Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.

1 April 2017 1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA SISWA YANG DIAJAR


DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW DENGAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI
HIDROSFER KELAS X SMA NEGERI 1 MAWASANGKA TENGAH

Fitriono1, Ramli2
1
Alumni Geografi Pendidikan Geografi FKIP UHO,
2
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO

Abstrak: Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
geografi antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada kelas X SMA Negeri 1 Mawasangka Tengan. Tehnik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: (1) analisis deskriptif yang dilakukan untuk mengetaui nilai
rata-rata (X), Standar deviasi (S) serta nilai maksimum dan minimum data untuk masing-
masing variabel. (2) Uji persyaratan, yakni untuk mengetahui normalitas dan homogenitas
data. Uji perbedaan ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat perpedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
di SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan statistic
deskriptif yang menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yakni sebesar 8,72
lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation yaitu sebesar 77,12.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Proses, Hasil Belajar

PENDAHULUAN meningkatkan mutu pembelajaran


Proses pembelajaran saat ini geografi diperlukan peningkatan kualitas
masih kurang mendorong siswa untuk para pendidik. Semata-mata bukan hanya
aktif, berpikir kritis, dan dapat berkerja penyusunan kembali kurikulum yang
sama dengan siswa lainnya. Guru hanya lebih sempurna, melaikan pembenahan
sekedar menstransfer materi dan siswa kembali pendekatan, metode yang tepat
jarang dihadapkan pada permasalahan- dengan memperhatikan mata
permasalahan yang kurang meransang pembelajaran, fasilitas dan kondisi siswa
dan melatihnya untuk aktif berpikir. Di sebagai subjek didik yaitu motivasi
dalam pembelajaran diharapkan ada belajar yang dimiliki, minat, ketekunan
suasana yang melibatkan siswa secara dan karakteristik materi seta siswa,
aktif untuk membangun pengetahuan sehingga dalam penggunaan model
dalam pikiran mereka sendiri. Guru pembelajaran tidak harus sama untuk
seharusnya memberi dukungan dan semua pokok bahasan.
kesempatan pada siswa untuk Berdasarkan obsevasi awal
mengembangkan ide-ide dan strategi peneliti menemukan rendanya hasil
dalam belajar. Untuk untuk belajar disebabkan siswa tidak

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 2

memperhatikan penjelasan guru pada saat bagian tersebut kepada anggota lain dalam
proses pembelajaran. Selain itu model kelompoknya.
yang digunakan oleh guru masih bersifat Menurut Arends dalam Asnailis
konvensional, sehingga siswa berkerja (2009:3) bahwa model pembelajaran
secara prosedural yang memahami kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
geografi tanpa penalaran akibatnya siswa pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
kurang aktif dalam proses pembelajaran beberapa anggota dalam satu kelompok
serta guru lebih mendominasi aktifitas yang bertanggung jawab atas penguasaan
dibanding siswa. bagian materi belajar dan mampu
Pembelajaran kooperatif mengerjakan bagian tersebut kepada
merupakan ide yang dikembangkan oleh anggota lain didalam kelompoknya. Alma
pakar psikologi pendidikan abad ke-20 (2009:84) bahwa model pembelajaran
yang didasari adanya pendapat bahwa Jigsaw adalah merupakan suatu model
agar seseorang belajar, maka harus pembelajaran cooperatif learning yang
memiliki patner belajar. Muhamad pelaksanaanya dimulai dari pembentukan
(2003:3) mengemukakan bahwa kelompok yang disusun oleh guru, agar
pembelajaran kooperatif merupakan siswa tidak memilih – milih teman yang
landasan yang baik untuk meningkatkan disenanginya saja. Jadi sifatnya
hasil belajar siswa. Slavin dalam heterogen. Setiap anggota kelompok
Muhamad (2003:6) mengatakan bahwa diberi tugas untuk mempelajari materi
“belajar kooperatif mengacu pada variasi tertentu.
metode mengajar dimana pembelajaran Kardi (2000:31) menjelaskan
bekerja dalam kelompok kecil yang bahwa model pembelajaran kooperatif
saling membantu belajar materi tipe Jigsaw memiliki kelebihan yaitu : (1)
pelajaran, berdiskusi dan saling beradu Adanya saling ketergantungan positif,
argumentasi saling mengakses saling membantu dan saling memberikan
pengetahuan-pengetahuan dan dapat motivasi sehingga adanya interaksi antara
saling mengisi kekurangan pemahaman sesama siswa (2) Mempunyai kelompok
yang dialami. asal dan kelompok ahli, sehingga saling
Model pembelajaran kooperatif memberikan pemahaman antara siswa
tipe Jigsaw ini pertama kali yang satu dengan siswa yang lainya (3)
dikembangkan oleh Elliot Aronso dan Kelompok belajar terdiri dari beberapa
kawan – kawanya dari universitas Texas orang yang heterogen baik dalam
dan diadaptasikan oleh Slavin, jadi dapat kelompok akademik, jenis kelamin dan
diketahui bahwa model pembelajaran lain-lain (3) Penalaran tidak hanya pada
kooperatif bukanlah konsep yang baru penyelesaian tugas, tetapi juga
dalam dunia pendidikan. Menurut para berhubungan antar pribadi yang salin
ahli psikolologi pendidikan bahwa menghargai (4) Pemimpin kelompok
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dipilih secara demokratis atau bergilir
adalan suatu tipe pembelajaran kooperatif untuk memberikan pengalaman pemimpin
yang terdiri dari beberapa anggota yang bagi para kelompok
dalam satu kelompok yang bertanggung Selain memliki beberapa
jawab atas penguasaan bagian materi kelebihan model tipe jigsaw memiliki
pembelajaran dan mampu mengerjakan beberap kelemahan, yakni: (1) Prinsip
pembelajaran ini adalah “peerteacheng”

