Anda di halaman 1dari 15

Analisis Kesalahan Bahasa Jepang

dalam Karangan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang


Abstrak
Ai Sumirah Setiawati, Faidatus Tsalis
Kesulitan dalam mengarang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
berbahasa. Apa saja kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar seyogyanya diperhatikan
oleh pengajar untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Pengajar bisa melakukan
evaluasi dari kesalahan-kesalahan tersebut, lalu merancang sebuah perbaikan. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menjabarkan
jenis dan penyebab kesalahan dalam penggunaan partikel “wa” dan “ga. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan instrument tes. Setelah dianalisis, kesalahan mahasiswa
dalam menggunakan partikel “wa” (1) kesalahan pada kalimat majemuk bertingkat, (2)
kalimat yang menyatakan penilaian pembicara mengenai suatu hal, dan (3) kalimat yang
menyatakan keinginan. Kesalahan tersebut berupa kekeliruan menggunakan partikel lain
seperti partikel “mo”, “ga”, dan wo”. Kesalahan penggunaan partikel “ga” terdiri dari (1)
kesalahan pada kalimat majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian
pembicara mengenai suatu hal, (3) kesalahan karena tidak mencantumkan partikel, (4)
kesalahan yang dipengaruhi oleh kekeliruan pemilihan bentuk Kata Kerja pada predikat,
(5) Kesalahan yang diakibatkan kalimat yang tidak efektif, (6) kesalahan pada kalimat
majemuk setara, dan (7) kesalahn pada kalimat yang merinci sifat atau ciri khas suatu hal.
Penyebab kesalahan penggunaan partikel “wa” karena keliru dalam menentukan jabatan
kata dalam kalimat. Penyebab kesalahan penggunaan partikel “ga” umumnya terjadi pada
kalimat majemuk yang ditulis mahasiswa sebagai ringkasan beberapa kalimat tunggal atau
majemuk lainnya. Mahasiswa lupa mengganti partikel pada kalimat majemuk yang
merupakan ringkasan karena terpengaruh oleh kata kerja yang digunakan. Selain itu,
penyebab terjadinya kesalahan yang lain adalah mahasiswa belum terbiasa dengan pola
pikir bahasa Jepang. Faktor penyebab kesalahan yang terjadi adalah karena
overgeneralisasi dan penyederhanaan.

Kata Kunci: Kesalahan, partikel “wa”, partikel “ga”

1. Pendahuluan
Mata kuliah menulis atau Sakubun sering dianggap sebagai mata kuliah yang sulit
dan kurang begitu diminati baik oleh pembelajar maupun pengajar. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Sutedi (2008:34) bahwa mata kuliah Sakubun sering dianggap mata
kuliah yang paling sulit bagi pembelajar maupun pengajar. Sulitnya menulis sebuah
karangan dalam bahasa asing dapat disebabkan oleh banyaknya unsur kemampuan yang
harus dimiliki. Kemampuan tersebut misalnya, kemampuan kosakata, pola kalimat,
sistematika karangan, budaya bahasa sasaran, dan lain-lain.
Kesulitan dalam hal mengarang ini menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan
berbahasa. Apa saja kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar seyogyanya diperhatikan

1
oleh pengajar untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Pengajar bisa
mengevaluasi hasil belajar pembelajar dari kesalahan-kesalahan tersebut, lalu dapat
merancang sebuah perbaikan untuk proses kegiatan belajar mengajar berikutnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan analisis
kesalahan pada karangan mahasiswa untuk mengetahui penyebabnya dan dicarikan
solusinya sehingga sejak awal pengampu mata kuliah bisa memberikan materi-materi
atau pelatihan-pelatihan dalam menulis untuk meminimalisir terjadinya kesalahan
seperti yang sering dilakukan oleh mahasiswa selama ini.

