Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM

MEMBENTUK KARAKTER DAN PENGEMBANGAN DIRI


(Extracurricular Activities Influence of Religious in Character and Forming Self Development)

Muhammad Makki
makki@gmail.com
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare
Ramlah
ramlah@gmail.com
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare
Rudi Hartono
Rudihartono77@gmail.com

Abstract, This research is a study to reveal the actual on the Influence of religious extracurricular activities in shaping the
character and personal development of students of MAN 1 Baraka. The subject matter of which there is how the
substance of religious activity in shaping the character and personal development of students of MAN 1 Baraka and how
the implementation and the impact of extracurricular activities in shaping the character and personal development of
students, both intellectual development and spiritual development of students in MAN 1 Baraka. With adannya religious
extracurricular activities at school are expected to be medium to prepare students to compete with other schools other course
can be done with partisifasi or collaboration between students and teachers. From the data obtained in the field indicate
that the influence of religious extracurricular activities if it is organized properly, it will shape the character development of
students' self MAN 1 Baraka become qualified. With this, the intellectual and spiritual development will always be
controlled and highly competitive as well as a control tool in carrying out all activities in the community.
Keywords: Extracurricular, Self Development, Character
Penelitian ini merupakan suatu studi untuk mengungkapkan secara aktual tentang Pengaruh kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan dalam membentuk karakter dan pengembangan diri siswa MAN 1 Baraka.
Dengan pokok permasalahan yang ada adalah bagaimana substansi kegiatan keagamaan dalam
membentuk karakter dan pengembangan diri siswa MAN 1 Baraka dan bagaimana penerapan serta
pengaruh kegiatan ekstrakurikuler dalam membentuk karakter dan pengembangan diri siswa, baik
pengembangan intelektual maupun pengembangan spiritual siswa di MAN 1 Baraka. Dengan adannya
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah diharapkan menjadi media untuk mempersiapkan siswa
agar bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lain lain yang tentunya bisa dilakukan dengan partisifasi atau
kerjasama antara siswa dengan guru. Dari data-data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa
pengaruh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan apabila di organisir dengan baik, maka akan membentuk
karakter pengembangan diri siswa MAN 1 Baraka menjadi yang mumpuni. Dengan hal ini maka
pengembangan intelektual maupun spiritual akan selalu terkontrol dan berdaya saing tinggi serta
menjadi alat kontrol dalam melaksanakan segala aktifitas di dalam masyarakat.
Kata Kunci: Ekstra Kurikuler, Pengembangan diri, Karakter

PENDAHULUAN sebagaimana yang dinyatakan oleh Sikun Pribadi,


Sebagai akibat dari perkembangan ilmu beliau mengatakan bahwa “Karena orang tua
pengetahuan dan teknologi, orang tua tidak tidak mampu memberikan pendidikan
mampu lagi untuk memberikan pendidikan bagi selanjutnya dalam bentuk berbagai kecakapan
anak-anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas dan ilmu pengetahuan, kita tidak dapat
tersebut diperlukan orang-orang yang memiliki menggambarkan masyarakat tanpa sekolah. Di
keahlian tentang kegiatan pendidikan dan dalam sekolah bekerja orang-orang yang khusus
mendidik. Para guru di dalam lembaga dididik untuk keperluan mengajar”.1
pendidikan formal adalah orang dewasa yang
telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah
untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, 1Sikun Peribadi, Dasar-dasar dan Konsep Pendidikan,
(Cet; I : Jakarta, FIP-IKIP, 1982), h. 72.

75
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

Oleh karena itu, sekolah memiliki fungsi mathematics, didiklah menjadi intelektual yang
dan peranan yang sangat penting dan strategis handal.3
dalam menyiapkan anak didik untuk kehidupan Pengembangan ketujuh potensi
masyarakat. Sekolah bukan hanya semata-mata kecerdasan tersebut, sudah barang tentu harus
sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dibarengi dengan pembinaan karakternya. Arsitek
dan pemberi jasa yang sangat erat kaitannya yang handal sudah barang tentu harus memiliki
dengan pembangunan yang sedang dilaksanakan. enam atau sembilan pilar karakter yang telah
Olehnya itu seharusnya kita sebagai generasi disebutkan. Demikian seterusnya dengan potensi
muda harus turut ambil andil dalam kecerdasan yang lainnya.
pembangunan bangsa dan Negara. Allah SWT Siswa harus dikembangkan semua
berfirman dalam Al-Quran dalam surah at- potensi kecerdasan gandanya. Upaya inilah yang
Taubah (9) : 122 : menjadi kebijakan utama pembangunan
pendidikan nasional di negeri tercinta ini.
         Amanat mencerdaskan kehidupan bangsa harus
selalu menjiwai setiap daya upaya pembangunan
         pendidikan. Tidak ada pendidikan, tidak ada
pembangunan sosial-ekonomi. Demikian pesan
       Ho Chi Mien, bapak pendidikan bangsa Vietnam
kepada aparat pendidikan di negaranya. Hanya
dengan pendidikan, negeri ini akan dapat kita
Terjemahnya : bangun menjadi negara dan bangsa yang
Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya memiliki daya saing yang setaraf dengan negara
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap- dan bangsa lain di dunia.4
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama keagamaan di sekolah diharapkan menjadi media
dan untuk member peringatan kepada kaumnya untuk mempersiapkan siswa untuk bisa bersaing
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya dengan negara-negara lain yang tentunya hanya
mereka itu dapat menjaga dirinya.2 bisa di lakukan dengan partisipasi atau kerja sama
Pengembangan wawasan siswa antara siswa dengan guru. Dengan jalan guru
merupakan suatu hal yang penting dan memiliki memberikan materi pelajaran yang memang
makna tersendiri bagi pertumbuhan dan bermutu tinggi, sedangkan siswa mempersiapkan
perkembangan anak didik, dalam hal ini akan diri menerima materi tersebut. Sehingga dengan
membentuk karakter siswa ke depannya. kerjasama tersebut akan menciptakan generasi
Karakter siswa itu akan terbentuk sesuai dengan yang berdayasaing tinggi.
aktifitas yang dilakukannya. Demikian pula dengan kegiatan
Amanat Pembukaan UUD 1945 yang ekstrakurikuler keagamaan, apabila diorganisir
menyebutkan tentang empat tujuan negara ini dengan baik, maka akan membentuk karakter
didirikan. Salah satu tujuan itu adalah dan pengembangan diri siswa MAN 1 Baraka
”mencerdaskan kehidupan bangsa”, dalam arti menjadi siswa yang mumpuni. Dengan hal ini
menemukan dan mengembangkan potensi maka pengembangan intelektual maupun
kecerdasan semua anak bangsa. Anak bangsa spiritual akan selalu terkontrol dan berdaya saing
yang memiliki potensi kecerdasan spatial, didiklah tinggi, serta menjadi alat control dalam
menjadi arsitek yang handal. Anak bangsa yang melaksanakan segala aktifitas di dalam
memiliki potensi kecerdasan language, didiklah masyarakat. Untuk menuntun pembahasan-
menjadi ahli bahasa yang hebat. Demikian pembahasan secara ilmiah dari telaah dan kajian
seterusnya dengan potensi kecerdasan yang skripsi ini, diperlukan suatu rumusan masalah
lainnya, sampai dengan potensi kecerdasan logical yang merupakan titik fokus pembahasan,
3Suparlan. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan.
http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-
2Departemen Agama R.I., Al-qur’an dan karakter-dan-kecerdasan-288.php. (9 September 2011)
terjemahnya (Semarang : Toha Putra, 1989), h. 301-302. 4Ibid

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


76
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

sehingga dalam mengkaji tema yang dijadikan Pusaka (PASKIBRAKA). 2) Karya Ilmiah,
penelitian dapat mengena pada sasaran yang meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
dimaksud. penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik,
Masalah pokok yang dibahas dalam skripsi penelitian. 3) Latihan/lomba keberbakatan/prestasi,
ini adalah “Sejauh Mana Pengaruh Kegiatan meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan
Ekstrakurikuler keagamaan Dalam Membentuk budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.
Karakter Dan Pengembangan Diri Siswa Di 4) Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan
MAN 1 Baraka ?”. Permasalahan pokok ini substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan,
selanjutnya akan dijabarkan kedalam beberapa perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya5.
sub permasalahan, yaitu sebagai berikut 1) PEMBENTUKAN KARAKTER
Bagaimana substansi kegiatan ekstrakurikuler Unsur dalam Pembentukan Karakter
keagamaan di MAN 1 Baraka 2) Bagaimana Unsur terpenting dalam pembentukan
penerapan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di karakter adalah pikiran, karena pikiran yang di
MAN 1 Baraka dalam membentuk karakter siswa dalamnya terdapat seluruh program yang
pada sekolah tersebut ? 3) Bagaimana pengaruh terbentuk dari pengalaman hidupnya dan
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di merupakan pelopor segalanya. Program ini
MAN 1 Baraka dalam pengembangan diri siswa, kemudian membentuk sistem kepercayaan yang
baik pengembangan intelektual maupun akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang
pengembangan spiritual siswa sekolah tersebut bisa mempengaruhi perilakunya.
PEMBAHASAN Menurut Rhonda Byrne dalam bukunya
Ekstrakurikuler “The Secret” “Jika program yang tertanam tersebut
Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran
“Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah universal, maka perilakunya berjalan selaras
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut
pelayanan konseling untuk membantu membawa ketenangan dan kebahagiaan.
pengembangan peserta didik sesuai dengan Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka
melalui kegiatan yang secara khusus perilakunya membawa kerusakan dan
diselenggarakan oleh pendidik dan atau menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu,
tenaga kependidikan yang berkemampuan dan pikiran harus mendapatkan perhatian serius”. 6
berkewenangan di sekolah / madrasah”. Proses Pembentukan Karakter
Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler Kehidupan manusia di dunia ini
Fungsi kegiatan ekstra kurikuler 1) dihadapkan dengan permasalahan yang sama,
Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra yaitu kehidupan duniawi. Akan tetapi respon
kurikuler untuk mengembangkan kemampuan yang kita berikan terhadap permasalahan tersebut
dan kreativitas peserta didik sesuai dengan berbeda-beda. Di antara kita, ada yang hidup
potensi, bakat dan minat mereka. 2) Sosial, yaitu penuh semangat, sedangkan yang lainnya hidup
fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk penuh malas dan putus asa. Di antara kita juga
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung ada yang hidup dengan keluarga yang damai dan
jawab sosial peserta didik. 3) Rekreatif, yaitu tenang, sedangkan di antara kita juga ada yang
fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk hidup dengan kondisi keluarga yang berantakan.
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan Di antara kita juga ada yang hidup dengan
dan menyenangkan bagi peserta didik yang perasaan bahagia dan ceria, sedangkan yang lain
menunjang proses perkembangan. 4) Persiapan hidup dengan penuh penderitaan dan keluhan.
karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk Padahal kita semua berangkat dari kondisi yang
mengembangkan kesiapan karir peserta didik. sama, yaitu kondisi ketika masih kecil yang penuh
Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler
Jenis kegiatan ekstra kurikuler 1) Krida, 5Techonly13.Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler.
meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar http://techonl y13.wordpress.com. (15 Agustus 2011)
Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah 6Rhonda Byrne, The Secret, (Jakarta: PT Gramedia,
Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera 2007), h.17

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 77


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

semangat, ceria, bahagia, dan tidak ada rasa takut bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan
atau pun rasa sedih. semakin membahagiakan. Sebaliknya, jika sistem
Menurut pendapat Ariesandi Setyono kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak
“Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga baik, dan konsep dirinya buruk, maka
tahun, atau mungkin hingga sekitar lima tahun, kehidupannya akan dipenuhi banyak
kemampuan menalar seorang anak belum permasalahan dan penderitaan”.8
tumbuh sehingga pikiran bawah sadar Ketika mereka telah memasuki sekolah,
(subconscious mind) masih terbuka dan menerima mereka mengalami banyak perubahan mengenai
apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan konsep diri mereka. Di antara mereka mungkin
ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari merasa bahwa dirinya bodoh. Akhirnya mereka
orang tua dan lingkungan keluarga”.7 putus asa. Kepercayaan ini semakin diperkuat lagi
Dari mereka itulah, pondasi awal setelah mengetahui bahwa nilai yang
terbentuknya karakter sudah terbangun. Pondasi didapatkannya berada di bawah rata-rata dan
tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep orang tua mereka juga mengatakan bahwa
diri. Jika sejak kecil kedua orang tua selalu mereka memang adalah anak-anak yang bodoh.
bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa Tentu saja, dampak negatif dari konsep diri yang
mengambil kesimpulan sendiri bahwa buruk ini bisa membuat mereka merasa kurang
perkawinan itu penderitaan. Tetapi, jika kedua percaya diri dan sulit untuk berkembang di kelak
orang tua selalu menunjukkan rasa saling kemudian hari.
menghormati dengan bentuk komunikasi yang Interpretasi Tentang Pengembangan
akrab maka anak akan menyimpulkan ternyata Intelektual dan Spiritual
pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak Istilah tersebut terdiri dari dua sasaran
ketika sudah tumbuh dewasa. interpretasi, masing-masing adalah
Semua pengalaman hidup yang berasal ‘Pengembangan Intelektual’ dan ‘Pengembangan
dari lingkungan kerabat, sekolah, televisi, Spiritual’, yang memiliki pengertian yang
internet, buku, majalah, dan berbagai sumber berbeda-beda antara satu sama lain. untuk
lainnya menambah pengetahuan yang akan memperoleh pengertian yang kongkrit, maka
mengantarkan seseorang memiliki kemampuan penulis akan mengemukakan interpretasinya satu
yang semakin besar untuk dapat menganalisis persatu, sebagai berikut :
dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah, peran a. Pengembangan Intelektual. W. J.
pikiran sadar menjadi semakin dominan. Seiring S. Poerwadarminta berpendapat bahwa
perjalanan waktu, maka penyaringan terhadap “Pengembangan intelektual terdiri dari dua
informasi yang masuk melalui pikiran sadar istilah, yaitu ‘Pengembangan’ dan ‘Intelektual’.
menjadi lebih ketat sehingga tidak sembarang ‘Pengembangan’ secara sempit berarti
informasi yang masuk melalui panca indera dapat ‘menjadikan suatu hal menjadi maju dan
mudah dan langsung diterima oleh pikiran bawah sempurna, atau bertambah sempurna tentang
sadar. Alicia dalam bukunya Teori Pembentukan pikiran dan pengetahuan”.9
Karakter berpendapat bahwa “Semakin banyak Sedangkan pengertian secara luas
informasi yang diterima dan semakin matang menurut M. Arifin mengandung pengertian
sistem kepercayaan dan pola pikir yang tentang “Usaha orang dewasa secara sadar untuk
terbentuk, maka semakin jelas tindakan, membimbing dan mengembangkan kepribadian
kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing serta kemampuan dasar peserta didik, baik dalam
individu. Dengan kata lain, setiap individu berikhtiar, membentuk dan mengarahkan fitrah
akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief
system), citra diri (self-image), dan kebiasaan (habit)
yang unik. Jika sistem kepercayaannya benar dan 8AliciaTeori Pembentukan Karakter. http://koleksi-
selaras, karakternya baik, dan konsep dirinya
skripsi.blogspot.com/2008/07/teori-pembentukan-
karakter.html. (9 September 2011)
7Ariesandi Setyono, Hypnoparenting: Menjadi
9
Orangtua Efektif dengan Hipnosis, (Jakarta: PT. Gramedia W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Pustaka Utama, 2006), h. 50 Indonesia, (Cet. VII; Jakarta : PN. Balai Pustaka, 1984), h. 473

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


78
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

manusia supaya berkembang sampai pada titik Jika dicermati secara seksama, maka
yang maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan pengembangan intelektual dan spiritual
tujuan yang dicita-citakan”.10 memiliki ciri khas dan sasaran yang berbeda
Kemudian istilah ‘Intelektual’, dapat berdasarkan perbedaan pengertian intelektual
diinterpretasikan tentang kecerdasan yang tinggi, dan spiritual itu sendiri. Oleh karena itu, tujuan
daya ingat yang kuat, berfikir jernih sesuai dari kedua hal yang dimaksud masing-masing
dengan kaidah ilmu pengetahuan dan cendikia. adalah, sebagai berikut :
Istilah intelektual berasal dari kata ‘Intelek’, yang a. Tujuan Pengembangan Intelektual
berarti Proses pikiran yang lebih tinggi yang Tujuan pengembangan intelektual lebih
berkenaan dengan pengetahuan, daya akal budi, berorientasi untuk meningkatkan kecerdasan akal
kecerdasan berfikir, terpelajar dan cendikia. atau dalam istilah paedagogis yaitu untuk
Intelektual; cerdas, berakal dan berfikiran jernih mengembangkan potensi kognitif. Secara
berdasarkan ilmu pengetahuan, memiliki sederhana dapat dikiaskan dengan usaha untuk
kecerdasan tinggi, cendikiawan.11 meningkatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya
Bertolak dari beberapa kutipan tersebut di sampai pada titik maksimal yang dapat
atas, maka dapat diberikan interpretasi secara ditampung oleh akal pikiran peserta didik.
terpadu bahwa pengembangan intelektual adalah Pengembangan intelektual lebih berorientasi
usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam kepada pemberian informasi oleh pendidik
meningkatkan pembentukan kepribadian peserta kepada peserta didik.
didik yang orientasinya mengarah kepada b. Tujuan Pengembangan Spiritual
aktivitas menanamkan ilmu pengetahuan, Adapun tujuan pengembangan spiritual
keterampilan, akhlak, budi pekerti. Dengan kata lebih diorientasikan untuk meningkatkan
lain bahwa pengembangan intelektual dapat kesadaran jiwa atau untuk membentuk watak
diimplisitkan sebagai upaya memerangi seseorang. Dengan kata lain bahwa tujuan
keterbelakangan serta kebodohan seiring dengan pengembangan spiritual adalah untuk
usaha meningkatkan kecerdasan atau kepandaian. membentuk kepribadian seseorang dalam sasaran
b. Pengembangan Spiritual. pengembangan aspek afektif, dengan tujuan
Pengembangan spiritual berarti usaha manivestasi amal perbuatan atau ekspresi jiwa.
sadar pendidik untuk meningkatkan kepribadian Kedua aspek tersebut di atas saling
peserta didik sesuai dengan indikator yang terkait erat dan tak terpisahkan, dimana
diinginkan. Istilah ‘Spiritual’ itu sendiri pengembangan intelektual bertujuan
mengandung pengertian tentang Sesuatu yang meningkatkan kecerdasan berfikir serta
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, meningkatkan perbendaharaan pengetahuan
rohani, bathin. Spiritualisasi adalah pembentukan peserta didik, sedangkan pengembangan spiritual
jiwa; penjiwaan. Spiritualisme adalah aliran bertujuan untuk menstimulir kepribadian peserta
Filsafat yang mengutamakan kerohanian.12 didik sesuai dengan ilmu pengetahuan yang
Dari pengertian tersebut, maka dimiliki. Keduanya saling membutuhkan dalam
interpretasi pengembangan spiritual adalah usaha memproyeksikan pembentukan manusia
sadar dalam berikhtiar untuk membentuk jiwa seutuhnya. Jika proses penerapannya tidak
manusia sesuai dengan tujuan yang diinginkan. seimbang, dimana aktivitas pembentukannya
Tujuan Pengembangan Intelektual dan hanya bertumpu pada pengembangan intelektual,
Spiritual maka peserta didik didalam kehidupannya hanya
berilmu tanpa beramal. Sebaliknya, jika hanya
diorientasikan kepada pengembangan spiritual,
10M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan maka peserta didik dalam kehidupannya akan
Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Cet. I; Jakarta :
Bulan Bintang, 1975), h. 14 beramal tapi tak berilmu. Ilmu tanpa amal
11Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Demikian
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. V; Jakarta : Balai pula amal tanpa ilmu atau berbuat sesuatu tanpa
Pustaka, 1995), h. 383. Lihat juga Poerwadarminta, op.cit., mengetahui dasar hukumnya, cenderung akan
h. 384 mencelakakan dirinya sendiri, jika amalan yang
12Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