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 3

yaitu pembelajaran oleh teman sendiri. Ini dimana siswa tidak hanya bekerja sama
akan menjadi kendala karna persepsi namun terlihat merencanakan baik topik
dalam memandang suatu konsep yang untuk dipelajari dan prosedur penyidikan
akan didiskusikan bersama dengana siswa yang akan digunakan(Ibrahim, 2000:24)
lain. Dalam hal ini pengawasan guru Kelebihan model pembelajaran
menjadi hal mutlak diperlukan agar kooperatif teknik Group Investigation: (a)
jangan sampai terjadi salah konsep (miss siswa menjadi lebih aktif (b) Tugas guru
conception) (2) Dirasa sulit menyakinkan menjadi lebih ringan (c) Setiap kelompok
siswa untuk mampu berdiskusi mendapatkan tugas yang berbeda
menyampaikan materi pada teman, jika sehingga tidak mudah untul mencari
siswa tidak percaya diri, guru harus jawaban dari kelompok lain (d)Diskusi
mampu memankan peranya dalam menjadi lebih aktif (e)Siswa yang nilainya
memfasilitasi kegiatan belajar (3) Awal tertinggi diberikan penghargaan yang
pembelajaran biasanya sulit dikendalikan, dapat mendorong semangat belajar
biasanya butuh waktu yang cukup dan kekurangan model pembelajaran
persiapan yang matang sebelum model kooperatif teknik Group Investigation: (a)
pembelajaran ini bias berjalan dengan Siswa cenderung ribut sebab peran
baik (4) Aplikasi model pembelajaran ini seorang guru sangat sedikit (b)
sulit dilakukan pada kelas besar (>40 Membutuhkan waktu yang lama (c)
orang siswa) Biasanya siswa mengalami kesulitan
Putra (2009:2) mengemukakan bahwa dalam menjelaskan hasil temuanya
model pembelajaran Group Investigation kepada temanya.
(GI) atau investigasi kelompok telah Hasil belajar diartikan sebagai
digunakan dalam berbagai bidang studi hasil yang diperoleh dari belajar yang
dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya dapat berupa pengetahuan, keterampilan
model ini dirancang untuk membimbing atau dapat pula berupa sikap. Selanjutnya
para siswa mendefinisikan masalah, menurut Sudijono (2003:17) bahwa hasil
mengeksplorasi berbagai cakrawala belajar adalah yang dicapai dari segala
mengenai masalah itu, mengumpulkan pekerjaan yang berhasil dan menunjukan
data relevan , mengembangkan dan hasil kecakapan manusia setelah melalui
mengetes hipotesis. tes hasil belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Waluyo (2003:37) berpendapat
Group Investigation merupakan model bahwa hasil belajar merupakan
pembelajaran yang bersifat kelompok kemampuan yang di peroleh anak setelah
dimana siswa tidak hanya berkerja sama melalui kegiatan belajar. Anak yang
terlibat merencanakan topic untuk berhasil dalam belajar adalah anak yang
dipelajari maupun prosedurr yang akan berhasil mencapai tujuan pembelajaran
digunakan (Ibrahim, 2004 : 24). ajaran – ajaran instruksional, sekaligus
Group Investigation berasal dari kata hasil belajar sebagai keluaran dari suatu
“Group” yang artinya kelompok dan system pemrosesan berbagai masukan
“Investigation” yang artinya mencari atau berupa informasi.
menemukan, sehingga model Menurut Arifin (2001:47) hasil
pembelajaran Group Investigation dapat belajar merupakan indicator dari
didefinisikan sebagai suatu model perubahan yang terjadi pada individu
pengajaran yang bersifat kelompok setelah mengalami proses belajar

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 4

mengajar, dimana untuk Dan yang terakhir Perairan laut yang


mengungkapkanya menggunakan suatu mencakup: (zona pesisir dan laut),
alat penilaian yang disusun oleh guru, (klasifikasi laut), (morfologi laut).
seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan Menurut (Waluya, 2009: 222) Siklus
untuk mengetahui sejauh mana siswa hidrologi atau daur hidrologi adalah pola
tersebut memahami dan mengerti sirkulasi air dalam ekosistem yang
pelajaran yang diberikan. Hasil belajar dimulai dengan adanya proses pemanasan
juga merupakan prestasi yang dicapai oleh permukaan bumi oleh sinar matahari, lalu
siswa dalam bidang studi tertentu dan terjadi penguapan hingga akan terjadi
untuk memperolehnya menggunakan kondensasi uap air, yaitu proses
standar sebagai pengukuran keberhasilan perubahan uap air menjadi titik air.
seseorang. Criteria hasil belajar pada Kumpulan titik air di atmosfer
siswa yang lazim digunakan adalah nilai dinamakan awan. Bila uap air telah
rata – rata yang di dapat melalui belajar menjadi titik-titik air, maka hujan akan
dalam perananya melanjutkan studinya turun. Kemudian air hujan yang jatuh ke
(Suryobroto, 2003:16). permukaan bumi akan tersebar, ada
Sudjana (2010:43) yang meresap ke dalam tanah, singgah
mengemukakan bahwa hasil belajar di dedaunan, mengalir menuju laut
adalah mencerminkan tujuan pada tingkat melalui sungai atau mengumpul di
tertentu yang berhasil dicapai oleh didik danau, atau menguap lagi ke atmosfer.
(siswa) yang dinyatakan dengan angka Dimana dalam siklus ini menganut teori
dan huruf. Hasil belajar yang keseimbangan air atau Water
dimaksudkan tidak lain adalah nilai BelenceTheory yang intinya
kemampuan siswa setelah evaluasi menyatakan jumlah air yang berputar
diberikan sebagai perwujudan sebagi mengalami siklus di permukaan bumi ini
upaya yang telah dilakukan sebagai adalah bersifat tetap. Siklus hidrologi atau
selama proses belajar mengajar daur hidrologi memiliki unsur-unsur
berlangsung. Nasrun (2003:21) secara utama (komponen) yang terjadi dalam
umum hasil belajar dapat diartikan proses siklus hidrologi adalah sebagai
sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah berikut: Evaporasi (presipitasi), air di
dicapai dengan usaha atau diperoleh permukaan bumi, baik di daratan maupun
dengan jalan keuletan bekerja yang dapat di laut dipanasi oleh sinar matahari
diukur dengan alat ukur yang disebut tes. kemudian berubah menjadi uap air yang
Menurut Asdak (2010:4) tidak terlihat di atmosfer. Uap air juga
‘’Hidrosfer berasal dari kata hidro artinya dikeluarkan dari daun-daun tanaman
air dan spere lapisan/selubung. Jadi melalui sebuah proses yang dinamakan
hidrosfer adalah lapisan air dalam segala transpirasi. Proses semuanya itu disebut
bentuk ( air, gas, padat) yang ada evapotranspirasi. Kondensasi, uap air naik
dipermukaan bumi’’. Pokok bahasan ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi akan
hidrosfer pada kelas X yang diteliti mengalami pendinginan, sehingga
dalam penelitian ini meliputi materi- terjadi perubahan wujud melalui
meteri sebagai berikut: Hidrosfer, kondensasi menjadi embun, titik-titik
Siklus hidrologi, Perairan darat yang air, salju dan es. Kumpulan embun,
mencakup (air tanah), (sunagai), (daerah titik-titik air, salju dan es merupakan
alira sunagai atau DAS), (danau), (rawa). bahan pembentuk kabut dan awan. (3)

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 5

Presipitasi, ketika titik-titik air, salju dan sedang terjadi jika air laut yang
es di awan ukurannya semakin besar dan mendapat sinar matahari kemudian
menjadi berat, mereka akan menjadi menguap. Dari penguapan di laut
hujan. Awan-awan tersebut bergerak terbentuklah awan, apabila awan telah
mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus jenuh oleh uap air maka terjadilah hujan
udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan di daratan. Air hujan tersebut ada yang
tersebut bergerak menuju pegunungan, mengalir di permukaan bumi, meresap
awan-awan tersebut menjadi dingin, dan ke dalam tanah. Ada yang masuk ke
kemudian segera menjadi jenuh air yang dalam danau dan sungai yang akhirnya
kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan kembali mengalir ke laut. Siklus Panjang
atau salju tergantung pada suhu udara siklus panjang terjadi, jika air laut yang
sekitarnya. Infiltrasi (Perkolasi), air terkena panas sinar matahari menguap.
hujan yang jatuh ke permukaan bumi Uap tersebut terbawa oleh angin dan jatuh
khususnya daratan, kemudian meresap ke kedaratan ada pula uap air yang
dalam tanah dengan cara mengalir secara mengalami pendinginan, maka berubah
infiltrasi atau perkolasi melalui celah- menjadi kristal es sehingga terjadilah
celah dan pori-pori tanah dan batuan, hujan salju. Salju yang terkumpul
sehingga mencapai muka air tanah membentuk padang salju yang kemudian
(watertable) yang kemudian menjadi air mencair dan mengalir pada sungai es
bawah tanah. Surfacerunoff, air dapat (gletser), yang akhirnya kembali ke laut.
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat Air tanah adalah massa air yang
bergerak secara vertikal atau horizontal di ada di bawah permukaan tanah. Lebih
bawah permukaan tanah hingga air dari 98 % dan semua air di daratan
tersebut memasuki kembali sistem air tersembunyi di bawah permukaan tanah,
permukaan. Air permukaan, baik yang 2% terlihat sebagai air di sungai, danau,
mengalir maupun yang tergenang (danau, dan reservoir. Setengah dari 2% ini
waduk, rawa), dan sebagian air bawah disimpan di reservoir buatan. Di dataran
permukaan akan terkumpul dan mengalir rendah, pada umumnya permukaan air
membentuk sungai dan berakhir ke laut. tanahnya dangkal. Makin tinggi
(2) Siklus hidrologi dapat dibedakan permukaan tanah, makin dalam letak air
menjadi 3 macam siklus hidrologi, yaitu: tanahnya. Akibatnya kedalaman air tanah
siklus pendek, siklus sedang, dan siklus di berbagai tempat tidak sama.
panjang. (1) siklus Pendek, siklus Ketidaksamaan ini mungkin juga akibat
pendek terjadi karena air laut yang jenis tanah dan struktur tanah yang
mendapat sinar matahari berubah berbeda, dan juga faktor musim. Air tanah
wujudnya menjadi uap atau gas. Uap mempunyai berbagai kegunaan bagi
tersebut naik ke atmosfer, pada ketinggian kehidupan manusia yaitu untuk keperluan
tertentu terjadilah kondensasi dan uap rumah tangga seperti untuk minum,
tersebut menjadi butiran-butiran air, memasak makanan, dan mencuci, untuk
dan karena semakin banyak titik-titik keperluan industri, misalnya industri
air makaterjadilah awan. Awan ini tekstil dan industri farmasi, untuk
naik terus menerus dan uap air di keperluan pertanian, misalnya pengairan
sekitarnya akan tertarik, sehingga awan sawah dan palawija di daerah yang sukar
tersebut menjadi berat dan kemudian dibuat irigasi, seperti di daerah-daerah
terjadilah hujan. siklus sedang, siklus gurun, daerah karst.

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 6

Sungai adalah bagian dari air asin dengan kadar garam cukup tinggi
muka bumi yang karena sifatnya (rata-rata 3,45%). Bumi memiliki lima
menjadi tempat air mengalir. Sifat yang samudera, yaitu Samudera Pasifik,
dimaksud adalah bagian permukaan bumi Atlantik, Hindia, Antartika, dan Artik.
yang paling rendah bila dibandingkan Lautan di bumi memiliki luas kira-kira
dengan daerah sekitamya. 361.000.000 km . Jadi 2 lebih dari 70%
Danau adalah suatu cekungan luas permukaan bumi dengan kedalaman
(basin) di permukaan bumi yang rata-rata 3.730 m.
digenangi air dalam jumlah yang relatif METODE PENELITIAN
banyak. Air danau berasal dari banyak Jenis penelitian ini adalah
sumber, seperti sungai, air tanah, atau penelitian eksperimen yang dilakukan
hujan. Pengaliran air danau dapat terjadi dengan cara membandingakan model
karena penguapan, perembesan ke dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
tanah, dan pengaliran air melalui sungai. model pengajaran kooperatif tipe Group
Berdasarkan proses terjadinya, danau Investigation dengan meninjau hasil
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa belajar geografi siswa. Penelitian ini
jenis, yaitu sebagai berikut: Danau dilaksanakan di SMA Negeri 1
tektonik , yaitu danau yang terbentuk Mawasangka Tengah. Penelitian ini
karena proses tektonik, seperti proses dilaksanakan pada semester genap tahun
patahan dan lipatan. Tenaga tektonik ajaran 2016/2017, sejak tanggal 8 Januari
menyebabkan retakan atau cekungan pada samapai 9 Februari 2017.
lapisan kulit bumi. Retakan ini terisi air Variabel Penelitian ini terdiri dari
dalam jumlah yang banyak, sehingga dua variable, yaitu model pembelajaran
terbentuklah danau. Contoh danau ini (X) dan hasil belajar siswa (Y). variabel
adalah Danau Tempe (Sulawesi Selatan), model pembelajaran, terbagi dua macam,
Danau Poso (Sulawesi Tengah), Danau yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Singkarak dan Danau Maninjau Jigsaw (X1) dan model pembelajaran
(Sumatera Barat). Laut adalah kooperatif tipe Group Investigation (X2).
sekumpulan air yang sangat luas di Sedangkan variabel hasil belajar siswa
permukaan bumi yang memisahkan atau terdiri dari, hasil belajar siswa yang diajar
menghubungkan suatu benua atau pulau dengan model pembelajaran kooperatif
dengan benua atau pulau lainnya. Laut tipe Jigsaw (Y1) dan hasil belajar siswa
yang sangat luas disebut samudera . yang diajar dengan menggunakan model
Jadi, dapat dikatakan bahwa laut pembelajaran kooperatif tipe Group
merupakan bagian dari samudera. Investigation (Y2).
Umumnya perairan laut merupakan massa
Tabel 1. Desain penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
Kelas Eksperimen X1 Y1
Kelas control X2 Y2
Sumber: Data di Olah (2017)
Keterangan : X1 : Kelas yang diajar X2 : Kelas yang diajar dengan model
dengan model pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif tipe Group
tipe Jigsaw Investigation

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 7

Y1 : Hasil belajar siswa yang diajar Populasi dalam penelitian ini


dengan model pembelajaran kooperatif adalah seluruh siswa kelas X di SMA
tipe Jigsaw Y2 : Hasil belajar siswa yang Negeri 1 Mawasangka Tengah semester
diajar dengan model pembelajaran genap tahun ajaran 2016/2017 yang
kooperatif tipe Group Investigation berjumlah 101 siswa yang terbagi dalam 4
kelas, yaitu: dapat dilihat pada tabel
Tabel 2. Pupulasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah.
NO Kelas Jumlah Nilai Rata-rata
1 X1 24 67
2 X2 26 64
3 X3 25 66
4 X4 26 64
JUMLAH 101
Sumber: SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah
Sampel adalah bagian dari populasi. 2016/2017. Berdasarkan nilai rata diatas
Berdasarkan populasi yang ada dianggap tersebut sebagai bahan pertimbangan
homogen ditinjau dari beberapa aspek dalam penentuan dua kelas sampel yang
seperti materi yang diajarkan, bahan ajar memiliki kemampuan yang relative sama
yang digunakan dalam belajar, guru yang (homogen). Secara acak terilih kelas.
mengajar, kemampuan siswa dan jumlah Kelas X2 sebagai kelas eksperimen yang
siswa. Sampel ini diambil dengan tidak diajar dengan metode pembelajaran
memperhatikan kelas unggulan atau kooperatif tipe Jigsaw dan kelas X4
khusus. Dalam penelitian ini, tehnik sebagai kelas kontrol yang diajar dengan
dalam penentuan sampel adalah random metode pembelajaran kooperatif tipe
sampling berdasarkan nilai rata-rata Group Investigation. Nilai rata-rata siswa
ulangan siswa kelas X SMA Negeri 1 dapat diliahat pada tabel 3.3 berikut ini.
Mawaasangka Tengah tahun ajaran
Tabel 3. Sampel kelas X SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah
Rata-rata Nilai Ulangan
NO Kelas Jumlah Siswa Keterangan
Harisn
1 X2 26 64 Eksperimen
2 X4 26 64 Kontrol
Jumlah 52
Sumber: SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah
Penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak dan validitas external. Penelitian ini akan
4 kali pertemuan untuk masing–masing dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan
kelas, baik kelas siswa yang diajar dengan untuk masing–masing kelas, baik kelas
model pembelajaran kooperatif tipe siswa yang diajar dengan model
Jigsaw maupun kelompok siswa yang di pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ajar dengan model pembelajaran maupun kelompok siswa yang di ajar
kooperatif tipe Group Investigation. dengan model pembelajaran kooperatif
Jumlah pertemuan tersebut telah tipe Group Investigation. Jumlah
disesuaikan dengan waktu yang ada serta pertemuan tersebut telah disesuaikan
jumlah materi diajarkan. Validitas dengan waktu yang ada serta jumlah
penelitian terdiri dari validitas internal materi diajarkan.

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 8

Tes hasil belajar yaitu bentuk tes mengenai keadaan hasil belajar siswa
berupa pilihan ganda,yang dilakukan yang diajar dengan model pembelajaran
untuk mengetahui hasil belajar dengan kooperatif tipe Jigsaw dan hasil belajar
model pembelajaran kooperatif tipe siswa yang diajar dengan engan model
Jigsaw dan siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Group
model pembelajaran kooperatif tipe Infestigation dapat diuaraikan sebagai
Group Investigation. berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar siswa yang diajar
Deskripsi Data Hasil Penelitian dengan model pembelajaran kooperatif
Deskripsi data hasil penelitian ini tipe Jigsaw. Berdasarkan hasil tes yang
dimaksudkan untuk memberikan dilakukan pada siswa yang diajar dengan
gambaran secara jelas mengenai hasil model pembelajaran
belajaran kooperatif tipe
belajar siswa yang diajar dengan model Jigsaw,, menunjukan bahwa mayoritas
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan responden (siswa) memiliki hasil belajar
hasil belajar siswa yang diajar dengan antara 81 – 86. Untuk lebih jelasnya dapat
model pembelajaran kooperatif tipe dilihat pada tabel berikut :
Group Invertigation.. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4. Distibusi frekuensi nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
No. Kelas interval Batas kelas Frekuensi (f) Persentase (%)
1 67 – 71 66,5 2 7,69
2 72 – 76 71,5 3 11,53
3 77 – 81 81,5 5 19,23
4 81 – 86 86,5 7 26,92
5 87 – 91 91,5 6 23,07
6 92 – 96 96,5 3 11,53
Jumlah 26 100
Sumber: Data di Olah (2017)
Berdasarkan tabel diatas, maka grafik data hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat sebagai berikut :

8
Frekuensi

6
4
2
0
66,5 71,5 76,5 81,5 86,5 91,5 96,5

Grafik 1. Diagram data hasil belajar siswa yang diajar dengan model
Berdasarkan hasil perhitungan statistik nilai rata – rata data hasil belajar siswa
deskriptif data hasil belajar siswa yang adalah 82,07, Nilai maksimum data hasil
diajar dengan model pembelajaran belajar siswa adalah sebesar 96 dan nilai
kooperatif tipe Jigsaw menunjukan bahwa minimumnya adalah sebesar 67.

Fitriono,
Fitriono Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 9

Sedangkan Standar deviasi data hasil tipe Group Investigation. Berdasarkan


belajar siswa adalah sebesar 6,84 hal ini hasil tes yang dilakukan pada siswa yang
menunjukan
njukan bahwa simpangan atau diajar dengan model pembelajaran
deviasi data yang diperoleh setiap kooperatif tipe Group Investigation,
Investigation
responden terhadap rata – rata hitung menunjukan bahwa mayoritas responden
adalah sebesar 6,84. (siswa) memiliki hasil belajar antara 76 –
Hasil belajar siswa yang diajar 81 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dengan model pembelajaran kooperatif pada tabel sebagai berikut.
Tabel
el 5. Distribusi frekuensi data hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation
No. Kelas interval Batas kelas Frekuensi (f) Persentase (%)
1 58 – 63 57,5 2 7,69
2 64 – 69 63,5 4 15,38
3 70 – 75 69,5 4 15,38
4 76 – 81 81,5 8 30,76
5 82 – 87 87,5 5 19,23
6 88 – 93 93,5 3 11,53
Jumlah 26 100
Sumber : data hasil tes yang diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas, maka grafik data hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dilihat sebagai berikut :

10
Frekuensi

0
57,5 63,5 69,5 75,5 81,5 87,5 93,5
Grafik 2. Diagram data hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
embelajaran
kooperatif tipe Group Investigation.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik responden terhadap rata – rata hitung
deskriptif data hasil belajar siswa yang adalah sebesar 8,72.
diajar dengan model pembelajaran Berdasarkan uraian diatas
kooperatif tipe Group Investigation menunjukan bahwa nilai hasil belajar
menunjukan bahwa nilai rata rata-rata hasil yang diperoleh siswa yang diajar dengan
belajar siswa adalah
lah sebesar 77,12. Nilai model pembelajaran kooperatif tipe
maksimum data hasil belajar siswa adalah Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa
sebesar 92, dan nilai minimumnya adalah yang diajar
iajar dengan model pembelajaran
sebesar 58. Sedangkan standar deviasi dan kooperatif tipe Group Investigation.
Investigation Hal
hasil belajar siswa adalah sebesar 8,72 hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan
ini menunjukan bahwa simpangan atau statistik deskriptif yang menunjukan
deviasi data yang diperoleh setiap bahwa nilai rata–rata
rata hasil belajar yang
diperoleh siswa yang diajar dengan

Fitriono,
Fitriono Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 10

menggunakan model pembelajaran data polpulasi berdistribusi secara normal.


kooperatif tipe jigsaw yakni sebesar Dengan demikian maka hasil analisis dan
82,07 lebih tinggi dari hasil belajar siswa kesimpulan data penelitian dapat
yang diajar dengan model pembelajaran digeneralisasikan terhadap populasi
kooperatif tipe group investigation yakni penelitian.
sebesar 77,12 . Berdasarkan hasil uji normalitas
Uji Hipotesis menunjukan bahwa data hasil belajar
Uji persyaratan analisis dilakukan siswa yang diajar dengan model
untuk mengetahui normalitas data. Uji pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
normalitas dalam penelitian ini dilakukan maupun hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan uji chi kuadrat ( X2 dengan model pembelajaran kooperatif
). Uji normalitas data dimaksudkan untuk tipe Group Investigation adalah memiliki
memastikan bahwa data yang diperoleh distribusi yang normal. Hasil uji
dari hasil penelitian adalah benar-benar normalitas data dapat dilihat pada tabel
mewakili populasi, dengan asumsi bahwa berikut:
Tabel 6. Hasil uji normalitas data hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation
Nilai x2 – Nilai x2 –tabel
No. Variabel penelitian Keterangan
hitung (a = 0,05)
Hasil belajar siswa
yang diajar dengan
1. model pembelajaran 1,32 9,488 Data normal
kooperatif tipe
Jigsaw
Hasil belajar siswa
yang diajar dengan
2. model pembelajaran 1,74 9,448 Data normal
kooperatif tipe
Group Investigation
Sumber : data hasil belajar siswa yang di olah (2017)
Berdasarkan tabel di atas menunjukan Selanjutnya berdasarkan hasil uji
bahwa hasil uji normalitas data hasil normalitas data hasil belajar siswa yang
belajar siswa yang diajar dengan model diajar dengan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kooperatif tipe Group Investigation
diperoleh nilai Nilai x2 hitung = 1,32 jika diperoleh nilai x2 hitung = 1,74 jika
2
dibandingkan dengan Nilai x –tabel pada α dibandingkan dengan x2 tabel pada α =
= 0.05 darajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 0,05 dan derajat kebebasan (db) = k – 1 =
– 1 = 5 sehingga diperoleh nilai x2 tabel = 6 – 1 = 5 sehingga diperoleh nilai x2 tabel =
2
9,488. Dengan demikian x hitung = 1,32 < 9,488. Dengan demikian x2 hitung = 1,74 <
2
x tabel 9,488 hal ini menunjukan bahwa x2 tabel = 9,488 hal ini menunjukan bahwa
data hasil belajar siswa yang diajar data hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw adalah berdistribusi secara tipe group investigation adalah
normal. berdistribusi secara normal.

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 11

Berdasarkan uraian diatas Uji homogenitas data dalam


menunjukan bahwa kedua jenis data baik penelitian ini dilakukan dengan
data hasil belajar siswa yang diajar menggunakan Uji Varians (uji-F), dengan
dengan model pembelajaran kooperatif kriteria sampel yang berdistribusi
tipe Jigsaw maupun data hasil belajar homogen apabila nilai F-hitung lebih kecil
siswa yang diajar dengan model dari Ftabel (Fhitung < Ftabel ). Adapun hasil uji
pembelajaran kooperatif tipe Group homogenitas data hasil belajar siswa yang
Investigation memiliki distribusi yang diajar dengan model pembelajaran
normal. Dengan demikian data dalam kooperatif tipe Jigsaw dan hasil belajar
penelitian ini dapat mewakili populasi siswa yang diajar dengan model
sehingga hasil analisis dan kesimpulan pembelajaran kooperatif Group
data penelitian dapat digeneralisasikan Investigation dapat dilihat pada tabel
terhadap populasi penelitian. berikut:
Tabel 7. Hasil belajar homogenitas data hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
Variabel Standar Nilai F-tabel
No Varians Nilai F-hitung
penelitian deviasi a = 0,05
Hasil belajar
siswa yang
diajar dengan
1. model 6,84 46,76
pembelajaran
kooperatif tipe
Jigsaw
Hasil belajar 1,61 1,93
siswa yang
diajar dengan
model
2. 8,72 76,18
pembelajaran
kooperatif tipe
Group
Investigation
Sumber : Data hasil belajar siswa yang diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas menunjukan = 25, sehingga diperoleh nilai Ftabel = 1,93
bahwa hasil belajar uji homogenitas data dengan demikian Fhitung = 1,61 < Ftabel =
hasil belajar geografi siswa yang diajar 1,93 hal ini berarti dalam penelitian ini
dengan model pembelajaran kooperatif berasal dari populasi yang homogen.
tipe Jigsaw dan hasil belajar geografi Uji hipotesis dilakukan dengan
siswa yang diajar dengan model menggunakan uji perbedaan (uji-t), hal ini
pembelajaran kooperatif tipe Group dimaksudkan untuk mengetahui
Investigation diperoleh nilai Fhitung = 1,61 perbedaan hasil belajar antara siswa yang
jika dibandingkan dengan Ftabel pada α = diajar dengan model pembelajaran
0,05 dengan (db) pembilang = n – 1 = 26– kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang
1 = 25 dan (db) penyebut = n – 1 = 26 – 1 diajar model pembelajaran kooperatif tipe

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 12

Group Investigation. Hipotesis yang Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar
diajukan dalam penelitian ini adalah siswa yang model pembelajaran
terdapat perbedaan hasil belajar geografi koopertatif tipe Group Investigation.
antara siswa yang diajar dengan model Pengujian hipotesis dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw penelitian ini dilakukan dengan
dengan siswa yang diajar dengan model menggunakan uji perbedaan (uji-t).
pembelajaran kooperatif tipe Group Adapun hasil uji hipotesis dalam
Investigation, dengan kata lain hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel
belajar geografi siswa yang diajar dengan berikut :
model pembelajaran kooperatif tipe
Tabel 8. Uji hipotesis
Nilai t tabel
Sampel (n) Nilai Rata – rata Nilai t hitung
a = 0,05
X2 X4 X2 X4
2,12 1,68
26 26 82,07 77,12
Sumber : data hasil belajar siswa yang di olah (2017)
Berdasarkan tebel diatas belajar mengajar berlangsung yang
menunjukan bahwa hasil uji perbedaan biasanya diukur dengan menggunakan tes.
(uji-t) antara hasil belajar siswa yang Kemampuan siswa untuk mencapai hasil
diajar dengan model pembelajaran belajar yang maksimal ditentukan oleh
kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil berbagai faktor, diantaranya adalah model
belajar kooperatif tipe Group pembelajaran yang digunakan guru saat
Investigation diperoleh nilai thitung = 3,28 mengajar.
jika dibandingkan dengan ttabel pada α = Salah satu faktor yang
0,05 dan db = n1 + n2 – 2 = 26 + 26 – 2 = menentukan hasil belajar siswa adalah
52 – 2 = 50, sehingga diperoleh nilai t tabel kemampuan guru dalam mengajar
= 1,68. Dengan demikian t hitung (2,12) > t utamanya kemampuan guru dalam
tabel (1,68) hal ini berarti terdapat menetapkan model pembelajaran yang
perbedaan yang signifikan antara hasil sesuai dengan materi yang diajarkan.
belajar siswa yang diajar dengan model Model pembelajaran dipandang sebagai
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw salah satu komponen yang ada dalam
dengan hasil belajar siswa yang diajar interaksi belajar mengajar, dimana
dengan model pembelajaran kooperatif komponen yang satu dan yang lainya
tipe Group Investigation. saling mempengaruhi. Model
Dengan kata lain hasil belajar pembelajaran adalah salah suatu cara
geografi siswa yang diajar dengan model penyajian bahan pelajaran untuk
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih mencapai tujuan pengajaran yang ingin
tinggi dari hasil belajar geografi siswa dicapai, sehingga semakin baik
yang diajar dengan model pembelajaran penggunaan metode mengajar semakin
kooperatif tipe Group Investigation. berhasilah pencapaian tujuan pengajaran.
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil belajar siswa yang maksimal
Hasil belajar merupakan hasil dapat tercapai jika seorang guru atau
yang diperoleh siswa dari proses belajar calon guru dapat mengetahui berbagai
sebagai proses perwujudan segala upaya model mengajar. Kardi dan Nur (2000 :
yang telah dilakukan selama proses 42). Menjelaskan untuk mengatasi

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 13

berbagai persoalan yang berhubungan pelajaran yang diberikan oleh guru,


dengan proses pembelajaran, dewasa ini sehingga dapat memungkinkan hasil
disekolah menengah mulai dikembangkan belajar siswa menjadi lebih baik.
pendekatan pembelajaran kontekstual Beberapa model pembelajaran yang dapat
(contextual teaching learning). Berbagai melibatkan siswa secara aktif adalah
model pembelajaran yang dikembangkan model pembelajaran kooperatif tipe
seperti pengajaran langsung (direct Jigsaw dan model pembelajaran
intruction), pembelajaran kooperatif kooperatif tipe Group Investigation
(cooperative learning), pengajaran Penerapan Model pembelajaran
masalah ( problem based instruction), kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu
diskusi kelas dan berbagai strategis model pembelajaran cooperative learning
belajar lainya. Bila seorang guru dengan yang menekankan adanya kerjasama
keterampilanya dapat memilih dan antara sesama siswa yang terbagi dalam
menggunakan model mengajar yang tepat beberapa kelompok ahli untuk mencapai
untuk menyajikan suatu materi pelajaran tujuan pembelajaran.
maka hal itu dapat menunjang Keunggulan model pembelajaran
keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya, kooperatif tipe Jigsaw yaitu : (1) adanya
jika tidak terampil, maka hal ini dapat saling ketergantungan positif, saling
merupakan faktor penghambat bagi membantu dan saling memberikan
pencapaian tujuan pembelajaran. motivasi sehingga andanya interaksi
Kebiasaan guru yang masih antara sesama siswa; (2) mempunyai
menggunakan model pembelajaran kelompok asal dan kelompok ahli,
konvensional kurang memberikan hasil sehingga dapat memberikan pemahaman
yang maksimal terhadap peningkatan antara siswa yang satu dengan siswa yang
hasil belajar siswa. Model pembelajaran lainya; (3) kelompok belajar terdiri dari
konvensional adalah suatu model beberapa orang siswa yang heterogen,
pembelajaran yang dilakukan melalui baik dalam kemampuan akademik, jenis
kegiatan ceramah yang berupa kelamin dan lain-lain; (4) penalaran tidak
penyampaian materi pelajaran secara hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga
langsung, dimana guru menerangkan dan berhubungan antar pribadi yang saling
siswa mendengarkan penyajian materi menghargai; (5) pemimpin kelompok
pelajaran serta tidak dengan cara dipilih secara demokratis atau bergilir
pembentukan kelompok, melainkan guru untuk memberikan pengalaman
secara langsung menceramai siswa. Pada memimpin bagi para kelompok (Kardi,
model ini sistem penyampainnya lebih 2000:31).
banyak didominasi oleh guru, sedangkan Selain model pembelajaran
siswa lebih pasif, akibatnya hasil belajar kooperatif tipe Jigsaw, masih ada model
siswa pun tidak maksimal. pembelajaran kooperatif lainnya yaitu:
Untuk mengantisipasi hal diatas, Group Investigation. Group Investigation
maka guru diharapkan dapat merupakan suatu model pembelajaran
menggunakan model pembelajaran yang yang di dalam pembelajaran siswa tidak
dapat melibatkan siswa secara aktif, hanya bekerja sama namun terlibat
karena penggunaan model pembelajaran merencanakan baik topik untuk dipelajari
yang baik akan membuat siswa lebih dan prosedur penyelidikan yang akan
tekun, rajin dan antusias menerima digunakan, melakukan implementasi,

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 14

analisis dan sintesis, persentase hasil final siswa yang diajar dengan model
dan evaluasi. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group
pembelajaran kooperatif tipe group Investigation. Hal ini dapat dilihat dari
investigation memiliki beberapa hasil perhitungan statistik desktiptif yang
kelebihan, diantaranya siswa menjadi menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil
lebih aktif, tugas guru menjadi lebih belajar yang diperoleh siswa yang diajar
ringan, setiap kelompok mendapatkan dengan model pembelajaran kooperatif
tugas yang berbeda sehingga tidak mudah tipe jigsaw yakni sebesar 8,07, sedangkan
mencari jawaban dari kelompok lain, model pembelajaran kooperatif Group
diskusi menjadi lebih aktif, dan siswa Investigation yakni sebesar 77,12.
yang nilainya tertinggi diberikan Selain itu berdasarkan uji
penghargaan yang dapat mendorong hipotesis menunjukan bahwa terdapat
semangat siswa. perbedaan yang signifikan antara hasil
Penerapan model pembelajaran belajar siswa yang diajar dengan model
kooperatif tipe Group Investigation pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dianggap lebih efektif karena memiliki dengan hasil belajar siswa yang diajar
beberapa kelebihan, diantaranya : (1) dengan model pembelajaran kooperatif
siswa menjdadi lebih aktif; (2) tugas guru tipe Group Investigation. Hal ini dapat
menjadi lebih ringan; (3) setiap kelompok dilihat dari hasil uji hipotesis yang
mendapatkan tugas yang berbeda menunjukan bahwa nilai t hitung (2,12) >
sehingga tidak mudah untuk mencari ttabel (1,63), hal ini berarti terdapat
jawaban dari kelompok lain; (4) diskusi perbedaan yang signifikan antara hasil
menjadi lebih aktif; (5) siswa yang belajar siswa yang diajar dengan model
nilainya tertinggi diberikan penghargaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
yang dapat mendorong semangat belajar dengan hasil belajar siswa yang diajar
siswa (Suherman, 2001:75). Dengan dengan model pembelajaran kooperatif
adanya beberapa kelebihan tersebut tipe Group Investigation. Uraian diatas
diharapkan penerapan model menunjukan bahwa hasil belajar siswa
pembelajaran kooperatif tipe group yang diajar dengan model pembelajaran
investigation hasil belajar siswa dapat kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari
lebih ditingkatkan. hasil belajar siswa yang diajar dengan
Perbedaan penerapan kedua model pembelajaran kooperatif tipe
model pembelajaran tersebut yaitu model Group Investigation.
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Uraian diatas menunjukan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe hasil belajar siswa yang diajar dengan
Group Investigation dapat mengakibatkan model pembelajaran kooperatif tipe
perbedaan kemampuan siswa dalam Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa
memahami setiap materi yang diajarkan, yang diajar dengan model pembelajaran
sehingga dapat memengaruhi hasil belajar kooperatif tipe Group Investigation. Hal
siswa yang diperoleh. tersebut disebabkan karena model
Berdasarkan hasil analisis secara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
deskriptif menunjukan bahwa nilai hasil memiliki beberapa kelebihan sebagai
belajar yang diperoleh siswa yang diajar dikemukakan Kardi (2000: 31) yaitu : (a)
dengan model pembelajaran kooperatif adanya saling ketergantungan positif,
tipe Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar saling membantu dan saling memberikan

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 15

motivasi sehingga andanya interaksi pembelajaran yang sesuai dengan materi


antara sesama siswa; (b) mempunyai yang diajarkan.
kelompok asal dan kelompok ahli, KESIMPULAN DAN SARAN
sehingga dapat memberikan pemahaman Berdasarkan pembahasan hasil
antara siswa yang satu dengan siswa yang penelitian ini dapat disimpulkan antara
lainya; (c) kelompok belajar terdiri dari lain sebagai berikut: (a) Hasil belajar
beberapa orang siswa yang heterogen, siswa yang diajar dengan model
baik dalam kemampuan akademik, jenis pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
kelamin dan lain-lain; (d) penalaran tidak menunjukan bahwa nilai rata – rata data
hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hasil belajar siswa adalah 82,07 Nilai
berhubungan antar pribadi yang saling maksimum data hasil belajar siswa adalah
menghargai; (e) pemimpin kelompok sebesar 96 dan nilai minimumnya adalah
dipilih secara demokratis atau bergilir sebesar 67. Sedangkan standar deviasi
untuk memberikan pengalaman data hasil belajar siswa adalah sebesar
memimpin bagi para kelompok. 6,84 hal ini menunjukan bahwa
Hasil penelitian ini didukung oleh simpangan atau deviasi data yang
penelitian yang relevan, salah satunya diperoleh setiap responden terhadap rata –
adalah penelitian yang dilakukan oleh rata hitung adalah sebesar 6,84 (b) Hasil
Fitria (2009) dengan judul penelitian belajar siswa yang diajar dengan model
Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi pembelajaran kooperatif tipe Group
antara Siswa yang diajar Melalui Model Investigation menunjukan bahwa nilai
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar
dengan Model Pembelajaran kooperatif 77,12. Nilai maksimum data hasil belajar
tipe Group Investigation pada Siswa siswa adalah sebesar 92, dan nilai
Kelas X SMA Negeri 2 Bandar Lampung, minimumnya adalah sebesar 58 Standar
yang menyimpulkan bahwa hasil belajar deviasi dan hasil belajar siswa adalah
ekonomi siswa yang diajar dengan sebesar 8,72 hal ini menunjukan bahwa
menggunakan model pembelajaran simpangan atau deviasi data yang
kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari diperoleh setiap responden terhadap rata –
hasil belajar siswa yang diajar dengan rata hitung adalah sebesar 8,72. (c) Hasil
model pembelajaran kooperatif tipe belajar siswa yang diajar dengan model
Group Investigation. pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Kemampuan guru merupakan dengan hasil belajar siswa yang diajar
faktor penting yang dapat menetukan hasil dengan model pembelajaran kooperatif
belajar siswa, terutama kemampuan guru tipe Group Investigation di SMA 1
dalam hal menggunakan berbagai model Mawasangaka Tengah terdapat perbedaan
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang sangat signifikan, hal ini dapat
yang diajarkan, hal tersebut sebagaimana dilihat dari hasil uji hipotesis yang
dikemukakan oleh hamalik (2001 : 134) menunjukan bahwa nilai thitung (2,12) >
bahwa guru merupakan salah satu faktor ttabel (1,68). Selain itu dapat di lihat dari
penentu keberhasil proses pembelajaran. hasil perhitungan statistik deskriptif yang
Kemampuan guru perlu ditingkatkan menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil
secara terus menerus, terutama yang belajar yang diperoleh siswa yang di ajar
berkaitan dengan kemampuan guru dalam dengan mengguanakan model
mengajar dan menggunakan model-model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu

Fitriono, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 16

sebesar 82,07 lebih tinggi dari hasil Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran
belajar siswa yang diajar dengan kooperatif, Surabaya: Universitas Press
menggunakan model pembelajaran UNESA.
kooperatif tipe Group Investigation yaitu Nasrun. 2003. Teknik penelitian hasil
sebesar 77,12 belajar. Jakarta. Bina bangsa.
DAFTARPUSTAKA Putra. 2009. Hasil Belajar.
Arifin, Zaenal. 2001. Evaluasi Sudijono, A. 2003. Pengantar evaluasi
Intruksional Prisip Teknik Prosedur. pendidikan. Bina aksara: Jakarta.
Bandung Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2015. Penilaian hasil
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan proses belajar mengajar. Bandung. PT
pengelolaan daerah aliran sungai: edisi Remaja Dosdakarya.
revisi kelima. Yogyakarta: gayah mada Suryobroto SB. 2003. Proses belajar di
university perss yogyakarta sekolah. Jakarta. Rineka cipta.
Fitria.2009. studi perbandingan hasil Waluyo, H. dkk. 2003. Penilaian
belajar ekonmi antara siswa yang diajar pencapaian belajar. Jakarta: karunika,
melalui model pembelajaran Universitas Jakarta.
kooperatif tipe jigsaw dengan model
pembelajaran langsung pada siswa kelas
X SMAN 2 Bandar lampung.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan
pengajaran berdasarkan pendekatan
system. Jakarta, bumi akasara.

Fitriono, Ramli

Anda mungkin juga menyukai