwa di sepanjang
diterapkan strategi belajar dengan waktu, siswa senantiasa berbagi informasi
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok tentang perkembangan tugas dan apa yang
belajar yang dan setiap anggota kelompok akan dilakukan selanjutnya. Hal tersebut
tersebut harus bekerja sama secara aktif akan mendorong terbentuknya karakter
untuk meraih tujuan yang telah ditentukan yang diharapkan dapat terwujud dalam
dalam sebuah kegiatan dengan struktur kurikulum 2013. Kurikulum 2013
tertentu sehingga terjadi proses bertujuan membentuk sikap jujur, disiplin,
tanggungjawab, toleransi, gotong-royong, suatu pendidikan karakter untuk
santun dan sopan dan percaya diri dengan menanamkan dan mengembangkan
tetap memiliki resource-locating skills, karakter ini. Pendidikan karakter gotong
information skills, thinking & reasoning royong penting untuk melestarikan ciri
skills, dan communication skills.” khas bangsa Indonesia.
Model Pembelajaran collaborative Wawan Wahyu Setyawan dan Ali
learning sebagai salah satu cara untuk Mustadi dalam artikelnya menyebutkan
menanamkan karakter gotong royong pada “Pendidikan karakter sebaiknya dilakukan
siswa. Menurut Bintarto (1980:11) dalam sejak dini. Perwujudannya melalui
kutipan Puput Anggorowati menyebutkan pendidikan yang paling dasar yaitu sekolah
gotong royong merupakan suatu nilai luhur dasar. Sekolah dasar mempunyai peran
yang keberadaannya harus tetap di jaga. strategis dalam menanamkan dan
Sebagai ciri khas Indonesia yang telah ada mengembangkan karakter kepada peserta
secara turun temurun, sehingga didik”. Selain itu pada sekolah dasar ini
keberadaannya harus dipertahankan. pendidikan karakter mempunyai porsi
Bahkan dalam pidato kenegaraan yang yang lebih besar ketimbang aspek
disampaikan oleh Presiden Soeharto pada pengetahuan, sehingga pendidikan karakter
tanggal 16 Agustus 1978, dikatakan lebih ditekankan dalam proses
gotong royong merupakan ciri khas dan pembelajaran untuk membentuk karakter
pola hidup masyarakat Indonesia. positif pada anak sedini mungkin..
Pendapat Achsannanda Maulyta Oleh karena itu, penanaman
Sari dalam artikelnya menjelaskan “Secara karakter gotong royong sangat penting
konseptual, gotong royong dapat diartikan bagi anak untuk mengembangkan
sebagai suatu model kerjasama yang perkembangan sosial anak. Penanaman itu
disepakati bersama. Dalam perspektif dapat dilakukan sedini mungkin yaitu pada
sosio budaya, nilai gotong royong adalah usia sekolah dasar yang dapat dilakukan
semangat yang diwujudkan dalam bentuk melalui model pembelajaran collaborative
perilaku atau tindakan individu yang learning.
dilakukan tanpa pamrih (mengharap METODE
Penulisan karya ini menggunakan
balasan) untuk melakukan sesuatu secara
metode kajian pustaka dan pengamatan
bersama-sama demi kepentingan bersama
dengan pendekatan kualitatif deskriftif
atau individu tertentu”.
untuk memaparkan hasil penagamatan dan
Karakter gotong royong tidak bisa
kajian pustaka.
langsung muncul begitu saja, diperlukan
HASIL DAN PEMBAHASAN sosial, dan mengembangkan berbagai
Hasil
Dari kajian pustaka dan sikap social.
pengamatan yang saya lakukan di SDN Collaborative learning tidak
Gembongan, collaborative learning mengedepankan sistem kompetisi
digunakan sebagai model pembelajaran antarsiswa. Siswa yang memiliki
untuk menanamkan karakter gotong kemampuan lebih membantu siswa yang
royong pada siswanya. Model pembelajran kurang mampu, begitu pula sebaliknya,
ini digunakan dengan pendekatan PAKEM siswa yang merasa kurang mampu tidak
yang menjadikan suasana pembelajaran malu untuk meminta bantuan pada siswa
lebih hidup, aktif, dan menyenangkan. yang mampu, sehingga dalam
Dalam pengamatan yang saya pembelajaran ini juga sangat efektif
lakukan seperti ini penerapan model menanamkan karakter gotong royong
collaborative learning di SDN Gembongan pada siswa yang merupakan generasi
pada kelas VI mata pelajaran PKn dan juga penerus yang akan melestarikan karakter
Kelas V matapelajaran Matematika, dalam gotong royong sebagai ciri khas karakter
model ini siswa dibentuk dalam suatu bangsa Indonesia
kelompok untuk mengerjakan suatu proyek
PEMBAHASAN
atau tugas. Siswa dibimbing oleh guru agar
Johnson & Johnson (Barkley, E,
saling berkolaborasi dengan teman
et. al: 2012, pp.13-14) dalam kutipan
kelompoknya untuk mengerjakan tugas,
Nanik Sulistyawati dan Darmiyati Zuchadi
secara tidak langsung guru memberikan
, berpandangan bahwa paling tidak
pendidikan karakter gotong royong pada
terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu
siswa dalam proses pembelajaran. Model
kelompok terjadi pembelajaran kolaboratif,
ini membimbing siswa untuk bekerja aktif
yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2)
secara bersama-sama dalam proses
interaksi langsung antar siswa, (3)
pembelajaran. Penerapan model pertanggungjawaban individu, (4)
collaborative learning membantu siswa keterampilan berkolaborasi, (5) keefektifan
dalam meningkatkan penguasaan proses kelompok.

pengetahuan dan keterampilan, Sehingga model pembelajaran


collaborative learning sebagai cara yang
meningkatkan pemahaman dan
efektif dalam menanamkan karakter
kemampuan pemecahan masalah,
gotong royong untuk menciptakan siswa
melatih siswa dalam berinteraksi yang berkarakter. Thomas Lickona
mendefinisikan orang yang berkarakter percaya diri siswa dalam berpen-dapat
sebagai sifat alami seseorang dalam atau mengungkapkan gagasannya; (4)
merespons situasi secara bermoral yang kreatif dalam membangun dan
dimanifestasikan dalam tindakan nyata menam-bah pengetahuan dan
melalui tingkah laku yang baik, jujur,
pengalaman; (5) me-numbuhkan
bertanggung jawab, menghormati orang
semangat kerja sama dan rasa
lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian
kebersamaan antarsiswa; dan (6)
ini mirip dengan apa yang diungkapkan
menum-buhkan rasa peduli dan
oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat
toleransi dengan sesamanya.
kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan
yang terus menerus dilakukan. Lebih jauh, Pendidikan di abad 21 merupakan

Lickona menekankan tiga hal dalam pendidikan yang mana siswanya aktif

mendidik karakter. Tiga hal itu dalam membangun pengetahuannya

dirumuskan dengan indah: knowing, sendiri, sehingga karakter gotong royong

loving, and acting the good. Menurutnya diperlukan untuk mempermudah dalam

keberhasilan pendidikan karakter dimulai proses pembelajaran..

dengan pemahaman karakter yang baik, Menurut pendapat Annisatul

mencintainya, dan pelaksanaan atau Khoiriyah bahwa “Karakter dan

peneladanan atas karakter baik itu. keterampilan yang dimiliki oleh siswa
terbentuk secara beriringan pada setiap
Kemudian Ali Mustadi
proses pembelajaran. Implementasi
(2014:26) menyebutkan bahwa
pendekatan saintifik yang didasarkan pada
collaborative learning sebagai model
teori konstruktivisme salah satunya
pembelajaran dalam rangka
dituangkan dalam pembelajaran
menanamkan karakter sejak usia
kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif yang
sekolah dasar sangat tepat karena
didasarkan pada teori konstruktivisme
mampu menumbuhkan nilai-nilai sosial memungkinkan siswa juga memiliki
karakter positif, seperti: (1) keterampilan komunikasi dan keterampilan
menumbuhkan rasa tanggung jawab berpikir dan bernalar. Setting
dan mandiri masing-masing siswa; (2) pembelajaran kolaboratif juga
kerja keras dalam belajar dan rasa memungkinkan siswa untuk membentuk

ingin tahu yang kuat untuk karakter yang dibutuhkan dalam waktu

memecahkan masalah secara bersama- yang beriringan dengan terbentuknya


keterampilan. Semakin kuat karakter yang
sama; (3) menambah keberanian dan
baik pada diri seseorang, akan semakin bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
kuat kemauannya untuk belajar dan membina kepribadian generasi muda.
semakin berkembang keterampilan Menurut Ali Mustadi dalam
berpikir dan bernalarnya, begitu pula artikelnya “Pendidikan karakter di sekolah
sebaliknya. Setting pembelajaran adalah sautu system penanaman nilai-nilai
kolaboratif pada matematika akan karakter kepada warga sekolah yag
mengarahkan siswa untuk memiliki meliputi kompoen pengetahuan, kesadaran
karakter yang dikuatkan dengan atau kemauan, dan tindakan untuk
keterampilan berpikir-bernalar dan melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
berkomunikasi. Pada artikel ini akan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
dibahas bagaimana pembelajaran diri sndiri, sesama, lingkungan, maupun
kolaboratif pada matematika beserta kebangsaan sehingga menjadi manusia
penunjang pembelajaran kolaboratif yang insan kamil. Dalam pendidikan karakter di
dilaksanakan secara berkesinambungan sekolah, semua komponen harus
dapat membentuk kekuatan karakter yang dilibatkan, termasuk komponen-komponen
diamanahkan pada Kurikulum 2013.” pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
Menurut Ramli dalam Heri proses pembelajaran dan penilaian,
Gunawan , pendidikan karakter memiliki kualitas hubungan, penanganan atau
esensi dan makna yang sama dengan pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
Tujuannya adalah membentuk pribadi kegiatan kokurikuler, pemberdayaan saran
anak, supaya menjadi manusia yang baik, prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
warga masyarakat yang baik , dan warga seluruh warga dan lingkungan sekolah”.
Negara yang baik. Adapun kriteria Menurut Khan dalam bukunya
manusia yang baik, warga masyarakat Pendidikan Karakter Berbasis Potensi
yang baik , dan warga Negara yang baik Diri, menyebutkan pendidikan karakter
bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara adalah proses kegiatan yang dilakukan
umum adalah nilai-nilai sosial tertentuyang dengan segala daya dan upaya secara sadar
banyak dipengaruhi oleh budaya dan terencana untuk mengarahkan anak
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena didik. Pendidikan karakter juga merupakan
itu, hakikat pendidikan karakter dalam proses kegiatan yang mengarah pada
konteks pendidikan Indonesia adalah peningkatan kualitas pendidikan dan
pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai- pengembangan budi harmoni yang selalu
nilai luhur yang bersumber dari budaya mengajarkan, membimbing, dan membina
setiap menusia untuk memiliki kompetensi Gunawan, Adi.W. 2007. Genius
Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia
intelektual, karakter, dan keterampilan Pustaka Utama, hlm. 173
menarik. Nilai-nilai pendidikan karakter Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan
Karakter Konsep dan Implementasi,
yang dapat dihayati dalam penelitian ini Bandung : Alfabeta, h.23-24.
adalah religius, nasionalis, cerdas, Khan, Yahya. 2010. Pendidikan
Karakter Berbasis Potensi Diri,
tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, Yogyakarta : Pelangi Publishing. h. 34.
dan arif, hormat dan santun, dermawan, Khoiriyah, Annisatul. 2016.
PEMBELAJARAN KOLABORATIF
suka menolong, gotong-royong, percaya PADA MATEMATIKA UNTUK
diri, kerja keras, tangguh, kreatif, MEMBENTUK KARAKTER
GENERASI. Dalam Jurnal Matematika
kepemimpinan, demokratis, rendah hati, dan Pendidikan Matematika Vol. I No.1
toleransi, solidaritas dan peduli Maret 2016
Lickona, Thomas. 1992. Educating
For Character: How Our School Can
Teach Respect and Responsibility, New
KESIMPULAN York : Bantam Books. h. 12-22.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Mustadi, Ali. Pendidikan Karakter
penerapan model collaborative learning Berwawasan Sosiokultural (Sociocultural
merupakan cara yang efektif dalam Based Character Education) di Sekolah
menanamkan karakter gotong royong Dasar, Daerah Istimewa Yogyakarta
pada siswa sekolah dasar. Model (DIY). Diambil dari
pembelajaran collaborative learning http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pen
berpusat pada siswa yang artinya siswa elitian/dr-ali-mustadi-mpd/7-artikel-
yang aktif dalam proses pembelajaran pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-
untuk membangun pengetahuannya kultural-terbit-majalah-dinamika-
dengan cara berkolaborasi teman- pendidikan-2011_2.pdf( 22 Oktober 2017?
Nur, Arifah. 2017. Pengembangan
temannya. Pendidikan karakter gotong
Perangkat Pembelajaran Collaborative
royong dilakukan melalui pembiasaan
Learning Berbasis Kearifan Lokal untuk
yang dimulai sedini mungkin yaitu dari
Meningkatkan Karakter Nasionalisme dan
usia sekolah dasar dan tentunya
Kreatif. Dalam Jurnal Prima Edukasia, 5
memerlukan waktu yang panjang, gotong (1), January 2017 – 2
royong juga merupakan salah satu ciri khas Primadiati, Ika Dewi dan Djukri, D.
budaya bangsa Indonesia yang 2017. Pengaruh Model Collaborative
membedakan dengan bangsa lain yang Learning terhadap Peningkatan Motivasi
harus kita lestarikan. dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD.
Dalam Jurnal Prima Edukasia, 5 (1), 2017,
47-57
DAFTAR PUSTAKA Sari , Achsannanda Maulyta.
Anggorowati, Puput. 2015. MENEGAKKAN TRADISI KERJA
PELAKSANAAN GOTONG ROYONG BAKTISEBAGAI BENTUK
DI ERA GLOBAL (STUDI KASUS DI REVITALISASI NILAI GOTONG
DESA BALUN KECAMATAN TURI ROYONG. Diambil
KABUPATEN LAMONGAN). Dalam dari:http://web.unair.ac.id/admin/file/f_71
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 165_121411331035__Achsannanda-
Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal Maulyta-Sari__Artikel-PIB.pdf( 22
39-53 Oktober 2017)
Setyawan , Wawan Wahyu dan
Mustadi , Ali. 2015. Pengembanga n SS P
Tematik - Int egratif untuk Membangun
Karakter Disiplin dan Kreatif Siswa kelas
1 SD. Dalam Jurnal Prima Edukasia,
Volume 3 - Nomor 1, 201
Sulistyawati , Nanik dan Zuchadi ,
Darmiyati. 2016. IMPLEMENTASI
TEKNIK PEMBELAJARAN
KOLABORATIF DENGAN VARIASI
MEDIA UNTUK PENINGKATAN
HASIL BELAJAR DI SMPN 2
KALIJAMBE. Dalam Harmoni Sosial:
Jurnal Pendidikan IPSVolume 3, No 1,
Maret 2016 (50-61)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahyuni , Mei dan Mustadi , Ali .
2016. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Collaborative Learning
Berbasis Kearifan Lokal. Dalam Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 2,
Oktober 2016
Widodo, Urip. 2013. Penerapan
Metode Pembelajaran Kolaboratif Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Kelas X Pada Mata Pelajaran Membaca
Gambar Sketsa Di SMK Negeri 2 Klaten.
Diambil dari
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10637 (22
Oktober 2017)
Yamin, Martinis, 2011. Paradigma
Baru Pembelajaran. Jambi: Gaung
Persada Press. hlm. 25

Anda mungkin juga menyukai