Anda di halaman 1dari 69

1.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW


A. Definisi Jigsaw
Jigsaw

adalah

tipe

pembelajaran

kooperatif

yang

dikembangkan oleh Elliot Aronsons (Aronson, Blaney, Stephen,


Sikes, and SNAPP,1978). Model pembelajaran ini didesain untuk
meingkatkan

rasa

tanggung

jawab

siswa

terhadap

pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Siswa


tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
kepada kelompoknya, sehingga bik kemampuan secara kognitif
mupun sosial siswa sangat diperlukan . model pembelajaran ini
dilandasi oleh teori belajar humanistik, karena teori belajar
humanistik menjelaskan bahwa hakikatnya setiap manusia
adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal
untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan
dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata
pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, matematika, agama dan bahasa. Metode mengajar ini
cocok untuk semua kelas/ tingkatan.1
B. Prinsip-prinsip Jigsaw
Model peembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri atas 4-5 orang dengan memperhatikan
keheterogenan,

bekerja

sama

positif

dan setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari


materi yang diberikan dan menyampaikan materi kepada
anggota kelompok yang lain. Di sini, peran guru adalah
1Jumanta Hamdayama, S.Pd., M.Si, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif
Dan Berkarakter,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) hlm. 87-88

memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar


agar mudah memahami materi yang diberikan.
Prosedur:
1 Guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian.
Misalnya, topik tentang novel dibagi menjadi alur, tokoh,
latar, dan tema.
2 Sebelum bagian-bagian itu diberikan, guru memberikan
pengenalan

mengenai

topik

yang

akan

dibahas

pada

pertemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan


tulis dan bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui
mengenai

topik

tersebut.

Kegiatan

brainstroming

ini

dimaksudkan untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar


lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
3 Siwa dibagi, dalam kelompok berempat.
4 Bagian pertama di berikan kepada kelompok 1, sedangkan
kelompok

menerima

bagian

yang

kedua.

Demikian

seterusnya.
5 Kemudian, siswa diminta membaca bagian mereka masingmasing.
6 Setelah selesai, siswa saling berdiskusi mengenai bagian
yang

dibaca

kelompoknya.

masing-masing
Dalam

kegiatan

bersama
ini,

siswa

rekan
bisa

satu
saling

melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang


lainnya.
7 Khusus untuk kegiatan membaca, guru dapat membagi
bagian-bagian sebuah cerita yang belum utuh kepada
masing-masing

siswa.

Siswa

membaca

bagian-bagian

tersebut untuk memprediksi apa yang dikisahkan dalam


cerita tersebut.

8 Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik


tersebut. Diskusi ini bisa dilakukan antar kelompok atau
bersama seluruh siswa.2
C. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw
1 Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok
anggotanya 5-6 orang).
2 Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk
teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3 Setiap anggota kelompok membaca subbab yang
ditugaskan

dan

bertanggung

jawab

untuk

mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan


mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu
kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari
kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu
pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi
mempelajari hati.
4 Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli
untuk mendiskusikannya.
5 Setiap anggota kelompok

ahli

setelah

kembali

ke

kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.


6 Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa
dikenai tagihan berupa kuis individu.3
Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru, antara lain:
bahan kuis, lembar kerja siswa (LKS), dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Sistem evaluasi pada jigsaw sama dengan
sistem evaluasi pada tipe STAD, yaitu pemberian skor nilai baik
secara individual maupun kelompok.
2Miftahul Huda, Cooperativ Learning,(Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2011)
hlm. 149-150
3Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif,(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010) hlm. 73-74

D. Kelebihan dan Kekurangan Jigsaw


1. Keuntungan Strategi Jigsaw
Adapun keuntungan strategi kooperatif tipe jigsaw, yaitu
sebagai berikut:
Menurut Aronson (2000), ada beberapa keuntungan kelas
jigsaw,

yaitu: kelas jigsaw merupakan cara pembelajaran

materi yang efisien, selanjutnya proses pembelajaran pada


kelas jigsaw melatih kemampuan pendengaran (audio), dedikasi
dan empati dengan cara memberikan peran penting kepada
setiap anggota kelompok dalam aktifitas akademik. Aronson
menambahkan

bahwa

jika

dibandingkan

dengan

metode

mengajar secara tradisional, kelas jigsaw memiliki beberapa


kelebihan:
1 kebanyakan guru menilai metode kooperatif tipe jigsaw
mudah dipelajari.
2 kebanyakan guru menikmati mengajar dengan metode
kooperatif tipe jigsaw.
3 dapat

digabungkan

dengan

strategi

metode

mengajar

lainnya.
4 dapat berhasil meskipun alokasi waktunya hanya satu jam
per hari.
5 bebas dalam penerapannya.
6 Dapat menanamkan rasa kebersamaan dalam kelompok.
7 Melatih kepemimpinan siswa.

8 Melatih rasa tanggung jawab akan tugasnya secara individu


maupun kelompok.
9 Menumbuhkan

kesadaran

akan

adanya

kelebihan

dan

kekurangan orang lain maupun dirinya sendiri.


10 Sangat efisien terhadap mempelajari suatu materi. Dan
dalam prosesnya siswa disuruh untuk mendengar, mamakai
waktu dan menumbuhkan rasa empiris trhadap pemberian
tiap anggota kelompok yang bagiannya juga penting dalam
mencapai tujuan.
2. Kelemahan Strategi Jigsaw
Meskipun banyak memiliki kelebihan, adapun kelemahan
dari strategi kooperatif yipe jigsaw, menurut (Aronson, 2000)
yaitu:
1 Dalam pelaksanaannya di dalam kelas pada awalnya akan
terjadi proses yang tidak berjalan lancar.
2 Adanya siswa yang dominan aktif.
3 Ada siswa yang lambat pemahamannya tentang materi.
4 Masalah siswa yang cerdas dan cepat bosan.
5 Masalah dengan siswa yang terlatih dan selalu bersaing
Akan tetapi masalah-masalah.4

4Disa Lusiana Dewi. 2009. Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw

Daftar Pustaka
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif
Dan Berkarakter. (Bogor: Ghalia Indonesia)
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. (Yogyakarta: Pustaka
Belajar)
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group)
Nama kelompok : 1. Wiwit Praptiningtyas (1403096013)
2. Siti Mubarokah (1403096091)
3. Nurul Lutfiyah (140306092)
4. Kinanti Andartiani (1403096113)

2. MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)


A.

Pengertian

Model

Pembelajaran

Numbers

Heads

Together (NHT)
Numbered Heads Together merupakan tipe dari model
pengajaran kooperatif pendekatan struktural, adalah suatu
pendekatan yang dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993)
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang

tercakup

dalam

suatu

pelajaran

dan

mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.5


Pembelajaran

kooperatif

merupakan

strategi

pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar


siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan

belajar.

Dalam

hal

ini

sebagian

besar

aktifitas

pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi


pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara
penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami
dan

membuktikan

sendiri

sesuatu

permasalahan

yang

5. M. Ibrahim, dkk, 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya, hlm. 28.

dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk


mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan
suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Menurut Muhammad

Nur (2005)

model

pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi


diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya
menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberitahu

terlebih

dahulu

siapa

yang

akan

mewakili

kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan


total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan

tanggung

jawab

individual

dalam

diskusi

kelompok. Slavin dalam penelitiannya mengemukakan bahwa


hasil penelitiannya menunjukkan unggul dalam meningkatkan
bahwa

tehnik - tehnik

pengajaran kooperatif lebih hasil

belajar.6 Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik


digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah, sedang,
maupun tinggi.
Peranan metode Numbered Heads Together dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas
2. Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompokkelompok kecil
3. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa,
baik tugas individu maupun kelompok
4. Memantau kerja kelompok
5. Mengevaluasi hasil belajar
B.

Langkah-Langkah

Model

Pembelajaran

Heads Together (NHT)

6 M. Ibrahim, dkk, 2000, Pembelajaran Kooperatif,.......... hlm.16

Numbers

Langkah-1: Penomoran
Dalam langkah ini,

Guru

membagi

siswa

ke

dalam

kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota


kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Langkah-2: Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan

kepada

siswa.

Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik


dan dalam bentuk kalimat tanya, Misalnya, Berapakah jumlah
gigi orang dewasa? atau berbentuk arahan, misalnya Pastikan
setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak
di Pulau Sumatera.
Langkah-3 : Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya

terhadap

jawaban

pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya


mengetahui jawaban tim.
Langkah-4:
Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba
untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.7
Dalam pembagian tim hendaknya setiap tim terdiri dari
siswa

dengan

kemampuan

yang

bervariasi:

satu

orang

berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan


satu orang berkemampuan rendah. Di sini ketergantungan
positif juga dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh
yang lain. Yang berkemampuan tinggi bersedia membantu,
meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab.
Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau
nama baik kelompok, yang paling lemah diharapkan antusias
dalam

memahami

permasalahan

dan

jawabannya

karena

mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru menjawab.

7 Trianto,2010, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta :


Kencana, hlm. 82-83

C.

Manfaat

Model

Pembelajaran

Numbers

Heads

Together (NHT)
Manfaat Number
kembali

cerita

yang

Head

Together dalam

dipelajari

yaitu

menceritakan

merupakan

model

pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan


mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi
yang diberikan kepada siswa sekolah dasar harus disesuaikan
dengan

usia

dan

karakteristik

siswa

yang

bersangkutan.

Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus


disesuaikan

dengan

pemahaman

tingkah

laku,

pengetahuan

sehingga

tentang Number

Together dapat bermanfaat bagi para siswa.


Menurut Lundgren dalam Ibrahim,
manfaat

pada

model

penguasaan

pembelajaran

ada

kooperatif

Head
beberapa
tipe

NHT

terhadap siswa antara lain adalah :


1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi8
D.

Kelebihan

dan

Kelemahan

Model

Pembelajaran

melalui

diskusi

Numbers Heads Together (NHT)


Kelebihan
1. Terjadinya

interaksi

antar

siswa

dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.


2. Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh
manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

8 http://innaiza.blogspot.co.id// akses 23 april 2016, 20:15

3. Siswa

termotivasi

kelompok

agar

dapat

nomornya dipanggil.
4. Dapat memberikan
menggunakan

untuk

berpartisipasidalam

menjawab

kesempatan

ketrampilan

dengan
kepada

bertanya,

diskusi

baik

ketika

siswa

untuk

berdiskusi

dan

mengembangkan bakat kepemimpinan.


Kekurangan atau kelemahan
1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga
dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
2. Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain
tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi
menyelesaikan masalah.
3. Peneglompokan siswa memerlukan

waktu

khusus

dan

pengaturan tempat duduk yang berbeda.

Daftar Pustaka
Ibrahim,

M.

Dkk.

2000.

Pembelajaran

Kooperatif.

Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.


Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta : Kencana.
http: innaiza.blogspot.co.id akses 23 april 2016, 20:15

Nama Kelompok:
Anik Anisa
Siti Munafiah

1403096079
1403096085

Salma Jihadannafia

1403096086

Atho`illah Hamdani

1403096097

Ina Sakina

1503096113

3. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP TO GROUP


EXCHANGE
A. Definisi Group to Group Exchange
Strategi Group to Group Exchange merupakan pemberian
tugas yang berbeda kepada kelompok siswa yang berbeda.
Masing-masing kelompok mengajarkan apa yang dipelajari
untuk sisa kelas (Silberman, 2006).9 Group to Group Exchange
adalah salah satu model belajar aktif yang menuntut siswa
untuk berpikir tentang apa yang dipelajari, berkesempatan
9 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani, 2007), hal 166

untuk

berdiskusi

dengan

teman,

bertanya

dan

membagi

pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya.10


Group to Group Exchange memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lainnya (Murni,
2010:

4).

Sedangkan

menurut

Silberman

(2009:

178)

pembelajaran Group to Group Exchange yaitu model belajar


dimana tugas yang berbeda diberikan pada kelompok yang
berbeda, kemudian masing-masing kelompok mengajarkan
apa yang mereka pelajari kepada kelompok yang lain.
Group To Group Exchange merupakan salah satu strategi
pembelajaran aktif yang memanfaatkan kelompok belajar untuk
memaksimalkan belajar. Kelompok dibuat heterogen untuk
menghindari penguasaan pada proses pembelajaran oleh salah
satu kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan topik
yang berbeda. Strategi group to group exchange merupakan
gabungan dari metode diskusi, Tanya jawab dan mengajarkan
teman sebaya.11
B. Prinsip Penggunaan Group to Group Exchange
Metode Group to Group Exchange dapat digunakan guru, sebagai berikut :
1. Untuk menumbuhkan serta membangkitkan minat, motivasi siswa dan
kreativitas dalam proses pembelajaran
2. Guru dapat mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi
untuk menuntaskan materi belajarnya (permasalahan).
10 Martina, Skripsi Peningkatan Aktivitas belajar Biologi dengan Strategi
Group To Group Exchange pada Pokok Bahasan Pentingnya
Keanekaragaman Makhluk Hidup Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Banyudono
Semester II Tahun Ajaran 2008/2009, (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009), hlm. 12-14
11 http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-groupexchange/ Diakses tgl 20 April 2016, pukul 12.05 WIB

3. Guru dapat melihat serta mengetahui tingkat interaksi siswa dengan siswa
lainnya.
4.

Menumbuhkan

semangat

kerjasama

dan

paham

demokrasi

dalam

bermusyawarah karena dalam metode ini komponen emosional lebih penting


daripada intelektual.12
C. Kelebihan dan Kelemahan
Menurut Sagala (2006: 213) kelebihan dan kelemahan
kerja kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Kelebihan Group to Group Exchange
a. Membiasakan siswa bekerjasama menurut paham demokrasi,
memberikan kesempatan pada mereka untuk mengembangkan
sikap musyawarah dan tanggung jawab.
b.

Menimbulkan rasa kompetitif yang sehat

c. Guru tidak perlu mengawasi masing-masing murid cukup


memperhatikan kelompok.
d. Melatih ketua untuk melaksanakan tugas kewajiban sebagai
siswa yang patuh peraturan.
2. Kelemahan Group to Group Exchange
a. Sulit menyusun kelompok yang heterogen, terkadang siswa
merasa tidak enak dengan anggota kelompok yang dipilih oleh
guru
b. Dalam kerja kelompok terkadang pemimpin kelompok sulit
menjelaskan

dan

mengadakan

pembagian

kerja,

anggota

kelompok kadang-kadang tidak mematuhi tugas yang diberikan


oleh pemimpin kelompok dan dalam belajar kelompok sering
tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang telah
ditentukan.

12 Ibrahim, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal


98

Kelemahan-kelemahan yang melekat dan yang akan


ditemui dalam metode ini, bukannya berarti untuk melemahkan
penggunaannya melainkan agar dapat diambil langkah untuk
mengatasinya. Langkah-langkah untuk mengatasinya menurut
Mansyur (1996), antara lain:
1) Guru haruslah berusaha memperoleh pengetahuan yang luas
dalam hal cara menyusun kelompok, baik melalui buku atau
dengan bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman;
2) Kumpulan data tentang siswa untuk menunjang tugas-tugas
guru;
3) Adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari kelas
bersangkutan untuk mengetahui klik atau ada murid yang
terisolasi;
4)

Bimbingan

terhadap

kelompok

harus

dilakukan

terus

menerus;
5) Arahkan

agar jumlah kelompok itu tak terlalu besar dan

anggotanya dalam waktu tertentu berganti-ganti dan 6) dalam


memberikan motivasi haruslah menuju kepada kompetensi
yang sehat. 13
D. Langkah-Langkah Penerapan
Adapun prosedur pembelajaran Group to Group Exchange
(GGE), yaitu sebagai berikut (Hosnan, 2014: 222)
a. Pilihlah sebuah topik yang mencakup perbedaan ide,
kejadian, posisi, konsep atau pendekatan untuk ditugaskan.
Topik harus mengembangkan sebuah pertukaran pendapat atau
informasi.
13 http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-groupexchange/ Diakses tgl 20 April 2016, pukul 12.05 WIB

b. Bagilah kelas ke dalam kelompok sesuai jumlah tugas, 2


sampai

kelompok.

Berikan

cukup

waktu

untuk

mempersiapkan bagaimana mereka dapat menyajikan topik


yang telah mereka kerjakan.
c. Ketika fase persiapan selesai, guru meminta kelompok
memilih seorang juru bicara menyajikan kepada kelompok lain.
d. Setelah presentasi singkat, doronglah peserta bertanya pada
presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri.
e. Lanjutkan sisa presentasi agar setiap kelompok memberikan
informasi dan merespon pertanyaan juga komentar peserta.
Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang
saling

ditukar.

Setelah

itu,

presentasi

diarahkan

untuk

menganalisis mengapa terjadi perbedaan.14


E. Evaluasi
Adapun cara untuk melakukan pengevaluasian setelah
menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran sebagai
berikut :
1. Guru memberikan kesempatan kepada perwakilan siswa
(dengan cara ditunjuk secara acak) untuk menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dibahas agar guru mengetahui sampai
sejauh mana hasil dari pemahaman siswa dari materi yang
telah dipelajari.
2. Guru menyempurnakan kesimpulan dari materi yang telah
dibahas.
3. Selain itu, guru juga dapat memberikan pertanyaan kepada
tiap kelompok akan hasil pelajaran yang telah dipresentasikan.
14 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
hlm. 166

Agar dapat mengukur hasil dari pemahaman yang telah didapat


oleh siswa usai penyampaian materi yang telah dibahas.15
F. Contoh Penerapan Group to Group Exchange
Sebelum

menerapkan

metode

ini

dalam

proses

pembelajaran. Mula-mula guru menentukan terlebih dahulu


materi yang akan dipelajari menggunakan metode ini. Serta
guru harus memilih materi yang akan dipelajari itu yang dapat
dibagi menjadi beberapa bagian agar dapat menentukan
kelompok yang sesuai dengan materi pelajaran.
Setelah materi sudah didapat, maka guru harus membagi
kelompok sesuai jumlah materi yang akan dibahas. Serta
membagi anggota kelompok secara heterogen. Pembagian
kelompok ini dapat dipersiapkan guru dari rumah maupun
ketika dikelas. Namun, ada baiknya telah dipersiapkan dari
rumah agar dapat menghemat alokasi waktu yang ada.
Selanjutnya guru memberikan pengarahan kepada siswa
dalam menggunakan metode group to group exchange ini.
Misalnya ketika seorang guru pelajaran Quran Hadits yang
mengajar pada kelas VI MI yang pada pembahasan selanjutnya
membahas materi Hukum Membaca Nun Mati atau Sukun dan
Tanwin. Dalam pembahasan materi ini terdapat lima sub
pembahasan materi yaitu :

idhar halqi, idgham bi ghunnah,

idgham bila ghunnah, iqlab dan ikhfa. Maka guru harus


membagi siswa kedalam 5 kelompok. Misalnya dalam satu kelas
yang hendak diajar tersebut jumlah muridnya sebanyak 30
siswa. Maka masing-masing satu kelompok terdiri dari 6 siswa.

15 http://miratriani.blogspot.co.id/metode-pembelajaran-group-to-groupexchange-dan-two-stay-two-stray/ diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul


12.50 WIB

Yang telah dibagi guru secara heterogen dan telah ditunjuk oleh
guru ketua dari masing-masing kelompok.
Selanjutnya, guru membagikan bahan materi yang akan
dibahas peserta didik kesetiap kelompok sesuai materi yang
akan dibahas dalam masing-masing kelompok peserta didik.
Kemudian

guru

mempersilahkan

kepada

siswa

untuk

mendiskusikan materi sesuai dengan kelompok dengan dibatasi


waktu misalnya 10 menit untuk mendiskusikan kepada sesama
anggota kelompok.
Setelah waktu yang ditentukan usai, maka guru mengatur
siswa untuk ditukar kepada kelompok lain agar dapat saling
berbagi informasi dari materi kelompok lain. Sebelumnya guru
telah membagi satu kelompok yang terdiri dari 6 siswa, maka
guru memerintahkan kepada 4 dari 6 siswa tersebut untuk
pindah ke masing-masing kelompok yang lain. Misalnya dari
kelompok satu diambil 4 siswa untuk ditukar ke empat
kelompok yang lain hanya tersisa 2 siswa yang masih menetap
di kelompoknya. Dan begitu pula dengan yang kelompok lain.
Tugas dari masing-masing siswa yang telah ditukar tersebut
memahami serta mengambil informasi dari materi kelompok
lain yang nanti akan kembali ke kelompok asal dan membagi
informasi yang telah didapat.
Setelah waktu yang ditentukan guru usai dan siswa telah
kembali ke kelompok asal. Guru mempersilahkan kepada
perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
materi kelompoknya kedepan kelas. Disini dari kelompok yang
lain

dapat

menanggapi

apa

yang

telah

presentasikan

temannya. Dan seterusnya hingga masing-masing kelompok


telah usai memaparkan materi kelompok mereka.

Dan diakhir pelaksanaan metode ini guru menyimpulkan


dari semua materi yang telah dibahas. Serta memberikan
sedikit

pertanyaan

agar

dapat

mengetahui

kemampuan

pemahaman siswa dari materi yang telah dibahas tersebut.16

Daftar Pustaka
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University
Press)
Martina, Skripsi Peningkatan Aktivitas belajar Biologi dengan
Strategi Group To Group Exchange pada Pokok Bahasan
16 http://miratriani.blogspot.co.id/metode-pembelajaran-group-to-groupexchange-dan-two-stay-two-stray/ diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul
12.50 WIB

Pentingnya Keanekaragaman Makhluk Hidup Siswa Kelas VII


E SMP Negeri 2 Banyudono Semester II Tahun Ajaran
2008/2009,

(Surakarta:

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta, 2009)
Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning 101 Strategi
Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani)
http://miratriani.blogspot.co.id/metode-pembelajaran-group-togroup-exchange-dan-two-stay-two-stray/

diakses

pada

tanggal 20 April 2016 pukul 12.50 WIB


http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-togroup-exchange/ Diakses tgl 20 April 2016, pukul 12.05 WIB
Kelompok 3 :
Rikha Umami

1403096101

Siti Maemunah

1403096116

Aina Najichah

1503096084

Uswatun Hasanah

1503096119

4. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DECISION MAKING


A. Definisi Decision Making

Banyak pertanyaan yang kita kemukakan sering dijawab


kurang tepat. Jawaban-jawaban itu mungkin saja mengandung
kebenaran.

Masalahnya

adalah

bagaimana

kita

memilih

jawaban-jawaban yang mengandung kebenaran itu. untuk


melakukannya kita harus melakukan seleksi berdasarkan pilihan
yang tersedi, menilai bukti-bukti yang telah terkumpul, dan
mempertimbangkan nilai-nilai pribadi yang dimilki oleh para
siswa.

Proses

pembelajaran

seperti

ini

disebut

proses

pengambilan keputusan (decision making)


Makna konsep pengambilan keputusan (decision making)
berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang alternatif pilihan
yang

tersedia,

menimbang

fakta

dan

bukti

yang

ada,

mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat.


Apabila seorang dihadapkan pada pilihan-pilihan tersebut maka
kemungkinan jawaban yang muncul adalah pilihan yang tepat
atau tidak tepat.
B.

Langkah-langkah

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Decision Making
1. Informasikan tujuan dan perumusan masalah.
2. Secara klasikal tayangkan gambar, wacana,atau kasus
permasalahan yang sesuai dengan materi pembelajaran atau
komptensi yang diharapkan.
3.

Buatlah

pertanyaan

agar

siswa

dapat

merumuskan

permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus yang


disajikan.
4.

Secara

kelompok

siswa

diminta

mengidentifikasi

permasalahan dan membuat alternatif pemecahannya.

5.

Secara

kelompok

atau

individu

siswa

diminta

mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di lingkungan


sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara
pemecahannya.
6. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan
alasan mereka memilih alternatif tersebut.
7. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari
penyebab terjadinya masalah tersebut.
8. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan
tindakan

untuk

mencegah

terjadinya

masalah

tersebut.

(Kunandar: 2007: 347)


Selain

langkah-langkah

di

atas,

Bank

(1990)

mnegemukakan pula urutan langkah atau prosedur dalam


pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dengan
komponen

esensial

sedikitnya

ada

dua

sebagai
syarat

syaratnya.
untuk

Menurut

melaksanakan

Banks,
model

pembelajaran pengambilan keputusan:


1. Pengetahuan Sosial
Proses pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan manakala
pengetahuan

orang

tentang

masalah

terkait

tidak

ada

(vacuum). Pengetahuan sosial merupakan komponen yang


sangat penting bagi tercapainya pengambilan keputusan yang
logis
2. Metode Atau Cara Mencapai Pengetahuan.
Pengetahuan diperlukan untuk membuat keputusan reflektif.
Kerlinger menyimpulkan bahwa ada empat metode untuk
memperoleh pebgetahuan, yaitu:

(a) berpegang pada apa yang telag diketahui kebenarannya


(method of tenacity)
(b) mencari informasi untuk mempercayai (method of authority)
(c) mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya
(a priori methode dan
(d) metode ilmiah (method of science).
Banyak kesempatan dalam proses belajar mengajar
menggunakan teknik pengambilan keputusan. Langkah-langkah
proses pengambilan keputusan (decision making ) memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk berfikir melalui berbagai
alternatif penyelesaian masalah. Guru yang mendorong para
siswa berfikir tentang alternatif dan bukti serta nilai-nilai yang
berkaitan

dengan

proses

pemecahan

masalah

secara

partisipatif dapat melibatkan diri dengan para siswa. Dengan


adanya

partisipasi

guru

maka

teknik

decision

making

memperoleh tempat yang baik bagi pembelajaran di sekolah.


Pemilihan tipe pembelajaran kooperatif di atas tentunya
akan lebih tepat jika didasarkan atas pertimbangan kemampuan
siswa dalam melaksanakan tipe pembelajaran kooperatif yang
dipilih serta waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan tipe
pembelajaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Muchith Saekan dkk, cooperative learning (Semarang: Rasail Media
Group,2010).
Sapriya, Pendidikan IPS (Bandung: Laboratorium PKN, 2008).

http://blogeulum.blogspot.co.id/2016/04/model-desain-pembelajaranpengambilan.html. Diakses pada hari Selasa,19 April, 2016, pukul


15.40 WIB.
Kelompok 4 :
Akhmad Nur Khasan

(1403096080)

Luul Adila Putri

(1403096088)

Suaul Basiroh

(1403096094)

Inna Naili Izzatul L

(1503096110)

Ainaul Mardiyah

(1503096094)

5. MODEL PEMBELAJARAN STUDI KASUS


A. Pengertian Metode Studi Kasus
Susilo Rahardjo & Gudnanto studi kasus adalah

suatu

metode untuk memahami individu yang dilakukan secara


integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang
dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan
dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito studi
kasus

merupakan

suatu

metode

untuk

menyelidiki

atau

mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat

hidup).

Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak

informasi

guna

mendapatkan

bahan-bahan

yang

agak

luas.Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh


dengan metode lain.
Sedangkan

W.S

Winkel

&

Sri

Hastuti

(2006:

311)

menyatakan bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan


bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam, dengan
tujuan

memahami

individualitas

siswa

dengan

baik

dan

membantunya dalam perkembangan selanjutnya.


Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi
kasus

merupakan

metode

pengumpulan

data

secara

komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis individu,


dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam.
B. Ciri Model Studi Kasus
1. Sasaran
Agar model ini efektif, peserta sebaiknya dibagi dalam
kelompok-kelompok

beranggotakan

orang.

Dalam

kelompok kecil peserta akan termotivasi untuk berpartisipasi


dibandingkan dengan apabila dalam kelompok besar.

2. Topik
Sesuai dengan tujuan Model Studi Kasus, sebaiknya topik
yang

digunakan

masalah

atau

adalah

yang

pengambilan

membutuhkan

keputusan,

pemecahan

misalnya

tentang

hubungan antar rekan sekerja yang kurang serasi, yang


membutuhkan analisis dan jalan keluarnya. Topik masalah

dapat diambilkan dari kenyataan ataupun dikarang sendiri oleh


pengajar.
3. Langkah-langkah.
Pendahuluan
- Pengajar menjelaskan tujuan pembelajaran
- Pengajar menjelaskan skenario studi kasus
- Pengajar membagikan studi kasus yang disiapkan secara
tertulis
Kegiatan Inti
- Setiap kelompok mendiskusikan kasus yang dikemukakan dan
melakukan analisis dengan melihat penyebab dan berbagai
faktor yang terkait
-

Selanjutnya

kelompok

menyimpulkan

masalah,

mencari

alternatif pemecahan dan menetapkan pilihan


Penutup
- Setiap kelompok mempresentasikan pemecahan masalah
yang dipilih dan alasannya
- Pengajar menyimpulkan hasil studi kasus dan membuat
kesimpulan
4. Peran Pengajar
Dalam Model Studi Kasus, pengajar mempunyai beberapa
tugas dan peran yang meliputi:
a.

Menyiapkan

kasus

yang

akan

dibahas

didasarkan pada tujuan instruksional yang akan dicapai.

dengan

b. Menentukan prosedur pembahasan studi kasus, apakah akan


dianalisis secara individual atau dalam kelompok, dan waktu
yang disediakan untuk membahas kasus dalam kelompok.
c. Selama proses pembahasan kelompok berlangsung, pengajar
hanya bertugas mengobservasi, kecuali bila diperlukan untuk
memberikan informasi tambahan yang diperlukan kelompok.
d. Kunci keberhasilan studi kasus adalah keterlibatan peserta,
oleh sebab itu pengajar perlu memperhatikan agar setiap
peserta

mempunyai

kesempatan

yang

sama

untuk

berpartisipasi aktif.
e. Setelah waktu diskusi kelompok habis, pengajar memanggil
kelompok untuk berkumpul kembali dalam bentuk kelas dan
melaporkan hasil diskusi berupa hasil analisis dan pemecahan
masalah yang dipilih.
f. Pengajar selanjutnya merangkum dan menyimpulkan hasil
belajar. Kesempatan ini dapat digunakan untuk menjembatani
teori dan praktik. Pengajar dapat memperjelas apa yang telah
dipelajari kelompok dan bertanya kepada kelompok tentang
kesan mereka terhadap proses dan hasil belajar.
5. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk model ini tergantung pada
studi kasus yang digunakan, apakah sederhana atau kompleks.
Studi kasus yang sederhana mungkin hanya memerlukan 15-30
menit untuk membahasnya, sedangkan studi kasus yang cukup
rumit akan membutuhkan waktu 60 menit, bahkan lebih.
Di

samping

itu

cara

penyajian

studi

kasus

juga

mempunyai implikasi waktu. Studi kasus yang sudah dilengkapi


dengan alternatif pemecahan masalah mempunyai manfaat

lebih

yaitu

akan

membutuhkan

waktu

lebih

pendek

dibandingkan dengan yang tidak. Studi kasus yang tidak


dilengkapi

alternatif

pemecahan

masalah

akan

memberi

kesempatan lebih besar kepada peserta untuk menemukan


sendiri jawaban permasalahan.
Penggunaan studi kasus yang disebut action maze akan
memerlukan waktu lebih banyak. Bentuk studi kasus ini
dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban, setiap jawaban
kelompok akan diberi umpan balik oleh pengajar, sampai
kelompok

tersebut

mengambil

keputusan

yang

menurut

pengajar merupakan keputusan yang benar. Keuntungan


action maze adalah bahwa proses berpikir anggota secara
wajar akan diarahkan kepada jawaban yang benar.
C. Penggunaan Model Studi Kasus
Agar studi kasus berjalan dengan baik dan mencapai
tujuan instruksional, pengajar perlu melakukan langkah-langkah
berikut ini:
1. Persiapan
Dalam tahap persiapan pengajar:
a) Mengidentifikasi dan menyusun kasus yang akan dibahas
dalam bentuk tertulis.
b) Menentukan prosedur pemecahan masalah, bila dikehendaki
disertai pula dengan alternatif pemecahan masalahnya.
c) Menyiapkan tata kelas sesuai dengan kebutuhan untuk
diskusi kelompok.
2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan mencakup kegiatan pendahuluan,


kegiatan inti, dan penutup.
a) Pendahuluan.
Pada bagian ini pengajar:
1) menjelaskan skenario studi kasus yang mencakup prosedur
kerja, waktu dan sebagainya.
2) membagi peserta dalam kelompok.

b) Kegiatan Inti.
Dalam kegiatan ini peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) mengidentifikasi fakta, konsep dalam kasus.
2) menghubungkan berbagai informasi dalam kasus.
3) menyimpulkan permasalahan.
4) mencari alternatif pemecahan.
5) menetapkan pilihan pemecahan terbaik.
6) mempresentasikan hasil kelompok kepada seluruh peserta.
7) diikuti tanya-jawab dan penjelasan kelompok.
8) Penutup
Pengajar membuat kesimpulan tentang proses dan hasil
studi kasus dan kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
D. Rambu-rambu Penerapan

1.

Model

studi

kasus

ini

menekankan

pada

pentingnya

keterlibatan aktif semua peserta. Dengan demikian pengajar


perlu

memperhatikan

agar

semua

peserta

memberikan

kontribusi, dan proses belajar tidak didominasi oleh pesertapeserta tertentu.


2. Dalam membuat studi kasus, pengajar harus jelas dengan
tujuan instruksional yang akan dicapai. Studi kasus perlu
memuat informasi
yang

lengkap

agar

tidak

membingungkan

peserta

yang

membacanya dan tidak mengundang tebakan-tebakan yang


tidak akurat.
3. Pada waktu melaksanakan model studi kasus pengajar perlu
menjelaskan tujuan dan skenario kerja, termasuk prosedur kerja
dan hasil yang diharapkan. Kejelasan prosedur bagi peserta
akan berpengaruh pada kelancaran proses belajar.
Contoh Action Maze (Studi Kasus yang Terprogram)
1. Tujuan Instruksional
Dalam kasus ini peserta diharapkan dapat mengidentifikasi
prinsip pengambilan keputusan yang penting, yaitu pentingnya
memperoleh

informasi

yang

lengkap

untuk

mengambil

keputusan.
2. Skenario
Setiap kelompok mendiskusikan masalah dan memutuskan
alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
Berdasarkan

alternatif

yang

dipilih,

pengajar

memberikan

umpan balik tertulis yang memuat konsekuensi alternatif yang


dipilih untuk didiskusikan lebih lanjut oleh kelompok. Demikian
selanjutnya sampai kelompok memilih alternatif yang tepat.

Jawaban yang tepat adalah B, sebab dengan berbicara secara


pribadi pimpinan akan memperoleh informasi yang lengkap
sebelum bertindak.
Kasus
Anda adalah pimpinan Unit Keuangan di Perusahaan Maju
Jaya. Pak Indro telah bekerja di unit Anda selama hampir 7
tahun. Menurut kesan Anda, dia bukan karyawan yang dapat
dibanggakan. Beberapa kali dia bersikap menentang atasan,
dan bahkan pernah dihukum tidak boleh bekerja selama tiga
hari karena berkelahi di cafetaria. Selama dua minggu terakhir
ini dia terlambat sampai lima kali, dan hari ini dia datang
terlambat satu setengah jam. Dalam hal ini, sebagai atasan Pak
Indro, apa yang akan Anda lakukan?
a.

Sekali

lagi

memberi

kesempatan

kepadanya

untuk

memperbaiki perilakunya, dengan demikian Pak Indro Anda


biarkan untuk memperbaiki perilakunya.
b. Mendiskusikan masalah tersebut dengan dia, karena itu Anda
meminta dia untuk menemui Anda pada waktu istirahat.
c. Anda menemuinya di tempat Pak Indro bekerja sewaktu dia
datang dan mendiskusikan masalah keterlambatan tersebut
dengannya.
d. Menghukum dia dengan cara tidak mengizinkan dia kerja hari
itu, dengan konsekuensi pemotongan gaji.
Konsekuensi Pilihan A
Anda berharap Pak Indro akan berubah sikap. Sampai dengan
akhir minggu itu dia memang datang tepat waktu. Tetapi
minggu berikutnya dia terlambat lagi dua hari berturut-turut,
bahkan hari terakhir minggu itu dia tidak masuk tanpa izin.

Setelah Anda check dengan rekan sekerjanya ternyata Pak Indro


bertengkar lagi dengan petugas cafetaria.
Berdasarkan informasi ini apa yang akan Anda lakukan?
Anda

boleh

mempertimbangkan

kembali

pilihan-pilihan

sebelumnya, dan memilih pilihan B, C, atau D.


Konsekuensi Pilihan B
Anda mengundang Pak Indro ke ruang kantor Anda untuk
membicarakan masalah keterlambatan tersebut secara pribadi.
Dengan tenang Anda bertanya kepada Pak Indro mengapa hari
ini

dia

terlambat

sebagaimana

sampai

telah

satu

dipahami

setengah
oleh

jam,

semua

padahal
karyawan

keterlambatan datang tidak diinginkan di perusahaan. Anda


perhatikan
wajahnya.
memberati

wajahnya
Anda

memerah

merasa

hatinya.

dan

dia

nampaknya

ada

Setelah

beberapa

menundukkan
sesuatu

saat

Pak

yang
Indro

menjelaskan bahwa dia harus ikut mengasuh anaknya yang


lumpuh karena polio, bergantian dengan istrinya yang harus
berjualan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Di rumah itu
tinggal juga mertuanya yang kondisinya tidak begitu sehat.
Pada saat-saat tertentu mertuanya jatuh sakit, sehingga dia
harus mengawasi keduanya. Kemarin dia sudah akan berangkat
kerja agar tidak terlambat, tiba-tiba saja anaknya minta
digendong keluar untuk berjemur karena kakinya terasa ngilu.
Terpaksa dia menunggu anaknya untuk beberapa lama dan
terlambat tiba di kantor.
Berdasarkan informasi ini tindakan apa yang akan Anda
lakukan?
Konsekuensi Pilihan C

Anda menegur Pak Indro tentang keterlambatannya.


Sambil melirik rekan-rekan kerjanya yang lain Pak Indro
memperdengarkan suara marah, dan mengatakan bahwa baru
sekali ini terlambat mengapa dipersoalkan. Dia nampaknya
menjadi tersinggung dan mengatakan tidak ada gunanya
bekerja tujuh tahun di perusahaan ini, karena toh tidak dihargai.
Rekan-rekan kerjanya yang lain pura-pura tidak mendengar apa
yang terjadi, beberapa di antaranya bahkan keluar ruangan.
Berdasarkan informasi ini apa yang akan Anda lakukan?
Anda

boleh

mempertimbangkan

kembali

pilihan-pilihan

sebelumnya, dan memilih dari pilihan A, B, dan D.


Konsekuensi Pilihan D
Ketika Anda menyampaikan kepada Pak Indro hukuman
karena keterlambatannya, dia hanya mengangkat bahu, dan
dengan sedikit memencongkan mulut ke arah Anda dia
mengambil tasnya dan pergi. Anda menjadi heran melihat
kelakuan dia.
Tiga hari kemudian atasan Anda menyampaikan keluhan
tertulis kepada Pak Indro. Yang menjadi dasar keluhan Pak Indro
adalah bahwa Anda sebagai atasan telah mencampuri urusan
pribadinya dan mempersulit usahanya untuk melaksanakan
tugas sebagai ayah seorang anak cacat yang membutuhkan
perhatian.
Berdasarkan informasi ini apa yang akan Anda lakukan?
Anda

boleh

mempertimbangkan

alternatif

yang

diberikan

selanjutnya, dan memilih alternatif A, B, dan C.


E. Langkah-langkah Penarapan Metode Studi Kasus
1. Model Pemecahan Studi Kasus 1:

Merencanakan dan melaksanakan metode studi kasus melalui


diskusi terpimpin / curah pendapat.

Tahap 1
1. Ilustrasi kasus yang akan dipecahkan diinformasikan / ditulis /
ditayangkan.
2. Ungkapkan beberapa pertanyaan yang akan dipecahkan.
Tahap 2
1.

Setiap

peserta

didik

diberikan

kesempatan

untuk

memberikan masukan terhadap pemecahan masalah tersebut.


2. Semua jawaban ditampung dan tidak boleh dikomentari dulu
oleh peserta lainnya.
3. Pengajar memimpin peserta untuk melakukan analisis
terhadap semua jawaban yang sudah ditulis.
4. Berdasarkan kesepakatan semua peserta, hilangkan jawabanjawaban yang kurang tepat dengan cara diberi tanda silang
atau dihapus (dapat dilakukan 2-3 kali putaran)
Tahap 3
a)
b)

Pengajar membacakan butir jawaban yang sesuai


Beri kesempatan peserta untuk mengkaji kembali jawaban
tersebut.
c) Pengajar

membacakan

kesimpulan

jawaban

terhadap

pemecahan kasus tersebut.


2. Model Pemecahan Studi Kasus 2 :
Merencanakan dan melaksanakan metode studi kasus melalui
diskusi kelompok / silang pendapat.

Tahap 1
1. Pengajar menyiapkan 3 kasus atau lebih yang berbeda untuk
dipecahkan oleh masing-masing kelompok.
2. Pengajar membagi kelas menjadi 3 kelompok atau lebih.
3. Setiap kelompok mendapat 1 topik ilustrasi kasus beserta
beberapa pertanyaan yang berbeda.
Tahap 2
1. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan kasus tersebut
berdasarkan pertanyaan yang dikemukakan.
2. Setiap kelompok diberi waktu untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
3. Kelompok lain memberikan masukan berupa tanggapan, ide,
saran ataupun kritikan ( silang pendapat )
Tahap 3
1. Guru menyimpulkan hasil dari pemecahan kasus yang telah
dikemukakan oleh setiap kelompok.
3. Model Pemecahan Studi Kasus 3 :
Merencanakan dan melaksanakan metode studi kasus
melalui dialog interaktif dengan model tiruan ataupun pelaku
yang sebenarnya.
Tahap 1
1.

Pengajar

menginformasikan

tentang

kasus

yang

akan

dipecahkan.
2. Pengajar meminta seorang peserta untuk menjadi model
tiruan dari pelaku yang sebenarnya , akan lebih baik lagi

apabila

pengajar

mampu

menghadirkan

pelaku

yang

sebenarnya.
Tahap 2
1. Model atau pelaku diminta untuk menceritakan ilustrasi kasus
yang sedang dialaminya.
2. Setiap peserta didik dipersilakan untuk bertanya langsung
dalam bentuk dialog interaktif kepada model atau pelaku untuk
menggali informasi yang akan digunakan dalam pemecahan
kasus tersebut.
3. Agar dialog interaktif berlangsung dengan lancar, maka
pengajar harus berperan sebagai moderator.
4. Semua jawaban dari model atau pelaku dicatat oleh
moderator atau oleh salah satu peserta yang ditunjuk sebagai
notulen.
5. Apabila dirasakan perlu , peserta diperkenankan untuk
menggali kembali jawaban dari model atau pelaku .
Tahap 3
1. Pengajar menyimpulkan hasil dialog interaktif tersebut.
2.

Hubungkan

dengan

teori

atau

pendapat

pakar

yang

berhubungan dengan pemecahan kasus tersebut.

F. Kelebihan dan Kelemahan Metode Studi Kasus


a. Kelebihan metode studi kasus
1)

Siwa

dapat

mengetahuai

dengan

pengamatan

yang

sempurna tentang gambaran yang nyata yang betul-betul

terjadi dalam hidupnya sehingga mereka dapat mempelajari


dengan penuh perhatian dan lebih terperinci persoalannya.
2) Dengan mengamati, memikirkan, dan bertindak dalam
mengatasi situasi tertentu mereka lebih meyakini apa yang
diamati dan menemukan banyak cara untuk pengamatan dan
pencarian jalan keluar itu.
3) Siswa mendapat pengetahuan dasar atau sebab-sebab yang
melandasi kasus tersebut.
4) Membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan
ketrampilan berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.
b. Kelemahan metode kasus
1) Guru memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan
bahan kasus yang ditemui dan petunjuk cara pemecahannya
yang diperlukan siswa.
2) Banyak waktu yang digunakan untuk diskusi.
3) Untuk kegiatan kelompok membutuhkan fasilitas fisik yang
lebih banyak.

Daftar Pustaka
Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. Pemahaman Individu Teknik Non Tes,
2011. Kudus: Nora Media Enterprise.
Suparman, Atwi. Model-Model Pembelajaran Interaktif. 1997. Jakarta:
STIA-LAN Press.
Nurani, Yuliani dkk . Strategi Pembelajaran. 2003. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Nama Kelompok :
Yuni Hartiwi

1403096093

Rizkiyah Kamilawati

1403096083

Indah widaningrum

1503096107

Fita Fatmala

150309093

6. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS


A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Talking
Chips
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara
umum pembelajaran secara kooperatife dianggap lebih di
arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik yang

menyelesailan

masalah

yang

di

maksud.

Guru

biasanya

menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.


Pembelajaran kooperatif tipe talking chips pertama kali
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam
kegiatan talking chips,

masing-masing

anggota

kelompok

mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka


dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang
lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi
hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja
kelompok. Sebagaimana dinyatakan Masitoh dan Laksmi Dewi
dalam

bukunya

Strategi

pembelajaran talking chips

Pembelajar

model

merupakan model pemelajaran

kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spender Kagan.


Aktivitas Talking Chips (Keping Bicara) adalah aktivitas
yang mendorong timbulnya partisipasi setara dan keterampilan
berwacana dalam kelompok. Kegiatan ini juga menjamin agar
setiap

kelompok

berpartisipasi

dalam

kegiatan

kelompok.

Fasilitator mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang


yang cukup bagi adanya kelompok-kelompok siswa berisi
sejumlah orang, bergantung variasi jumlah keping bicara yang
disediakan oleh guru.17
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara
umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh
guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan
masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk
ujian tertentu pada akhir tugas.
17 Prof. Dr. Warsomo, M.S., Drs. Hariyanto, M.S. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Hal 235-236

Pandangan dikotomi tersebut di atas dianggap sebagai


pernyataan yang berlebihan. Sebab, dalam praktiknya antara
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif merupakan dua hal
yang kontinum. Istilah kooperatif digunakan dalam tulisan ini
karena kata kooperatif memiliki makna lebih luas, yaitu
menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan
mencakup pula pengertian kolaboratif.18
B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Chips
Fasilitator mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada
ruang yang cukup bagi adanya kelompok-kelompok siswa berisi
sejumlah orang, bergantung variasi jumlah keping bicara yang
disediakan oleh guru.
Langkah-langkahnya (cara kerja) model pembelajaran
kooperatif tipe talking chips:
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
b. Guru menyiapkan keping-keping bicara berupa sesuatu
bentuk yang dapat berupa keping kertas berbentuk bulat
atau persegi terbuat dari kardus atau karton manila
berwarna-warni yang antara lain berisi tugas untuk :
1) Mengekspresikan keraguan
a) Menjawab pertanyan
b) Mengajukan pertanyaan
c) Memberikan gagasan
d) Bertanya untuk klarifikasi/ penjelasan
e) Klarifikasi suatu gagasan
f) Tanggapan terhadap gagasan
g) Membuat ringkasan
h) Mendorong partisipasi
i) Mengatakan sesuatu yang positif terhadap gagasan
seorang.

18 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2010). Hal 5455

c. Guru melakukan persentasi singkat terkait bahan ajar.


d. Siswa dalam kelompok memilih keping bicara mereka
menempatkan keping bicara tersebut di meja kelompoknya.
e. Salah satu siswa bicara terkait tugas yang diminta dalam
keping bicara.
f. Setelah siswa tersebut selesai bicara, siswa yang lain
memikirkan cara lain untuk melanjutkan diskusi kemudian
angkat bicara terkait tugas yang diarahkan oleh keping
bicara.
g. Pada akhir diskusi kelompok, setiap siswa harus sudah
menggunakan seluruh keping bicara yang tersedia.
h. Refleksi kelas.19
C.

Kelebihan

dan

Kelemahan

Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe Talking Chips


a. Kelebihan model pembelajaran tipe talking chips
1) Menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar
dari siswa yang lain.
2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau

gagasan

dengan

kata-kata

secara

verbal

dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain.


3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
tanggung jawab dalam belajar.
5) Strategi ini cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik

sekaligus

interpersonal

yang

kemampuan
positif

dengan

sosial,
yang

hubungan
lain,

mengembangkan keterampilan memanage waktu.


6) Mengembangkan
siswa
untuk
menguji
ide

dan
dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.


b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips

19 Prof. Dr. Warsomo, M.S., Drs. Hariyanto, M.S. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Hal 236

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran


kooperatif memang butuh waktu.
2) Ciri utamanya adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
3) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja
kelompok.
4) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan
periode yang cukup panjang dan hal ini tidak mungkin
dapat tercapai hanya satu atau sesekali penerapan
strategi ini.
5) Banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan
kepada kemampuan secara individual.20
DAFTAR PUSTAKA
Muchith, Saekan. Cooperative Learning, (Semarang : RaSAIL Media
Group 2010).
Suprijono,

Agus.

Cooperative

Learning.

(Yogyakarta:

PUSTAKA

BELAJAR, 2010).
Warsomo dan Hariyanto. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013)

Nama Kelompok :
Ema Amalia

(1403096082)

Kolifatun Nazih

(1503096104)

Shofina Aulia Almazummi

(1503096108)

Devi Anita Rahman

(1503096115)

20 Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd, Cooperative Learning, (Semarang : RaSAIL


Media Group 2010), hlm 110-113.

8. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK/PROJECT BASED


LERNING KONSEP/DEFINISI
A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar (Udin S. Winataputra). Sedangkan project based learning atau
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu
topik. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa
untuk dapat memahami suatu konsep dengan melakukan investigasi mendalam
tentang suatu masalah dan menemukan solusi dengan pembuatan proyek.
B. Karakteristik Project Based Learning
Project based learning memiliki karakteristik yang membedakan model
yang lain. Karakteristik tersebut, antara lain
a. Centrality
Pada project based learning proyek menjadi pusat dalam pembelajaran.
b. Driving question
Project based learning difokuskan pada pertanyaan atau masalah yang
mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu
pengetahuan yang sesuai.
c. Constructive investigation
Pada project based learning siswa membangun pengetahuannya dengan
melakukan investigasi secara mandiri (guru sebagai fasilitator)
d. Autonomi
Project basedlearning menuntut student centered, siswa sebagai problem
solver dari masalah yang dibahas.
e. Realisme

Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otetik dan menghasilkan
sikap profesional. (thomas,2000)
C. Tujuan Project Based Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dalam penerapannya
tujuan project based learning adalah
a. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang
kompleks dengan hasil produk nyata mengembangkan dan meningkattkan
keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk
menyelesaikan tugas atau proyek.
b. Meningkatkan kalaborasi peserta didik khususnya pada PJBL yang bersifat
kelompok.
D. Langkah-langkah Project Based Learning
Langkah-langkah project based

learning

sebagaimana

yang

dikembangkan oleh the George Lugus Educational Foundation (2005) terdiri dari :
a. Penentuan pertanyaan yang mendasar (Star With The Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik
penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kalaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa memilik atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung

dalam

menjawab

pertanyaan

esensial,

dengan

cara

mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan


bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun jadwal ( Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kalaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
1)
2)
3)

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain :


Membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan poyek.
Membuat deadline (batas waktu lahir) penyelesaian proyek.
Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru.
4) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek.

5) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang


pemilihan suatu cara.
d. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Student and the Progress
of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monior terhadap aktivitas
siswa selama selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,
dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
1) Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing sswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa.
2) Membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevalusi pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada ahir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individual.
E. Sistem penilaian proyek
Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolaan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas (kemdikbud,2013)
Pada penilaian proyek terdapat 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu, mengumpulkan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik (kemdikbud, 2013).

F.Ciri-ciri pembelajaran berbasis proyek


Ciri pembelajaran berbasis proyek menurut center for youth development and
education baston adalah
a. Melibatkan para siswa dalam masalah-masalah kompleks, persoalan-persoalan
dunia nyata, dimana pun para siswa dapat memilih dan menentukan
pesoalan/masalah yang bermakna.
b. Para siswa diharuskan menggunakan penyelidikan, penelitian keterampilan
perencanaan, berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah saat
mereka menyelesaikan proyek
c. Para siswa diharapkan mempelajari dan menerapkan keterampilan dan
pengetahuan yang dimilikinya dalam berbagai konteks ketika mengerjakan
proyek.
d. Memberikan kesempatan bagi siswa utuk belajar dan mempraktikan
keterampilan pribadi pada saat mereka bekerja dalam tim kooperatif, maupun
saat mendiskusikan dengan guru.
e. Memberikan kesempatan bagi

para

siswa

mempraktekkan

berbagai

keterampilan yang dibutuhkan untuk kehidupan dewasa mereka dan


karir(bagaimana mengalokasikan waktu menjadi individu yang bertanggung
jawab, keterampilan pribadi, belajar melalui pengalaman).
f. Menyampaikan harapan mengenai prestasi
g. Melakukan refleksi yang mengarahkan siswa
h. Berahir dengan prestasi.
G. Kelemahan dan kelebihan pembelajaran berbasis proyek
Kelebihana dan kekurangan pada penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat
dijelaskan sebagai berikut
a. Keuntungan pembelajaran berbasis proyek
1) Meningkatkan motivasi belajar prestasi didik untuk belajar. Mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem kompleks
4) Meningkatkan kalaborasi
5) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber
6) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan komunikasi
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengrganisasi proyek.

8) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga peserta didik


maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
b. Kelemahan pembelajaran berbasis proyek
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3) Banyak instruksi yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana
instruksi memegang peran utama di kelas
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan
5) Peserta didik yang memiliki kelemahan

dalam

percobaan

dan

pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan


6) Ada kemungkinan pesrta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok pe
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
http://hafismuaddab.wordpress.com/pembelajaran-berbasis-proyekproject-based-learning. Diakses pada tanggal 20 April 2016, pukul 13.30
http://gurukreatif.woadpress.com/penerapan-metode-belajar-aktif-dalampembelajaran-berbasis-proyek. Diakses pada tanggal 20 April 2016, pukul
14.00
http://latifkurniawan.blogspot.com/pembelajaran-berbasis-proyek.
Diakses pada tanggal 20 April 2016, pukul 14.30
http://digilib.unm.ac.id/gdl?mod=browse&op=read&id=universitas
%20negeri20makasar-digilib-unm-drmuhrais.Diakses pada tanggal 20 April
2016, pukul 16.00

Nama Kelompok :
1. Riswiranto
2. Siti Umi Hanik

(1403096081)
(1403096090)

3. Nusrotul Khanifah

(1403096114)

4. Nur latifah

(1503096114)

9. MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


A. Pengertian Group Investigation
GI (Group Investigation) adalah model belajar kooperatif
yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen
dilihat dari kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik
dari segi gender, etnis dan agama untuk melakukan investigasi
suatu topik. Kelebihan dari metode ini bahwa siswa berani
menyambungkan

ide

untuk

memecahkan

permasalahan

kelompok, meningkatkan kerja sama antar siswa dengan


membantu teman dalam kelompok dalam memahami materi.21
Group Investigation (GI) merupakan suatu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode GI menghendaki siswa
bekerjasama saling bantu dalam kelompok dan memilih topik-topik yang akan
dipelajari.

Kemudian

tiap-tiap

kelompok

mempresentasikan

atau

menampilkan penemuan mereka di hadapan kelas.22

21 Suratno, dkk, Tesis (penerapan PAIKEM melakui GI (Group Investigation)


dalam meningkatkan karakter dan hasil belajar Biologi, 2012, hal 90

Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran


Group Investigation (GI) karena terdapat beberapa kelebihan,
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ko,
Doymu, Karap, & mek, (2011) diantaranya adalah sesuai
dengan karakteristik materi yang membutuhkan penyelidikan
yang mendalam terhadap materi Struktur Atom dan Sistem
Periodik karena berisi pemahaman konsep dan penerapannya
dalam berbagai tipe soal.
Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat
tinggi, dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat. Metode ini memungkinkan guru bersama
peserta didik bertanggungjawab untuk

merancang proses

pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang


sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa merasa
senang karena dilibatkan dalam proses belajar. Siswa juga
semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang
belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu
mereka untuk terus melakukan penyelidikan.
Dalam

pelaksanaannya,

metode

pembelajaran

harus

disesuaikan dengan karakteristik materi, karena jika tidak


sesuai tidak membantu siswa dalam memahami materi tersebut
akan tetapi dapat menghambat penguasaan siswa terhadap
materi tersebut. Metode ini juga perlu dilengkapi dengan media
pembelajaran. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan
pesan

dari

sumber

secara

terencana

sehingga

tercipta

lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat

22 Slavin, Cooperative Learning Theory Research and Practice, Terjemahan


(Nurulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Dua, 2008), hal

melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Pada


penelitian ini digunakan modul dan LKS.23
B. Fase Metode Group Investigation
Pembelajaran dengan menggunakan group investigation
dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta
peserta

didik

memilih

topik-topik

tertentu

dengan

permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari


topik-topik

itu.

Sesudah

topik

beserta

permasalahannya

disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode


penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja beedasarkan metode investigasi yang
telah mereka rumuskan.
Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan
mulai dari mengumpulkan data, analisa data, sintesis, hingga
menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi
hasil masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan
terjadi intersubjektif dan objektifikasi pengetahuan yang telah
dibangun oleh suatu kelompok. Kemudian diakhir pembelajaran
dilakukan evaluasi. Peran guru dalam kelas betindak sebagai
narasumber dan fasilitator.
Guru tersebut

berkeliling

diantara

kelompok-kelompok

yang ada dan, untuk melihat bahwa peserta didik bisa


mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka
hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam
kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan
proyek pembelajaran. Dan peran penting seorang guru dalam
pembelajaran

ini

adalah

guru

dapat

membuat

model

23http//:Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013, diakses


Ahad, 24-04-2016 pukul 13.05

kemampuan komunikasi dan social yang diharapkan dari peran


siswa.24
Adapun tahapan-tahapannya, sebagai berikut:
1. Grouping yakni menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan
sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan.
2. Planning yaitu menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana
mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya.
3. Investigation yakni saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat inferensi.
4. Organizing yaitu mengatur penulisan dan pelaporan anggota kelompok,
merencanakan presentasi laporan, menentukan penyaji, moderator, dan
notulis.
5. Presenting yaitu salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain
mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan, atau
memberi tanggapan.
6. Evaluating yakni setiapa siswa melakukan koreksi terhadap laporan masingmasing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil
belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang dikembangkan adalah arahan guru yang minim,
demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi
masalah,

interaksi

dilandasi

oleh

kesepakatan.

Prinsip

reaksi

yang

dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber


kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan
masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait
dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa
hakikat dan fokus masalah.25
C. Keefektifisan metode Group Investigaion
24Budi Septiawan, Meini Sondang S, Journal PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN STRATEGI BELAJAR
STRATEGI ORGANISASI PADA STANDAR KOMPETENSI MEMPERBAIKI RADIO
PENERIMA DI SMK NEGERI 2 SURABAYA, (Surabaya: UNS, 2012), hal. 287.

Metode ini adalah suatu bentuk pembelajaran kooperatif


yang

berasal

dari

jamannya

John

Dewey,tetapi

telah

diperbaharui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir ini oleh


Sholomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarolam. Bahkan dari
penelitian yang dilakukan oleh Shlomo Sharan dan Hana
Shachar dalam Hopkins (2000), diperoleh kesimpulan bahwa
metode group investigationmenghasilkan rata-rata prestasi
belajar siswa yang jauh lebih tinggi daripada pembelajaran
konvensional.
Hal ini dikarenakan dalam investigasi, siswa dituntut
untuk

lebih

aktif

dalam

mengembangkan

sikap

dan

pengetahuannya sesuai dengan kemampuan masing-masing


sehingga mereka mendapat pengertian yang lebih bermakna
tentang penggunaannya di berbagai bidang. Menurut Tsoi, et all
(2004), metode groupinvestigation akan lebih efektif jika guru
memahami komponen penting dalam pembelajaran kooperatif.
Di samping itu, guru juga perlu menilai kemampuan siswa
untuk merencanakan pembelajaran, memilih topik yang sesuai
untuk

group

investigation,

berpikir

berdasarkan

pertanyaanpertanyaan yang muncul dari permasalahan, dan


menggunakan berbagai sumber untuk bahan pembelajaran.
proses pembelajaran dengan metode groupinvestigation dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. siswa dikelompokkan secara heterogen dengan 4-6 siswa tiap kelompok;
b. guru memberikan permasalahan yang akan diselidiki oleh siswa;
c. tiap kelompok membagi tugas atau sub topik agar tiap anggota
kelompokdapat berpartisipasi aktif;
d. siswa melakukan investigasi secara individual;
25Dr. H. Hamruni, M.Si, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif
Menyenangkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009, F
Hlm: 225.

e. tiap kelompok mendiskusikan hasil investigasi dari tiap individu


untukmembuat kesimpulan akhir;
f. salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya;
g. guru memberikan latihan pada siswa untuk dikerjakan secara individual.26
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation
Kelebihan Pembelajaran GI
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran
GI, yaitu sebagai berikut:
a. Secara Pribadi
1. dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
2. memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
3. rasa percaya diri dapat lebih meningkat
4. dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
b. Secara Sosial / Kelompok
1. meningkatkan belajar bekerja sama
2. belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
3. belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
4. belajar menghargai pendapat orang lain
5. meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
Kekurangan model belajar GI
a. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b. Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, meodel
pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut
siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
d. Diskusi
kelompok
biasanya
berjalan
kurang
efektif
Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, jelas
bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif
dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu
persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan
demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan

26Andhika

Ayu Wulandari, Tesis efektifitas penggunaan metode group


investigation dan brainstorming terhadap prestasi belajar matematikasiswa kelas v
sekolah dasar negeri se-kecamatan laweyan pada pokok bahasan sifat-sifat bangun
datar ditinjau dari aktivitas belajar siswa. (Surakarta; Universitas Sebelas maret,
2010), hal. 12-13

pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan


tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama (Setiawan, 2006:9).
Hal ini sesuai dengan pendapat Pieget (Sagala, 2007:24) bahwa dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak terjadi proses asimilasi
dan akomodasi. Proses asimilasi merupakan penyesuaian atau mencocokan
informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui. Sedangkan proses
akomodasi adalah anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah
apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat
disesuaikan dengan lebih baik. Sementara itu menurut Suherman (2003:36)
bahwa proses asimilasi dan akomodasi merupakan perkembangan skemata.
Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran
anak.
Kemudian jika dilihat dari fase-fse pembelajaran GI, terlihat adanya
proses interaksi antara siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara berkelompok dalam menyelidiki,
menemukan, dan memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan
kompetensi penalaran siswa dapat lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pieget (Sagala, 2007:190) bahwa pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat
dihindari untuk perkembangan penalaran. walaupun penalaran tidak dapat
diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat distimulasi oleh
konfrontasi kritis, khususnya dengan teman-teman setingkat. Oleh karena itu
diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran GI ini, kompetensi
penalaran siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran secara ekspositori.27

DAFTAR PUSTAKA
Hamruni.Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan.
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga. 2009.

Septiawan, Budi. S, Sondang, Meini. 2012. Journal pengembangan


perangkat pembelajaran metode group investigation dengan
27 https://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-gamestournaments-tgt/diunduhtanggal-23-04-2016,pukul-19.00.

strategi belajar strategi organisasi pada standar kompetensi


memperbaiki radio penerima di smk negeri 2 surabaya.
Surabaya: Uiversitas Negri Surabaya.
Slavin. 2008. Cooperative Learning Theory Research and Practice.
Terjemahan Nurulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Dua.
Suratno, dkk.

2012. Tesis penerapan PAIKEM melakui GI (Group

Investigation) dalam meningkatkan karakter dan hasil belajar


Biologi.
Wulandari, Andhika, Ayu. 2010. Tesis efektifitas penggunaan metode
group investigation dan brainstorming terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas v sekolah dasar negeri se-kecamatan
laweyan pada pokok bahasan sifat-sifatbangun datar ditinjau
dari aktivitas belajar siswa. Surakarta; Universitas Sebelas
maret.
http//:Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013, diakses
Ahad, 24-04-2016 pukul 13.05
https://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teamsgames-tournaments-tgt/diunduhtanggal-23-04-2016,pukul19.00.
Nama Kelompok:
Mahtumatun Suhfah
Nimatus Shoimah
Rifqi syarifudin
Maratus Syarifah

(1403096087)
(1403096089)
(1403096098)
(1503096120)

10. MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN JURISPRUDENSIAL

A. Model Penelitian Jurisprudensial


Model Jurisprudensial dipelopori oleh Donal Oliver dan James P.
Shaverr dari Harvard, yang disadari pada pemahaman bahwa setiap orang
berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain dengan nilai sosial saling
berhadapan. Model penelitian Jurisprudensial termasuk pada pembelajaran
inovatif. Karena pembelajaran dengan menggunakan model ini berhubungan
dengan sosial. Model ini menuntut berhubungan dengan sosial. Model ini
menuntut guru agar kreatif dan inovatif terhadap isu yang berkembang dalam
masyarakat dan mengaitkannya keadalam proses belajar. Dan bagi siswa, siswa
dituntut untuk aktif, berani berdialog, berpendapat, bersikap menganalisis,
berargumentasi, dan menghargai perbedaan pendapat.
Pendidikan harus mampu menghasilkan individu yang mampu
menghasilkan individu yang mampu mengatasi konflik perbedaan dalam
berbagai hal. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar berfikir
sistematis tentang isu-isu sosial membantu siswa berpartisipasi dalam
mendefinisikan ulang nilai-nilai sosial tersebut sehingga siswa berpartisipasi
dalam mendefinisikan ulang nilai-nilai sosial terkait dengan argumentasi yang
relevan dan valid. Siswa juga dituntut bisa menerima atau menghargai sikap
orang lain yang mungkin berbeda dan bertentangan dengan sikapnya.28
B. Tahap dalam model penelitian Jurisprudensial
Model Jurisprudensial memiliki enam tahap dalam pembelajaran, yaitu:
1. Pengenalan terhadap kasus:
a. Guru memperkenalkan kasus kepada siswa atau isu terbaru dengan
bercerita memutar film atau mengembangkan kejadian hangat yang
terjadi dalam masyarakat.
b. Guru mengkaji ulang data yang menggambarkan kasus.
2. Mengidentifikasi kasus siswa memsistensis fakta kedalam isu yang dihadapi
mengaitkan dengan isu umum dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat.
3. Menetapkan posisi siswa diminta untuk mengambil posisi mengenal isu
tersebut dan menyatakan sikap menerima atau menolak.
28 Joyce dan Weil, Models Of Teaching, (New Jersey: Practice-hal.inc, 1972),
hlm. 72-73.

4. Mengekplorasi contoh dan argumentasi terhadap sikap siswa diminta lebih


dalam sikapnya dengan memberikan argumentasi logis dan rasional. Guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan

kontrontatif kepada sikapnya. Siswa

diuji konsisten sikapnya dengan mempertahankan sikap argumentasi.


5. Menguji posisi. Jika argument kuat, logis dan rasional maka siswa akan
mempertahankan sikapnya (konsisten) dan posisi siswa dapat berubah
(inkonsisiten) jika argument tidak kuat.
6. Menguji asumsi. Guru mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan
untuk mendukung sikap relevan atau valid.29
C. Prinsip-prinsip Model Jurisprudensial
Prinsip-prinsip Model Jurisprudensial adalah sebagai berikut:
1. Mengabstraksikan nilai-nilai umum dari situasi-situasi nyata. Jadi pebelajar
mencoba melihat dan meletakkan masalah/situasi-situasi konkrit kedalam
kerangka etik yang berlaku umum.
2. Penggunaan konsep-konsep nilai umum. Ini berarti pebelajar melihat
kemungkinan dari konsep nilai yang dapat dipergunakan.
3. Identifikasi pertentangan/perbedaan antara nilai. Dengan

kata

lain

menentukan lebih dari satu nilai yang dapat diabstraksi pada suatu situasi.
4. Identifikasi kelompok nilai dari situasi-situasi yang bertentangan. Dalam hal
ini pebelajar belajar mengidentifikasikan masalah-masalah nyata daripada
melihat persamaan dan perbedaannya, serta mengembangkan kosep daripada
situasi yang kontro-versial.
5. Mengembangkan analogi bagi masalah-masalah. Dalam hal ini pebelajar
melihat konsistensi dan ketidak konsistensiannya. Misalnya bila kita
mengidentifikasi 5 (lima) situasi yang berkaitan dengan nilai yang sama,
maka kita akan menentukan posisi kita atas nilai yang konsisten dengan
membuat analogi-analogi dan membandingkannya dengan nilai tiap situasi
itu.
6. Melangkah kepada posisi umum yang qualified. Dalam hal ini pebelajar
akan mengambil keputusan atas dua nilai yang bertentangan. Keputusan
tersebut menuju kepada hal yang dapat diterima secara umum dalam
masyarakat.
29 Joyce dan Weil, Models Of Teaching, (New Jersey: Practice-hal.inc, 1972),
hlm. 74.

7. Menguji keputusan-keputusan nilai yang telah diambil. Dalam hal ini


pebelajar menguji sejauh mana efektifnya asumsi-asumsi atau keputusan
yang telah diambil itu.
8. Menguji relevansinya keputusan itu untuk situasi khusus. Di sini pebelajar
menguji untuk situasi sosial mana saja keputusan nilai yang telah diambil
dapat berlaku.30
Sistem pendukung dalam model Jurisprudensial diperlukan dua jenis.
Pertama, guru meminta siswa mengidentifikasi informasi yang difokuskan pada
situasi masalah. Kedua, guru mengkondisikan siswa belajar nilai dan memiliki
identifikasi etika dan posisi hukum yang dapat dibawa untuk mendukung dalam
diskusi. Untuk mengubah model pembelajaran dari ceramah yang tidak
menuntut keaktifan siswa ke model Jurisprudensial yang menunutut siswa untuk
aktif. Model ini akan menyulitkan guru pada awalnya kerena tidak biasa dalam
menyusun persiapan dan tindakan di kelas. Siswa juga sulit mengutarakan
pendapat pada awalnya dan akan menjadi kebiasaan berpendapat jika diterapkan
setiap kali isu hangat di dalam proses belajar.31
D. Kelemahan dan Kelebihan Model Jurisprudensial
Kelebihan model Jurisprudensial:
1. Memotivasi siswa untuk aktif menganalisis sebuah kasus sehingga tidak
mudah menentukan sikap dan menyimpulkan tanpa dasar.
2. Memotivasi siswa untuk berdebat secara aktif dan memberikan argument
logis dan rasional.
3. Mengembangkan keterbukaan dan menghargai perbedaan pendapat.
4. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
5. Banyak isu sosial dalam masyarakat sehingga model ini mudah diterapkan.
Kelemahan model Jurisprudensial:
1. Membutuhkan implementasi yang cukup lama karena perubahan metode
pembelajaran sebelumnya yang tidak menuntut keaktifan siswa.

30 Soekamto, Winataputra, Teori Belajar dan Model Pembelajaran, (Jakarta:


Universitas Terbuka, 1996), hlm. 112-113.
31 Winataputra, Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Dirjen DIKT, 2001), hlm. 56.

2. Sulit untuk mengarahkan argumentasi siswa pada awalnya karena tidak


semua siswa mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadi debat kusir.32
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Model Jurisprudensial
Sekolah :
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Materi Pokok
waktu

..................................
: Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
: IV/1
: Rangka dan Panca Indera Manusia
: 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi
:
1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia
dengan fungsinya, serta pemeliharaannya
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh
C. Tujuan Pembelajaran** :
o Siswa dapat Menjelaskan rangka manusia dan fungsinya.
o Siswa dapat Menjelaskan cara pemeliharaan rangka manusia
o Siswa dapat Mencari informasi tentang penyakit dan kelainan
yang umumnya terjadi pada rangka

Karakter siswa yang


diharapkan : Disiplin (
Discipline ), Rasa hormat dan
perhatian ( respect ), Tekun (
diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ) Dan Ketelitian (
carefulness)

D. Metode
Ceramah, Praktek, Tanya Jawab dan Diskusi
E. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
32 Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 90.

1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
Mengulang
materi
pertemuan
sebelumnya,
dan
membacakan indikator
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mendeskripsikan penyakit yang menyerang tulang
Mengetahui bersikap tubuh yang benar.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan kegiatan
Memberi beberapa masalah gangguan pada tulang
belakang seperti:
- Lordosis
- Kifosis
- Skoliosis
Mengetahui cara menjaga kesehatan tulang yaitu
dengan memakan makanan yang mengandung
viitamin D, kalsium dan fosfor serta berolah raga
secara teratur.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Memberikan kesempatan kepada satu orang siswa
secara bergilir untuk mengungkapkan kembali
tentang memelihara kesehatan rangka.
5. Pekerjaan Rumah
Membuat daftar makanan
vitamin D, kalsium dan fosfor

F. Penilaian:
Indikator
Pencapaian
Kompetensi

Teknik
Penilaian

yang

Bentuk
Instrume
n

(5 menit)

(50
menit)

(5 menit)

mengandung

Instrumen/ Soal

o Menjelaskan cara
pemeliharaan
rangka manusia
o Mencari informasi
tentang penyakit
dan kelainan yang
umumnya terjadi
pada rangka

Tugas
Individu
dan
Kelompok

Laporan
dan
Unjuk
kerja

o Jelaskanlah cara
pemeliharaan rangka
manusia
o Carikan informasi
tentang penyakit dan
kelainan yang
umumnya terjadi pada
rangka

FORMAT KRITERIA PENILAIAN


PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No.
Aspek
Kriteria
1.
Konsep
* semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah

PERFORMANSI
No.
Aspek
1.
Pengetahuan

2.

Kriteria
* Pengetahuan
* kadang-kadang
Pengetahuan
* tidak Pengetahuan

Skor
4
2
1

Praktek

4
2
1

* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
3.

Sikap

4
2
1

* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap

N
o
1.

Skor
4
3
2
1

LEMBAR PENILAIAN
Nama Siswa

Performan
Pengetahu Prakt
an
ek

Sika
p

Produ
k

Jumla
h
Skor

Nil
ai

2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM
maka diadakan Remedial.
Daftar pustaka
Joyce dan Weil. 1972. Models Of Teaching. New Jersey: Practice-hal.inc
Soekamto, Winataputra. 1996. Teori Belajar dan Model Pembelajaran.
Jakarta: Universitas
Terbuka
Uno. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Dirjen DIKT

Nama Kelompok :
Ahmad Nur Hasan

(1403096080)

Alan khoirul mufti (1403096096)


Umi farikhah

(1403096103)

Laili syafaati

(1403096110)

Yuli Astutik

(1503096083)

11. MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN SOSIAL


A. Pengertian Penelitian Sosial
Pengertian Penelitian Sosial menurut beberapa ahli sosiologi :
a. Soerjono Soekanto
Penelitian merupakan proses pengungkapan kebenaran
yang didasarkan pada penggunaan konsep-konsep dasar yang
di kenal dalam sebuah ilmu.
b. Marzuki
Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan,
mencari dan menganalisis fakta-fakta suatu masalah.
c. Supranto
Penelitian dari suatu bidang ilmu pengetahuan adalah
kegiatan yang di jalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau
prinsif-prinsif dengan sabar, hati-hati dan sistematis.
Penelitian sosial adalah suatu metode analisis situasi
yang merumuskan berbagai masalah sosial dengan maksud
untuk menemukan aspek yang baru, memahami sebab dan
interrelasinya,

mengoreksi,

mengadakan

vertifikasi,

dan

memperluas pengetahuan.
Penelitian

sosial

juga

dapat

digunakan

sebagai

penyelidikan-penyelidikan yang dirancang untuk menambah


ilmu pengetahuan sosial, gejala sosial, atau praktik-praktik
sosial. Istilah sosial ini menunujuk pada hubungan-hubungan
antara, dan di antara, orang-orang, kelompok-kelompok seperti
keluarga,

institusi

(sekolah,

komunitas,

organisasi,

dan

sebagainya), dan lingkungan yang lebih besar.


Metode penelitian sosial juga dapat diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan

sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,


memecahkan dan mengantisipasi dalam bidang sosial.
B. Karakteristik Model Pembelajaran Penelitian Sosial
Menurut Paul Leedy dalam bukunya Practical Research, ada 8
karakteristik Penelitian Sosial :
1. Penelitian sosial berasal dari satu pertanyaan atau masalah ,
dengan menanyakan pertanyaan kita sedang berupaya untuk
stimulasi dimulainya proses penelitian. Sumber pertanyaan
dapat berasal dari lingkungan sekitar kita.
2. Penelitian Sosial membutuhkan tujuan yang jelas. Pernyataan
tujuan ini menjawab pertanyaan : Masalah apa yang akan
diselesaikan/dipecahkan?

tujuan

adalah

pernyataan

permasalahan yang akan dipecahkan dalam Penelitian Sosial.


3. Penelitian sosial membutuhkan rencana spesifik untuk
melakukan

penelitian

rencana

kegiatan

disusun.

Selain

menetapkan tujuan dari penelitian soaial, kita juga harus


menetapkan

bagaimana

cara

mencapai

tujuan

tersebut.

Beberapa hal yang perlu diputuskan misalnya : dimana


mendapatkan data? Bagaimana mengumpulkan data tersebut?
Apakah data yang ada berelasi dengan permasalahan yang
ditetapkan dalam penelitian sosial.
4. Penelitian Sosial biasanya membagi masalah prinsip menjadi
beberapa

submasalah:

untuk

mempermudah

menjawab

permasalahan, biasanya masalah yang prinsip dibagi menjadi


beberapa submasalah.
5. Penelitian sosial dilakukan berdasarkan masalah.
Pertanyaan atau hipotesis penelitian

Sosial

yang

spesifik.Hipotesis adalah asumsi atau dugaan yang logis yang


memberikan

jawaban

tentang permasalahan Penelitian


penyelidikan

sementara
Sosial

awal.Hipotesis mengarahkan

berdasarkan
kita

ke

sumber-

sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan

dan menjawab permasalahan Penelitian Sosial yang sudah


ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari satu.Hipotesis mempunyai
kemungkinan didukung atau tidak didukung oleh data.
6. Penelitian Sosial mengakui asumsi-asumi.
Dalam Penelitian Sosial, asumsi merupakan hal penting
untuk ditetapkan. Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan
sehingga jangkauan Penelitian Sosial jelas batasnya.Asumsi
juga bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan
Penelitian Sosial.
7. Penelitian Sosial membutuhkan data dan intepretasi data untuk
menyelesaikan masalah yang mendasari adanya Penelitian
Sosial.
Pentingnya data bergantung pada bagaimana peneliti memberi
arti dan menarik inti sari dari data-data yang tersedia.Di dalam
Penelitian

Sosial

data

yang

tidak

diinterpretasikan/diterjemahkan tidak berarti apapun.


8. Penelitian Sosial bersifat siklus.
Siklus Penelitian Sosial :
Untuk memulai suatu penelitian, permasalahan yang akan
dipecahkan perlu ditemukan lebih dahulu. Beberapa hal yang
membantu penemuan tersebut adalah membaca artikel jurnaljurnal ilmiah pada bidang yang diminati.Dengan membaca
beberapa

artikel jurnal

yang

memuat permasalahan

dan

pemecahannya diharapkan ada stimulasi dari pembacaan


tersebut untuk menimbulkan ide-ide lain yang layak untuk
diteliti.33
C. Tujuan model Pembelajaran Penelitian Sosial
1. Untuk menemukan hal baru dalam memecahkan masalah sosial
(Ekploratif).
33 http

Definisi eksplorasi sendiri adalah penjelajahan lapangan


dengan

tujuan

memperoleh

pengetahuan

lebih

banyak,

terutama sumber-sumber alam yang ada di tempat itu. Proses


eksplorasi ini kemudian akan menghasilkan penemuan baru.
Penemuan-penemuan baru dibedakan dalam dua pengertian,
yaitu: discovery dan invention. Discovery yaitu penemuan
kebudayaan baik berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan
oleh seorang individu ataupun serangkaian ciptaan beberapa
individu.Selanjutnya invention yaitu discovery yang sudah
mendapatkan pengakuan oleh masyarakat dan dapat diterima
serta

diterapkan

dalam

kehidupan.

Berdasarkan

uraian

tersebut, maka tujuan penelitian sosial dilihat dari temuan hasil


eksplorasi dapat dibagi dua, yaitu: penelitian sosial dengan
tujuan discovery dan penelitian sosial dengan tujuan invention.
Jadi eksplorasi hanya sebatas jandela masuk dalam
mewujudkan tujuan penelitian sosial, eksplorasi bukanlah suatu
tujuan, tetapi proses.
2. Untuk verifikasi atau pemeriksaan tentang kebenaran suatu
penyelesaian masalah sosial.
Definisi verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran
laporan.Verivikasi dalam penelitian sosial adalah suatu tujuan
penelitian sosial yang hendak dicapai untuk menguji kebenaran
atau menguji hasil penelitian yang pernah dilakukan karena
adanya data-data yang diragukan kebenarannya.
3. Untuk mengembangkan ilmu sosial dalam fungsinya sebagai
alat

untuk

menyelesaikan

masalah-masalah

sosial

(devolepment).
Tujuan

penelitian

sosial

untuk

devolepment

adalah

penelitian sosial tersebut dilakukan untuk mengembangkan,


memperluas, dan menggali lebih dalam suatu ilmu sosial atau
masalah sosial guna dipecahkan agar tercipta ilmu sosial dan
masyarakat yang diinginkan.

D. Metode Penelitian Sosial yang baik


1. Masalah dan tujuan penelitian harus dirumuskan dngan baik.
Rumusan masalah dan tujuan yang tidak tepat, akan
mengacaukan penelitian yang akan dilakukan. disamping
akan mempersulit aktifitas penelitian tersebut.
2. Prosedur penelitian di jabarkan dengan rinci. Ini untuk
mempermudah aktivitas peneliti serta untuk menghindari hal
hal yang tidak diperlukan dalam proses penelitian.
3. Analisis data harus tepat. Pekerjaan analisa data yaitu
mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode,
dan mengkatagorisasikannya.
4. Kesimpulan didukung oleh data. Yaitu kesimpulan tidak boleh
berdasarkan dugaan asumsi dan kira kira.
5. Hasil penelitian harus dapat dipercaya. Keterpercayaan
dapat dilihat dari analisa data serta kerelevanan kesimpulan
terdapat data.
6. Penelitian harus membuat laporan lengkap. Tanpa membuat
laporan,

kegiatan

penelitian

tidak

dapat

memberikan

sumbangsih terhadap keilmuan dan manusia.Dari laporan


itulah orang lain dapat mengambil manfaat dan menerapkan
dalam kehidupan.
E. Tahap-tahap model pembelajaran Penelitian Sosial
a. Orientasi sebagai langkah untuk membuat siswa menjadi
peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah
yang akan menjadi pusat penelitian.
b. Perumusan hipotesis yang akan

digunakan

sebagai

pembimbing atau pedoman dalam melakukan penelitian.


c. Penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada dalam
hipotesis.
d. Eksplorasi dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka
validasi dan pengujian konsistensi internal sebagai dasar
proses pengujian.
e. Pembuktian dengan

cara

mengumpulkan

bersangkutpaut dengan esensi hipotesis.

data

yang

f. Merumuskan generalisasi berupa pernyataan yang memiliki


tingkat abstraksi yang luas yang mengaitkan beberapa
konsep yang erat kaitannya dengan hipotesis.
F. Fungsi/manfaat Model Pembelajaran Penelitian Sosial
Fungsi

adalah

kegunaan

suatu

hal.Fungsi

penelitian

adalah kegunaanpenelitian sosial.Berguna untuk siapa? Fungsi


penelitian sosial sedikitnyamemiliki kegunaan dalam tiga hal,
yaitu: kegunaan untuk pengembangan ilmusosial itu sendiri,
kegunaan

bagi

masyarakat

(sasaran

penelitian),

dan

kegunaanuntuk peneliti sendiri.


1. Ilmu sosial
Kegunaan untuk pengembangan ilmu sosial yaitu
penelitian

ituberguna

untuk

mengembangkan

dan

mensahihkan ilmu sosial. Jika macam-macam ilmu sosial


meliputi sosiologi,

antropologi,

ekonomi,

geografi,

sejarah,dan hukum, maka penelitian itu berguna untuk


mengembangkan

dan

mensahihkan

ilmu

sosiologi,

antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, dan hukum.


2. Masyarakat.
Maksud kegunaan penelitian sosial bagi masyarakat
(sasaranpenelitian) adalah hasil penelitian itu berguna untuk
menjawab

masalah-masalah

sosial

yang

dihadapi

oleh

masyarakat yang diteliti. Jika penelitian itumeneliti tentang


masalah kemiskinan, maka fungsi penelitian itu adalah
untuk menjawab

bagaimana

cara

dan

strategi

agar

masyarakat itu sejahtera.


3. Peneliti
Peneliti adalah orang yang melakukan penelitian.
Apakah seorangpeneliti mendapatkan kegunaan dari proses
penelitian? Jawabnya, ya. Denganproses penelitian, seorang
peneliti semakin bertambah wawasan danpengetahuannya
tentang

masalah

yang

diteliti dan

ilmu

yang

dimiliki. Seorangpeneliti kemiskinan, pasti akan memahami


persoalan mengapa dan bagaimana terjadi kemiskinan.
Tentu peneliti ini dikemudian hari akan menjadi seorangahli
(teoritis) dalam mengentaskan kemiskinan. Banyak juga
seorang

penelitiyang

mendapatkan

materi

(harta)

dari

penelitian.
Definisi manfaat adalah guna atau untung.Kebalikan dari
manfaat adalahmudarat atau rugi. Jadi manfaat penelitian sosial
sama

halnya

dengan

fungsipenelitian

sosial.

Lantas

apa

mudarat dari penelitian sosial? Mudarat dari penelitian social


adalah :
a. jika penelitian sosial itu akan menghancurkan ilmu sosial itu
sendiri.
b. jika penelitian sosial itu akan menyengsarakan masyarakat
sasaran, dan
c. jika penelitian sosial itu akan mengancam eksistensi peneliti
itu sendiri.34
Nama Kelompok:
Lina Sri Hastuti

(1403096084)

Widyawati

(1403096100)

Ulfatun Khasanah

(1403096111)

Nur Purwaning Mawalinda

(1503096102)

34Winataputra, udin S.,2001. Model-model pembelajaran inovatif. Jakarta. PAU-PAII

Anda mungkin juga menyukai