0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan14 halaman
Pendekatan konstruktivis sosial menekankan pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran dan pengetahuan dibangun secara bersama melalui interaksi sosial. Guru dan teman sebaya berperan sebagai fasilitator untuk membantu murid mengkonstruksi pengetahuan mereka."
Pendekatan konstruktivis sosial menekankan pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran dan pengetahuan dibangun secara bersama melalui interaksi sosial. Guru dan teman sebaya berperan sebagai fasilitator untuk membantu murid mengkonstruksi pengetahuan mereka."
Pendekatan konstruktivis sosial menekankan pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran dan pengetahuan dibangun secara bersama melalui interaksi sosial. Guru dan teman sebaya berperan sebagai fasilitator untuk membantu murid mengkonstruksi pengetahuan mereka."
sejumlah invovasi didalam pembelajaran dikelas Konstruktivisme Sosial dalam konteks Konstruktivis yang lebih luas
Konstruktivisme menekankan bahwa individu akan belajar
dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan dan pemahaman. Teori Perkembangan Piaget dan Vygotsky adalah konstruktivis. Teori Piaget adalah teori konstruktivis kognitif, sedangkan Vygotsky adalah konstruktivis Sosial. Menurut semua pendekatan konstruktivis ini, murid menyusun sendiri pengetahuannya. Secara umum, Pendekatan Konstruktivis sosial menekankan konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan secara bersama (mutual). (Bearison & Dorval) Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi murid untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian pemahaman bersama (Gauvin) Model Vygotsky Menyatakan bahwa anak berada dalam konteks sosiohistoris. Perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural dimana murid tinggal yang mencakup bahasa, keyakinan, keahlian dan keterampilan. Murid mengkonstruksikan pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Perkembangan memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat seperti bahasa, sistem matematika dan strategi memori. Guru harus menciptakan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar dengan guru dan teman sebaya dalam mengkonstruksikan pengetahuan bersama. Pendekatan sosiokultural Vygotsky menekankan pentingnya kultur dalam pembelajaran misalnya kultur bisa menentukan keahlian apa yang penting (spt keahlian computer, komunikasi dan teamwork) Model Piaget Konstruktivis Piaget, murid membentuk pengetahuan dengan mengubah, mengatur serta mengorganisasikan kembali pengetahuan dan informasi sebelumnya. Guru seharusnya memberi dukungan bagi murid untuk mengeksplorasi dan mengembangkan pemahaman. Dalam model Piaget dan Vygotsky, guru berfungsi sebagai fasilitator dan membimbing ketimbang sebagai pengatur dan pembentuk pembelajaran anak. B. Guru dan teman sebaya sebagai kontributor bersama untuk pembelajaran Murid
Guru dan teman sebaya atau sekelas dapat memberikan
kontribusi bersama untuk pembelajaran murid 4 faktor untuk melakukan metoda ini, yakni scaffolding, pelatihan kognitif (cognitive apprenticeship), tutoring, dan pembelajaran kooperatif Scaffolding : Teknik mengubah level dukungan sepanjang jalannya sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau teman sesama murid yang lebih pandai) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan kinerja murid. Pelatihan kognitif : Menggunakan pembimbing yang berpengetahuan luas atau seorang yang ahli untuk memberikan model, demonstrasi dan koreksi dalam tugas-tugas belajar serta ikatan pribadi yang memotivasi. Tutoring : Pelatihan antara pakar dan pemula.Bimbingan dapat dilakukan dengan teman sebaya dan teman lintas usia, anak yang terampil dengan yang tidak terampil. Bimbingan memberi manfaat bagi tutor maupun yang diajari, mengajari orang lain tentang sesuatu adalah cara efektif untuk belajar. Pembelajaran kooperatif: Pembelajaran kooperatif terjadi ketika murid bekerjasama dalam kelompok kecil (kelompok belajar) untuk saling membantu dalam belajar. Membentuk kelompok belajar akan menjadi sebuah strategi yang efektif ketika disediakan penghargaan terhadap kelompok dan terdapat evaluasi individu C. Menyusun Kelompok Kerja Kecil Composing the Group Pendekatan pembelajaran kooperatif umumnya merekomendasikan kelompok heterogen dengan diservitas dalam kemampuan, latar belakang etnis, status sosioekonomi dan gender. Alasan dibalik pengelompokkan heterogen adalah ia memaksimalkan kesempatan bagi tutoring dan dukungan sesama teman, meningkatkan relasi antar gender dan antar etnis dan memastikan bahwa setiap kelompok setidaknya memiliki satu murid yang bisa melakukan tugas
Team Building Skills
Membangun keterampilan kelompok. Memberikan waktu bagi kelompok untuk membantu murid agar menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada murid untuk berkonstribusi pada tim. Penetapan satu siswa pada tiap kelompok kecil sebagai pemimpin tim, dapat membantu membentuk tim. Structuring Group Interaction Menstrukturisasi interaksi kelompok. Setiap murid perlu diberi peran yang berbeda. Peran yang dimiliki masing-masing murid membuat semua anggota kelompok merasa dirinya penting dalam kelompok tersebut. Situated Cognition Istilah ini mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan (disituasikan) dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Konsep situated cognition menyatakan bahwa pengetahuan dilekatkan dan dihubungan pada konteks dimana pengetahuan dikembangkan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kontruktivis sosial perlu menciptakan situasi seperti yang terjadi didunia rill. D. Program Konstruktivis Sosial Komunitas Pembina Pembelajaran FCL (Fostering A Community Of Learners) FCL menekankan perkembangan literasi dan biologi, strategi yang digunakan: a. Menggunakan orang dewasa sebagai panutan b. Anak-anak mengajar anak-anak c. Konsultasi komputer online Program ini mendorong anak melakukan refleksi dan diskusi. Sekolah untuk Berfikir SFT (Schools For Thought) SFT dibuat aktivitas berbasis problem dan berbasis proyek untuk mengajak murid untuk memikirkan problem dunia nyata. SFT menggabungkan egiatan dari tiga program: a. Menggabungkan program The Jasper Project, FCL, dan CSILE b. Melibatkan perubahan dalam iklim pengajaran didalam kelas c. Menggunakan teknologi untuk mendobrak isolasi kelas tradisional. Sekolah Kolaboratif (A Collaborative School) Sekolah kolaboratif dibentuk untuk menjalin kerjasama antara orangtua dan guru dengan penekanan pada belajar untuk bekerja secara efektif dalam kelompok. Guru, orangtua dan anak membantu merencanakan dan mengembangkan kurikulum yang mencakup. Pengembangan kurukulum mencakup: a. Menangkap momen untuk membangun ide yang menarik yang muncul didalam diskusi kelas b. Mengakui bahwa murid punya agenda belajr sendiri yang dapat memberi motivasi c. Menggunkan berbagai sumber d. Mendukung unit studi yang sering muncul sehingga mampu mengembangkan keahlian satu sama lain.