Anda di halaman 1dari 8

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran)

Disusun oleh:
Bangun Ambar Ekowati (NIM 1006572)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI


AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

A. Defenisi Model Pembelajaran Teknik Jigsaw


Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir
dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka-teki
yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan
sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (1993: 73), bahwa
pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model
pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran
ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai
dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya
mampu mengkondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan
dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta
kreativitas sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses
pemebelajaran.
Dalam model pemebelajaran kooperatif ini guru berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubungan ke arah pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan
penegtahuan pada siswa, tetapi harus juga membangun dalam pikirannya. Siswa
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam
menerapkan ide-ide meraka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

B. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Menurut Rusman (2008 : 205) pembelajaran model jigsaw ini dikenal
juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan
pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap
kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas
permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu dibawa
kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa.
2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub
bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusiksn sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam
kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang
subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
seksama
6. Tiap tem ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai
berikut:

Gambar. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Keterangan:
1. Bahan Ajar
Guru memilih satu bab dalam buku ajar kemudian membagi bab tersebut
menjadi bagian-bagian sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Jadi,
apabila jumlah anggota kelompok 4 orang siswa maka bab tersebut dibagi
menjadi 4 bagian. Setiap anggota kelompok ditugasi untuk membaca dan
mempelajari bagiannya pada bab tersebut. Pada tahap selanjutnya masing-
masing anggota kelompok bertemu dengan ahli-ahli dari kelompok lain
dalam kelas.
2. Diskusi Kelompok Ahli
Kelompok ahli harus melakukan pertemuan sekitar satu kali pertemuan
untuk mendiskusikan topik yang ditugaskan. Setiap anggota kelompok ahli
harus menerima satu lembar kerja “ahli”. Lembar kerja ahli harus
membuat pertanyaan-pertanyaan dan kegiatan (jika ada) utnuk
mengarahkan diskusi kelompok. Guru mendorong para siswa
menggunakan cara belajar yang bervariasi. Tujuan kelompok ini adalah
mempelajari subbab tersebut kepada kelompok kecil masing-masing.
3. Pelaporan dan Pengetesan
Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok kecil
masing-masing. Masing-masing anggota kelompok kecil mengajarkan
topik masing-masing ke anggota lainnya dalam kelompok. Guru
mendorong para siswa untuk menggunakan metode mengajar yang
bervariasi. Guru mendorong anggota kelompok mengajukan pertanyaan ke
penyaji dan mendiskusikan lembar kerja kelompok kecil.
Setelah diskusi kelompok kecil guru menyelenggarakan tes yang
mencakup materi satu bab penuh dalam waktu yang tidak lebih dari 15
menit. Seringlah menggunakan kuis-kuis dan jangan menggunakan skor
tim, skor kemajuan, atau lembar berita. Cukup berikan nilai individual
kepada siswa. (Slavin, 2008: 246).
4. Penghargaan
Tahap ini merupakan tahap yang mampu mendorong para siswa untuk
lebih kompak. Pada tahap ini rata-rata peningkatan kelompok dilaporkan.
Guru dapat menggunakan kata-kata khusus untuk memberikan kinerja
kelompok semacam Bintang Sains, Kelompok Einstein, atau sebutan
lainnya. Penghargaan kerja masing-masing kelompok dapat disajikan pada
papan pengumuman yang dilaporkan peringkat masing-masing kelompok
dalam kelas. Kinerja individu yang luar biasa juga dilaporkan. Kepekaan
guru sangat diperlukan disini. Penting untuk dipahami bahwa menghargai
siswa secara akademik dari kelompok berkemampuan rendah merupakan
bagian integral keefektifan pembelajaran Jigsaw. Ellizabeth Cohen telah
menemukan bahwa penting untuk menyadari akan para siswa yang diduga
memiliki kompetensi yang konsisten rendah. Ketika siswa semacam ini
meununjukkan kinerja baik, segera beri dia penghargaan khusus yang
bersifat terbuka untuk kompetisi ini.
Dampak dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:

Gambar. Dampak Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Kelompok Asal

Kelomok Ahli
Gambar. Illustrasi kelompok Jigsaw
Keterangan:
Dalam Jigwas ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari
materi tertentu. Kemudian siswa-siswa perwakilan dari kelompoknya masing-
masing bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi
yang sama. Selanjtunya materi tersebut didiskusikan, mempelajari serta
memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat
memahami dan menguasai materi tersebut. Para anggota dari kelompok asala yang
berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kempok ahli untuk berdiskusi
dan membahas metari yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok
serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok
asal dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka
dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran,
siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigwas
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:
a. Mengembangkan hubungan antar pribadi positif siswa yang dimiliki
kemampuan belajar berbeda
b. Menerapkan bimbingan sesama teman
c. Rasa menghargai yang lebih tinggi
d. Memperbaiki kehadiran dan keaktifan siswa
e. Penerima terhadap perbedaan individu
f. Sikap apatis berkurang
g. Pamahaman materi lebih mendalam
h. Meningkatkan motivasi belajar
2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:
a. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet.
b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,
misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama terelebih bila ada penataan
ruang yang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu
merubah possi yang dapat juga menimbulkan gaduh.

Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. [Online]. Tersedia:
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0251_060231_chapter2.pdf [6
Juni 2012]
Fadhly. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw. [Online]. Tersedia:
http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/modeljigsaw.pdf [18 Mei 2012]

Anda mungkin juga menyukai