2. Kajian Pustaka
a. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis kesalahan dalam karangan bahasa Jepang telah
banyak dilakukan diantaranya oleh Risda (2009) dengan judul “Indonesia jin Nihongo
Gakushuusha no Sakubun ni okeru Ukemi no Goyoo” . Risda dalam penelitiannya
menganaslisis kesalahan mahasiswa dalam penulisan kalimat pasif. Berdasarkan hasil
penelitiannya, Risda menyatakan bahwa kesalahan penulisan kalimat pasif tidak hanya
disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu saja. Kesalahan penulisan kalimat pasif
disebabkan oleh faktor lain yaitu pengaruh tata bahasa yang telah dipelajari
sebelumnya dan jumlah jam pelajaran yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
Jepang.
Penelitian tentang analisis kesalahan berikutnya dilakukan oleh Harisal (2015)
dengan judul Analisis Kesalahan dalam Karangan Bahasa Jepang Mahasiswa Sastra
Jepang Universitas Hasanuddin. Harisal menyatakan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi dalam karangan bahasa
Jepang mahasiswa Sastra Jepang Universitas Hasanuddin terdiri dari kesalahan bidang
gramatikal, yaitu bidang morfologi dan sintaksis, dan bidang leksikal, yaitu kosakata.
Bidang morfologi meliputi kesalahan penghilangan (omission errors) dan kesalahan
bentukan (formation errors), bidang sintaksis meliputi kesalahan penambahan
(addition errors), kesalahan urutan (ordering errors), dan kesalahan bentukan
(formation errors). Bidang leksikal, yaitu kosakata meliputi kesalahan interferensi
(interference errors). Hal ini dikarenakan adanya interferensi, kurangnya penguasaan

2
bahasa penerima, dan kurangnya penguasaan diksi bahasa Jepang yang merupakan
faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya kesalahan.
Kedua peneliti yang telah penulis jelaskan sama-sama menganalisis kesalahan
yang dilakukan mahasiswa ketika mengarang. Tetapi objek yang diteliti berbeda yaitu
Risda meneliti kesalahan penulisan kalimat pasif sedangkan Harisal meneliti semua
bentuk kesalahan mahasiswa ketika mengarang dilihat dari semua aspek seperti
morfologi, sintaksis dan lain-lain. Sementara itu, penulis hanya akan meneliti bentuk
kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam penggunaan partikel “wa” dan “ga” saja,
karena masih banyak mahasiswa yang masih belum memahami betul perbedaan
penggunaan kedua partikel tersebut.

b. Landasan Teori
1) Analisis Kesalahan
Corder (1967) dalam Aoki dkk (2001:140) menyebutkan bahwa analisis
kesalahan atau dalam bahasa Jepang disebut goyou bunseki dilakukan karena kita
tidak mungkin memprediksi semua permasalahan pembelajar, oleh karena itu kita
memfokuskan diri pada kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar lalu
diklasifikasikan untuk memastikan apa yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan. Selanjutnya Aoki (2001: 141) mengemukakan tiga penyebab terjadinya
kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh pembelajar bahasa Jepang sebagai
berikut:
(1) Overgeneralisasi
Contoh kesalahan yang disebabkan oleh overgeneralisasi dalam bahasa Jepang
misalnya “ookii no hon”. Pembelajar melakukan overgeneralisasi pola X no Y
seperti “kare no hon” dan “watashi no hon” yang sebetulnya pola ini hanya
digunakan pada kata benda saja.
(2) Simplifikasi atau penyederhanaan
Kesalahan yang terjadi akibat penyederhanaan misalnya pada kata kerja bentuk
potensial seperti “taberu” dan “miru” menjadi “tabereru”, “mireru”, dan lain-
lain. Hal ini dikarenakan pembelajar mengambil mudahnya cara pengubahan
kata kerja ke dalam bentuk potensial.
(3) Pengaruh cara mengajar guru

3
Cara guru mengajarkan partikel “to” yang dipadankan dengan bahasa ibu “dan”
mempengaruhi kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar. Partikel tersebut
seharusnya hanya menghubungkan kata benda dengan kata benda, tapi masih
banyak pembelajar yang melakukan kesalahan seperti “yawarakai to oishii
suteeki”.