op.cit., h. 960

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 79


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

dikerjakan adalah bid’ah dalalah (ikut-ikutan dalam sedang bakat dan pembawaan sejak lahir
kesesatan). dianggap tidak ada pengaruhnya. Pemikiran
Lebih tegasnya, bahwa pengembangan aliran ini dikenal dengan istilah Tabula Rasa14.
intelektual dan spiritual bertujuan untuk Setiap anak yang lahir kedunia dalam keadaan
mencerdaskan kehidupan peserta didik dan kosong, tak punya kemampuan dan bakat
mengembangkan dirinya menjadi manusia apapun. Hendak menjadi apa seorang anak
seutuhnya, yaitu manusia yang berilmu tersebut kelak dikemudian hari, tergantung pada
pengetahuan, beriman dan bertaqwa terhadap pengalaman atau lingkungan yang mendidiknya.
Allah swt., dan berbudi pekerti luhur, memiliki Kemampuan atau keahlian bekreatifitas
keterampilan dan dapat mengkaryakan seseorang memang banyak dipengaruhi oleh
keterampilannya dalam bentuk karya nyata dan banyak sedikitnya kesempatan dan fasilitas
memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar. Keberadaan orang tua hanyalah
kepribadiannya yang mantap dan mandiri. merupakan mukadimah dalam pembentukan
Faktor-faktor dan Tahap Pembentukan kepribadian anak.
Kepribadian 3. Aliran Konvergensi,
Faktor-faktor Pembentukan Kepribadian Aliran konvergensi yang diprakarsai oleh
Fungsi kepribadian, baik secara seorang filosof yang berasal dari Jerman,
jasmaniah maupun fungsi kejiwaan dalam bernama Lois William Stern (1871-1938), ia juga
pembentukannya menuju kematangan sangat seorang psikolog. Aliran konvergensi
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor berpendapat bahwa :"Perkembangan dan
yang mempengaruhi pembentukan kepribadian pembentukan seorang anak ditentukan oleh
tersebut para ahli pendidikan berbeda pendapat, faktor bakat yang merupakan warisan dari orang
hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang tua yang melahirkannya dan faktor pengalaman
dan pendekatan mereka terhadap eksistensi dari lingkungan dan alam yang dilaluinya".15
manusia tidak sama.
Adapun aliran-aliran yang berhubungan Para penganut aliran ini berkeyakinan
dengan faktor-faktor tersebut, adalah sebagai bahwa faktor warisan tidak memiliki arti apapun
berikut : jika tidak didukung oleh pengalaman. Sebaliknya
1. Aliran Nativisme, faktor pengalaman juga tidak memiliki arti jika
H. Abu Ahmad dalam bukunya Psikologi tidak disertai oleh faktor warisan. Antara faktor
Perkembangan : “Nativisme adalah sebuah doktrin warisan dengan faktor pengalaman sama andilnya
filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran dalam menentukan masa depan seorang anak.
psikologis. Tokoh utama dari aliran ini adalah Aliran konvergensi merupakan
Athur Schopen Hauer (1788-1860) seorang perpaduan antara pemikiran nativisme dan
filosof Jerman. Aliran ini berkeyakinan bahwa empirisme. Ketiga pemikiran tentang faktor yang
pembentukan dan perkembangan manusia itu mempengaruhi perkembangan anak telah banyak
ditentukan oleh pembawaannya, sedang memberikan andil dalam dunia pendidikan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh sebagai lembaga yang terorganisir dalam
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan membina dan mengarahkan proses pembentukan
seperti ini disebut Pesimisme Paedagogis”.13 dan perkembangan kepribadian manusia menuju
2. Aliran Empirisme, tercapainya cita-cita yang luhur. Namun kita
Aliran ini bernama asli “The School of tidak dapat memungkiri bahwa adanya bakat
British Empiricism’ (Aliran Empirisme Inggris). yang merupakan watisan dari orang tua dan
Tokoh utama dalam aliran ini bernama John lingkungan mampu memaksimalkan hasil proses
Locke (1632-1704). Aliran empirisme pembentukan dan perkembangan manusia.
berpendapat bahwa perkembangan dan Artinya, tidak hanya pembawaan dan lingkungan
pembentukan individu semata-mata bergantung yang dapat menentukan keberhasilan seseorang,
pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, melainkan ditentukan juga oleh dirinya sendiri.

13H. Abu Ahmad, Psikologi Perkembangan, (Cet. I; 14Ibid

Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 21 15Ibid

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


80
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

Hal ini disebabkan karena setiap individu bekerja secara rutin dan monoton, maka
memiliki potensi psikologis tersendiri yang cenderung untuk berada pada titik jenuh tersebut
memungkinkan dirinya mampu berkembang dan tidak berkembang lagi. 3) Kemungkinan
dalam konteks lingkungan tertentu. Ketiga; bagi mereka terus belajar dan
Muhibbin Syah, menyatakan bahwa mengembangkan informasi-informasi mutakhir,
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya perkembangan dan pembentukan tersebut dapat
mutu hasil perkembangan seseorang pada terjadi meskipun hanya bersifat perluasan atau
dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu 1) Faktor pendalaman.17
Intern, yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang Selengkapnya, pembentukan dan
itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi perkembangan manusia meliputi beberapa aspek,
psikologis tertentu yang turut mengembangkan yaitu sebagai berikut :
diri sendiri. 2) Faktor Eksternal, yaitu hal-hal 1. Aspek Fisiologis,
yang datang atau ada di luar diri seseorang yang Aspek fisiologis pada diri manusia
meliputi lingkungan, khususnya pendidikan, dan didasarkan pada teori Sigmund Freud. Sigmund
pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.16 Freud mengatakan bahwa pribadi manusia pada
Faktor intern khususnya potensi dasarnya adalah Lebido Seksual, lebih lanjut ia
psikologis tertentu yang merupakan modal mengatakan bahwa pribadi manusia mengalami
individu dalam menangkap dan memahami perkembangan dengan dinamika yang tidak stabil
makna yang tersirat pada obyek informasi yang sejak manusia dilahirkan sampai pada usia dua
diperoleh melalui panca indera. Dan inilah yang puluh tahun. Pembentukan dan perkembangan
menyebabkan cepatnya proses kedewasaan pada dari lahir sampai usia dua puluh tahun ini
diri setiap individu. Untuk itu, seorang pendidik menurut Sigmund Freud sangat menentukan bagi
dituntut agar memiliki kemampuan atau keahlian pembentukan serta perkembangan pribadi
dalam disiplin ilmu psikologi, khususnya yang manusia. Sigmund Freud, mengemukakan adanya
berhubungan dengan anak atau dalam hal ini enam tahap pembentukan serta perkembangan
adalah peserta didik. fisiologis manusia, sebagaimana yang
Tahap Pembentukan Kepribadian dikemukakan oleh Wasty Soemanto, dalam
Menurut Abin Syamsuddin Makmun, bukunya Psikologi Pendidikan, Keenam tahap
bahwa perkembangan dan pembentukan tersebut adalah : (1) Tahap Oral, (2) Tahap Anal,
kepribadian manusia, kemungkinan melalui tiga (3) Tahap Falish, (4) Tahap Laten, (5) Tahap
tahap, yaitu 1) Kemungkinan Pertama; bagi Pubertas, (6) Tahap Genetikal.18
mereka yang tidak memperoleh kesempatan Dalam buku yang sama, Wasty Soemanto
untuk belajar atau melatih fungsi-fungsinya, juga mengemukakan pendapat Gessel dan
terutama dari segi intelektual, maka Amatruda tentang tahap pembentukan serta
kemampuannya cenderung tidak berkembang lagi perkembangan pribadi manusia, yaitu : Tahap
sampai pada usia sekitar 40 tahun, bahkan setelah konsepsi, embrionik, fetal, perluasan fetal,
mencapai usia tersebut kemampuannya mulai perkembangan reflek-reflek, perkembangan alat
menurun, malahan tidak berkurang jumlahnya pernafasan, perkembangan fungsi tangan,
yang menuju pikun pada hari-hari tuanya.2 ) perkembangan fungsi otonomik, perkembangan
Kemungkinan Kedua; bagi mereka yang bernasib kelahiran, perkembangan fungsi penglihatan,
baik untuk memperoleh kesempatan belajar atau perkembangan otot dan anggota badan,
melatih fungsi-fungsi psiko-fisiknya lebih lanjut, keseimbangan kepala, tahap belajar matematik,
maka kemampuan fungsi-fungsi masih ada tahap sosialitas, tahap intelektual, tahap pubertas,
baiknya yang bersifat peningkatan atau perluasan dan tahap pematangan fisiologis.19
sampai taraf usia sekitar 40 tahun pula. Namun
selanjutnya, setelah menjalani usia tersebut tidak 17Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi
berkesempatan lagi belajar, melainkan hanya Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran, Modul, (Cet. I;
Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996), h. 58
18Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan; Landasan
16Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; Suatu Kerja Pemimpin Pendidikan, (Cet. IV; Rineka Cipta : Jakarta,
Pendekatan Baru, (Cet. I; Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998), h. 64
1995), h. 46 19Wasty Soemanto, Ibid., h. 65-67

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 81


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

Proses pembentukan dan perkembangan perkembangan pada masa adolesen. Dalam tahap
fungsi fisiologi pada manusia, berawal ketika ruh ini, kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh
Ilahi ditiupkan kedalam tubuh manusia pada saat dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini
kandungan seorang ibu berusia 120 hari atau 4 membuat orang mulai tertarik pada orang lain
bulan. Sebelum ruh Ilahi ditiupkan kedalam yang berlainan jenis. Disamping itu, orang mulai
tubuh manusia yaitu pada permulaan konsepsi, mengembangkan pengertian tentang kenyataan
sehingga janin berusia 120 hari, proses hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku
pembentukan serta perkembangan individu yang bernilai moral dan sosial sertaindividual.
berdasarkan sunnatullah. Artinya perubahan- Akibat dari nilai-nilai tersebut dapat
perubahan yang terjadi pada janin berdasarkan mengarahkan dorongan seksualnya. 5) Tahap
hubungan hukum alam. pembentukan dan perkembangan pematangan
2. Aspek Psikologis diri. Pada tahap ini, individu mengalami
Pembentukan serta perkembangan aspek pembentukan dan perkembangan menuju
psikologis pada diri manusia menurut Abin penyempurnaan fungsi-fungsi jasmaniah dan
Syamsuddin Makmun terjadi setelah manusia rohaniah melalui bantuan kemampuan berfikir
lahir kedunia. Aspek psikologis setiap individu dan penalaran. Pada tahap inilah mulai banyak
dalam perkembangannya melalui beberapa tahap mengenal dan menemukan kedaan yang
yaitu 1) Tahap pembentukan dan perkembangan mendorong untuk bertindak sesuai dengan
masa bayi. Pada usia ini pembentukan dan tuntutan keadaan itu. Untuk memenuhi tuntutan
perkembangan pribadi manusia didominasi oleh tersebut, individu diperhadapkan pada tiga
perasaan-perasaan senang atau tidak senang alternatif, yaitu tuntutan pribadi, tuntutan
menguasai diri anak bayi, sehingga setiap golongan, dan tuntutan masyarakat. Tuntutan ini
perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku juga merupakan tempat latihan untuk
bayi sangat dipengaruhi oleh perasaannya. mematangkan kepribadian sebagai lambang
Perasaan itu sendiri tidak tumbuh dengan kemampuan hidup berdiri sendiri dan
sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat bertanggung jawab.20
dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap 3. Aspek Paedagogis,
lingkungannya. 2) Tahap pembentukan dan Tahap-tahap pembentukan dan
perkembangan masa kanak-kanak. Pada usia ini perkembangan pribadi manusia secara
pembentukan dan perkembangan anak dimulai paedagogis dapat dikemukakan berdasarkan dua
dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi sudut tinjauan menurut Wasty Soemanto, yaitu
indera anak untuk mengadakan pengamatan. sebagai berikut :
pembentukan dan perkembangan fungsi ini a. Dari sudut tinjauan teknis umum
memperkuat pembentukan dan perkembangan penyelenggaraan pendidikan, meliputi 1) Tahap
fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat enam tahun pertama; disini yang berkembang
dikatakan bahwa pembentukan dan adalah fungsi penginderaan yang memungkinkan
perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada anak mulai mampu untuk mengenal
masa ini sangat didominasi oleh pengamatannya. lingkungannya. 2) Tahap enam tahun kedua;
3) Tahap pembentukan dan perkembangan pada dalam tahap ini yang berkembang adalah fungsi
masa preadolesen. Pada tahap ini pembentukan ingatan dan imajinasi individu yang
dan perkembangan fungsi penalaran intelektual memungkinkan anak mulai mampu
pada anak sangat dominan. Dengan adanya menggunakan fungsi intelektual dalam usaha
pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi mengenal dan menganalisis lingkungannya. 3)
pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi Tahap enam tahun ketiga; pada usia ini, yang
suatu ide atau pengetahuan. Kekuatan intelektual terjadi adalah perkembangan fungsi intelektual
kuat, energi fisik kuat, sedangkan kemauan yang memungkinkan anak mulai mampu
kurang keras. Dengan pikirannya yang mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan
berkembang, anak mulai belajar menemukan hubungan-hubungan antara variabel di
tujuan-tujuan serta keinginan-keinginan yang lingkungannya. 4) Tahap enam tahun keempat;
dianggap sesuai bagi dirinya untuk memperoleh
kebahagiaan. 4) Tahap pembentukan dan 20Abin Syamsuddin Makmun, op.cit., h. 60

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


82
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

disini yang berkembang adalah kemampuan mengekang dan jangan pula memberikan
berdikari, dan kemampuan mengontrol tingkah kebebasan yang berlebihan. 8). Untuk anak yang
laku. 5) Tahap kematangan pribadi; tahap dimana dalam tahap perkembangan remaja a. Memberi
intelek memimpin perkembangan semua aspek kepercayaan kepada anak untuk melaksanakan
kepribadian menuju kematangan pribadi, dimana tugas-tugas. b. Mengevaluasi dan mengarahkan
manusia memiliki kemampuan mengenal sang kegiatan belajar anak secara bijaksana. c.
pencipta dan mengasihi sesama manusia.21 Memberikan bimbingan kepada anak dalam
b. Menurut Muhibbin Syah Dari sudut proses mencari pandangan hidup yang sesuai
tinjauan tehnis khusus perlakuan pendidikan, dengan pribadi dan lingkungan. d. Menanamkan
dalam hal ini tindakan-tindakan yang harus semangat patriot dan kecintaan kepada bangsa
dilakukan oleh pendidik. Adapun tindakan- dan negara serta jiwa relegius. e. Memupuk jiwa
tindakan tersebut, adalah sebagai berikut 1). dan semangat berwiraswasta di berbagai bidang
Untuk tahap kematangan prenatal a. Penjagaan kehidupan. 9). Untuk anak didik yang dalam
kesehatan lingkungan fisiologis ibu. b. tahap pematangan pribadi atau kedewasaan a.
Pemeliharaan makanan. c. Pemeliharaan tingkah Memupuk rasa tanggung jawab dan pengabdian.
laku orang tua, terutama ibu yang sedang b. Membimbing pengenalan tentang makna
mengandung, untuk menghindari sifat-sifat hidup. c. Memberi bekal guna mendapatkan
hereditas yang mengganggu perkembangan serta pekerjaan. d. Memberi bekal hidup berkeluarga
pembentukan fungsi fisiologis bayi. d. dan bermasyarakat.22
Pengendalian perangai dan sifat-sifat negatif pada Penerapan Kegiatan Ekstrakurikuler
diri ibu yang mengandung. 2). Untuk anak yang Terhadap Pengembangan diri Siswa
tahap perkembangan vital a. Pemeliharaan Kegiatan ekstrakurikuler sebagai
makanan dan gizi bagi anak. b. Melakukan penunjang keberhasilan kegiatan pendidikan
pembiasaan terhadap anak untuk selalu hidup secara keseluruhan, tidak diatur secara formal,
teratur. 3). Untuk anak yang dalam tahap baik mengenai jenis ataupun bentuknya, waktu
berkembang ingatannya a. Latihan indera b. pelaksanaannya maupun ketentuan-ketentuan
Latihan perhatian c. Latihan ingatan. 4). Untuk lain yang sifatnya mengikat. Oleh karena itu
anak dalam tahap perkembangan keakuan a. didalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
Menghindari perlakuan memanjakan. b. keagamaan ini khususnya di lingkungan MAN 1
Menghindari perlakuan yang bersifat hukuman c. Baraka.
Membimbing penyesuaian dari pada anak dengan Kegiatan ekstrakurikuler dibidang
lingkungannya. 5). Untuk anak dalam tahap keagamaan ini dapat dikatakan tidak kalah
perkembangan pengamatan a. Menciptakan pentingnya dengan kegiatan-kegiatan
lingkungan yang sehat dan paedagogis. b. Melatih ekstrakurikuler lainnya. Hal ini disebabkan
fungsi pengamatan. c. Memberi teladan-teladan karena bidang keagamaan bertujuan untuk
yang positif. d. Memberikan stimulan dan membina dan membentuk kepribadian setiap
informasi yang obyektif. 6). Untuk anak yang individu baik dari segi jasmani maupun dari segi
dalam tahap perkembangan intelektual a. rohani.
Memberi latihan berfikir. b. Memberi latihan Kegiatan ekstrakurikuler bidang
langsung. c. Menggunakan evaluasi sebagai keagamaan yang dilaksanakan oleh MAN 1
sarana motivasi belajar. d. Memberi bimbingan Baraka disamping atas prakarsa para guru
secara psikologis, adil dan fleksibel. 7). Untuk khususnya guru-guru pendidikan agama Islam di
anak yang dalam tahap perkembangan pra-remaja sekolah tersebut juga ada yang merupakan
a. Hindari sikap menunggu atau membiarkan inisiatif yang berasal dari para siswa itu sendiri
tingkah laku negatif anak pra-remaja. b. yang dikoordinir oleh OSIS pada MAN 1 Baraka,
Mendekati anak dengan persahabatan. c. seperti yang dikemukakan oleh Surdianawati,
Memberi petunjuk dan pengarahan secara S.Ag, salah seorang guru pendidikan agama Islam
simpatik dengan menumbuhkan kepercayaan sekaligus sebagai penanggung jawab bidang
pada anak terhadap pendidik. d. Jangan kerohanian agama Islam pada MAN 1 Baraka

21Wasty Soemanto, op.cit., 69-70 22Muhibbin Syah, op.cit., 49-50

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 83


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

yang mengatakan bahwa Untuk menambah Muharram, Maulid Nabi Muhammad saw., serta
wawasan keagamaan siswa atau sub pokok lain sebagainya. d. Para siswa, terutama para
bahasan yang menuntut adanya praktek. Maka pengurus OSIS pada MAN 1 Baraka yang
kami dari guru khususnya guru pada bidang studi beragama Islam untuk mengikuti shalat jama’ah
pendidikan agama Islam memanfaatkan kegiatan khususnya pada hari Jum’at di Mesjid sekolah
ekstrakurikuler keagamaan terutama diarahkan atau yang terdekat dengan lokasi sekolah.
kepada para siswa yang masih belum tahu cara- Kegiatan-kegiatan keagamaan yang
cara melaksanakan ibadah seperti shalat. tercakup dalam kegiatan ekstrakurikuler
Sedangkan bagi mereka yang sudah dapat keagamaan pada MAN 1 Baraka yang dilakukan
melaksanakannya namun belum sempurna, maka oleh para siswa sebagaimana yang dikemukakan
untuk menyempurnakan pelaksanaan iabada- di atas, dalam pelaksanaannya memang lebih
ibadah tersebut cukup dilaksanakan dalam banyak merupakan inisiatif dari para siswa yang
kegiatan intrakurikuler.23 diorganisir oleh para pengurus OSIS MAN 1
Sebagaimana halnya permasalahan- Baraka dan diprakarsai oleh bidang pembinaan
permasalahan yang dihadapi pada bidang studi keagamaan. Hal ini bukan berarti peranan guru
lainnya, yaitu keterbatasan alokasi waktu yang utamanya dalam hal ini adalah guru-guru
tersedia dalam kegiatan proses belajar mengajar pendidikan agama Islam yang ada di MAN 1
pada bidang studi tersebut, maka para guru Baraka melainkan ini dimaksudkan agar bentuk-
bidang studi pendidikan agama Islam pada MAN bentuk kegiatan keagamaan yang dilaksanakan
1 Baraka dalam mengatasi persoalan keterbatasan oleh para siswa diluar kegiatan intrakurikuler atau
alokasi waktu tersebut memanfaatkan kegiatan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan
ekstrakurikuler di bidang keagamaan untuk minat mereka masing-masing, sehingga dalam
menunjang pengetahuan dan penguasaan siswa mengikuti kegiatan-kegiatan di bidang keagamaan
terhadap materi-materi pendididkan agama Islam tersebut siswa tidak merasa dipaksa atau
khususnya yang berkaitan dengan materi yang terpaksa.
menuntut adanya praktek seperti praktek shalat Menanggapi pernyataan penulis
wajib maupun shalat sunnat. mengenai hal ini, Husna, S.Pd Wakil Kepala
Selain itu, kegiatan-kegiatan keagamaan Sekolah Bidang Kesiswaan pada MAN 1 Baraka,
lainnya yang dilakukan ataupun diikuti oleh para mengatakan bahwa Di dalam kegiatan-kegiatan
siswa pada MAN 1 Baraka antara lain keagamaan yang dilaksanakan oleh para siswa
sebagaimana yang dikemukakan oleh Eka khsusnya di luar sekolah dalam bentuk kegiatan
Saputra24 Ketua OSIS pada MAN 1 Baraka, yaitu ekstrakurikuler keagamaan, pada umumnya
a. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan keagamaan mereka (siswa) menentukan sendiri baik dari
seperti memperingati hari-hari besar Islam, bentuk-bentuk kegiatannya maupun waktu serta
diantaranya yaitu Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi tempatnya. Namun untuk mengarahkan kegiatan
Muhammad saw., Tahun Baru Islam 1 tersebut kami dari guru-guru, utamanya saya
Muharram, dan lain sebagainya. b. Kegiatan selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
sosial kemasyarakatan seperti mengadakan kerja di MAN 1 Baraka bersama-sama dengan para
bakti, terutama di lingkungan sekitar sekolah, dan pengurus OSIS pada sekolah ini tidak jarang pula
rumah ibadah (Mesjid atau Mushallah) yang ada terlibat langsung dalam memberikan arahan-
di sekitar sekolah, dan lain sebagainya. c. arahan dengan maksud tersebut.25
Mengadakan ceramah keagamaan pada hari-hari Berdasarkan uraian-uraian tersebut yang
tertentu atau pada hari-hari besar Islam didasarkan pada hasil-hasil wawancara yang
seperti Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Islam 1 dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa
bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler
23Surdianawati, S.Ag. Guru Bidang Studi keagamaan yang dilaksanakan oleh siswa-siswa
Pendidikan Agama Islam/Penanggung Jawab Bidang MAN 1 Baraka lebih banyak melibatkan siswa,
Kerohanian Agama Islam Pada MAN 1 Baraka, Wawancara
(Kantor Guru MAN 1 Baraka, Tanggal 8 September2011).
24Eka Saputra, Siswa/Ketua OSIS Pada MAN 1 25Husna,S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Baraka, Wawancara (MAN 1 Baraka, Tanggal 8 Kesiswaan Pada MAN 1 Baraka, Wawancara (Kantor Guru
September2011). MAN 1 Baraka, Tanggal 8 September 2011).

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


84
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

baik dalam menentukan bentuk, waktu, maupun Hal ini terutama dengan melihat kondisi
tempatnya. Sedangkan para guru terutama dalam keberadaan siswa di sekolah tersebut.
hal ini adalah guru bidang studi pendidikan Keadaan siswa menurut agama yang dianut
agama Islam lebih banyak sebatas mengarahkan Dengan mengamati data dalam, maka
kegiatan- kegiatan siswa tersebut. terlihat bahwa mayoritas siswa MAN 1 Baraka
Suatu aktifitas atau kegiatan pada menganut agama Islam, sehingga kegiatan-
prinsipnya memiliki tujuan dan motivasi dalam kegiatan ekstrakurikuler khususnya di bidang
melaksanakannya, demikian pula dengan hasil- keagamaan sangat memungkinkan karena 100%
hasil yang dicapai atau diperoleh dari kegiatan siswa beragama Islam yang tentunya kegiatan-
tersebut. Untuk mengetahui berhasil atau kegiatan keagamaan yang dilaksanakan akan
tidaknya suatu kegiatan tersebut perlu dilihat dari bernuansa Islam, dengan menjadikan kegiatan-
beberapa segi yakni hasil yang dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler di bidang keagamaan
bentuk sesuatu yang bersifat material dan non tersebut sebagai ajang sarana pengembangan
material. wawasan, bakat dan kreatifitas para siswa.
Yang bersifat material dapat berupa Adapun indikator yang dapat dilihat
benda-benda yang merupakan suatu hasil karya, sebagai bukti adanya pengembangan wawasan
seperti benda-benda seni rupa, mobiler, peralatan keagamaan terhadap kegiatan ekstrakurikuler
kerja, perlengkapan rumah tangga dan lain keagamaan siswa pada MAN 1 Baraka adalah
sebagainya. Sedangkan yang bersifat non material dengan terbentuknya Remaja Islam Masjid di
dapat berupa pengetahuan, keterampilan, seni lingkungan sekolah Dengan dukungan sarana
budaya seperti tari, puisi, sajak dan lain dan prasarana tempat ibadah yaitu Mesjid di
sebagainya. Dari keseluruhan hal tersebut dapat lingkungan MAN 1 Baraka, maka para siswa
menunjukkan suatu indikator atau hasil dan khususnya yang beragama Islam membentuk
keberhasilan suatu upaya yang dilakukan untuk suatu wadah kegiatan ekstrakurikuler yang
menghasilkan sesuatu sekaligus sebagai tolok tergabung dalam Remaja Islam Mesjid (RISMA)
ukur sejauh mana efektifitas dari suatu kegiatan di mana para anggotanya adalah berasal dari
tersebut. siswa-siswa yang ada di MAN 1 Baraka, dengan
Dengan demikian hasil-hasil yang dicapai melakukan berbagai program, yaitu antara lain
oleh suatu kegiatan tersebut merupakan indikator sebagai yang dikemukakan oleh Muh. Ridwan
pencapaian keberhasilan usaha yang dilakukan. Ketua Remaja Islam Mesjid (RISMA) pada MAN
Jadi indikator dapat diartikan sebagai “sesuatu 1 Baraka,26 yang meliputi a. Melaksanakan
yang dapat memberikan petunjuk atau Latihan Kepemimpinan Dasar (LKD). b.
keterangan”. Petunjuk atau keterangan yang Menyelenggarakan berbagai peringatan hari-hari
dimaksudkan dalam pembahasan skripsi ini besar Islam dengan turut menampilkan kreasi-
adalah sekitar keberhasilan atau hasil-hasil yang kreasi seni terutama kreasi-kreasi seni yang
telah dicapai oleh siswa-siswi MAN 1 Baraka bernafaskan Islam dari para anggota Remaja
sebagai bukti adanya pengembangan wawasan Islam Mesjid dan para siswa MAN 1 Baraka. c.
keagamaan dalam kegiatan ekstrakurikuler Mengadakan kajian-kajian ilmiah tentang
keagamaan pada siswa di sekolah tersebut. persoalan-persoalan keislaman yang faktual dan
Kegiatan bidang keagamaan, aktual. d. Mengadakan ceramah agama dan
sesungguhnya memiliki cakupan yang sangat luas pengajian setiap minggu sekali atau pada pada
terutama jika dikaitkan dengan kegiatan ibadah hari-hari libur lainnya. e. Secara periodik
yang bersifat muamalah. Dalam kegiatan mengadakan kerja bakti sosial seperti
keagamaan yang bersifat ibadah muamalah inilah membersihkan pekarangan sekolah dan lain
yang memberikan peluang bagi pengembangan sebagainya. f. Mengaktifkan para siswa
wawasan keagamaan setiap pemeluk agama khususnya yang beragama Islam untuk mengikuti
Islam. shalat Jum’at berjama’ah di Mesjid yang ada di
Upaya pengembangan wawasan
keagamaan di bidang keagamaan ini dikalangan
26Muh. Ridwan, Siswa/Ketua Remaja Islam
siswa MAN 1 Baraka ini sangat dimungkinkan.
Masjid (RISMA) Pada MAN 1 Baraka, Wawancara (MAN 1
Baraka, Tanggal 7 September 2011).

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 85


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

lingkungan MAN 1 Baraka dengan dikoordinasi dilaksanakan tersebut lebih banyak merupakan
oleh para guru dan OSIS pada sekolah tersebut. inisiatif dan peran aktif dari siswa itu sendiri.27
Dari beberapa kegiatan keagamaan yang Menyimak pernyataan yang dikemukakan
dilakukan oleh para siswa MAN 1 Baraka oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
sebagaimana yang telah disebutkan, tampak pada MAN 1 Baraka tersebut di atas, maka dapat
bahwa disamping upaya melaksanakan kegiatan- disimpulkan bahwa keterpaduan antara ketiga
kegiatan keagamaan yang melibatkan peran serta bentuk kegiatan pendidikan pada sekolah
setiap siswa yang beragama Islam khususnya tersebut, yakni kegiatan intrakurikuler,
yang ada pada MAN 1 Baraka, juga senantiasa kokurikuler dan ekstrakurikuler telah mampu
melibatkan institusi-institusi yang ada di mendorong upaya kearah pengembangan
lingkungan sekolah seperti Remaja Islam Mesjid wawasan keagamaan, pengembangan bakat dan
yang dibentuk sendiri oleh siswa, demikian pula pengembangan kreatifitas para siswa sekaligus
peran serta OSIS yang di koordinir oleh para sebagai salah satu pilihan yang dapat ditempuh
pengurusnya, sehingga setiap kegiatan-kegiatan dalam meningkatkan wawasan keagamaan siswa.
ekstrakurikuler khususnya pada bidang Hal ini akan terasa lebih penting lagi jika
keagamaan yang dilaksanakan oleh para siswa dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah peserta
tersebut dapat terlaksana dengan baik. didik yang dari tahun ke tahun terus bertambah,
Hal ini akan mendorong tumbuh dan demikian pula dengan adanya tuntutan kualitas
berkembangnya wawasan keagamaan itu sendiri, luaran (out put) pendidikan yang tinggi dari
bakat dan kreatifitas para siswa yang terpadu masyarakat.
dengan program-program yang dibuat oleh C. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler
lembaga-lembaga kegiatan ekstrakurikuler yang Keagamaan terhadap Pembentukan
ada di lingkungan sekolah. Sejalan dengan hal ini, Karakter Siswa MAN 1 Baraka
secara umum dipaparkan oleh Husna, S.Pd, Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan pada dilaksanakan pada MAN 1 Baraka lebih
MAN 1 Baraka yang menjelaskan bahwa Di mengarah pada upaya menumbuhkan bakat dan
dalam mengembangkan kegiatan pendidikan dan kreatifitas para siswa diluar kegiatan yang telah
pengajaran di sekolah ini, berbagai upaya untuk diprogramkan oleh sekolah yang tercakup dalam
mengoptimalkan semua sumber daya manusia kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Di dalam
telah dialakukan. Demikian pula dalam hal pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
mengoptimalkan tiga kegiatan kurikuler, yaitu pada MAN 1 Baraka, sesuai dengan pengertian
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan dari pada kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri,
ekstrakurikuler. Dalam kegiatan pendidikan yaitu kegiatan diluar sekolah dengan maksud
melalui jalur ekstrakurikuler keagamaan yang untuk memperluas pengetahuan siswa dalam
dilaksanakan selama ini dirasakan sangat rangka mengenal keterkaitan antara berbagai
membantu bagi usaha peningkatan wawasan mata pelajaran, menyalurkan bakat dan kreatifitas
keagamaan, bakat dan kreatifitas para siswa. hal serta membina kepribadian yang utuh, maka
ini disamping kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
keagamaan ini merupakan salah satu alternatif dilakukan oleh MAN 1 Baraka disamping
dalam memecahkan persoalan keterbatasan- dilaksanakan oleh para siswa di lingkungan
keterbatasan sumber daya pendidikan, alokasi sekolah atau di luar jam sekolah termasuk pada
waktu yang tersedia dalam setiap bidang studi hari libur, seperti hari Minggu, juga tidak jarang
khususnya bidang studi pendidikan agama Islam, dilaksanakan di luar lingkungan sekolah. Hal ini
kekurangan tenaga pengajar, dan lain sebagainya sebagaimana yang dikemukakan oleh pembina
juga merupakan sarana yang efektif dalam OSIS MAN 1 Baraka, Sitti Maryam, S.Pd ketika
mengembangkan wawasan keagamaan dan di wawancarai oleh penulis, sebagai berikut
memupuk kreatifitas serta bakat yang dimiliki Untuk menunjang proses kegiatan belajar
oleh para siswa, hal ini terutama disebabkan
karena kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang
27Husna,S.Pd, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Pada MAN 1 Baraka, Wawancara (Kantor Wakil Kepala
MAN 1 Baraka, Tanggal 8 September 2011).

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


86
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

mengajar di kelas, sekaligus sebagai sarana untuk kegiatan kokurikuler sangat sulit kami lakukan
menghilangkan kejenuhan para siswa-siswi di karena keterbatasan waktu.29
sekolah ini, banyak diantara mereka yang Bertitik tolak dari hal yang di kemukakan
memanfaatkan waktu luangnya di luar jam oleh salah seorang guru pada MAN 1 Barakas
pelajaran, seperti pada sore hari, hari minggu, tersebut, penulis menyimpulkan bahwa meskipun
dan hari libur lainnya untuk melakukan berbagai belum ada ketentuan khusus yang mengharuskan
kegiatan yang berkaitan dengan pelajaran di para guru di sekolah tersebut untuk melibatkan
sekolah.28 diri dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang yang dilaksanakan oleh siswa maupun kegiatan
dilaksanakan di MAN 1 Baraka bukan saja yang berdasarkan atas inisiatif para guru, namun
dilakukan pada waktu jam sekolah, melainkan para guru yang ada pada MAN 1 Baraka merasa
para siswa juga tidak jarang melakukan bertanggung jawab dalam membina para siswa
kegiatannya pada hari-hari libur terutama pada dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
hari Minggu. tersebut.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan
keagamaan yang dilaksanakan para siswa tersebut yang tercakup dalam kegiatan kurikuler, kegiatan
agar dapat terarah dan memberi manfaat ekstrakurikuler keagamaan semaksimal mungkin
terhadap peningkatan bakat dan kreatifitas siswa. tidak mengganggu kegiatan intrakurikuler,
Peranan dan keterlibatan para pembina, dalam meskipun hal ini juga merupakan penunjang
hal ini adalah guru-guru MAN 1 Baraka memiliki kegiatan intrakurikuler dan dilaksanakan diluar
arti yang sangat penting, sehingga segala kegiatan jam pelajaran. Menyangkut keselarasan antara
yang dilakukan siswa pada sekolah tersebut kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler
memberikan manfaat terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan ini pada MAN 1 Baraka, dijelaskan
intrakurikuler. Mengenai keterlibatan para guru pula oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang
dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang Kesiswaan MAN 1 Baraka, Husna, S.Pd yang
dilaksanakan oleh para siswa MAN 1 Baraka menerangkan bahwa Kegiatan-kegiatan
dijelaskan oleh Musafir, S.Pd, salah seorang guru ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan
pada sekolah tersebut, yang menyatakan bahwa oleh siswa di sekolah ini selama ini dapat
Walaupun belum ada ketentuan yang dikatakan tidak menganggu kegiatan
mengikat para setiap guru khususnya di sekolah intrakurikuler. Hal ini disamping kegiatan-
ini untuk terlibat langsung pada kegiatan-kegiatan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tersebut
ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan dilaksanakan diluar jam pelajaran seperti pada
oleh para siswa MAN 1 Baraka, namun kami sore hari atau hari-hari libur, juga tidak
menganggap bahwa keterlibatan kami para guru dijadwalkan secara ketat, sehingga
dalam membina dan mengarahkan para siswa pelaksanaannya selalu disesuaikan dengan
pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tersebut kesempatan, baik para siswa maupun para guru
sangat penting artinya. Hal ini disamping kami pembinanya.30
menyadari bahwa kegiatan-kegiatan yang Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
dilakukan oleh para siswa di luar jam pelajaran dilaksanakan dalam setiap lembaga pendidikan
tersebut akan bermanfaat bagi para siswa itu (sekolah) meskipun bukan bagian mutlak yang
sendiri, seperti kegiatan lomba pidato dan harus dilaksanakan atau dilaksanakan setiap
kegiatan keagamaan lainnya, juga merupakan sekolah, dimana setiap kegiatan ekstrakurikuler
sarana untuk membina dan mengembangkan keagamaan tersebut tidak diberi nilai
bakat dan kreatifitas yang dimiliki oleh para siswa sebagaimana kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya,
dimana dalam kegiatan-kegiatan intra maupun baik intra kurikuler maupun kokurikuler, namun

29Musafir, S.Pd, Guru Bidang Studi Sosiologi

Pada MAN 1 Baraka, Wawancara (MAN 1 Baraka,


Tanggal 7 September 2011).
28SittiMaryam, S.Pd, Guru/Pembina OSIS Pada 30Husna, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang

MAN 1 Baraka, Wawancara (MAN 1 Baraka, Tanggal 08 Kesiswaan Pada MAN 1 Baraka, Wawancara (Kantor Wakil
September 2011). Kepala MAN 1 Baraka, Tanggal 8 September 2011).

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 87


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

sangat menunjang bagi peningkatan bakat dan dapat bergaul dan mengenal lebih dekat lagi
kreatifitas para siswa melalui berbagai kegiatan dengan para guru-guru pembina, demikian pula
yang dipilih sendiri oleh siswa. halnya dengan peningkatan pengetahuan dan
Karena kegiatan ekstrakurikuler keterampilan saya yang berkaitan dengan
keagamaan pada prinsipnya tidak mewajibkan pelajaran-pelajaran di sekolah terutama dalam
kepada setiap siswa, maka sudah jelas bahwa bidang studi pendidikan agama Islam serta lain
tidak seluruhnya siswa melibatkan diri dalam sebagainya.32
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tersebut. Hal Dengan adanya kegiatan-kegiatan
ini dipahami dari pernyataan yang dikemukakan ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan di
oleh Habibi Rahman, S.Pd.I, salah seorang guru lingkungan MAN 1 Baraka, akan memberikan
pada MAN 1 Baraka yang mengatakan bahwa manfaat timbal balik dan saling menunjang
Dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler
tidak semua siswa melibatkan diri, hanya mereka dengan kegiatan ekstrakurikuler yang pada
yang berminat terhadap kegiatan-kegiatan yang akhirnya akan dapat meningkatkan dan
dilaksanakan. Namun jika dilihat memupuk serta mengembangkan bakat dan
perbandingannya menurut pengamatan saya kreatifitas para siswa di MAN 1 Baraka.
sekitar 60% yang ikut dan selebihnya dapat Ditinjau dari partisipasi para siswa MAN
dikatakan jarang mengikuti kegiatan-kegiatan 1 Baraka terhadap kegiatan ekstrakurikuler
yang ditawarkan. Sedang jenis kegiatan yang keagamaan yang dilaksanakan oleh para guru
diikuti juga bervariasi, dimana ada beberapa siswa pendidikan agama Islam yang sangat positif,
hanya mengikuti satu kegiatan saja, bahkan ada melambangkan bahwa kepribadian keagamaan
yang mengikuti dua kegiatan sekaligus, serta ada para siswa, telah transparan dengan nilai-nilai
pula siswa yang mengikuti seluruh kegiatan yang religi dan menyadari akan pentingnya kegiatan
ditawarkan.31 ekstrakurikuler keagamaan dalam rangka
Berdasarkan uraian yang tersebut di atas, meningkatkan akhlakul karimah bagi para siswa
terlihat bahwa meskipun kegiatan ekstrakurikuler menuju kepada ketahanan mental mereka secara
keagamaan tidak mewajibkan kepada setiap tidak langsung, yang pada gilirannya dapat
siswa, namun angka partisipasi siswa yang mengantarkan kepada kelancaran proses dan
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang hasil belajar yang maksimal.
dilakukan cukup tinggi hingga mencapai 60 %, Untuk mendukung obyektivitas data
bahkan yang menarik disini adalah ada beberapa menyangkut keadaan kegiatan ekstrakurikuler
siswa mengikuti seluruh kegiatan yang keagamaan di MAN 1 Baraka tersebut, maka
dilaksanakan, dimana selain karena mereka penulis mengkonfirmasikannya kepada guru
sangat berminat dengan kegiatan tersebut juga bidang studi pendidikan agama Islam guna
disebabkan karena adanya kesadaran akan mengetahui sejauhmana para guru merealisasikan
manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tanggung jawab mereka sebagai pendidik
yang dilaksanakan. Hal ini sebagaimana sekaligus pengajar, serta penulis ingin mengetahui
keterangan yang di kemukakan oleh Aswar Anas sejauhmana para guru melakukan partisipasi
salah seorang siswa pada MAN 1 Baraka yang terhadap program-program kegiatan
tergolong aktif dalam mengikuti hampir seluruh ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang oleh sekolah tersebut. Dalam keterangannya
dilaksanakan khususnya di lingkungan MAN 1 Aminatus Salamah mengatakan bahwa Tingkat
Baraka, yang mengatakan bahwa …disamping kesadaran para guru dalam melaksanakan tugas
sudah merupakan keinginan saya pada seluruh dan tanggung jawab mereka sebagai pendidik
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, saya juga sekaligus sebagai pengajar di sekolah ini,
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut, dirasakan cukup tinggi. Karena jarang terjadi jam
seperti adanya keakraban diantara teman-teman, pelajaran kosong dalam kegiatan pengajaran

31Habibi Rahman, S.Pd.I, Guru Bidang Studi 32Aswar Anas, Siswa/Anggota Bidang
Pendidikan Seni Pada MAN 1 Baraka, Wawancara (MAN 1 Kerohanian Agama Islam Pada MAN 1 Baraka, Wawancara
Baraka, Tanggal 7 September 2011). (MAN 1 Baraka, Tanggal 7 September 2011).

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


88
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

intrakurikuler. Para guru senantiasa datang tepat ekstrakurikuler keagamaan di sekolah tersebut.
pada waktu yang telah ditentukan dan Adapun hasil angket tersebut dapat di lihat pada
menjalanakan tugas dan tanggung jawab masing- tabel V di bawah ini sebagai berikut :
masing. Kepedulian para guru terhadap para Pernyataan para siswa terhadap tingkat kualitas
siswa menuju ke arah pembentukan kepribadian kegiatan keagamaan di sekolah 1) Siswa pada
keagamaan para siswa dirasakan cukup tinggi, MAN 1 Baraka selalu mengikuti kegiatan-
karena mereka selalu melaksanakan pengawasan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
dan merealisasikan tugas jaga dan memproses dilaksanakan oleh para guru pendidikan agama
siswa yang melanggar tata tertib atau aturan yang Islam. Karena dari 50 orang siswa secara
telah ditetapkan di sekolah ini, bahkan keseluruhan (100 %) menyatakan aktif terhadap
keikutsertaan mereka dalam menyukseskan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah ini dilaksanakan di sekolah ini. 2) Siswa di MAN 1
dirasakan cukup tinggi, baik mereka yang Baraka memiliki kesadaran yang cukup tinggi
beragama Islam atau non Islam.33 dalam mematuhi peraturan dan tata tertib
Mencermati keterangan tersebut di atas, sekolah, meskipun masih terdapat beberapa
maka penulis dapat memberikan suatu analisa orang siswa yang terkadang menujukkan
bahwa ciri khas para guru di MAN 1 Baraka pelanggaran akibat ketidaksengajaan, seperti
ditinjau dari kepribadian keagamaannya dirasakan terlambat datang ke sekolah dalam jam
cukup tinggi dan menunjukkan sikap tanggung intrakurikuler, tidak menggunakan topi seragam,
jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai dan lain sebagainya yang sifatnya masih dalam
pendidik sekaligus sebagai pengajar serta sangat taraf kewajaran. 3) Siswa pada MAN 1 Baraka
mencintai kegiatan-kegiatan yang bersifat rata-rata tidak pernah tertinggal dalam kenaikan
ekstrakurikuler dalam hal ini juga terkait dengan kelas akibat nilai bidang studi pendidikan agama
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tanpa mereka rendah. Dengan demikian bahwa hasil
mendiskritkan agama atau keyakinan yang dianut penilaian khususnya bidang studi pendidikan
baik oleh para guru maupun terhadap siswa itu agama Islam tidak pernah seorang siswapun
sendiri. Bahkan mereka senantiasa menunjukkan mendapatkan nilai dibawah standar. 4) Bahwa
sikap toleransi antar umat beragama. Hal yang siswa pada MAN 1 Baraka jarang terjadi kasus
patut diteladani oleh para siswa dan masyarakat kenakalan atau perkelahian antar siswa maupun
di tengah-tengah kehidupan ini, sebagai salah dengan sekolah lainnya yang ada di daerah ini.
satu upaya memperkokoh persatuan dan Hal ini dibuktikan dari 50 orang siswa
kesatuan negara dan bangsa. menyatakan secara keseluruhan atau 100 %
Dalam rangka mengetahui kualitas menyatakan bahwa di sekolah ini tidak pernah
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan siswa di terjadi kasus seperti yang dijelaskan di atas. 5)
MAN 1 Baraka, maka hal tersebut perlu ditinjau Siswa pada MAN 1 Baraka selalu aktif dalam
dari berbagai aspek, antara lain adalah sebagai mengikuti pelajaran khususnya pada jam
berikut 1) Kemarakan dalam setiap kegiatan intrakurikuler, di mana 40 orang siswa
ekstrakurikuler keagamaan di MAN 1 Baraka. 2) menyatakan bahwa mereka selalu aktif mengikuti
Tingkat kesadaran para siswa dalam mematuhi jam intrakurikuler, meskipun masih ada diantara
peraturan dan tata tertib sekolah. 3) Keaktifan mereka yang tidak hadir karena suatu halangan.
belajar para siswa baik di lingkungan sekolah Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. tingkat kualitas kegiatan ekstrakurikuler
4) Kesadaran para siswa dalam melaksanakan keagamaan siswa pada MAN 1 Baraka dirasakan
ibadah wajib cukup tinggi, hal ini sesuai dengan hasil yang
Untuk memperoleh data tersebut, maka ditemukan oleh penulis sendiri di lapangan
penulis memberikan angket kepada para siswa maupun oleh para guru di sekolah tersebut, hal
guna mengetahui tingkat kemarakan kegiatan tersebut disebabkan oleh keaktifan mereka dalam
belajar, kesadaran mereka (siswa) dalam mentaati
33Aminatus Salamah, S.Pd. Guru Bidang Studi
peraturan yang telah ditetapkan, tingginya budi
Pendidikan Agama Islam/Wali Kelas II IPS 1 Pada MAN pekerti mereka, serta maraknya setiap kegiatan
1 Baraka, Wawancara, Kantor Guru MAN 1 Baraka,
Tanggal 8 September 2011 khususnya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 89


ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

Disamping hal tersebut yang dicapai dengan maksimal yang pada gilirannya
menunjukkan tingginya kualitas kegiatan akan mengantarkan kepada pencapaian tujuan
ekstrakurikuler keagamaan pada sekolah tersebut, pendidikan secara maksimal yang merupakan
penulis juga melakukan observasi dan harapan dan cita-cita semua pihak.
pengamatan secara langsung terhadap sikap PENUTUP
mereka. Para siswa senantiasa aktif di kelas jika Upaya pengembangan wawasan siswa
belum bel berbunyi, dalam keterangan lain melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
dikatakan bahwa keterlambatan para siswa sangat sebenarnya sangat terbuka, karena sarana dan
minim. prasarana sangat mendukung untuk
Selama dalam kegiatan penelitian ini, melaksanakan kegiatan tersebut.
tidak tampak adanya kasus perkelahian antar Penerapan kegiatan ekstrakurikuler
pelajar baik dilingkungan sekolah ini sendiri keagamaan pada MAN 1 Baraka mencakup
maupun terhadap sekolah-sekolah lain yang ada beberapa bentuk yang dipilih sendiri oleh para
di daerah ini yang mengacu pada tindak siswa di MAN 1 Baraka. Dan hal ini betul-betul
kriminalitas. Oleh karena itu tingkat kualitas menjadi rutinitas karena sudah menjadi bagian
keagamaan para siswa dirasakan cukup tinggi. dari proses pembelajaran di sekolah dan animo
Untuk mengetahui tingkat kualitas siswa dalam hal ini sangat besar.
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan para siswa di Dalam pelaksanaan kegiatan
luar sekolah. ekstrakurikuler keagamaan ini berpengaruh besar
Aktivitas siswa terhadap kegiatan terhadap pembentukan karakter dan
ekstrakurikuler keagamaan di luar sekolah pengembangan diri siswa MAN 1 Baraka. Karena
Berdasarkan pada beberapa pernyataan siswa yang ikut dalam kegiatan tersebut dalam
para siswa maka dapat diambil suatu kesimpulan menjalankan aktifitas kesehariannya, baik di
bahwa mayoritas responden menunjukkan sikap sekolah maupun di rumah sudah sesuai dengan
kesadaran mereka yang relatif tinggi dalam tuntunan agama dan norma yang berlaku dalam
melaksanakan perintah agama yang mereka masyarakat.
yakini. Hal ini juga membuktikan bahwa DAFTAR PUSTAKA
mayoritas siswa di sekolah ini secara keseluruhan Ahmad, H. Abu, 1991. Psikologi Perkembangan,
memiliki kesadaran beragama yang relatif tinggi Cet. I; Jakarta : Rineka Cipta.
di luar sekolah, seperti mereka selalu aktif Alicia, 9 September 2011 Teori Pembentukan
menunaikan kewajiban agama dan meninggalkan Karakter. http://koleksi-
larangan-larangan-Nya, senantiasa aktif skripsi.blogspot.com/2008/07/ teori-
mempelajari ilmu atau syariat agama yang mereka pembentukan-karakter.html.
anut, bahkan mereka senantiasa mematuhi Arfhan., Imron. 1996, Penelitian Kualitatif Dalam
nasehat atau anjuran baik dari kedua orang tua Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Cet. III;
mereka. Dari seluruh sikap positif tersebut Malang : Kalimasada Press
merupakan perintah agama, baik yang bersumber Arifin, M, 1975. Hubungan Timbal Balik Pendidikan
dari wahyu maupun dari produk manusia itu Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga,
sendiri. Cet. I; Jakarta : Bulan Bintang.
Dengan demikian, keterangan yang Byrne, Rhonda. , 2007, The Secret, Jakarta: PT
diperoleh oleh penulis di lapangan menunjukkan Gramedia
bahwa seluruh rangkaian kegiatan baik itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1990,
pengajaran khususnya pada bidang studi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III;
pendidikan agama Islam dan kegiatan Jakarta : Balai Pustaka.
ekstrakurikuler khususnya pada bidang -----------------------------,1995. Kamus Besar Bahasa
keagamaan cenderung berhasil dengan baik, hal Indonesia, Cet. V; Jakarta : Balai Pustaka.
tersebut dengan melihat realita keadaan yang Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2003,
terjadi yaitu pada MAN 1 Baraka. Lebih dari itu Metodologi Penelitian Sosial. Cet. IV; Jakarta
kondisi ketahanan sekolah pada sekolah tersebut : PT. Bumi Aksara
relatif terjamin dan kokoh, sehingga seluruh Idochi. 1992, Kepemimpinan Dalam Proses Belajar
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dapat Mengajar, Angkasa : Bandung

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017


90
ISSN 2089-9343 Muhammad Makki/Ramlah/Rudi Hartono

Makmun, Abin Syamsuddin.1996. Psikologi Undang-Undang Dasar 1945 .Jakarta : BP-7,


Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran, 1999.
Modul, Cet. I; Bandung : Remaja Warsito., Herman. 1992, Pengantar Metodologi
Rosdakarya. Penelitian, Cet. I; Jakarta : Gramedia
Mendikbud, R. I. 1990, No. 0461/U/1984, Dirjen Pustaka Utama.
Dikdasmen No. 201/C/Kep/0/1986, Wirawan, Sarlito S. 1990, Bagaimana Mendidik
Jakarta : Direktorat Pembinaan Siswa. Anak Berwawasan Keagamaan?, Majalah;
Moleong. 1990, Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Nasehat Perkawinan dan Keluarga, No
Remaja Rosdakarya. 220
Muhadjir, Noeng. 1998, Metodologi Penelitian Zulkarnaen, David. 9 September 2011,
Kualitatif, Ed. III; Yokyakarta : Rake Pengembangan diri. http://iyah2008.
Sarasin. wordpress.com /2009/
Peribadi, Sikun. 1982. Dasar-dasar dan Konsep 03/18/pengembangan-diri.
Pendidikan, Cet; I : Jakarta, FIP-IKIP.
Poerwadarminta, W. J. S, 1984. Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Cet. VII; Jakarta : PN.
Balai Pustaka.
Republik Indonesia. 1989, Sistem Pendidikan
Nasional No. 2 Tahun 1989, Jakarta : BP,.
S. Arif Sadiman, et.all. 1989, Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya
, Cet. I; Jakarta : Rajawali
Semiawan, Conny. 1981, Memupuk Bakat dan
Kreativitas Siswa Sekolah Menegah, Cet. III;
PT. Gramedia : Jakarta.
Setyono, Ariesandi, 2006, Hypnoparenting: Menjadi
Orangtua Efektif dengan Hipnosis, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Singh, N.K. dan Mr. A.R. Agwan. 2000,
Encyclopaedia of the Holy Qur’ân, Edisi I ,
New Delhi: balaji Offset.
Soemanto, Wasty. 1998, Psikologi Pendidikan;
Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Cet.
IV; Jakarta: Rineka Cipta
Suparlan. 9 September 2011. Pendidikan Karakter
dan Kecerdasan.
http://www.suparlan.com/
pages/posts/pendidikan-karakter-dan-
kecerdasan-288.php.
Surdianawati, Tanggal 8 September 2011,
Wawancara, Kantor Guru MAN 1
Baraka,.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan; Suatu
Pendekatan Baru, Cet. I; Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Techonly13, 15 Agustus 2011 .Pengertian Kegiatan
Ekstra Kurikuler. http:// techonl
y13.wordpress .com.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia. 1990,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III;
Jakarta : Balai Pustaka.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VI Nomor 01 Maret 2017 91

Anda mungkin juga menyukai