Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI BELAJAR PERILAKU

MENGETAHUI
Dr. Dra. Demitra, M. Pd
NIP.19770505 200812 2 001

DISUSUN OLEH
RISSENI DEWI PUTRI
NIM. 213020206051
TEREZIA MARLOVI
NIM. 213020206021
SINTA KRISTI
NIM. 213020206015

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


2021/2022
DAFTAR ISI

A. Pengertian Teori Belajar Perilaku....................................................................................................4


1. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov, Classical Conditioning..........................................................4
a. Classical Conditioning.................................................................................................................4
a. Biografi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).................................................................................5
b. Eksperimen-Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov...........................................................................5
c. Hukum-Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Paplov.....................................................6
d. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Paplov..........................................................9
e. Aplikasi Teori Belajar Classical Conditioning Paplov dalam Pendidikan dan Pengajaran.............9
2. Teori Behavioristik.............................................................................................................................11
a. Teori Thorndike, aliran koneksionisme (connectionism)...........................................................12
b. John B. Watson..........................................................................................................................12
c. Burrhus Frederic Skinner...........................................................................................................12

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidik, agar mampu
melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan
bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa belajar. Teori
Belajar merupakan suatu pemikiran ideal untuk menerangkan apa, bagaimana, dan mengapa
belajar. Teori Belajar dikembangkan dari kenyataan bahwa manusia secara alami memiliki
kemampuan dan kemauan untuk belajar yang luar biasa. Manusia telah mengembangkan
peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai wujud dan penes belajar.Teori belajar
diperlukan untuk berbagai keperluan.

2. Tujuan
Untuk mengetahui Teori Belajar Perilaku:
1. Apa dan Bagaimana Teori Belajar Perilaku
2. menjelaskan jenis-jenis belajar
3. Perkembangan Kesadaran Beragama.

3. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Menambah pengetahuan dalam mendampingi dan mempersiapkan remaja dalam masa
perkembangannya.
2. Mampu menangani permasalahan masalah remaja dalam perkembangan social,
kepribadian, maupun kesadaran beragama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Perilaku


Menurut McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4) Teori adalah
seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata.
Sedangkan Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Perilaku
merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melalukan respon
terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas

1. Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov, Classical Conditioning.


a. Classical Conditioning
Tokoh Classical Conditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov, seorang ahli psikologi dari
Rusia. Istilah lain teori tersebut ialah Pavlovianisme, yang diambil dari nama pavlov
sebagai peletak dasar teori itu.
Prosedur Conditioning Pavlov disebut Classic karena merupakan penemuan bersejarah
dalam bidang psikologi. Secara kebetulan Conditioning refleks (psychic refleks)
ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia sedang mempelajari fungsi perut dan mengukur
cairan yang dikeluarkan dari perut ketika anjing (sebagai binatang percobaannya) sedang
makan. Ia mengamati bahwa air liur keluar tidak hanya pada waktu anjing sedang makan,
tetapi juga ketika melihat makanan. Jadi melihat makanan saja sudah cukup untuk
menimbulkan air liur. Gejala semacam ini oleh Pavlov disebut ȃPsychicȄ refleks.
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan
respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu, atau
suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi
classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan
(conditioning process). Dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat
dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran
teorinya, Pavlov mengadakan eksperimen tentang berfungsinya kelenjar ludah pada
anjing sebagai binatang ujicobanya.