2) Partikel dalam Bahasa Jepang


Partikel atau joshi dalam bahasa Jepang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kaku joshi dan toritate joshi. Partikel “wa” termasuk ke dalam jenis toritate joshi
dan “ga” termasuk ke dalam jenis kaku joshi.
(1) Partikel “wa”
Partikel “wa” memiliki fungsi sebagai berikut (Teramura, 2000: 6-10).
(a) Penanda subjek
Contoh: Taro wa gakusei desu.
Taro mahasiswa.
(b) Menyatakan kontrastif
Contoh: Ame wa futte imasuga, yuki wa futte imasen.
Hujan turun tapi salju tidak.
(c) Menyatakan sifat natural orang atau benda (Ichikawa dkk, 2006:7)
Contoh: Ringo wa ochiru. (Akademikku Japanizu kenkyuukai,
2001:25)
Apel jatuh.
(d) Sebagai penanda subjek kalimat inti dalam kalimat majemuk (Ichikawa
dkk, 2006:15)
Contoh: Watashi wa haha ga tsukutta nasi goreng ga suki desu.
Saya suka nasi goring buatan ibu.
(2) Partikel “ga”
Partikel “ga” dalam bahasa Jepang meiliki beberapa fungsi yaitu:
(a) Penemuan (hakken)
Contoh: Okane ga nai. (Ichikawa dkk, 2006:7)
Uangnya tidak ada.

4
Kalimat tersebut diucapkan oleh seseorang dalam situasi setelah makan
siang bersama temannya lalu ketika hendak membayar dan membuka
dompet dia baru sadar atau menemukan bahwa di dalam dompetnya tidak
ada uang.
(b) Kalimat tanya yang menggunakan kata tanya maka diikuti oleh partikel
“ga”
Contoh: Dare ga yarimasuka?
Siapa yang akan melakukannya?
Sebagai jawaban atas pertanyaan seperti itu, maka pada kalimat
jawabannya pun menggunakan partikel “ga”
Contoh: Dare ga yarimasuka?
Watashi ga yarimasu
Saya yang akan melakukannya.
(c) Mendeskripsikan ciri khas sesuatu atau seseorang (Ichikawa dkk, 2006:14)
Contoh: Zoo wa hana ga nagai desu.
Gajah belalainya panjang.
(d) Memberi informasi (Shirakawa, 2002:320)
Contoh: A, basu ga kita.
Ah! Bisnya sudah datang!
Ashita, paatii ga arimasu.
Besok ada pesta.

3) Karangan Bahasa Jepang


Karangan dalam bahasa Jepang disebut sakubun. Sakubun ( 作文) yaitu
membuat kalimat mengenai suatu hal (Kindaichi, 1997:533). Kalau melihat
pengertian tersebut dan membandingkannya dengan huruf-huruf yang terdapat
dalam kata tersebut, sakubun terdiri dari dua huruf yaitu saku 作(作る)yang
berarti ‘membuat’ dan bun (文) yang berarti ‘kalimat’. Maka, sakubun secara
harfiah dapat diartikan sebagai membuat kalimat yaitu mengarang dan hasilnya
disebut karangan.

5
c. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Peneliti mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan mahasiswa dalam
menggunakan partikel “wa” dan “ga” serta menjabarkan faktor yang menjadi
penyebab kesalahan terjadi. Instrumen yang digunakan untuk pengumlan data
adalah tes.

d. Hasil dan Pembahasan


1) Kesalahan Penggunaan partikel “wa” dan Penyebabnya
Kesalahan dalam penggunaan partikel “wa” berjumlah empat kalimat
saja. Data kalimat yang mengandung kesalahan tersebut adalah sebagai
berikut.
Data 1.
筆者は京都について詳しく説明して、内容は分かりやすくて、面白い
文章です。Ø
Penggunaan partikel “wa” pada kalimat tersebut kurang tepat karena
kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat yang berisikan
kelebihan dari pengarang dalam menjelaskan tentang kota Kyoto. Pada
kalimat tersebut ada dua keistimewaan dari cara pendeskripsian yang
dilakukan penulis yaitu (1) 京都について詳しく説明する dan (2) 内容は
分 か り や す い . Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Jepang
menggunakan partikel “mo”. Mahasiswa melakukan kesalahan dengan
menggunakan partikel “wa” diprediksikan karena kata “naiyou” dianggap
sebagai subjek sehingga partikel yang tepat untuk penanda subjek adalah
“wa”. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan
overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata benda yang dibicarakan
dalam kalimat adalah subjek.

Data 2.
私はその文章を読んで、京都を面白いと思います。Ø

6
Setelah saya membaca bacaan tersebut saya saya pikir Kyoto adalah kota
yang menarik.
Pada kalimat tersebut mahasiswa menggunakan partikel “wo”
sedangkan penggunaan partikel “wo” pada kalimat tersebut tidak tepat.
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang berisi penilaian pembicara terhadap
suatu hal dan kalimat seperti ini seharusnya menggunakan partikel “wa’.
Mahasiswa keliru menggunakan partikel “wo” karena mungkin dia
menganggap bahwa kata “Kyoto” sebelum partikel “wo” adalah objek dari
predikat “omoimasu”. Partikel “wo” dalam bahasa Jepang memang berfungsi
sebagai penanda objek, tetapi penggunaan partiekl “wo” pada kalimat
tersebut tidak tepat. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan
overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata benda yang diletakkan
sebelum predikat adalah objek.

Data 3
そして伝統的な文化は勉強したいです。Ø
Kemudian, saya ingin mempelajari budaya tradisional (Kyoto).
Pada kalimat tersebut mahasiswa menggunakan partikel “wa”
sedangkan penggunaan partikel “wa” pada kalimat tersebut tidak tepat.
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang berisi keinginan pembicara
melakukan suatu hal dan kalimat seperti ini seharusnya menggunakan partikel
“wo” atau “ga”.
Kekeliruan penggunaan partikel “wa” diprediksikan karena mahasiswa
menganggap bahwa kata “dentoutekina bunka” sebagai subjek karena pada
kalimat tersebut tidak ada kata lain yang dianggap subjek oleh mahasiswa
tersebut. PAdahal subjek pada kalimat tersebut adalah “watashi” yang
memang dilesapkan karena pada kalimat sebelumnya juga memiliki subjek
yang sama yaitu “watashi”. Kalimat yang menyatakan keinginan dalam
bahasa Jepang menggunakan partikel “ga” atau boleh juga menggunakan
partikel “wo” sebagai penanda objek dari predikat kata kerja dalam bentuk
keinginan (~tai). Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan

7
overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata benda yang dibicarakan
dalam kalimat adalah subjek.

Data 4
私も京都へ行きたくなります。Ø
Saya juga ingin pergi ke Kyoto
Pada kalimat tersebut mahasiswa menggunakan partikel “mo”
sedangkan penggunaan partikel “mo” pada kalimat tersebut tidak tepat.
Kalimat tersebut merupakan kalimat berita biasa dengan subjek kata
“watashi”. Sebagai partikel penanda subjek, setelah kata “watashi” yang tepat
menggunakan “wa” bukan “mo.
Kekeliruan penggunaan partikel “mo” diprediksikan karena mahasiswa
menganggap kalimat tersebut merupakan kelanjutan dari kalimat sebelumnya
yang berisikan keinginan pembicara melakukan suatu hal. Pada kalimat
sebelumnya mahasiswa tersebut menuliskan bahwa dia ingin mempelajari
budaya Kyoto. Selain itu, dia juga ingin pergi ke Kyoto oleh karena itu
mahasiswa tersebut menggunakan partikel “mo” yang merupakan terjemahan
kata “juga”. Jika pemahaman mahasiswa seperti ini sebetulnya juga kurang
tepat karena dilihat dari segi keberkaitan kalimat juga kurang baik. Kalimat
tersebut akan lebih bagus jika menggunakan kata sambung yang menyatakan
sebab akibat seperti:
私は京都の文化を勉強したいです。それで、京都へ行きたいです。
Saya ingin mempelajari budaya Kyoto, oleh karena itu saya ingin pergi ke
Kyoto.
Atau
私は京都の文化を勉強しに京都へ行きたいです。
Saya ingin pergi ke Kyoto untuk belajar budayanya.
Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan
penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya mengekspresikan kata
“juga” dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan partikel “mo”.

2) Kesalahan Penggunaan Partikel “ga” dan Penyebabnya

8
Kesalahan dalam penggunaan partikel “ga” serta penyebabnya adalah sebagai
berikut:

Data 5
京都には有名な観光地がたくさんありますから、毎年たくさん観光客
来ます。Ø
Karena di Kyoto banyak terdapat tempat wisata yang terkenal maka setiap
tahun banyak turis yang datang.
Pada kalimat tersebut terjadi kesalahan karena mahasiswa tidak
mencantumkan partikel apapun setelah kata “kankoukyaku”. Frasa
“kankoukyaku ga kimasu” terdapat pada anak kalimat dan subjek pada anak
kalimat seharusnya menggunakan partikel “ga” karena merupakan kalimat
ynag menyatakan informasi. Mahasiswa diprediksikan lupa atau tidak perlu
mencantumkan partikel setelah kata “kankoukyaku” pada kalimat tersebut.
Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan
karena mahasiswa menganggap tanpa partikelpun kalimat tersebut sudah
benar.
Data 6
京都にはお寺と神社がたくさんあって祭りが多いので、伝統的なこと
を楽しむことができます。Ø
Karena di Kyoto banyak terdapat kuil Budha dan Shinto, sering diadakan
festival budaya, maka kita bisa menikmati sajian budaya tradisional di sana.
Data 7,
それに、その町で着物をきている女の人がよく見られます。Ø
Selain itu, di kota tersebut kita dapat melihat para wanita yang memakai
kimono yang cantik.
Data 6, dan 7 di atas memiliki jenis kesalahan penggunaan partikel
“ga” yang sama. Penggunaan partikel “ga” pada kalimat tersebut kurang tepat
karena kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat yang
berisikan kelebihan atau keistimewaan kota Kyoto. Kalimat majemuk
bertingkat dalam bahasa Jepang menggunakan partikel “mo”. Mahasiswa
melakukan kesalahan dengan menggunakan partikel “ga” diprediksikan

9
karena predikat pada setiap kalimat tersebut merupakan Kata Kerja bentuk
potensial. Kalimat dengan predikat berupa Kata Kerja bentuk potensial
memang menggunakan partikel “ga” tetapi kalimat di atas bukan kalimat
tunggal. Jika kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal penggunaan
partikel “ga” adalah tepat. Selain itu, dapat diprediksu juga bahwa kesalahan
ini terjadi karena mahasiswa hanya menyalin kalimat yang ada di bacaan
yang sebetulnya merupakan kalimat yang terpisah kemudian disatukan
menjadi satu kalimat. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis
kesalahan penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya meringkas
kalimat dengan memindahkan kalimat dalam bacaan apa adanya tanpa
berpikir bahwa jika kalimat dibuat menjadi satu maka akan berpengaruh
terhadap perubahan tata bahasanya.
Data 8
京都は古い建物やお寺や神社が多くて、祭りも多いし、伝統的なもの
が見られるし、一年中たくさんの観光客が来るという話しです。Ø
Karena Kyoto memiliki banyak bangunan tua, kuil Budha dan Shinto,
sehingga sering pula diadakan festival dan kita juga dapat melihat budaya
tradisonal di sana, maka sepanjang tahun Kyoto banyak dikunjungi turis.
Data 9
伝統的な踊りが見られるし、日本料理も食べられます。Ø
(Kita) dapat melihat tarian tradisional, selain itu kita juga dapat menikmati
hidangan masakan Jepang.
Data 8, dan 9 di atas memiliki jenis kesalahan penggunaan partikel
“ga” yang sama. Penggunaan partikel “ga” pada kalimat tersebut kurang tepat
karena kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat yang
berisikan kelebihan atau keistimewaan kota Kyoto. Kalimat majemuk
bertingkat dalam bahasa Jepang pada kasus kalimat dengan pola kalimat
~shi~shi seharusnya menggunakan partikel “mo”. Mahasiswa melakukan
kesalahan dengan menggunakan partikel “ga” diprediksikan karena predikat
pada setiap kalimat tersebut merupakan Kata Kerja bentuk potensial. Kalimat
dengan predikat berupa Kata Kerja bentuk potensial memang menggunakan
partikel “ga” tetapi kalimat di atas bukan kalimat tunggal. Jika kalimat

