Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji
( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik
beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan
Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar
kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Menurut Rusman (2008 : 205) Model Pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif
para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda.
Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang
bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah
kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
c) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil
yang didapat dari diskusi tim ahli.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
d) Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
e) Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama.
h) Penutup
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara
lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersifat umum.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih
siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain,
karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
a) Pengertian Model pembelajaran Role Playing : Role playing atau bermain peran adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur
senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar
kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-
olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
(bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai
dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih
lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan
bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam
bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan
sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka
akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak
mungkin terjadi.
Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain
Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok
memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan
berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.
2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
10) Evaluasi.
11) Penutup.
Ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode role playing, di antaranya adalah:
1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias.
3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan.
4) Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas dalam proses
belajar.
Disamping memiliki keunggulan, metode role playing juga mempunyai kelemahan, di antaranya
adalah :
2) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika
mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa
yang akan diperankannya.
3) Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
4) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara
sungguh-sungguh.
a) PENGERTIAN
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para
siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL
adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b) TUJUAN
1) Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara
refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
2) Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman
4) Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan
terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
5) Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
6) Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas
yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
7) Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat
menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi
itu miliknya sendiri.
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara
lain:
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan .
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa
menjadi berkualitas.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk
mewujudkan ketrampilan interpersonal.
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan
sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual
dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan dan
setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding keberbagai
sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
1. Relatinng
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks merupakan kerangka kerja
yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna
2. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan
dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam
konteks dan pemanfaatanya
4. Cooperative
5. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi
atau konteks baru.
Para pendidik yang menyetujuai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu tidak
hidup,tidak diam ,dan alam semesta itu ditopang oleh tiga prinsip kesaling ketergantungan,
diferensiasi dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berfikir baru mengenai
pembelajaran dan pengajaran.
Menurut JONHSON (2004) tiga pilar dalam system CTL antara lain :
Ketika CTL menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing ,untuk
menghormati perbedaan,untuk menjadi kreatif,untuk bekerja sama ,untuk menghasilkan gagasan
dan hasil baru yang berbeda ,dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tabda kemantapan
dan kekuatan.
Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat
mereka sendiri yang berbeda ,mendapat manfaat dari umpan balik yang diberiakan oleh penilaian
autentik,mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi
dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada sisiwa yang membuat hati
mereka bernyanyi
Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme,yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal .siswaharus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka
sendiri.Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah ,tetapi
mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.Kontruktivisme berakar pada filsafat
pragmatiisme yang digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar yang
menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Anak akan belajar belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.
1) Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur
kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2) Inquiry
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis.
Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar
mengunakan ketrampilan berfikir kritis.
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpilkan data
d. Menuji hipotesis
e. Membuat kesimpulan
3) Bertanya
4) Masyarakat belajar
Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak
dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
5) Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai sustu contoh yang dapat
ditiru oleh siswa.
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan
mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan
pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.
7) Penilaian nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
1) Pengalaman nyata
4) Pembelajaran terintegrasi
9) Guru kreatif
b.Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
g.Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,
dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b.Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan
rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal
dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa
tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap
pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan
yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual
tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan
sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri
mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di
lapangan.
5. Model Pembelajaran
Menurut Robert E. Slavin, “The main idea behind Students Team – Achievment Divisions is to
motivate students to encourage and help each other master skills presented by the teacher ”.
“Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru”.
Students Team – Achievment Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dari Johns
Hopkins University Berinduk pada kajian beberapa metode yang ia namakan Students Team
Learning (STL) tahun 1980-an. STAD tersusun dari lima komponen utama: 1) presentasi kelas
(class presentation), 2) belajar dalam grup (teams), 3) pengerjaan kuis (quizzes), 4) perhitungan
peningkatan skore individu (individual improvement scores), 5) penghargaan tim (team
recognition).
Bentuk presentasi kelas dapat berupa pengajaran langsung (dirrect instruction), kelas diskusi (a
lecture-discussion) yang dikondisikan langsung oleh guru dan juga presentasi audio-visual.
Presentai kelas di STAD berbeda dari pengajaran biasanya. Peserta didik harus memberikan
perhatian penuh selama presentasi kelas,
sebab akan membantu mereka untuk menjawab kuis dengan baik nantinya, dan skor kuisnya
akan menentukan skor timnya.
Grup adalah hal yang amat penting dalam STAD. Dalam banyak hal, penekanan diberikan pada
setiap anggota grup (team members) untuk melakukan sesuatu yang terbaik buat grupnya.
Sebaliknya, pentingnya peranan sebuah grup adalah melakukan hal yang terbaik dalam
membantu meningkatkan kemampuan setiap anggotanya. Grup memberikan bantuan dari teman
sebaya (peer support) untuk meningkatkan pemahaman atau kemampuan akademik (academic
performance).
3) Kuis (quizzes)
Setelah satu atau dua periode pengajaran (teacher presentation) dan satu atau dua periode grup
melakukan praktek (atau diskusi memecahkan permasalahan), murid mengambil kuis pribadi
(individual quizzes). Peserta didik “tidak diijinkan” untuk saling membantu selama mengerjakan
kuis pribadi ini, hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar setiap peserta didik memiliki
tanggung jawab untuk benar-benar memahami materi pelajaran.
Gagasan yang berada dibalik ide tentang “peningkatan skor individual” adalah memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mencapai tingkat kemampuan (performance goal) yang
lebih tinggi dari yang telah dicapai sebelumnya. Beberapa peserta didik dapat menyumbangkan
point maksimum (maximum point) pada grupnya dalam sistem penskoran STAD apabila mereka
menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding kemampuannya yang lalu. Setiap peserta didik
diberikan “skor dasar” (base score) berdasarkan rata-rata skor kuis sebelumnya. Points yang bisa
disumbangkan untuk grupnya didasarkan pada berapa besar sekor kuisnya melampaui atau
berada di bawah “skor dasar”-nya.
Grup akan menerima penghargaan jika rata-rata skor mereka memenuhi atau melampaui kriteria
tertentu.
Hal-hal yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
menurut Amin Suyitno sebagai berikut.
Menyusun data nilai harian peserta didik yang digunakan sebagai pedoman untuk membentuk
kelompok peserta didik yang heterogen dengan menghitung skor rata-rata suatu kelompok;
Guru membentuk kelompok peserta didik yang heterogen terdiri 4 sampai 5 peserta didik dengan
latar belakang yang berbeda tanpa membedakan kecerdasan, suku, bangsa maupun agama;
Guru mempersiapkan LKS untuk belajar peserta didik dan bukan sekedar diisi dan dikumpulkan;
Guru juga menyiapkan kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan peserta didik (dicek oleh
peserta didik sendiri);
Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh peserta didik dengan waktu 10-15 menit; dan
Guru meminta peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas,
di rumah masing-masing;
Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk peserta
didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka;
Guru dapat mengawali dengan presentasi materi terlebih dahulu, sebelum peserta didik
berdiskusi;
Guru membagi LKS pada tiap kelompok, masing-masing kelompok diberi 2 set;
Guru menganjurkan setiap peserta didik dalam kelompok untuk mengerjakan LKS secara
berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya di antara teman
dalam pasangan tersebut;
Berikan kunci LKS agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri;
Bila ada pertanyaan dari peserta didik, guru meminta peserta didik untuk pertanyaan itu kepada
teman satu kelompok sebelum mengajukan kepada guru;
Ketua kelompok melaporkan keberhasilan dan hambatan kelompoknya kepada guru dalam
mengisi LKS, sehingga guru dapat memberi bantuan kepada kelompok yang membutuhkan
secara proporsional;
Ketua kelompok harus dapat memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah memahami dan
dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru;
Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh peserta didik;
Berikan penghargaan kepada peserta didik yang menjawab dengan benar, dan kelompok yang
memperoleh skor tertinggi, kemudian berilah pengakuan/pujian kepada presentasi tim;
Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok bahasan
yang sedang dipelajari;
Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan para peserta didik kembali ke tempat duduk
masing-masing; dan
Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK (kompetensi yang ditentukan).
Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Linda Lundgren dan Nur dalam
Ibrahim adalah sebagai berikut.
Meningkatkan kerja sama, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi yang tinggi antar sesama
anggota kelompok;
Meningkatkan harga diri dan dapat memperbaiki sikap ilmiah terhadap matematika;
Apabila mendapat penghargaan, motivasi belajar peserta didik akan menjadi lebih besar; dan
Menurut Ibrahim, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
Apabila tidak ada kerja sama dalam satu kelompok dan belum bisa menyesuaikan diri dengan
anggota kelompok yang lain maka tugas tidak bisa selesai pada waktu yang sudah ditentukan;
Apabila salah satu anggota berperilaku menyimpang akan mempengaruhi dan mengganggu
anggota kelompok lainnya;
Bila situasi kelas gaduh waktu pelaksanaan diskusi maka akan mengganggu kelas lain;
Ketidakhadiran salah satu anggota dalam kelompok akan mempengaruhi kinerja dalam
kelompok tersebut;
Apabila peserta didik tidak menggunakan waktu dalam diskusi dengan baik maka kelompok
tersebut tidak bisa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya;
Peserta didik yang mencapai kinerja yang tinggi keberatan bila skor disamakan dengan peserta
didik yang kinerjanya rendah karena menggunakan sistem skor perbaikan individual;
Jika aktivitas peserta didik dalam kelompok monoton maka motivasi belajar peserta didik akan
turun;
Apabila pemahaman materi dalam diskusi belum sempurna maka hasil belajar akan menurun.
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan
atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang
materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama
akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui
bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
6. Penutup
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada
dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa
secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka
siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu
juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan
gagasan berpendapat.
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –
kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan pembelajaran terpadu.
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan),
model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu
konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman
belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa
berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO
dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be),
dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau
istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari
keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk
mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan
fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya
konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa
ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan
mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti
menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk
diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,
membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai
sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan
pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya.
Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan
dapat bertahan lebih lama;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang
dinamis, optimal dan tepat guna;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh, 2003).
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat
memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang
dijelaskan.
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam
arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu
mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
A) Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa belajar
dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah
diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang
dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk
memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan
oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil
dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan
membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara
sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih
berhasil.
B) Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai
materi yang disajikan.
C) Langkah –langkah
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
D) Kelebihan
E) Kekurangan
A) Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di
mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci
jawaban yang tersedia.
C) Langkah-langkah
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul
dengan waktu secukupnya.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai
mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat
tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna serta
belum dimengerti maknanya
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
b. Kekurangan
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya
hanya kata hubung.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana
siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban
yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya
kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari
jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah
disediakan.
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan
yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran
berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga
untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan.
Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar
pelatih memberi kupon.
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar
pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim
mengecek jawabannya.
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal
yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
Kelebihannya
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya