Anda di halaman 1dari 5

UTS PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

Rizky Allivia Larasati Haibar (2007044023)

1. Potential ability dan Actual ability merupakan dua kemampuan individu, diperoleh dengan
cara yang berbeda. Keduanya dapat dikombinasikan dan dikembangkan dalam proses
belajar secara maksimal. Untuk mengembangkan Potential ability dan Actual ability
diperlukan keterlibatan beberapa pihak (orangtua, guru di sekolah, Pemerintah berkaitan
dengan kurikulum serta lingkungan). Jelaskan dan sertakan jurnal buku dan linknya (Bobot
Nilai: 40)
Menurut Sukmadinata (2003) dalam Purwanto (2010), kemampuan atau kecakapan
dapat dibagi menjadi dua. Pertama, kecakapan potensial (potential ability) atau
kapasitas (capacity).
Pertama, kecakapan potensial (potential ability) kecakapan potensial merupakan
kecakapan yang masih tersembunyi, belum termanifestasikan dan dibawa dari
kelahirannya. Kecakapan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu inteligensi (intelligence)
dan bakat (aptitude). Kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih
terkandungdalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter).
Inteligensi merupakan kapasitas umum, sedang bakat merupakan kapasitas khusus.
Terdapat beberapa program yang dapat membantu meningkatkan inteligensi pada anak
menurut Soepandi&Pramudya (2009) antara lain dengan belajar kelompok,
menetapkan aturan tingkah laku, memberikan kesempatan bagi anak untuk
bertanggungjawab di rumah, menyelesaikan masalah, menumbuhkan sikap ramah,
melakukan kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Sedangkan bakat merupakan suattu
potensi bawaan yang ada pada setiap orang. Bentuk bakat yang dimiliki oleh setiap
invidu tidaklah sama.
Kedua, kecakapan nyata (actual ability) atau prestasi (achievement). Kecakapan nyata
merupakan kecakapan yang sudah terbuka, termanifestasikan dalam berbagai aspek
kehidupan dan perilaku. Kecakapan ini berpangkal pada kecakapan potensial.
Kecakapan terbentuk karena pengaruh lingkungan. Kecakapan nyata (actual ability)
yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat
segera didemonstrasikan dan diuji sekarang. Sebagai contoh yaitu ketika siswa mampu
menjawab dengan baik tentang pertanyaan dari gurunya, maka inilah yang disebut
dengan kemampuan atau kecakapan nyata (achievement).
Sumber:
Indriani, J. (2015). Anak Berbakat? Bagaimanakah Dia? Seperti Apakah Ia?
https://www.kompasiana.com/in_jannah2014/55005aba813311cb60fa7835/an
ak-berbakat-bagaimanakah-dia-seperti-apakah-ia (diakses pada 19 November
2021 Pukul 23.47)
Purwanto. (2010). Intlegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Vol. 16 No. 4
Soepandi,I., & Pramudya, A. (2009). Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan
Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia.

2. The circle of learning: individual and Group Process”merupakan pembelajaran kolaboratif


melalui proses kehidupan kelompok. “Model ini mendasarkan atas paradigma hubungan
antara aktivitas dan orientasi. Terdapat dua dimensi dalam pembelajaran, yaitu dimensi
aktivitas pembelajaran dan dimensi orientasi proses. Hubungan dua dimensi itu
menghasilkan empat pola pembelajaran yaitu: (1) traditional lectures atau ceramah
tradisional, (2) self-study atau belajar mandiri, (3) concurrent learning atau pembelajaran
bersama, (4) collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif. Gunakan pendekatan
Konstruktivistik dalam menganalisis (Bobot Nilai: 30)
Jawab:
Konstruktivistik merupakan pendekatan yang menekankan pada keaktifan siswa.
Dalam proses pembelajaran, siswa dianggap sebagai individu yang aktif membangun
pengetahuannya sendiri dengan cara mengalami dan mengerjakannya secara terus
menerus sehingga terjadi proses belajar yang nyata. Hingga pada akhirnya terjadi
proses interpretasi dimana siswa mengkontruksi pengetahuan dengan menghubungkan
pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimiliki sebelumnya. Konstruktivistik membantu siswa untuk memahami materi
dengan berdasarkan pengalaman (learning by experience), disamping itu pendekatan
ini juga dapat membantu guru untuk mengembangkan keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umamah (2016),
dapat disimpulkan bahwa jika diberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
eksplorasi akan menunjukkan respon yang positif. The circle of learning: individual
and group process adalah pengembangan model pembelajaran tradisional yang
menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses pembelajaran. Model ini
beranggapan bahwa pembelajaran tidak hanya menjadi tanggungjawab individual,
tetapi menjadi tanggung jawab semua individu (kolaboratif). Pembelajaran yang
memberikan latihan berpikir kritis (critical thinking) dan interaksi sosial (social
interaction) hanya mendapatkkan porsi waktu yang sangat sedikit karena guru hanya
disibukkan dengan tugas rutinitas untuk segera”menuntaskan” kurikulum yang menjadi
tanggung jawabnya. Proses pembelajaran perlu memperhatikan penanaman aspek-
aspek soft skills, yang antara lain kerja sama, rasa saling menghargai pendapat, rasa
saling memiliki, rasa tanggung jawab, kejujuran dan rela berkorban dan seterusnya
yang saat ini terasa diabaikan dan masih belum memperoleh perhatian besar dalam
dunia pendidikan kita. Maka dari itu, kombinasi pola-pola pembelajaran traditional
lectures, self-study, concurrent study, dan collaborative learning juga dilakukan untuk
mencapai tujuan belajar yang konstruktif. Akan tetapi, penting bagi guru untuk mampu
memahami setiap tahapan belajar yang diterapkan serta memahami kemampuan siswa-
siswanya yang heterogen secara individual.
Sumber:
Mulyati, T. (2009). Pendekatan Konstruktivisme dan Dampaknya bagi Hasil Belajar
Matematika Siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar UPI Vol. 1 No. 2
Umamah, R. (2016). Pembelajaran Eksplorasi Kelompok Berbasis Konstruktivisme
untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dan hasil Belajar Materi Sistem
Pernapasan Manusia. Jurnal Scientia Indonesia Vol. 1 No.1
The Circle of Learning: Individual and Group Process.
http://nurmanali.blogspot.com/2011/10/circle-of-learning-individual-and-
group.html (diakses pada tanggal 20 November 2021 Pukul 19:40 WIB)

3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan Pembelajaran luring dan daring selama pandemic covid
berdasarkan jurmal atau teori yang sdr gunakan (Bobot Nilai: 30)
Jawab:
Pendemi dunia yang membahayakan telah diamati oleh beberapa orang m elalui
tahapan dan pengamatan yang sulit, karena yang dihadapi adalah virus yang tidak
kelihatan yaitu virus Covid-19 (Windhiyana, 2020). Covid-19 menyebabkan dampak
yang sangat besar terhadap dunia pendidikan dan dirasakan oleh berbagai pihak
terutama guru, kepala sekolah, peserta didik dan orang tua. Akibat penyebaran covid-
19 yang tinggi di Indoensia, universitas dan perguruan tinggi lainnya ditutup tanpa
terkecuali. Dengan dilakukannya penutupan sekolah, maka pemerintah mengambil
langkah agar proses pembelajaran tidak tertinggal dan peserta didik tetap menerima hak
untuk mendapatkan ilmu. Maka dari itu keputusan pemerintah selanjutnya yaitu proses
pembelajaran tetap berlangsung tapi tidak dengan tatp muka melainkan dengan
pembelajaran daring (online). Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah praktek
komunikasi dimana praktek antara sumber pesan ke penerima pesan (Bulkia et al,
2019). Pembelajaran sangat bergantung terhadap kemampuan guru dan fasilitas sekolah
baik luring maupun daring (Waskito, 2020).
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet
dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan
berbag ai jenis interaksi pembelajaran (Sadikin & Hamidah, 2020). System ini
merupakan hal baru bagi semua orang. Tanpa dipungkiri, terdapat beberapa kekurangan
dari system pembelajaran daring ini. Pertama, siswa menjadi lebih pasif ketika belajar
daring dibandingkan saat luring di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Primawati
(2017) yang mengatakan bahwa ketika pembelajaran daring, siswa cenderung terlihat
enggan mengemukakan pendapat dan menjadi pendengar saja sehingga cenderung
pasif. Berbeda dengan ketika pembelajaran dilakukan secara luring, siswa cenderung
lebih aktif, antusias, dan efektif ketika mengikuti pembelajaran. Kedua,tidak semua
pendidik mampu memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam
pembelajaran daring. Padahal, metode pembelajaran merupakan hal yang krusial dalam
proses belajar mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan
mempengaruhi suasana belajar yang menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kreatifitas (Utami & Gafur, 2015). Hal ini menyebabkan materi yang
disampaikan kurang menyeluruh. Bertolak belakang dengan pembelajaran yang
dilakukan secara luring, materi pembelajaran disampaikan secara jelas dan
menyeluruh. Ketiga, berkaitan dengan fasilitas. Tidak semua siswa memiliki akses
untuk menggunakan gadget dan internet dengan baik.
Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan. Kelebihan dari pembelajaran daring adalah
pembelajaran yang dilakukan lebih fleksibel. Materi yang sudah diajarkan dapat
diberikan kembali tanpa terkendala batasan waktu sehingga lebih efisien. Selain itu,
pembelajaran daring yang diterapkan saat ini diimbangi dengan kemajuan teknologi
yang canggih. Sehingga, disamping siswa belajar materi pembelajaran, mereka juga
bisa mengasah skill penggunaan teknologi informasi dan teknologi dengan baik.
Sumber:
Nengrum, T. A., Solong, N. P., & Iman M. N. (2021). Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajran Luring dan Daring dalam Pencapaian Kompetensi Dasar
Kurikulum Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah 2 Kabupaten Gorontalo. Jurnal
Pendidikan Vol 30 No 1
Primawati. (2017). Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Mengunakan
Metode Talking Stick Improved Student Learning Activities and Outcome.
Invotek, 17 (1), 73 80.
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid 19.
Biodik, 6 (2),109119. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759
Utami, P. S. S., & Gafur, A. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta. Harmoni
Sosial: Jurnal Pendidikan IPS 2 (1), 97103. https:// doi.org/10.
21831/hsjpi.v2i1.4622
Waskito. (2020). Hubungan Persepsi Siswa Tentang Fasilitas Belajar Pada Mata Diklat
Gambar Teknik Jurusan Teknik Mesin Smk Negeri 1 Pariaman the Correlation
Between Students’ Perception of Learning Facilities in the Skills of Engineering
Drawings in Mechanical Engineering. 2 (4), 17.
Windhiyana, E. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Kegiatan Pembelajaran Online Di
Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia. Perspektif Ilmu Pendidikan 34 (1),18.
https://doi.org/10.21009/pip.341.1

Anda mungkin juga menyukai