3
a. Biografi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Sebelum membicarakan langkah-langkah eksperimen Pavlov, ada baiknya kita
membicarakan sedikit mengenai latar belakang kehidupannya. Keahlian dan
pengalamannya mendorong Pavlov melakukan eksperimen-eksperimen sampai akhirnya
menemukan konsepkonsep yang kemudian dikenal sebagai teori belajar. Tokoh Classical
Conditioning dan bapak teori belajar Modern, Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di
Ryazan Rusia desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta
pada 18 September tahun 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari
1936. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Ayahnya
seorang pendeta, dan awalnya Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta, namun dia
berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni fisiologis. Dia sebenarnya bukanlah
sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena dia adalah seorang
sarjana ilmu faal yang fanatik. Tahun 1870, ia memasuki Universitas Petersburg untuk
mempelajari sejarah alam di Fakultas Fisika dan Matematika.
Dalam eksperimennya dia melihat bahwa subjek penelitiannya (seekor anjing) akan
mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Dia kemudian
mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku
(behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning.
Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or
unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan
atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or
learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan
menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil
karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel.
Pendapat-pendapat Pavlov dijadikan landasan bagi psikologi di Uni Soviet, karena hal
tersebut serasi dengan filsafat doktrin historismaterialisme.
Salah seorang ahli yang berjasa dalam menyebarkan pengaruh Pavlov itu dalam lapangan
psikologi adalah von Bechterev. Kecuali di Uni Soviet sendiri, di Amerika serikatpun
pengaruh aliran psikologi ini besar sekali. Ketika J.B. Watson membaca karya pavlov itu,
dia merasa mendapatkan model yang cocok dengan pendiriannya, untuk menjelaskan
masalah tingkah laku manusia. Jadi Pavlovianisme ini sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan Behaviorisme di Amerika Serikat.
b. Eksperimen-Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov
Menurut JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No. 1 Maret 2012 Dalam tahun-tahun terakhir dari
abad ke 19 dan tahun-tahun permulaan abad ke-20, Pavlov dan kawan-kawan
mempelajari proses pencernaan dalam anjing. Selama penelitian mereka para ahli ini
memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur.

4
Dalam eksperimen-eksperimen ini Pavlov dan kawan-kawannya menunjukkan,
bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan
tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur.4 Berangkat dari pengalamannya,
Pavlov mencoba melakukan eksperimen dalam bidang psikologi dengan menggunakan
anjing sebagi subjek penyelidikan. Untuk memahami eksperimen-eksperimen Pavlov
perlu terlebih dahulu dipahami beberapa pengertian pokok yang biasa digunakan dalam
teori Pavlov sebagai unsur dalam eksperimennya. 1. Perangsang tak bersyarat =
perangsang alami = perangsang wajar = Unconditioned Stimulus (US); yaitu perangsang
yang memang secara alami, secara wajar, dapat menimbulkan respon pada organisme,
misalnya: makanan yang dapat menimbulkan keluarnya air liur pada anjing. 2.
Perangsang bersyarat = perangsang tidak wajar = perangsang tak alami = Conditioned
Stimulus (CS) yaitu perangsang yang secara alami, tidak menimbulkan respon; misalnya:
bunyi bel, melihat piring, mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan. 3.
Respon tak bersyarat = respon alami = respon wajar = Unconditioned Response (UR);
yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Unconditioned Stimulus =
UR). 4. Respon bersyarat = respon tak wajar = Conditioned Response (CR), yaitu respons
yang ditimbulkan oleh perangsang bersyarat (Conditioned Response = CR),
Dari hasil eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov
berkesimpulan: bahwa gerakanȮgerakan refleks itu dapat dipelajari; dapat berubah
karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks,
yaitu refleks wajar (Unconditioned Refleks) Ȯ keluar air liur ketika melihat makanan dan
refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (Conditioned Refleks) Ȯ keluar air liur karena
menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu
(Mulyati. 2005).

c. Hukum-Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Paplov


Dalam istilah Paplov, pemberian makanan merupakan stimulus yang tidak dikondisikan
Paradigma Pengondisian Klasik. Di dalam sebuah eksperimen yang khas behavioris,
seekor anjing ditaruh beberapa saat di sebuah kurungan di ruang gelap kemudian sebuah
lampu kecil dinyalakan di atasnya. Setelah 30 detik, sejumlah makanan diletakkan di
mulut si anjing, membangkitkan refleks air liur. Prosedur ini diulang beberapa kali ȯ
setiap kali makanannya diberikan bersama-sama dengan cahaya lampu. Setelah beberapa
saat, cahaya lampu yang awalnya tidak berkaitan dengan air liur, dapat membuat air liur
anjing keluar saat melihat lampu dinyalakan. Si anjing bisa dikatakan telah dikondisikan
untuk merespons cahaya. Dalam istilah Pavlov, pemberian makanan merupakan stimulus
yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus, US) ȯ Pavlov tidak perlu
mengondisikan si hewan untuk mengeluarkan air liur jika melihat makanan. Sebaliknya,
cahaya lampu merupakan stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus, CS) ȯ
efeknya perlu dikondisikan terlebih dahulu. Air liur terhadap makanan disebut refleks
yang tidak dikondisikan (unconditioned reflex, UR),

5
sedangkan air liur terhadap cahaya disebut refleks yang dikondisikan (conditioned reflex,
CR). Proses seperti ini disebut pengondisian klasik (classical conditioning).

Dan dari studi-studi lain, kita sekarang tahu kalau pengondisian sering kali berlangsung
sangat cepat apabila stimulus yang dikondisikan disajikan setengah detik sebelum
stimulus yang tidak dikondisikan (Purwanto, Ngalim. 2007). Contoh: Guru yang
senantiasa menyampaikan materi pelajaran disertai dengan latihan soal. Kemudian siswa
disuruh untuk mengerjakan latihan soal tersebut. Setiap kali siswa dapat mengerjakan
soal latihan (CS) tersebut dengan baik dan benar guru akan tersenyum dan memberikan
pujian pada siswa (UCS), dan siswa akan merasa bangga (CR). Diharapkan dengan sering
terbiasa mengerjakan latihan soal, siswa akan punya pengalaman dengan bentuk-bentuk
soal dan pada akhirnya dapat menyelesaikan suatu soal dengan mudah yang dapat
membuatnya bangga. Dapat menyelesaikan soal (CS) membuat siswa bangga (CR).
Namun demikian, dari hasil eksperimen dengan menggunakan anjing tersebut, Pavlov
akhirnya menemukan beberapa hukum pengkondisian, antara lain:
1. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman (extinction). Penghapusan berlaku apabila
rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, lama-kelamaan
individu/organisme itu tidak akan bertindak balas. Setelah respons itu terbentuk,
maka respons itu akan tetap ada selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya dan
dipasangkan dengan rangsangan tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat diberikan
untuk beberapa lama, maka respons bersyarat lalu tidak mempunyai pengut/reinforce
dan besar kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya
dan akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian sebelumnya. Peristiwa itulah
yang disebut dengan pemadaman (extinction). Beberapa respons bersyarat akan
hilang secara perlahan-lahan atau hilang sama sekali untuk selamanya. Dalam
kehidupan nyata, mungkin kita pernah menjumpai realitas respons emosi bersyarat.
Contoh : Ada dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang biasa bermain
bersama. Pada saat mereka menginjak dewasa, menjadi seorang gadis dan pemuda,
tibatiba tumbuh perasaan cinta pada diri pemuda kepada gadis tersebut, tetapi tidak
demikian dengan sang gadis. Pada saat pemuda teman sejak kecilnya itu menyatakan
cintanya, gadis tersebut menolak dengan alasan perasaan kepada pemuda itu hanya
sebatas teman. Namun, karena pemuda itu sangat mencintai sang gadis, dengan
menggunakan berbagai cara yang dapat membahagaikan, ia berusaha untuk
mengambil hati gadis itu agar menerima cintanya. Misalnya, dengan selalu
memberikan perhatian, memberikan segala yang disukai oleh gadis itu, dan lain
sebagainya. Ketika perhatian dan kebaikannya kepada gadis tersebut dilakukan
berulang-ulang maka pada suatu saat hati sang gadis menjadi luluh dan akhirnya
menerima cinta pemuda tersebut.

6
2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). Rangsangan yang sama akan
menghasilkan tindak balas yang sama. Pavlov menggunakan bunyi loceng yang
berlainan nada, tetapi anjing masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahawa
organisme telah terlazim, dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim akan
menghasilkan gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau
hampir sama. Contoh : anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu akan
memberikan respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui penguatan dan
pemadaman diferensial, rentang stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada
anjing yang galak saja. Meskipun sebuah refleks sudah dikondisikan hanya untuk satu
stimulus, ternyata bukan hanya stimulus itu yang bisa memunculkannya. Respons
tampaknya bisa membangkitkan juga sejumlah stimulus serupa tanpa pengondisian
lebih jauh. Sebagai contoh, seekor anjing yang telah dikondisikan untuk
mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel bernada tertentu akan mengeluarkan air liur
juga jika mendengarkan bunyi bel bernada lain. Kemampuan merangkai stimulis
untuk menghasilkan respons seperti ini beragam menurut derajat kemiripan dengan
stimulus awal yang dikondisikan (CS orisinil). Pavlov percaya bahwa kita bisa
mengamati generalisasi stimulus ini karena proses fisiologis yang dinamainya
pemancaran (irradiation). Stimulus awal merangsang bagian tertentu otak yang
kemudian memancar atau menyebar ke- wilayah otak yang lain (Purwanto, Ngalim.
2007).
3. Pemilahan (discrimination). Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui
penguatan dan pemadaman yang selektif.11 Diskriminasi berlaku apabila individu
berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang
dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Contoh : Anak
kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi respon rasa takut pada setiap
anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan terkurung dalam kandang maka rasa takut
anak itu menjadi berkurang.
4. Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi. Akhirnya, Pavlov menunjukkan bahwa
sekali kita dapat mengondisikan seekor anjing secara solid kepada CS tertentu, maka
dia kemudian bisa menggunakan CS itu untuk menciptakan hubungan dengan
stimulus lain yang masih netral. Di dalam sebuah eksperimen muridmurid Pavlov
melatih seekor anjing untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel yang disertai
makanan, kemudian memasangkan bunyi bel itu saja dengan sebuah papan hitam.
Setelah beberapa percobaan, dengan melihat papan hitam itu saja anjing bisa
mengeluarkan air liurnya. Ini disebut pengondisian tingkat-kedua. Pavlov
menemukan bahwa dalam beberapa kasus dia bisa menciptakan pengondisian sampai
tingkat-tiga, namun untuk tingkat selanjutnya, pengondisian tidak bisa dilakukannya.

7
Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika
dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

d. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Paplov


Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning dapat diringkaskan sebagai
berikut:
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan
antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organism.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan
aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang
ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang
lama kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan
mengaktifkan pusaat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan
akhirnya organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar
dihubungkan dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa
di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut
oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic. Dan pola ini akan mempengaruhi respons
organisme terhadap lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa
tingkah laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai
bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
e. Aplikasi Teori Belajar Classical Conditioning Paplov dalam Pendidikan dan Pengajaran
Salah satu konsep yang berkaitan dengan eksperimen Paplov adalah pemberian tanda,
stimulus dan respons yang tidak dikondisikan sebagai hasil proses instingtual, sedangkan
hubungan dikondisikan disebabkan latihan. Latihan menyebabkan perubahan tingkah
laku, terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf. Oleh karena itu, wajar jika Paplov
disebut Neurobehaviorist karena menyatakan bahwa interaksi antara stimulus dan respons
terjadi melalui proses neural. Sementara belajar yang dilakukan manusia, yang ada bukan
hanya tanda, tetapi juga simbol. Demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya
mengenal latihan, tetapi juga belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam belajar
pada diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan. Manusia
memiliki pikiran dan perasaan, bukan hanya insting seperti yang dimiliki binatang.

8
1. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam Pengajaran
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran di mana satu
stimulus diganti/ digantikan untuk yang lain. Satu contoh yang penting tentang proses
ini adalah pelajaran atraksi emosional dan ketakutan. Bahwa bentakkan seorang guru
seringkali membuat takut murid-muridnya, hal yang sama seorang polisi
mempermainkan penjahat dengan ancungan tangannya, atau seorang perawat hendak
memberi suntikan kepada pasiennya. Semua perilaku ini menciptakan tanggapan
perhatian dan ketakutan di hati orang-orang tersebut dibawah kesadaran mereka.
Dalam praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti lonceng berbunyi
mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran berakhir. Pertanyaan guru diikuti
oleh angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat menjawabnya. Kondisi-
kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil suatu respon atau tanggapan ahli
pendidikan lain juga menyarankan bahwa panduan belajar dengan mengkombinasikan
gambar dan kata-kata dalam mempelajari bahasa, akan sangat berguna dalam
mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan kata-kata dalam bahasa Inggris
dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu para siswa dalam membuat
perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
2. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di Kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam
menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugastugas belajar,
misalnya:
1. Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada individu,
banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap
kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneraalissikan dengan
pelajaran-pelajaran yang lain;
2. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakaan
ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan
lain sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya:
1. Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara
memahami materi pelajaran;
2. Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
misalnya dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat
menyimpaan apa yang dipelajari dengan baik;
3. Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk membacakan
sebuah laaporan di depan kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian
berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk
membaca laporan di depaan seluruh murid di kelas.

9
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-
situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara
tepat. Misalnya, dengan;
1. Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah
sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes
tersebut sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka
lakukan;
2. Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari
orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman daan dapat menerima
penghargaan dari orang dewasa ketika orangtua ada.
Sebagai sebuah teori, Classical Conditioning Pavlov memiliki kelebihan dan sekaligus
kekurangan. Adapun kelebihan teori ini misalnya cocok diterapkan untuk pembelajaran
yang menghendaki penguasaan ketrampilan dengan latihan. Atau pada pembelajaran
yang menghendaki adanya bias atau membentuk perilaku tertentu. Selain itu juga
memudahkan pendidik dalam mengontrol pembelajaran sebab individu tidak menyadari
bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Pada sisi lain, teori
ini juga tepat kalau digunakan untuk melatih kepandaian binatang. Sementara itu,
kelemahan Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov adalah bahwa teori ini
menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan kehendak
pribadi tidak dihiraukan. Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan
padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan
individu cenderung pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan. Di
samping itu pula, dalam teori ini, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku
hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar
keduanya. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu
saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skill (keterampilan) tertentu dan
mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

2. Teori Behavioristik
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif
behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan
terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori
ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut
dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah
laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman.

10
Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan
dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah,
selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia. Tokoh-
tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner,
J.B.Watson, dll.

a. Teori Thorndike, aliran koneksionisme (connectionism).


Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori behavioristik
dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan).
Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang
konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa diamati). Dalam
implementasinya, siswa sekolah dasar mengalami peningkatan kemampuan membaca
dengan adanya interaksi siswa dengan media belajar, dalam hal ini berupa media cerita
bergambar. Menurut Fahyuni, (2011)Belajar dengan menggunakan media pembelajaran
akan terbentuk proses penguasaan karena adanya interaksi dalam belajar.
b. John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah Thorndike,
stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati
(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang
mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak
penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan
apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Berdasarkan uraian ini, penganut aliran
tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur,
meskipun mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting.

c. Burrhus Frederic Skinner


Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskan parubahan
tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi Watson tersebut
adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah
sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu
dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan.
Sedangkan respons yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Oleh karena itu, untuk memahami
tingkah laku siswa secara tuntas, diperlukan pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan
berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut (lihat bel-Gredler, 1986).

11
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umsida.ac.id/1402/1/PSI%20Teori%20bljr.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1861/3/4.%20BAB%20II.pdf

http://repository.ut.ac.id/4035/1/MKDK4004-M1.pdf

https://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/TEORI-TEORI-BELAJAR-
DAN-PEMBELAJARAN.pdf

http://repository.lppm.unila.ac.id/8903/1/Teori%20Belajar%20dan
%20Pembelajaran.pdf

http://repository.uki.ac.id/2914/1/BahanAjar42020.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206561/pendidikan/bab-3-behavioristik.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai