Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR


IPA KELAS IV SD NEGERI SUAK TIMAH

Evi Tarina Nasution 1


Febry Fahreza 2

1
STKIP Bina Bangsa Meulaboh. Jl Nasional Meulaboh -Tapaktuan Peunaga Cut Ujong kec. Meureubo Kab. Aceh Barat
23615. E-mail : evitarina3@gmail.com

2 STKIP Bina Bangsa Meulaboh. Jl Nasional Meulaboh -Tapaktuan Peunaga Cut Ujong kec. Meureubo Kab. Aceh Barat
23615. E-mail : fahrezza25@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan minat belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan minat belajar IPA kelas IV SD Negeri Suak Timah. Subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang
siswa. Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui tes hasil belajar siswa, lembar observasi aktifitas siswa,
lembar observasi pembelajaran aktifitas guru, dan angket minat belajar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan minat belajar IPA kelas IV SD
Negeri Suak Timah”. Hal ini terbukti dengan meningkatnya persentase minat belajar pada pra siklus peneliti
melihat sangat kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran hal itu disebabkan karena siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, setelah di laksanakan siklus I minat belajar
siswa sudah meningkat tapi belum optimal oleh karena itu peneliti mengadakan siklus II. pada siklus II minat
belajar siswa sangat tinggi hal ini terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan minat belajar siswa.

Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Minat Belajar, IPA.

PENDAHULUAN
Tercapainya tujuan pembelajaran tidak menelaah ilmu. Salah satu metode
lepas dari peran utama seorang guru. Seorang pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh
guru tidak hanya dituntut sekedar siswa adalah metode pembelajaran kooperatif.
menyampaikan ilmu, tetapi juga harus dapat Dalam pembelajaran kooperatif terjadi
menciptakan suasana pembelajaran yang hubungan interaksi antar siswa. Siswa yang
kondusif sehingga proses pembelajaran dapat kurang pandai atau lemah akan dibantu oleh
belangsung secara aktif. Berdasarkan siswa yang lebih pandai, sehingga akan
pertimbangan tersebut, maka diperlukan memperkaya pengetahuan siswa yang
metode pembelajaran yang mampu melibatkan diharapkan sehingga hasil belajarnya dapat
peran serta siswa secara menyeluruh sehingga meningkat.
kekuatan belajar mengajar tidak hanya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. merupakan salah satu program pengajaran
Pemilihan metode pembelajaran tersebut di yang merupakan hasil kegiatan manusia
harapkan dapat meningkatkan peran serta dan berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep-
keaktifan siswa dalam mempelajari dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar

33
yang diperoleh dari pengalaman, melalui kurangnya minat belajar serta siswa lebih
serangkaian proses ilmiah antara lain bersikap pasif. Hal itu disebabkan oleh
penyelidikan, penyusunan dan pengujian pembelajaran yang berpusat pada guru,
gagasan dalam Kurikulum Tingkat Satuan sedangkan siswa hanya duduk dan mendengar
Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006). ceramah dari guru, yang akibatnya siswa
Agar pembelajaran IPA dapat berjalan dengan cendrung tidak terkonsentrasi kepada
efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran pembelajaran, hal itu berpengaruh pada minat
pada kurikulum, seharusnya guru dapat belajar siswa menjadi rendah dimana berada
memilih suatu model pembelajaran yang dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65.
sesuai dengan tingkat berpikir dan Untuk mengatasi hal sebagaimana
karakteristik siswa SD. Salah satu upaya disebutkan diatas peneliti memandang
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan perlunya penerapan sebuah metode yang dapat
karakteristik siswa dan tingkat berpikir siswa menciptakan keaktifan siswa dalam proses
untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA belajar mengajar. Oleh karna itu peneliti
tersebut adalah dengan menerapkan merasa metode yang tepat digunakan adalah
pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran model Jigsaw.
kooperatif, siswa dapat menemukan sendiri Model Jigsaw adalah salah satu teknik
konsep-konsep pengetahuan dari pengalaman pembelajaran kooperatif. Siswa yang memiliki
yang relevan sehingga dengan demikian siswa tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan
memiliki keterampilan dalam memecahkan pembelajaran, dan bukan gurunya. Jigsaw
masalah. telah dikembangkan dan diuji coba oleh Eliot
Menurut Lie (2009:28), metode Aroson dan teman-temannya di Universitas
pembelajaran kooperatif berbeda dengan Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-
sekedar belajar dalam kelompok. Perbedaan temannya di Universitas John Hopkins
ini terletak pada adanya unsur-unsur dasar (Trianto, 2009:73).
dalam pembelajaran kooperatif yang tidak Berdasarkan latar belakang diatas
ditemui dalam pembelajaran kelompok yang peneliti memandang bahwa menggunakan
dilakukan secara asal-asalan. Prosedur metode metode pembelajaran jigsaw adalah sebagai
pembelajaran kooperatif yang dilakukan metode sangat efektif dalam meningkatkan
dengan benar akan memungkinkan pendidik kualitas minat belajar siswa. Dalam metode
mengelola kelas dengan lebih efektif. ini, siswa tidak hanya sebagai obyek
Berdasarkan pengalaman peneliti pada pendengar. Oleh karena itu peneliti
saat melaksanakan PPL di SD Negeri Suak mengangkat judul “Penerapan Model
Timah, peneliti menilai metode pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
yang diterapkan di sekolah tersebut masih Meningkatkan Minat Belajar IPA Kelas IV SD
menggunakan metode konvensional. Masalah Negeri Suak Timah”.
yang muncul pada siswa saat itu adalah LANDASAN TEORI

34
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe menjadi kelompok-kelompok yang anggotanya
Jigsaw mempunyai karakteristik heterogen. Masing-
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masing siswa bertanggung jawab untuk
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif mempelajari topik yang di tugaskan dan
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu mengajarkan pada anggota kelompoknya,
kelompok yang bertanggung jawab atas sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan
penguasaan bagian materi belajar dan mampu saling bantu (Hertiavi, 2010: 2).
mengajarkan materi tersebut kepada orang lain Menurut Lie dalam Rusman (2011: 219)
dalam kelompoknya (Lie, 2008: 70). menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah
Rusman (2011:218) menyebutkan satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
bahwa model belajar kooperatif yang menitik yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan
beratkan pada kerja kelompok siswa dalam berkaitan dengan dengan pembelajaran
bentuk kelompok kecil. Dalam model kooperatif dengan dasar jigsaw, riset tersebut
kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak secara konsisten menunjukkan bahwa siswa
kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang terlibat didalam pembelajaran model
dan mengolah informasi yang didapat dan kooperatif model jigsaw ini memperoleh
dapat meningkatkan keterampilan prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang
berkomunikasi, anggota kelompok lebih baik dan lebih positif terhadap
bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran, di samping saling menghargai
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi perbedaaan dan pendapat orang lain.
yang dipelajari dan dapat menyampaikan Pembelajaran kooperatif model jigsaw
informasi kepada kelompok lain. memiliki berbagai pengaruh positif terhadap
Menurut Yusuf dalam Utomo (2010: 5), perkembangan anak (Rusman, 2011: 219).
Metode jigsaw didesain untuk meningkatkan Pengaruh positif tersebut adalah:
rasa tanggung jawab siswa terhadap a. Meningkatkan hasil belajar
pembelajarannya sendiri. Siswa tidak hanya b. Meningkatkan daya ingat
mempelajari materi yang diberikan, tetapi c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf
mereka juga harus siap memberikan dan penalaran tingkat tinggi.
mengajarkan materi tersebut pada anggota d. Mendorong tumbuhnya motivasi
kelompoknya yang lain. Dengan demikian intrinsik (kesadaran individu)
siswa saling bergantung satu dengan yang lain e. Meningkatkan hubungan antarmanusia
dan harus bekerja sama secara kooperatif yang heterogen
untuk mempelajari materi yang ditugaskan. f. Meningkatkan sikap anak yang positif
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap sekolah
merupakan salah satu tipe strategi g. Meningkatkan sikap positif terhadap
pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. guru
Dalam pembelajaran tipe jigsaw, siswa dibagi h. Meningkatkan harga diri

