Anda di halaman 1dari 14

Pendekatan

Konstruktivitis
Sosial

Dosen: Sari Rahmadani, S.Psi, M.M.


A. Pendekatan Konstruktivis Sosial Pengajaran

Pendekatan konstruktivis sosial menggunakan


sejumlah invovasi didalam pembelajaran
dikelas
Konstruktivisme Sosial dalam konteks Konstruktivis
yang lebih luas

 Konstruktivisme menekankan bahwa individu akan belajar


dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksikan
pengetahuan dan pemahaman.
Teori Perkembangan Piaget dan Vygotsky adalah konstruktivis.
Teori Piaget adalah teori konstruktivis kognitif, sedangkan
Vygotsky adalah konstruktivis Sosial.
Menurut semua pendekatan konstruktivis ini, murid menyusun
sendiri pengetahuannya.
 Secara umum, Pendekatan Konstruktivis sosial
menekankan konteks sosial dari pembelajaran dan
bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan
secara bersama (mutual). (Bearison & Dorval)
 Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan
bagi murid untuk mengevaluasi dan memperbaiki
pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan
pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi
dalam pencarian pemahaman bersama (Gauvin)
Model Vygotsky
Menyatakan bahwa anak berada dalam konteks sosiohistoris.
Perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural dimana
murid tinggal yang mencakup bahasa, keyakinan, keahlian dan keterampilan.
Murid mengkonstruksikan pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Perkembangan memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan alat yang ada dalam masyarakat seperti bahasa, sistem matematika
dan strategi memori.
Guru harus menciptakan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar dengan guru
dan teman sebaya dalam mengkonstruksikan pengetahuan bersama.
Pendekatan sosiokultural Vygotsky menekankan pentingnya kultur dalam
pembelajaran misalnya kultur bisa menentukan keahlian apa yang penting
(spt keahlian computer, komunikasi dan teamwork)
Model Piaget
 Konstruktivis Piaget, murid membentuk pengetahuan dengan
mengubah, mengatur serta mengorganisasikan kembali
pengetahuan dan informasi sebelumnya.
 Guru seharusnya memberi dukungan bagi murid untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan pemahaman.
 Dalam model Piaget dan Vygotsky, guru berfungsi sebagai
fasilitator dan membimbing ketimbang sebagai pengatur dan
pembentuk pembelajaran anak.
B. Guru dan teman sebaya sebagai kontributor bersama
untuk pembelajaran Murid

 Guru dan teman sebaya atau sekelas dapat memberikan


kontribusi bersama untuk pembelajaran murid
 4 faktor untuk melakukan metoda ini, yakni scaffolding,
pelatihan kognitif (cognitive apprenticeship), tutoring,
dan pembelajaran kooperatif
Scaffolding : Teknik mengubah level dukungan sepanjang jalannya
sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau teman sesama
murid yang lebih pandai) menyesuaikan jumlah bimbingannya
dengan kinerja murid.
Pelatihan kognitif : Menggunakan pembimbing yang berpengetahuan
luas atau seorang yang ahli untuk memberikan model, demonstrasi
dan koreksi dalam tugas-tugas belajar serta ikatan pribadi yang
memotivasi.
Tutoring : Pelatihan antara pakar dan pemula.Bimbingan dapat
dilakukan dengan teman sebaya dan teman lintas usia, anak yang
terampil dengan yang tidak terampil. Bimbingan memberi manfaat
bagi tutor maupun yang diajari, mengajari orang lain tentang sesuatu
adalah cara efektif untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif: Pembelajaran kooperatif terjadi ketika murid
bekerjasama dalam kelompok kecil (kelompok belajar) untuk saling
membantu dalam belajar. Membentuk kelompok belajar akan menjadi
sebuah strategi yang efektif ketika disediakan penghargaan terhadap
kelompok dan terdapat evaluasi individu
C. Menyusun Kelompok Kerja Kecil
Composing the Group
Pendekatan pembelajaran kooperatif umumnya merekomendasikan kelompok
heterogen dengan diservitas dalam kemampuan, latar belakang etnis, status
sosioekonomi dan gender. Alasan dibalik pengelompokkan heterogen adalah ia
memaksimalkan kesempatan bagi tutoring dan dukungan sesama teman,
meningkatkan relasi antar gender dan antar etnis dan memastikan bahwa setiap
kelompok setidaknya memiliki satu murid yang bisa melakukan tugas

Team Building Skills


Membangun keterampilan kelompok. Memberikan waktu bagi kelompok untuk
membantu murid agar menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan
pada murid untuk berkonstribusi pada tim. Penetapan satu siswa pada tiap
kelompok kecil sebagai pemimpin tim, dapat membantu membentuk tim.
Structuring Group Interaction
Menstrukturisasi interaksi kelompok. Setiap murid
perlu diberi peran yang berbeda. Peran yang
dimiliki masing-masing murid membuat semua
anggota kelompok merasa dirinya penting dalam
kelompok tersebut.
Situated Cognition
 Istilah ini mengacu pada ide bahwa pemikiran
selalu ditempatkan (disituasikan) dalam konteks
sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang.
 Konsep situated cognition menyatakan bahwa
pengetahuan dilekatkan dan dihubungan pada
konteks dimana pengetahuan dikembangkan.
 Oleh karena itu, dalam pembelajaran kontruktivis
sosial perlu menciptakan situasi seperti yang
terjadi didunia rill.
D. Program Konstruktivis Sosial
Komunitas Pembina Pembelajaran
FCL (Fostering A Community Of Learners)
FCL menekankan perkembangan literasi dan biologi, strategi yang
digunakan:
a. Menggunakan orang dewasa sebagai panutan
b. Anak-anak mengajar anak-anak
c. Konsultasi komputer online
Program ini mendorong anak melakukan refleksi dan
diskusi.
Sekolah untuk Berfikir
SFT (Schools For Thought)
SFT dibuat aktivitas berbasis problem dan berbasis proyek
untuk mengajak murid untuk memikirkan problem dunia
nyata.
SFT menggabungkan egiatan dari tiga program:
a. Menggabungkan program The Jasper Project,
FCL, dan CSILE
b. Melibatkan perubahan dalam iklim pengajaran
didalam kelas
c. Menggunakan teknologi untuk mendobrak isolasi
kelas
tradisional.
Sekolah Kolaboratif (A Collaborative School)
Sekolah kolaboratif dibentuk untuk menjalin kerjasama
antara orangtua dan guru dengan penekanan pada
belajar untuk bekerja secara efektif dalam kelompok.
Guru, orangtua dan anak membantu merencanakan dan
mengembangkan kurikulum yang mencakup.
Pengembangan kurukulum mencakup:
a. Menangkap momen untuk membangun ide yang
menarik yang muncul didalam diskusi kelas
b. Mengakui bahwa murid punya agenda belajr sendiri
yang dapat memberi motivasi
c. Menggunkan berbagai sumber
d. Mendukung unit studi yang sering muncul sehingga
mampu mengembangkan keahlian satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai