Anda di halaman 1dari 18

- Kelompok 3 -

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Nama Anggota :
Mei Shinta Priscilia 213010206007
Berta Dwi Rumekty 213020206027
Yulia 213020206039
Margaretha Mayeli.M.C 213020206057
Elisa Elisabet 213030206063
Materi Pembahasan

01 Sejarah
Model 02 Model
Pembelajaran 03 Ciri-Ciri
Model
Pembelajara Jigsaw Pembelajaran
n Jigsaw Jigsaw

04 Langkah-
langkah Model 05 Kelebihan dan
Kelemahan 06 Implementasi
Model
Pembelajaran Model Pembelajaran
Jigsaw Pembelajaran Kooperatif Tife
Jigsaw Jigsaw dalam
Pembelajaran
Matematika
1. Sejarah Model Pembelajaran
Jigsaw
Jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang
pertama kali diterapkan oleh Elliiot Aronson tahun 1971 dan
dipublikasikan tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas
jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetensi
pembelajaran dan masalah ras yang terdapat disebuah kelas yang
berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk mengalami
masalah rasis yang sangat parah, dan itupun memunculkan
intervensi dari sekolah-sekolah untuk menghilangkan masalah
tersebut.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan
oleh Slavin dan temen-teman di Universitas John Hopkins (Arends,
2001). Pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajaran
lainnya menciptakan jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya di
dalam kelas. Dan usaha keras ini berhasil dengan sukses. Pembelajaran
yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan
mulai bekerjasama.
2. Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran jigasaw adalah pembelajaran dimana


siswa belajar dalam kelompok dan bertanggung jawab atas
penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Model pembelajaran jigsaw merupakan tipe model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kapada kelompok yang lain (Arends, 1997).
Model pembelajaran Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus
bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan (Lie,A. 1994).
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa
yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
belakang yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
3. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Jigsaw
Adapun ciri-ciri pada model pembelajaran jigsaw yaitu:

1. Setiap anggota tim terdiri dari 4-6 orang yang disebut kelompok asal.
2. Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli.
3. Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai
keahliannya.
4. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi.
4. Langkah-langkah Model
Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan topik. Guru menuliskan topik tersebut di papan tulis dan


menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai
topik tersebut.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kelompok ini dinamakan
kelompok asal.
3. Ketika peserta didik telah berkumpul pada kelompok asal, guru bisa
menginstruksikan ketua kelompok untuk membagi tugas anggotanya
sesuai dengan subtopik yang telah ditentukan.
4. Selanjutnya masing-masing anggota pada kelompok asal memisahkan
diri dan berkumpul dengan anggota kelompok asal yang lain yang
memiliki subtopik ygsama (kelompok ahli).
5. Pada kelompok ahli setiap anggota kelompok akan turut
sertamendiskusikan 1 subtopik yang sama.
6. Pada tahap ini guru dapat berkeliling ke masing-masing kelompok ahli
untuk memantau jalannya diskusi.
7. Ketika diskusi pada kelompok ahli telah selesai, setiap anggota
kelompok ahli kembali ke kelompok asal.
8. Ketika semua anggota kelompok asal telah kembali maka
masing-masing anggota ahli bergiliran menyampaikan ilmu
yang didapat saat diskusi pada kelompok ahli.
9. Pada tahap selanjutnya, guru bisa menginstruksikan kelompok
asal untuk merangkum hasil diskusi dan menuliskannya pada
kertas.
10. Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh kelas,
masing-masing anggota kelompok asal akan bergiliran mempresentasikan
di depan kelas mengenai hasil rangkuman dari keseluruhan subtopik yg
telah mereka diskusikan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan
memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.
5. Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Jigsaw
• Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu :


1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar.
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial.
4. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan
6. Siswa lebih menguasai materi
7. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok
8. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
• Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa kekurangan yaitu:


1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan
sulit dalam menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan.
4. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai
antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
5. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa
berkonsentrasi.
6. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal
jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas
dan pasif dalam diskusi.
7. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit
dijalankan
8. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik.
6. Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran
Matematika
1. Siswa membentuk kelompok jigsaw pada pembelajaran matematika sekolah
II.

2. Setiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi/sub materi matematika


sekolah II tentang SPLDV dengan empat sub materi seperti metode
substitusi, metode eliminasi, metode gabungan, dan metode grafik.
3. Sebelum masuk ke dalam kelompok ahli, guru menyajikan materi secara
klasikal. Setiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi/subbab yang
ditugaskan dari materi SPLDV.
4. Dari kelompok yang berbeda, yang telah mempelajari bagian
materi/sub materi bagian metode substitusi yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub materi mereka.
5. Setelah diskusi sebagai kelompok ahli, tiap anggota kembali ke dalam
kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka
tentang sub materi sistem persamaan linear dua variabel yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap kelompok diberikan LKPD untuk didiskusikan dalam kelompok
asal dan dipresentasikan di dalam kelas.
THA N KS !

Anda mungkin juga menyukai