Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 30, Volume 15 Nomor 1, Juni 2023, hal 54-62

Profil Keterampilan Kerjasama Peserta Didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL)

Students’ Teamwork Profiles on Project-Based Learning (PjBL)

Arya Dwi Susetyadi, Sri Utami


Program Studi Pendidikan Profesi Guru, Fakultas Ilmu Keguruan, Universitas PGRI Madiun, Jl. Setia
Budi No. 85 Madiun, 63118, Jawa Timur, Indonesia
Email : ppg.aryadwisusetyadi38@program.belajar.id

Abstrak
Budaya gotong royong merupakan nilai penting yang diwariskan demi kesatuan bangsa. Pada
profil pelajar Pancasila, nilai gotong royong diwujudkan dalam keterampilan kerjasama. Namun
berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran dan pengalaman saya mengajar, peserta didik tidak
terbiasa bekerja secara kelompok. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil keterampilan
kerjasama peserta didik melalui pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini dilaksanakan
menggunakan langkah Lesson Study, maka penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang
terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (do); dan (3) refleksi (see).
Hasilnya terdapat peningkatan keterampilan kerjasama peserta didik setelah melakukan pembelajaran
berbasis proyek selama 2 siklus lesson study materi sistem pernapasan. Peningkatan terbesar terdapat
pada aspek kontribusi dan pengharapan kualitas. Pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan peserta didik untuk bekerja sama melalui kegiatan diskusi, pembuatan proyek, dan
presentasi.
Kata kunci: gotong royong, keterampilan kerjasama, pembelajaran berbasis proyek

Abstract
The culture of mutual assistance is a significant value inherited for national unity. In the
Pancasila student profile, the value of mutual assistance is manifested in teamwork skills. However,
based on the results of observations of learning and my teaching experience, students need to get used
to working in groups. This study aims to describe the profile of students' teamwork skills through
project-based learning. This research was carried out using the Lesson Study. This research was
carried out in a cycle consisting of three stages, (1) Plan; (2) Do; and (3) See. The result shows
increased students' teamwork skills after conducting project-based learning for two cycles of lesson
study in respiratory system lessons. The most significant improvement is in the aspect of contribution
and quality expectations. Project-based learning provides opportunities for students to work together
through discussions, project creation, and presentations.
Keywords mutual assistance, teamwork skills, project based learning

54
Susetyadi et al.: Profil keterampilan Kerjasama peserta didik………

untuk mewujudkan keadilan sosial, perdamaian,


Pendahuluan
dan kerjasama dalam keberagaman atau
Menyongsong generasi Emas tahun 2045, kebhinekaan global para generasi muda
para generasi muda yakni peserta didik Indonesia. Merujuk pada pandangan Ki Hadjar
merupakan pewaris generasi yang seharusnya Dewantara yakni pendidikan berperan dalam
memiliki nilai-nilai luhur, bertingkah laku baik, pengembangan daya pikir, rasa, karsa, dan raga
berjiwa membangun, cinta tanah air, memiliki seseorang diharapkan dapat membangun serta
visi dan tujuan positif (Handitya, B. 2019). memperkaya kebudayaan bangsa, yakni sistem
Generasi muda sebagai agen perubahan nilai, sistem pengetahuan, dan sistem perilaku
selayaknya harus berperan aktif dalam bersama (Latif, Y. 2020).Pendidikan membantu
mempertahankan tradisi dan kearifan lokal individu untuk mengenal potensi dirinya, dan
sebagai identitas bangsa (Bintari, P. N., & memberikan kesempatan kepada setiap individu
Darmawan, C. 2016; Rolitia, M.,2016). untuk menempatkan keunggulan-keunggulan
Generasi muda mengambil peran penting dalam dirinya di lingkungan sekitarnya.
memantapkan nilai dan karakter Pancasila. Salah satu bentuk reformasi kurikulum
Terlebih perannya di masyarakat sebagai Pendidikan Indonesia saat ini adalah Profil
implementasi dari apa yang diperoleh di Pelajar Pancasila. Profil yang dimaksud ialah
sekolah. Generasi muda harus paham tentang pembentukan karakter peserta didik sebagai
hak dan kewajibannya sebagai pelopor dan generasi muda yang berakhlak mulia, mandiri,
pemberi contoh kepada masyarakat lainnya dan bernalar kritis, kreatif, bergotong royong dan
menjalankan tanggung jawabnya sebagai berkebhinnekaan global (Irawati,et.al 2022;
anggota masyarakat. Rusnaini, R.,et.al 2021). Enam hal ini disebut
Di Indonesia, salah satu nilai luhur yang sebagai indikator profil pelajar Pancasila
dimiliki yakni gotong royong. Dengan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
karakteristik suku dan budaya yang beragam, 2020). Keenam indikator ini dirumuskan dalam
budaya gotong royong merupakan nilai penting rangka untuk membentuk sumber daya manusia
yang diwariskan demi kesatuan bangsa. yang unggul, pelajar sepanjang hayat yang
Sebagaimana dikutip dari pernyataan Kaelan memiliki kompetensi global dan berperilaku
(2013) mengenai sejarah gotong royong di sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Gotong
Indonesia yakni “Semangat gotong royong royong dalam profil pelajar Pancasila
mengungkapkan cita-cita kerakyatan, dimaksudkan dengan kemampuan untuk
kebersamaan dan solidaritas sosial. Berdasarkan melakukan kegiatan bersama-sama dengan
semangat gotong royong dan asas kekeluargaan, sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
negara mempersatukan diri dengan seluruh berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.
lapisan masyarakat.” Gotong royong memiliki elemen diantaranya
Dalam kehidupan sehari-hari, gotong kerjasama, kepedulian, dan berbagi.
royong diwujudkan dengan adanya Sekolah menengah pertama tempat saya
kebersamaan, tidak ada paksaan, atau muncul mengajar, secara geografis terletak di pedesaan
karena adanya kesadaran dan tanggung jawab yang dekat dengan daerah pegunungan namun
yang tinggi melalui rasa memiliki. Gotong hal ini tidak membuat peserta didik jauh dari
royong sebagai nilai budaya berusaha pengaruh modernisasi. Peserta didik pada
memelihara hubungan baik dengan sesamanya, sekolah saya memiliki karakteristik beragam
dan selalu berusaha untuk berbuat adil dengan sehingga perlu adanya berbagai inovasi dalam
sesamanya (Bintari, P. N., & Darmawan, C. pembelajaran, salah satunya dalam penanaman
2016). Seiring perkembangan zaman, karakter gotong royong. Namun berdasarkan
modernisasi dan banyaknya pengaruh dari luar hasil pengamatan pembelajaran dan
yang masuk kepada masyarkat Indonesia pengalaman saya mengajar beberapa minggu
membuat nilai gotong royong ini memudar peserta didik disini tidak terbiasa bekerja secara
serta berkurangnya rasa kebersamaan. kelompok sehingga penanaman karakter
Pendidikan merupakan bidang strategis bekerjasama ataupun bergotong royong dalam
untuk menanggulangi paradigma masyarakat pembelajaran IPA sangat kurang. Peserta didik
yang demikian. Menurut Udin, J., & Nawawi, membutuhkan waktu yang lama dalam
E. (2023), pendidikan diharapkan dapat membentuk kelompok. Terlebih lagi dalam
membangun wawasan, pengetahuan, kegiatan berkelompok mereka tidak tahu apa
keterampilan, dan karakter yang dibutuhkan yang harus dilakukan dan cenderung

55
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 30, Volume 15 Nomor 1, Juni 2023, hal 54-62

menyerahkan tugas kelompok pada salah satu Prosedur penelitian ini terdiri dari dua
peserta didik yang dianggap pintar dan rajin. siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tindakan.
Hal ini diperkuat dengan hasil Secara lebih rinci rencana tindakan untuk setiap
wawancara dengan guru IPA. Guru tersebut siklus dapat diuraikan sebagai berikut.
menyatakan bahwa peserta didik jika diberikan
tugas secara berkelompok, mereka cenderung
menggantungkan tugas tersebut pada salah satu
anggota saja sehingga tugas akan lama
diselesaikan dan mengalami banyak kesulitan.
Sama halnya jika tugas tersebut jika dikerjakan
secara individu, banyak peserta didik yang tidak
mengerjakan dengan berbagai alasan sehingga Gambar 1. Siklus PTK dengan Lesson Study
tugas tidak selesai. Lebih lanjut berdasarkan
hasil asesmen diagnostik mengenai motivasi Sebelum memasuki tahapan siklus,
belajar IPA, peserta didik membutuhkan suatu terlebih dahulu menyiapkan perencanaan
pembelajaran yang inovatif yang berpusat pada penelitian. Adapun tahapan persiapan
peserta didik, mereka mengaku bosan dengan perencanaan penelitian yang dilakukan adalah:
pembelajaran konvensional yang kurang 1. Menetapkan kelas yang akan digunakan
memberikan kesempatan mereka untuk bekerja sebagai penelitian yaitu Kelas VIII dengan
aktif. jumlah peserta didik 1 kelas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 2. Menetapkan jumlah siklus, setiap siklus 2
saya merancang pembelajaran yang diharapkan kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2
menjadi solusi permasalahan tersebut. Salah x 40 menit.
satu pembelajaran yang dapat mendorong 3. Menetapkan fokus observasi dan instrument
penanaman karakter gotong royong yakni untuk observasi.
pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan 4. Menetapkan jenis data, cara pengumpulan
peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. dan analisis data.
Dikutip dari Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. 5. Menetapkan kriteria keberhasilan dari
(2016), pembelajaran berbasis proyek dapat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
menjadi sarana untuk mengembangkan
keterampilan kerjasama dalam tim dikarenakan Waktu dan Tempat Penelitian
dalam pembelajaran berbasis proyek peserta Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII
didik dihadapkan pada permasalahan dunia Sekolah Menengah Pertama pada semester
nyata yang membutuhkan penyelesaian berupa genap tahun pelajaran 2022-2023.
solusi, produk, ataupun layanan yang
membutuhkan kompetensi diantaranya Target/Subjek Penelitian
kerjasama dalam berinovasi. Diperkuat oleh Subyek penelitian yakni peserta didik
Hero, L. M., & Lindfors, E. (2019), melalui kelas VIII sejumlah 30 peserta didik dengan
pembelajaran berbasis proyek, peserta didik rincian 19 peserta didik laki-laki dan 11 peserta
dapat mengelaborasi informasi dan didik perempuan.
berkomunikasi lebih efisien, meningkatkan
keterbukaan, rasa hormat dan berupaya untuk Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data
saling memahami keterampilan, kemampuan Instrumen untuk mengukur keterampilan
dan pengetahuan dalam tim. Tujuan penelitian kerjasama diambil dari Comprehensive
ini adalah mendeskripsikan profil keterampilan Assessment of Team Member Effectiveness
kerjasama peserta didik melalui pembelajaran (CATME). Instrumen digunakan setelah peserta
berbasis proyek. didik melakukan pembelajaran berkelompok.
Keterampilan kerjasama kelompok diamati
Metode Penelitian
berdasarkan (1) penilaian diri sendiri (self-
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rating), dimana masing-masing peserta didik
langkah Lesson Study, maka penelitian ini menilai diri mereka sendiri menggunakan skala
dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri likert dengan rentang 1 sampai 4 mengenai
dari tiga tahap yaitu: (1) perencanaan (plan); kinerja mereka dalam kelompok dan (2)
(2) pelaksanaan (do); dan (3) refleksi (see). penilaian kelompok (peer-rating), di mana
setiap peserta didik menilai masing-masing

56
Susetyadi et al.: Profil keterampilan Kerjasama peserta didik………

anggota dalam timnya dengan menggunakan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Selain
skala likert yang sama. itu, kegiatan pembelajaran setiap siklusnya
Instrumen keterampilan kerjasama dilaksanakan secara berkelompok. Setiap
memiliki 6 aspek yang diukur yakni (1) kelompok diberikan tugas sesuai dengan
kontribusi pada kerja kelompok, (2) Interaksi permasalahan yang diberikan. Peserta didik
dengan rekan satu kelompok, (3) Menjaga diberikan kesempatan untuk melakukan tanya
kelompok untuk fokus, (4) Mengharapkan jawab, ataupun memberikan komentar terhadap
kualitas, dan (5) Memiliki pengetahuan, ide/gagasan yang diberikan oleh anggota
keterampilan, dan kemampuan yang digunakan kelompoknya. Guru model mendukung kerja
dalam bekerja dalam tim (Loughry, M. L,et.al kelompok dengan memberikan materi ajar,
2007). memberikan apresiasi dan penguatan terhadap
diskusi kelompok, dan memberikan penjelasan
Teknik Analisis Data
lebih terhadap proyek yang dilaksanakan.
Hasil dari penilaian diri sendiri dan Evaluasi pembelajaran dilaksanakan di
penilaian kelompok menggunakan likert setiap akhir siklus dengan guru model bersama
dengan rentang 1 sampai 4 kemudian dianalisis observer menyampaikan refleksi dari
secara kuantitatif kemudian diinterpretasikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan juga
melalui tingkat keterampilan kerjasama memberikan apresiasi terhadap kemajuan
kelompok berdasarkan Team Assessment belajar peserta didik. Kegiatan refleksi dibantu
Report (2015) dengan kategori sebagai berikut. dengan lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran yang indikatornya
Tabel 1. Skor Keterampilan Kerjasama mendeskripsikan keadaan peserta didik seperti
Skor rata-rata Kategori keaktifan dan kesulitan yang muncul dialami
skor < 3,20 Rendah peserta didik selama pembelajaran. Saat
3,21 ≤ skor ≤ 3,60 Sedang melakukan refleksi, observer memberikan
skor > 3,61 Tinggi beberapa saran kepada guru model untuk
mengembangkan instruksi pembelajaran yang
Hasil Penelitian dan Pembahasan lebih baik di siklus berikutnya.
Pelaksanaan lesson study, di setiap Sesuai dengan tujuan dari penelitian,
siklusnya terdiri dari 3 tahapan yakni peneliti melaksanakan kegiatan lesson study ini
merencanakan pembelajaran (plan), dengan model pembelajaran berbasis proyek
melaksanakan pembelajaran (do), dan evaluasi yang melibatkan 30 peserta didik kelas 8 pada
pembelajaran (see). Kegiatan yang dilakukan mata pelajaran IPA dengan materi sistem
ketika merencanakan pembelajaran yakni guru pernapasan.
model bersama observer menyusun rencana Fase Merencanakan Pembelajaran
pembelajaran yakni mengidentifikasi capaian
pembelajaran, tujuan pembelajaran,dan Perencanaan pembelajaran IPA pada
menentukan alokasi waktu. materi sistem pernapasan dimulai dengan
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari mengidentifikasi capaian pembelajaran, tujuan
kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pembelajaran, dan alokasi sebagai berikut.

Tabel 2. Perencanaan Pembelajaran


Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Alokasi Waktu
Di akhir fase D, Peserta didik Siklus 1 2 pertemuan
menganalisis sistem pernapasan 1. Peserta didik mampu 2 (2 x 40 menit)
pada manusia dan memahami menjelaskan tentang gangguan
gangguan pada sistem kesehatan yang timbul pada sistem
pernapasan serta upaya menjaga pernapasan
kesehatan sistem pernapasan 2. Peserta didik mendesain
masker anti debu
3. Peserta didik
mempresentasikan produk masker
anti debu.
Siklus 2 2 pertemuan

57
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 30, Volume 15 Nomor 1, Juni 2023, hal 54-62

Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Alokasi Waktu


1. Peserta didik mampu menjelaskan 2 (2 x 40 menit)
tentang usaha penanggulangan
gangguan kesehatan yang timbul
pada sistem pernapasan.
2. Peserta didik membuat prototipe
inhaler alami.
3. Peserta didik mempresentasikan
produk inhaler alami.

Fase Pelaksanaan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan pada Siklus 2


Pada awal pembelajaran, peserta didik
Deskripsi Kegiatan pada Siklus 1
diberikan permasalahan mengenai penyakit
Pembelajaran dilakukan dengan
hidung tersumbat yang biasa peserta didik
mengikuti sintaks yang ada pada model
alami ketika cuaca sedang tidak baik. Peserta
pembelajaran berbasis proyek. Pada awal
didik membagikan pengalamannya ketika
pembelajaran, peserta didik diberikan
mengalami hal serupa dan juga menceritakan
permasalahan mengenai polusi udara yang
apa yang dilakukan untuk melegakan kembali
diakibatkan oleh berbagai kegiatan manusia.
hidungnya yang tersumbat. Peserta didik
Peserta didik diminta memberikan komentar
digiring untuk merumuskan salah satu solusi
terhadap permasalahan tersebut dan
berdasarkan pengalamannya tersebut berupa
memberikan solusi terkait permasalahan
inhaler. Inhaler ini bisa dibuat dari bahan alami
tersebut. Peserta didik digiring untuk
yang ditemukan di lingkungan sekitar. Peserta
merumuskan solusi berupa masker anti debu
didik diberikan tantangan untuk membuat
yang melindungi sistem pernapasan. Secara
prototipe berupa inhaler yang terbuat dari
berkelompok, peserta didik diminta mendesain
bahan-bahan alami di lingkungan mereka.
dan membuat prototipe masker anti debu.
Setelah peserta didik mendesain dan
selesai membuat prototipe, peserta didik
diberikan kesempatan untuk mempresentasikan
dan antar kelompok diberikan kesempatan
untuk menilai masker yang dibuat.

Gambar 2. Kegiatan Membuat Inhaler Alami

Sama halnya seperti pada siklus 1,


peserta didik diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan produknya. Di akhir peserta
didik diberikan kesempatan untuk
Gambar 1. Kegiatan mendesain dan
merefleksikan kembali kegiatan yang telah
mempresentasikan masker
mereka lakukan dan diberikan penilaian
anti debu
kerjasama kembali berupa penilaian diri sendiri
Di akhir pembelajaran, peserta didik
dan penilaian antar kelompok.
diberikan kesempatan untuk merefleksikan
kegiatannya, menilai kelebihan, kekurangan, Fase Evaluasi Pembelajaran
dan perbaikan yang perlu dilakukan. Setelah itu,
Deskripsi Evaluasi pada Siklus 1
peserta didik diberikan kesempatan untuk
Pembelajaran pada siklus ini berhasil
melakukan penilaian kerjasama baik penilaian
dilaksanakan dengan baik. Namun hasil
diri sendiri maupun penilaian antar anggota
pengamatan observer muncul beberapa catatan
kelompok. .
perbaikan, diantaranya

58
Susetyadi et al.: Profil keterampilan Kerjasama peserta didik………

1. Peserta didik membutuhkan waktu lebih Deskripsi Evaluasi pada Siklus 2


lama untuk memahami permasalahan yang Pada siklus ini, pembelajaran berhasil
diberikan. dilaksanakan dengan lebih baik. Peserta didik
2. Peserta didik belum terbiasa mengikuti sudah memahami alur kegiatan yang
pembelajaran berbasis proyek sehingga guru dilaksanakan sehingga kegiatan menjadi lebih
model memberikan bimbingan lebih terkait efektif dan tepat waktu. Peserta didik sudah
hal yang perlu dilakukan peserta didik sesuai tidak ada yang menggantungkan tugasnya pada
dengan perintah yang ada pada lembar kerja anggotanya. Terlihat peserta didik berbagi tugas
peserta didik. dan juga saling berkomunikasi dalam
3. Kerjasama yang dilakukan oleh kelompok menjalankan tugasnya. Terdapat pula anggota
masih belum terlihat, dimana ada beberapa kelompok yang berdiskusi dengan kelompok
peserta didik tidak ikut berpartisipasi dan lain terkait untuk berbagi salah satu bahan yang
tidak mengikuti diskusi pada kelompok. bisa digunakan bersama.
Peserta didik tersebut cenderung
menggantungkan pekerjaan pada anggota Keterampilan Kerjasama Peserta Didik
yang rajin dan pintar. Penilaian keterampilan kerjasama
Observer memberikan beberapa tips diberikan disetiap akhir siklus. Penilaian yang
perbaikan agar hal ini dapat dijadikan bahan dilakukan berupa penilaian antar teman (peer
refleksi yang akan dilakukan pada siklus assessment) dan penilaian diri sendiri (self-
berikutnya. assessment) yang hasilnya sebagai berikut.

Tabel 2. Skor Keterampilan Kerjasama (peer assessment)


Aspek Skor S1 Kategori Skor S2 Kategori
Kontribusi 2,82 Rendah 3,47 Sedang
Interaksi 2,93 Rendah 3,43 Sedang
Menjaga fokus 2,86 Rendah 3,36 Sedang
Mengharap kualitas 3,06 Rendah 3,64 Tinggi
Pengetahuan, keterampilan, kemampuan 2,89 Rendah 3,35 Sedang

Berdasarkan tabel di atas diketahui tinggi. Peningkatan tertinggi pada aspek


bahwa pada siklus satu semua aspek termasuk mengharap kualitas.
kategori rendah. Namun setelah melakukan
pembelajaran pada siklus 2, terjadi peningkatan
pada semua aspek menjadi kategori sedang dan

Tabel 4. Skor Keterampilan Kerjasama (self-assessment)


Aspek Skor S1 Kategori Skor S2 Kategori
Kontribusi 2,96 Rendah 3,57 Sedang
Interaksi 2,94 Rendah 3,52 Sedang
Menjaga fokus 3,23 Sedang 3,43 Sedang
Mengharap kualitas 3,21 Sedang 3,63 Tinggi
Pengetahuan, keterampilan, kemampuan 3,26 Sedang 3,46 Sedang

Berdasarkan tabel di atas, pada siklus 1, Hasil analisis lembar penilaian kerjasama
skor keterampilan berada pada kategori rendah pada penilaian antar kelompok maupun
pada aspek kontribusi dan interaksi, sedangkan penilaian diri terdapat peningkatan
pada aspek menjaga fokus, mengharap kualitas, keterampilan kerjasama dari semua indikator.
dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, Penilaian antar teman (peer assessment)
dan kemampuann masuk ke dalam kategori dilakukan oleh penilaian antar anggota dalam
sedang. Setelah melakukan pembelajaran pada kelompok dan juga berdasarkan pengamatan
siklus 2, skor keterampilan meningkat dari guru model. Peningkatan terjadi di semua aspek
menjadi kategori sedang dan tinggi terutama terutama pada aspek kontribusi terhadap
pada aspek mengharap kualitas. kelompok sebesar 0,65 dan mengharap kualitas
sebesar 0,58. Aspek interaksi dan menjaga

59
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 30, Volume 15 Nomor 1, Juni 2023, hal 54-62

fokus meningkat sebesar 0,50 dan aspek meningkat sebesar 0,46.


pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

Gambar 3. Penilaian keterampilan kerjasama


(Peer Assesment)

Peningkatan ini ditunjukan oleh proyek pun selesai tepat waktu dan lembar kerja
meningkatnya antusiasme peserta didik untuk peserta didik dikerjakan dengan lengkap.
mengerjakan proyek dikarenakan peserta didik Hasil di atas selaras dengan penilaian diri
mulai terbiasa melakukan kerja kelompok. sendiri (self-assessment) yang dilakukan oleh
Peserta didik terbiasa dengan alur kegiatan peserta didik. Peningkatan terjadi pada semua
pembelajaran dan tugas proyek yang diberikan aspek terutama kontribusi dan interaksi.
menarik bagi peserta didik sehingga mereka Penilaian diri menunjukkan seberapa keyakinan
yakin bahwa produk yang dihasilkan akan diri peserta didik dalam keikutsertaannya dalam
memiliki kualitas yang baik. Kegiatan diskusi kerja kelompok. Aspek kontribusi meningkat
dalam kelompok pun meningkat yang sebesar 0,61, interaksi sebesar 0,58, diikuti
ditunjukkan adanya pembagian tugas saat peningkatan pada aspek mengharap kualitas
mengerjakan lembar kerja peserta didik serta sebesar 0,42. Aspek pengetahuan, keterampilan,
munculnya berbagai pertanyaan sebelum dan kemampuan sebenar 0,20 dan terakhir
melaksanakan pekerjaan. Pada siklus 2 kegiatan aspek menjaga fokus.

Gambar 4. Penilaian keterampilan kerjasama


(Self-assessment)

Peserta didik merasa bahwa telah dalam kelompok. Meskipun pekerjaan dibagi
bertanggung jawab dan melaksanakan tugas secara adil, namun mereka tetap
sesuai pembagian tugas yang disepakati mengkomunikasikan tugasnya dalam kelompok
kelompok. Mereka juga melaksanakannya tidak secara efektif. Terdapat ketua kelompok yang
asal namun dikerjakan dengan lengkap dan menjaga antusiasme dan memperingatkan
akurat serta memberikan ide/gagasan terhadap anggotanya jika ada yang semangatnya
produk yang dibuat. Peningkatan kontribusi menurun. Tidak hanya bekerja dalam
tentunya diikuti dengan meningkatnya interaksi kelompok, jika mereka mengalami kesulitan,

60
Susetyadi et al.: Profil keterampilan Kerjasama peserta didik………

mereka juga bertanya kepada kelompok lain berkelompok Kegiatan pembelajaran seperti ini
ataupun berbagi bahan yang diperlukan untuk akan mengembangkan keterampilan kerjasama
membuat produk. peserta didik.
Pembelajaran yang terbiasa hanya
Simpulan dan Saran
dengan model konvensional membuat peserta
didik tidak terbiasa melakukan kerja secara Simpulan
kelompok. Dengan menerapkan pembelajaran Hasil penelitian dan analisis data
berbasis proyek, peserta didik didorong untuk menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
melaksanakan kegiatan pembelajaran diluar keterampilan kerjasama peserta didik setelah
kebiasaan, sehingga hal ini membutuhkan melakukan pembelajaran berbasis proyek
waktu untuk menyesuaikan. Pada pembelajaran selama 2 siklus lesson study materi sistem
berbasis proyek, peserta didik dibiasakan untuk pernapasan. Peningkatan terbesar terdapat pada
menghadapi masalah dunia nyata dimana aspek kontribusi dan pengharapan kualitas.
peserta didik diberikan kesempatan untuk Pembelajaran berbasis proyek memberikan
membuat suatu produk yang merupakan solusi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama
dari permasalahan yang dipaparkan. Selaras melalui kegiatan diskusi, pembuatan proyek,
dengan pendapat Hero, L. M., & Lindfors, E. dan presentasi.
(2019) dan Ku, H. Y.,et.al (2013), pembelajaran
yang melibatkan pemikiran multidisiplin Saran
melalui kerjasama membawa dampak positif Pembelajaran IPA seharusnya merupakan
terhadap keterampilan kerjasama/kerjasama. wadah yang sangat berpotensi dalam
Dalam membuat produk, peserta didik meningkatkan kompetensi peserta didik. Oleh
diberikan kesempatan untuk memberikan karena itu, penerapan pembelajaran yang
ide/gagasannya berdasarkan pengetahuan, bervariasi dan berpusat pada peserta didik perlu
keterampilan, kemampuan yang dimiliki dilakukan secara kontinu. Dalam pengamatan
masing masing kemudian dituangkan melalui tentang keterampilan bekerjasama perlu adanya
diskusi yang dituntun oleh lembar kerja peserta observer yang lebih detail merekam interaksi
didik. Seperti yang diungkapkan oleh antar peserta didik agar terlihat bukti-bukti
Zambrano, J.,et.al (2019), bahwa penguasaan peningkatannya.
pengetahuan berbanding lurus dengan
keberhasilan dalam kerjasama. Namun
kerjasama juga dapat meningkatkan Daftar Pustaka
pengetahuan dan keterampilan peserta didik Asrori, M., & Tjalla, A. (2020). Increasing
(Sa’diyah, K.,et.al 2022). teamwork capacity of high school
Peserta didik mendiskusikan jadwal students through collaborative
kegiatan kemudian merumuskan desain dari teamwork learning. American Journal
produk yang akan dibuat. Disinilah peserta of Educational Research, 8(1), 46-50.
didik dituntut untuk berkontribusi dan Bintari, P. N., & Darmawan, C. (2016). Peran
berinteraksi dengan kelompoknya. Dengan pemuda sebagai penerus tradisi
berdiskusi, peserta didik melatih komunikasi sambatan dalam rangka pembentukan
peserta didik untuk berinteraksi dengan karakter gotong royong. Jurnal
temannya tentang berbagi pemikiran (Asrori, Pendidikan Ilmu Sosial, 25(1), 57-76.
M., & Tjalla, A., 2020; Sa’diyah, K.,et.al Handitya, B. (2019). Menyemai Nilai Pancasila
2022). Selain itu, dengan diberikan jadwal Pada Generasi Muda Cendekia. ADIL
kegiatan, peserta didik dapat fokus pada Indonesia Journal, 1(2).
pekerjaannya agar selesai tepat waktu. Hero, L. M., & Lindfors, E. (2019). Students’
Interaksi yang baik akan mendorong learning experience in a
timbulnya rasa kebersamaan dimana dalam satu multidisciplinary innovation project.
kelompok tumbuh rasa kebersamaan untuk Education+ Training, 61(4), 500-522.
mencapai hasil terbaik. Menurut Sridharan, B., Hero, L. M., & Lindfors, E. (2019). Students’
& Boud, D. (2019), pemberian penilaian diri learning experience in a
sendiri dan penilaian kelompok memberikan multidisciplinary innovation
dorongan motivasi kepada peserta didik karena project. Education+ Training, 61(4),
memberikan kesempatan peserta didik untuk 500-522.
merefleksikan kemampuan dirinya dalam

