Oleh
Oktari Hendayanti
NIM: 2002339
SEKOLAH PASCASARJANA
2020
Metode Pembelajaran Jigsaw
Metode pembelajaran Jigsaw merupakan sebuah metode pembelajaran yang sering
diterapkan di dalam aktivitas pembelajaran bahasa Jepang. Berikut adalah deskripsi mengenai
konsep dan metode pembelajaran Jigsaw:
Selanjutnya, seperti yang dipaparka oleh Araguchi (1985), bila ditinjau dari penemuan
Professor Eliot Aronson ketika penelitian metode Jigsaw dilakukan, ada beberapa pengaruh yang
diperoleh melalui penerapan metode pembelajaran ini, yaitu:
1. Dapat meningkatkan performa akademik siswa.
2. Memperat hubungan pertemanan antar siswa.
3. Mengurangi ketegangan rasial, seperti yang terjadi di Austin Texas (1971) dan di
Anglo (1975).
4. Mampu meningkatkan konsep diri positif terhadap diri siswa.
Di samping itu, kelebihan lain yang ditemukan dalam penerapan metode ini adalah:
1. Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat dan
beropini.
2. Dapat membantu siswa agar lebih mudah memahami materi karena diajari oleh teman
sebaya.
3. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama melalui aktivitas
kelompok.
Di sisi lain, metode Jigsaw juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa dominan terkadang lebih mengontrol aktivitas diskusi.
Dalam sebuah kelas, siswa yang memiliki karakter dominan terkadang mendominasi
aktivitas diskusi. Siswa dengan karakter ini adakalanya terlalu bersemangat dalam
mengeluarkan opini, sehingga tidak memberi kesempatan pada siswa lain untuk
berpendapat. Akan tetapi, hal ini dapat diatasi dengan menunjuk seorang siswa untuk
menjadi pemimpin kelompok. Dengan begitu, pemimpin kelompok dapat menjadi
penengah agar tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan. Guru juga harus
mengamati dengan teliti aktivitas kelompok sehingga situasi tersebut tidak terjadi.
3. Siswa dengan tingkat pemahaman lebih rendah kesulitan untuk menjelaskan materi
pembelajaran dengan anggota kelompoknya.
Permasalahan ini biasanya terjadi pada awal penerapan metode pembelajaran Jigsaw.
Siswa dengan tingkat pemahaman lebih rendah, cenderung kesulitan untuk
menjelaskan meteri pembelajaran kepada anggota kelompoknya. Hal ini dapat terjadi
karena siswa belum terbiasa untuk menjelaskan dan terlibat secara aktif dalam situasi
pembelajaran. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, siswa tersebut pelan-pelan
akan lebih terlatih untuk mengajarkan materi kepada teman sekelompoknya. Di
samping itu, salah satu hal yang menjadi catatan penting adalah ketika diskusi dengan
kelompok ahli dilakukan, guru harus memastikan agar tiap anggota memahami materi
bagiannya. Dengan begitu, siswa dengan tingkat pemahaman lebih rendah tidak akan
memberikan informasu yang salah dan mampu mengajarkan materi dengan baik
kepada rekan sekelompoknya.
4. Apabila tidak dikontrol dengan baik, aktivitas pembelajaran dengan metode ini dapat
memakan waktu.
Penerapan metode pembelajaran Jigsaw dapat menghabiskan waktu terutama dalam
aktivitas berdiskusi dengan kelompok ahli. Agar hal tersebut tidak terjadi, guru harus
menyusun rencana pembelajaran yang matang sehingga semua tahapan dalam metode
Jigsaw dapat diselesaikan dengan maksimal dalam satu sesi aktivitas pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa Jepang, metode Jigsaw dapat diterapkan dalam beberapa
pembelajaran seperti Bunpou, Dokkai, Pengenalan Budaya Jepang (Nihon Jijou) dan Sejarah
Jepang (Nihonshi). Untuk pembelajaran Nihon Jijou, salah satu contoh materi yang dapat
diberikan adalah tentang festival perayaan atau matsuri yang diadakan hampir sepanjang tahun di
Jepang. Murid A dapat ditugaskan untuk menguasai materi Festival Salju Sapporo (Sapporo Yuki
Matsuri) yang diadakan pada bulan Februari. Murid B dapat ditugaskan untuk menguasai materi
Kanda Matsuri yang terjadi pada bulan Mei. Begitu juga seterusnya. Sehingga, dalam satu sesi
kegiatan belajar mengajar, siswa di kelas dapat mengetahui tentang beberapa matsuri sekaligus.
Hal yang sama juga berlaku untuk pembelajaran Sejarah Jepang (Nihonshi). Guru dapat
membagi satu bab materi sejarah zaman Jepang ke dalam beberapa topik. Contoh pembagian
materi tersebut adalah zaman paleolitik untuk murid A, zaman Joumon untuk murid B dan zaman
Yayoi untuk murid C.
Terakhir, untuk pembelajaran Bunpou, guru dapat membagi satu bab pembelajaran
menjadi beberapa sub bab. Masing-masing siswa dapat mendiskusikan sub bab tersebut dengan
rekan kelompok ahlinya. Bila memungkinkan, dalam satu sesi pembelajaran, guru juga dapat
mengajarkan dua bab materi sekaligus.
Daftar Pustaka
• The Jigsaw Classroom (History of The Jigsaw). Diakses pada 20 September 2020, dari
https://www.jigsaw.org/#history.