35
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian Menurut Trianto (2009: 73), langkah-
sosial yan positif, dan langkah dalam penerapan model kooperatif
j. Meningkatkan keteranpilan hidup tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
bergotong royong. a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap
Pada model pembelajaran kooperatif kelompok anggotannya 5-6 orang).
tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
induk siswa yang beranggotakan siswa dengan menjadi beberapa sub bab.
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga c. Setiap anggota kelompok membaca subbab
yang beragam. Kelompok asal merupakan yang ditugaskan dan bertanggung jawab
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli untuk mempelajarinya.Misalnya, jika
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota materi yang disampaikan mengenai sistem
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan eksresi. Maka seorang siswa dari satu
untuk mempelajari dan mendalami topik kelompok mempelajari tentang ginjal.
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang Siswa yang lain dari kelompok satunya
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian mempelajari tentang paru-paru, begitu pun
dijelaskan kepada anggota kelompok asal. siswa lainnya mempelajari kulit, dan
Hubungan antara kelompok asal dan lainnya lagi mempelajari hati.
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut : d. Anggota dari kelompok lain yang telah
mempelajari sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,
siswa-siswi dikenai tagihan berupa kuis
individu.
Selanjutnya menurut Stephen, sikes, and
Snapp dalam Rusman (2011: 220),
mengemukakan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:
Gambar 2.1 Ilustrasi yang menunjukkan tim a. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5
Jigsaw anggota tim;
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi
Langkah-Langkah Dalam Penerapan yang berbeda;
Model Koopertif Tipe Jigsaw

36
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi dikemukakan beberapa keuntungannya bila
yang ditugaskan; dibandingkan dengan metode pembelajaran
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah lainnya. Adapun keuntungan-keuntungan yang
mempelajari bagian/ sub bab yang sama dimaksud menurut Puger (2011:144) adalah:
bertemu dalam kelompok baru (kelompok 1. Guru bukanlah satu-satunya penyedia
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka; pengetahuan,
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap 2. Cara efisien untuk belajar,
anggota kembali ke kelompok asal dan 3. Siswa mengambil miliknya dalam bekerja
bergantian mengajar teman stu tim mereka dan kemampuannya,
tentang subbab yang mereka kuasai dan 4. Siswa mempertahankan pertanggung
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan jawabannya di antara teman-temannya,
seksama; 5. Belajar bergantian sekitar interaksi dengan
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil teman-temannya,
diskusi; 6. Siswa berpartisipasi aktif dalam proses
g. Guru memberi evaluasi. belajar, dan
Berdasarkan pendapat diatas dapat 7. Membangun keterampilan antar-pribadi
ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah dan interaktif
dalam penerapan model kooperatif tipe jigsaw Adapun keunggulan dan kelemahan dari
adalah sebagai berikut: model pembelajaran tipe jigsaw adalah sebagai
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok. berikut:
2. Tiap siswa dalam tim diberi materi dan 1. Keunggulan:
tugas yang berbeda. a. Kelompok kecil memberikan dukungan
3. Anggota dari tim yang berbeda dengan sosial untuk belajar IPA
penugasan yang sama membentuk b. Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang
kelompok baru (kelompok ahli). bermanfaat dan menarik untuk di
4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap diskusikan.
anggota kembali ke kelompok asal dan c. Meningkatkan rasa tanggung jawab
menjelaskan kepada anggota kelompok siswa terhadap pemahaman
tentang subbab yang mereka kuasai. pembelajaran materi untuk dirinya
5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil sendiri dan orang lain.
diskusi d. Meningkatkan kerja sama secara
6. Guru memberi evaluasi pada setiap kooperatif untuk mempelajari materi
individu. yang di tugaskan.
Keunggulan dan Kelemahan Model e. Meningkatkan keterampilan
Pembelajaran Tipe Jigsaw berkomunikasi dan bersosialisasi untuk
Berpijak dari kajian metode pengalaman belajar dan pembinaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat

37
perkembangan mental dan emosional Sukardi (2010: 25) mengemukakan
para siswa. bahwa minat belajar adalah suatu kerangka
f. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam mental yang terdiri dari kombinasi gerak
berfikir kritis dan meningkatkan perpaduan dan campuran dari perasaan,
kemampuan siswa dalam memecahkan prasangka, cemas dan kecenderungan-
suatu masalah yang di hadapi. kecenderungan, lain yang biasa mengarahkan
g. Melatih keberanian dan tanggung jawab individu kepada suatu pilihan
siswa untuk mengajarkan materi yang tertentu. Menurut Belly (2006: 4), minat
telah ia dapat kepada anggota kelompok adalah keinginan yang didorong oleh suatu
lain. keinginan setelah melihat, mengamati dan
2. Kelemahan: membandingkan serta mempertimbangkan
a. Kondisi kelas yang cenderung ramai dengan kebutuhan yang diinginkannya.
karena perpindahan siswa dari Selanjutnya menurut Bob dan Anik
kelompok satu ke kelompok lain. Anwar (2007: 210), mengemukakan bahwa
b. Dirasa sulit meyakinkan untuk minat adalah keadaan emosi yang ditujukan
berdiskusi menyampaikan materi pada kepada sesuatu. Dari kedua pendapat di atas,
teman jika tidak punya rasa percaya diri. maka dapat disimpulkan bahwa yang
c. Kurang partisipasi beberapa siswa yang dimaksud dengan minat ialah suatu kondisi
mungkin masih bergantung pada teman kejiwaan seseorang untuk dapat menerima
lain, biasanya terjadi dalam kelompok atau melakukan sesuatu objek atau kegiatan
asal. tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
d. Ada siswa yang berkuasa karena Sedangkan pengertian belajar dapat
merasa paling pintar di antara anggota dikemukakan sebagai berikut: belajar adalah
kelompok. perubahan tingkah laku sebagai hasil
e. Awal penggunaan metode ini biasanya pengalaman kecuali perubahan tingkah laku
sulit di kendalikan, biasanya butuh yang disebabkan oleh proses menjadi
waktu yang cukup dan persiapan yang matangnya seseorang atau perubahan yang
matang agar berjalan dengan baik. intensif atau bersifat temporer. (Oemar
f. Aplikasi metode ini pada kelas yang Hamalik, 2010: 34)
besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
sulit. Tapi bisa diatasi dengan model Belajar
“team teaching”. Minat belajar seseorang tidaklah selalu
stabil. Melainkan selalu berubah, oleh karena
itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada
Pengertian Minat Belajar sesuatu pilihan yang telah ditentukan.

38
Menurut Taufani, (2010: 38) faktor- 1. Saya sudah belajar IPA pada malam hari
faktor yang mempengaruhi minat belajar sebelum pelajaran esok hari.
antara lain : 2. Saya sering sakit kepala ketika pelajaran
1. Faktor dorongan dari dalam, yaitu IPA berlangsung.
dorongan dari individu itu sendiri, sehingga 3. Selagi saya menekuni pelajaran IPA, saya
timbul minat untuk melakukan aktifitas percaya bahwa saya dapat mempelajari
atau tindakan tertentu untuk memenuhi. isinya.
2. Faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk 4. Saya sering melamun ketika pelajaran
melakukan suatu aktifitas agar dapat berlangsung.
diterima dan diakui oleh lingkungannya. 5. Saya cederung pasif ketika diskusi
Misalnya minat pada studi karena ingin kelompok.
mendapatkan penghargaan dari 6. Saya benar-benar senang mempelajari
orangtuanya. IPA.
3. Faktor intern adalah sama yang ada pada 7. Tugas-tugas latihan yang diberikan terlalu
diri seseorang baik jasmani maupun rohani, sulit.
maupun fisik maupun psikis. 8. Materi pembelajaran sangat menarik
4. Faktor ekstern adalah semua faktor yang perhatian.
ada diluar individu, keluarga, masyarakat 9. Isi pembelajaran IPA sangat sesuai
dan sekolah. dengan minat saya.
Cara Membangkitkan Minat Siswa 10. IPA adalah pelajaran yang menarik dan
Campbell (dalam Sofyan, 2004 : 9) menantang.
berpendapat bahwa usaha yang dilakukan METODE
untuk membina minat anak agar lebih Penelitian ini menggunakan pendekatan
produktif dan efektif antara lain adalah sebagai kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode
berikut : kualitatif ini digunakan karena beberapa
1. Memperkaya idea tau gagasan. pertimbangan.
2. Memberikan hadiah yang merangsang. Jenis penelitian yang digunakan adalah
3. Berkenalan dengan orang-orang yang penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kreatif. kelas ini berorientasi pada pemecahan masalah
4. Pertulangan dalam arti berpetualang kea yang ada dalam kelas (Arikunto, 2009: 2).
lam sekeliling secara sehat. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
5. Mengembangkan fantasi. Suak Timah. Adapun waktu pelaksanaan
6. Melatih sikap positif. penelitian dimulai pada bulan September
Indikator Minat Belajar sampai November 2018.
Menurut W. Olson (2007: 112) Subjek yang diambil dalam penelitian
indikator minat belajar adalah sebagai berikut : ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri
Suak Timah, dengan jumlah siswa 15 orang.

39
Dengan perincian jumlah laki-laki 5 orang dan No Keterangan (F) (%)
jumlah perempuan 10 orang. Mengingat Kriteria
1. Sangat Baik 1 6,66%
jumlah siswa tidak terlalu banyak maka objek 2. Baik 2 13,33%
dalam penelitian ini diambil dari seluruh 3. Cukup Baik 5 33,33%
4. Kurang Baik 7 46,66%
subjek. Sedangkan objek dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif tipe
50.00%
Jigsaw untuk meningkatkan minat belajar IPA 40.00%
30.00%
siswa kelas IV SD Negeri Suak Timah. 20.00%
Adapun rancangan tahapan dalam 10.00%
Series 1
0.00%
prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah: (a) Perencanaan, (b) Tindakan, (c)
Pengamatan, (d) Refleksi.
Teknik Pengumpulan data dalam Diagram 4.1 Minat Membaca Pra Siklus
penelitian ini adalah tes, observasi, Berdasarkan diagram di atas hasil
dokumentasi, dan angket. analisis minat belajar siswa yang mendapatkan
Instrumen Penelitian dalam penelitian kriteria sangat baik terdapat 1 orang siswa
ini adalah lembar tes, lembar observasi, dan 6,66%, kriteria baik terdapat 2 orang siswa
lembar angket. 13,33%, kriteria cukup baik 5 orang siswa
Teknik pengolahan data menggunakan 33,33%, dan kriteria kurang baik 7 orang
rumus sederhana dengan cara mentabulasikan siswa 46,66%. Hal itu disebabakan dalam
berdasarkan rumus persentase sebagai berikut: mengajar guru masih menggunakan model
f pembelajaran konvensional, yaitu model
P x 100 %
N pembelajaran yang dominan menerapkan
Keterangan: metode ceramah.
P = Angka persentase b. Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
f = Frekuensi aspek yang diamati 100.00%
N = Banyaknya aspek yang diamati. 80.00%
HASIL DAN PEMBAHASAN 60.00%
40.00%
Pada tahap pra-siklus peneliti melihat 20.00% Series 1
minat belajar siswa dan hasil belajar siswa 0.00%
Siswa Siswa
dalam menguasai materi jenis-jenis hewan
Tuntas Tidak
berdasarkan jenis makanannya. Pada Pra Tuntas
siklus, minat belajar siswa dapat ditunjukkan
Diagram 4.2 Hasil Belajar Siswa Pra
dalam tabel sebagai berikut :
Siklus
Tabel 4.1 Persentase Minat Membaca Pra
Dari diagram di atas dapat disimpulakan
Siklus
bahwa tingkat keberhasilan siswa kelas IV SD

40
Negeri Suak Timah yang dinyatakan tuntas Kegiatan belajar mengajar dikelas
hanya 2 siswa atau 13,33 dari 15 siswa, belum berjalan secara maksimal, dimana
Sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 13 aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
siswa atau sebesar 86,66. Hal ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan. hal
mengidentifikasikan bahwa model ini disebabkan oleh penerapan model
pembelajaran yang diterapkan guru kurang pembelajaran masih kurang optimal sehingga
menarik perhatian siswa dan bahkan membuat masih terdapat banyak siswa yang mendapat
siswa kurang betah untuk berada didalam kriteria penilaian kurang baik dan cukup baik.
kelas. Rendahnya aktivitas siswa tersebut
Siklus I diakibatkan oleh rendahnya pemahaman siswa
a. Observasi Aktifitas Guru terhadap materi jenis-jenis hewan berdasarkan
Berdasarkan observasi yang dilakukan jenis makanannya. Dari hasil observasi
oleh kolaborator maka hasil pengamatan dapat tersebut teridentifikasi bahwa terdapat
dilihat dari tabel di atas, maka diperoleh kecenderungan siswa sebagai berikut :
jumlah skor 16. Kemudian jumlah skor diubah a. Tiap siswa dalam tim belum bisa
terlebih dahulu ke dalam bentuk persentase, memahami materi yang berbeda.
dengan demikian di peroleh nilai hasil b. Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi
observasi adalah 2,28%. dimana kegiatan yang ditugaskan tapi belum bisa
belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti mengerjakannnya.
pada siklus I masih tergolong rendah karena c. Siswa dari kelompok lain yang telah
banyak aspek-aspek kegiatan pembelajaran mempelajari subbab yang sama bertemu
masih dalam kategori cukup baik. Dimana dengan kelompok ahli tidak bisa untuk
guru kurang mampu membagi siswa berdiskusi.
dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota d. Setiap anggota kelompok ahli setelah
tim, guru tidak memberikan tiap orang dalam kembali kekelompoknya bertugas tidak
tim bagian materi yang berbeda, guru tidak bisa mengajar teman-temannya.
memberikan tiap orang dalam tim bagian e. Tiap tim ahli tidak mampu
materi yang ditugaskan, guru tidak menyuruh mempresentasikan hasil diskusi.
anggota dari tim yang berbeda yang telah c. Minat Belajar Siswa
mempelajari bagian/ sub bab yang sama Tabel 4.2 Persentase Minat Belajar Siklus I
bertemu dalam kelompok baru (kelompok No Keterangan (F) (%)
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, Kriteria
1. Sangat Baik 3 20,00%
guru tidak menyuruh tiap tim ahli 2. Baik 3 20,00%
mempresentasikan hasil diskusi, Guru belum 3. Cukup Baik 4 26,66%
4. Kurang Baik 5 33,33%
mampu memberi evaluasi pada setiap individu.
b. Observasi Aktifitas Siswa

41
35.00% Berdasarkan grafik di atas pada siklus I
30.00% sudah ada sedikit peningkatan hasil belajar
25.00%
20.00% siswa melalui penerapan model pembelajaran
15.00%
10.00% kooperatif tipe jigsaw, nilai rata-rata pada
5.00% Series 1
0.00% siklus I adalah 56,66. Jumlah siswa yang
tuntas sebanyak 7 siswa atau 46,66% dan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau
53,33%. Hal itu disebabkan oleh tiap siswa
Diagram 4.3 Persentase Minat Belajar dalam tim belum bisa memahami materi yang
Siswa berbeda, tiap siswa dalam tim diberi bagian
Berdasarkan diagram di atas hasil materi yang ditugaskan tapi belum bisa
analisis minat belajar siswa setelah diterapkan mengerjakannnya, Setiap anggota kelompok
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas
sudah ada sedikit peningkatan namun belum tidak bisa mengajar teman-temannya, dan tiap
optimal,dimana siswa yang mendapatkan tim ahli tidak mampu mempresentasikan hasil
kriteria sangat baik terdapat 3 orang siswa diskusi.
20,00%, kriteriabaik terdapat 3 orang siswa Siklus II
20,00%, kriteria cukup baik 4 orang siswa a. Observasi Aktifitas Guru
26,66%, dan kriteriakurang baik 4 orang siswa Aktivitas guru sudah meningkat secara
33,33%. Hal itu disebabkan oleh pelaksanaan signifikan. Dimana skor yang diperoleh 28,
proses belajar mengajar dikelas guru masih setelah diubah dalam bentuk persentase, maka
mengalami kesulitan pada penerapan model nilai hasil observasi guru diperoleh 4,00%.
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, hal ini maka hasil observasi guru pada siklus II dalam
dikarenakan guru belum terbiasa proses belajar mengajar masuk kategori sangat
menerapkannya, sehingga terkadang guru baik, dimana aspek-aspek kegiatan proses
terlihat kurang hafal langkah-langkah belajar mengajar sudah dapat terpenuhi.
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. b. Observasi Aktifitas Siswa
d. Hasil Belajar Siswa Aktifitas belajar siswa dalam proses
54.00% belajar mengajar sudah mengalami
52.00%
50.00% peningkatan yang sangat signifikan, hal ini
48.00% terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang
46.00%
44.00% Series 1 memperoleh kategori baik dan sangat baik.
42.00%
Siswa Siswa Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II
Tuntas Tidak aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati
Tuntas
dalam mengikuti proses pembelajaran materi
Diagram 4.4 Persentase Hasil Belajar jenis-jenis hewan berdasarkan jenis
Siswa makanannya telah mengalami perbaikan.