61
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 30, Volume 15 Nomor 1, Juni 2023, hal 54-62

Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Rusnaini, R., Raharjo, R., Suryaningsih, A., &
Arifin, B. S. (2022). Profil pelajar Noventari, W. (2021). Intensifikasi
Pancasila sebagai upaya mewujudkan profil pelajar pancasila dan
karakter bangsa. Edumaspul: Jurnal implikasinya terhadap ketahanan
Pendidikan, 6(1), 1224-1238. pribadi siswa. Jurnal Ketahanan
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Nasional, 27(2), 230-249.
Pancasila.Yogyakarta: Paradigma Sa’diyah, K., Muchyidin, A., & Izzati, N.
Kementerian Pendidikan dan (2022). Application of Collaborative
Kebudayaan,2020, Sekolah Penggerak Teamwork Learning Model and
dan Profil Pelajar Pancasila, Diakses Guided Note Taking Model and Their
di link diakses tanggal 4 April 2023 Influence on Students' Ability to
dari Understand Mathematical Concepts.
https://sekolah.penggerak.kemdikbud. Journal of Mathematics Instruction,
go.id/. Social Research and Opinion, 1(1),
Ku, H. Y., Tseng, H. W., & Akarasriworn, C. 14-26.
(2013). Collaboration factors, Sridharan, B., & Boud, D. (2019). The effects
teamwork satisfaction, and student of peer judgements on teamwork and
attitudes toward online collaborative self-assessment ability in
learning. Computers in human collaborative group work. Assessment
Behavior, 29(3), 922-929. & Evaluation in Higher Education,
Latif, Y. (2020). Pendidikan yang 44(6), 894-909.
Berkebudayaan: Histori. Konsepsi, Team Assessment Report. (2015). Team
dan Aktualisasi Pendidikan Assessment Report: Based on the
Transformatif (A. Tarigan (ed.). model
Loughry, M. L., Ohland, M. W., & DeWayne in the best-selling book, the five
Moore, D. (2007). Development of a dysfunctions of a team. The table
theory-based assessment of team groups.
member effectiveness. Educational Udin, J., & Nawawi, E. (2023). Penghayatan
and psychological measurement, Nilai Pancasila Dalam Menguatkan
67(3), 505-524. Karakter Dan Identitas Manusia
Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Indonesia Di SMA Negeri 2
Inovasi model pembelajaran sesuai Palembang. Jurnal Pengabdian West
kurikulum 2013. Science, 2(02), 150-161.
Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. Zambrano, J., Kirschner, F., Sweller, J., &
(2016). Nilai Gotong royong untuk Kirschner, P. A. (2019). Effects of
memperkuat solidaritas dalam prior knowledge on collaborative and
kehidupan masyarakat kampung individual learning. Learning and
naga. Sosietas, 6(1). Instruction, 63, 101214.

62

Anda mungkin juga menyukai