42
c. Minat Belajar Siswa Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat
Tabel 4.3 Persentase Minat Belajar Siklus II pada persentase ketuntasan siswa mengalami
No Keterangan (F) (%) peningkatan yaitu jumlah siswa yang tuntas
Kriteria
sebanyak 13 siswa atau 86,66% dan siswa
1. Sangat Baik 7 46,66%
2. Baik 5 33,33% yang tidak tuntas sebanyak 2 siswa atau
3. Cukup Baik 2 13,33% 13,33%. Pada siklus II keberhasilan siswa
4. Kurang Baik 1 6,66%
sudah optimal hal ini menunjukkan bahwa
proses pembelajaran materi jenis-jenis hewan
50.00%
40.00% berdasarkan jenis makanannya dengan
30.00% penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
20.00%
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
10.00% Series 1
Kesimpulan
0.00%
Kesimpulan dalam penelitian ini
merupakan hasil observasi selama penelitian.
Penelitian dimulai dari kegiatan pra tindakan
Diagram 4.5 Persentase Minat Belajar yang merupakan pelaksanaan pra-siklus
Siswa dengan melihat minat belajar siswa dalam
Berdasarkan diagram di atas hasil pembelajaran IPA, pada pra siklus peneliti
analisis minat belajar siswa setelah diterapkan melihat sangat kurangnya minat belajar siswa
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran hal itu disebabkan karena
meningkat sangat signifikan, dimana siswa siswa belum terbiasa dengan model
yang mendapatkan kriteria sangat baik pembelajaran yang diterapkan oleh guru,
terdapat 7 orang siswa 46,66%, kriteria baik setelah di laksanakan siklus I minat belajar
terdapat 5 orang siswa 33,33%, kriteria cukup siswa sudah meningkat tapi belum optimal
baik 2 orang siswa 13,33%, dan kriteria oleh karena itu peneliti mengadakan siklus II.
kurang baik 1 orang siswa 6,66%. pada siklus II minat belajar siswa sangat tinggi
d. Hasil Tes Belajar hal ini terbukti bahwa model pembelajaran
100.00% kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
80.00% minat belajar siswa.
60.00% Saran
40.00% Atas dasar hasil penelitian tersebut
Series 1
20.00%
disarankan :
0.00%
Siswa Siswa 1. Bagi Guru
Tuntas Tidak Guru hendaknya memberikan variasi-
Tuntas
variasi dalam pembelajaran, yaitu dengan
Grafik 4.6 Persentase Hasil Belajar penggunaan model pembelajaran yang
Siswa bervariasi untuk menambah minat belajar

43
dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran 3. Bagi Peneliti
IPA. Penelitian ini merupakan sumbangan kecil
2. Bagi Sekolah bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penggunaan model pembelajaran Peneliti lain hendaknya termotivasi dalam
kooperatif tipe jigsaw hendaknya dijadikan melengkapi penelitian dengan
salah satu alternatif dalam memilih sebuah menggunakan model di dalam
model dalam pembelajaran yang pembelajaran ataupun media lain dengan
digunakan oleh guru dalam upaya tujuan untuk meningkatkan minat belajar
meningkatkan minat belajar siswa pada siswa.
mata pelajaran IPA disekolah SD Negeri
Suak Timah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Oemar Hamalik, 2016. Belajar dan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. pembelajaran, jakrta: Rajawali Pers.
Arikunto,S. 2009. pendidikan Praktik. Rochiati, 2006. Model, Strategies, and
Prosedur Penelitian Satuan Jakarta: Methods; For Effective Teaching,
Rineka Cipta. Amerika: Pearson.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Rusman, 2011. Strategi Pembelajaran
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Berorientasi Standar Proses
Bob. dkk, 2007. Learning and Teaching Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Concepts:A Strategy for Testing Suherman, 2007. Belajar dan Pembelajaran.
Applications of Theory. San Francisco: Jakarta : Rineka Cipta.
Academic Press. Sukarni, 2010. Pengajaran dan Pembelajaran
Campbell, 2004. Metode Statistika, Bandung : Kontekstual. Malang: Universitas
Sinar Baru Algesindo. Negeri Malang.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Sudijono, 2008. Metode Statistika, Bandung :
Matematika Konsep dan Aplikasinya. Sinar Baru Algesindo.
Surakarta: CV. Putra Nugraha. Trianto, 2009. Kurikulum Berbasis
Hertiavi, 2010. Penerapan Model Kompetensi dan Pembelajaran
pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw Kooperatif. Malang: Universitas Negeri
Untuk Mengembangkan dan Malang.
Meningkatkan Kemampuan
Taufan, 2008. Analisi Model Pembelajaran
Memecahkan Masalah. Jurnal
Koopertif tipe Jigsaw Untuk
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP.34.
Meningkatkan Kemampuan
Lie, 2004. Model of Teaching. [Eighth
Memecahkan Masalah. Jurnal
Edition].Sydney: Pearson.
Pendidikan Inovatif. Vol. 2.

44
Winarni, 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers.
W. Olson, dkk. 2007. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Yusuf, 2006. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Penerbit Alfabeta.

45

Anda mungkin juga menyukai