10
tersebut merupakan kalimat tunggal penggunaan partikel “ga” adalah tepat.
Pada pola kalimat seperti itu meskipun kata kerja yang digunakan merupakan
bentuk potensial, partikelnya harus diubah menjadi “mo”. Pada kasus ini
mahasiswa hanya menyalin kaliamt-kalimat yang tadinya terpisah menjadi
satu kalimat.
Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan
karena mahasiswa dengan mudahnya meringkas kalimat dengan
memindahkan kalimat dalam bacaan apa adanya tanpa berpikir bahwa jika
kalimat dibuat menjadi satu maka akan berpengaruh terhadap perubahan tata
bahasanya.
Data 10
街で奇麗な着物を着た女の人を見られます。Ø
Di kota juga dapat melihat para wanita yang memakai baju kimono yang
cantik.
Data 11
伝統的な日本料理を食べられる店もたくさんあります。Ø
Toko yang menjual masakan tradisional Jepang juga banyak.
Data 10, dan 11 di atas memiliki jenis kesalahan penggunaan partikel
“ga” yang sama. Penggunaan partikel “wo” pada kalimat tersebut kurang
tepat karena kalimat tersebut merupakan kalimat dengan predikat berupa Kata
Kerja bentuk potensial. Kalimat potensial seperti pada data tersebut
seharusnya menggunakan partikel “ga”. Mahasiswa melakukan kesalahan
dengan menggunakan partikel “wo” diprediksikan karena terbiasa dengan
bentuk kalimat 料理を食べます(Ryouri wo tabemasu) di mana kata
“tabemasu” merupakan kata kerja aktif dan kaimat dengan
predikat kata kerja aktif biasanya menggunakan partikel “wo”
setelah objek . Pada kalimat tersebut mahasiswa tersebut
mungkin lupa jika predikatnya sudah berubah menjadi bentuk
potensial. Kalimat dengan predikat berupa Kata Kerja bentuk potensial
dalam bahasa Jepang menggunakan partikel “ga”. Kesalahan seperti ini
termasuk ke dalam jenis kesalahan overgeneralisasi karena mahasiswa

11
menganggap setiap kata benda yang diletakkan sebelum predikat adalah objek
yang membutuhkan partikel “wo”.
Data 12
踊りはまだどこでもしています。Ø
(Orang Kyoto) tariannya masih melakukan di mana pun.
Penggunaan partikel “wa” pada kalimat tersebut kurang tepat karena
pada kalimat tersebut kata “odori” bukan merupakan subjek. Subjek pada
kalimat tersebut adalah kata “Kyoto” yang dilesapkan. Kalimat ini merupakan
kalimat yang mendeskripsikan ciri khas suatu hal dengan pola “subjek + wa
sifat/ ciri khas dari subjek + ga....desu/masu”. Kata Kyoto sebagai subjek
yang dilesapkan di sini bermakna orang Kyoto.
Mahasiswa melakukan kesalahan dengan menggunakan partikel “wa”
diprediksikan karena kalimat tersebut berupa kalimat tunggal dan mungkin
dia mengira bahwa kata “odori” merupakan subjek dari kalimat tersebut. Oleh
karena itu mahasiswa tersebut menggunakan partikel “wa” yang berfungsi
sebagai penanda subjek dalam kalimat bahasa Jepang.
Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan
overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap setiap kata benda yang ada
pada awal kalimat adalah subjek.
Data 13
いつでも伝統的な踊りが見られて、奇麗な着物を着た女の人を見るこ
ともできます。Ø
Kapanpun kita dapat melihat tarian tradisional, dan bisa melihat wanita-
wanita yang memakai kimono yang cantik.
Penggunaan partikel “ga” pada kalimat tersebut kurang tepat. Kalimat
tersebut merupakan kalimat majemuk setara yang memiliki predikat yang
sama yaitu kata “mimasu”. Kalimat majemuk yang induk dan anak
kalimatnya memiliki predikat yang sama dapat menggunakan predikat satu
kali saja supaya efekrif.
Mahasiswa melakukan kesalahan dalam penggunaan partikel “ga”
karena kalimat dipengaruhi penggunaan dua predikat yang sama. Penggunaan
dua predikat yang sama disebabkan mahasiswa hanya menyalin kalimat yang

12
ada pada bacaan yang sebetulnya merupakan dua kalimat yang terpisah.
Kedua kalimat tersebut diringkas menjadi satu kalimat di mana kata kerja
pada kalimat satu diubah ke dalam bentuk sambung.
Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan
penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya meringkas kalimat
dengan memindahkan kalimat dalam bacaan apa adanya tanpa berpikir bahwa
jika kalimat dibuat menjadi satu maka akan berpengaruh terhadap perubahan
tata bahasanya.
Data 14
日本は先進国ですが、伝統的な文化が守れて、すごいと思います。Ø
Jepang merupakan Negara maju, tetapi bisa memelihara budaya tradisonal,
oleh karena itu saya pikir Jepang adalah Negara yang hebat.
Kalimat tersbeut merupakan kalimat majemuk di mana subjek pada
induk kalimat adalah kata “nihon” dan subjek pada anak kalimat adalah
“nihonjin/ nihon no kokumin/hito” yang dilesapkan. Jika kita hanya melihat
terjemahan pada kalimat yang salah di atas mungkin kita akan beranggapan
bahwa kalimat tersebut betul. Tetapi jika kita berpatokan pada pola pikir
kalimat bahasa Jepang, kalimat tersebut adalah salah.
Mahasiswa melakukan kesalahan dengan menggunakan partikel “ga”
diprediksikan karena dia telah salah dalam menggunakan Kata Kerja
“mamoru” dalam bentuk potensial. Karena predikatnya berupa Kata Kerja
bentuk potensial, maka mahasiswa tersebut menggunakan partikel “ga”.
Selain itu, diprediksikan mahasiwa juga belum terbiasa dengan pola pikir
dalam kalimat bahasa Jepang dan masih dipengaruhi oleh pola pikir bahasa
Indonesia. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan
overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata partikel yang digunakan
sehubungan dengan predikat berupa kata kerja bentuk potensial adalah
partikel “ga”.

e. Simpulan dan Saran


1) Kesimpulan

13
Setelah melakukan penelitian mengenai kesalahan penyebab kesalahan
penggunaan partikel “wa” dan “ga” dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini.
a) Kesalahan penggunaan partikel “wa” terdiri dari (1) kesalahan pada kalimat
majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian pembicara
mengenai suatu hal, dan (3) kalimat yang menyatakan keinginan. Kesalahan
tersebut berupa kekeliruan menggunakan partikel lain seperti partikel “mo”,
“ga”, dan wo”.
b) Kesalahan penggunaan partikel “ga” terdiri dari (1) kesalahan pada kalimat
majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian pembicara
mengenai suatu hal, (3) kesalahan karena tidak mencantumkan partikel, (4)
kesalahan yang dipengaruhi oleh kekeliruan pemilihan bentuk Kata Kerja pada
predikat, (5) Kesalahan yang diakibatkan kalimat yang tidak efektif, (6)
kesalahan pada kalimat majemuk setara, dan (7) kesalahn pada kalimat yang
merinci sifat atau ciri khas suatu hal.
c) Penyebab terjadinya kesalahan dapat disimpulkan seperti berikut ini.
 Penyebab kesalahan penggunaan partikel “wa” karena keliru dalam
menentukan jabatan kata dalam kalimat. Faktor penyebab terjadinya
kesalahan dalam penggunaan partikel “wa” adalah faktor overgeneralisasi
dan penyederhanaan.
 Penyebab kesalahan penggunaan partikel “ga” umumnya terjadi pada
kalimat majemuk yang ditulis mahasiswa sebagai ringkasan beberapa
kaliamt tunggal atau majemuk lainnya. Mahasiswa lupa mengganti partikel
pada kalimat majemuk yang merupakan ringkasan karena terpengaruh oleh
kata kerja yang digunakan. Selain itu, penyebab terjadinya kesalahan yang
lain adalah mahasiswa belum terbiasa dengan pola pikir bahasa Jepang.
Faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam penggunaan partikel “ga”
sama halnya seperti faktor penyebab kesalahan penggunaan “wa” yaitu
faktor overgeneralisasi dan penyederhanaan.

2) Saran
Berdasarkan hasil analisis, dapat disarankan beberapa hal berikut ini.

14
a) Bagi pengampu mata kuliah harap memperhatikan jenis-jenis kesalahan
penggunaan partikel “wa” dan “ga” ini untuk dijadikan bahan feedback di
kelas.
b) Bagi mahasiswa disarankan ketika membuat kalimat harus mencermati pola
kalimat yang digunakan, karena jenis kesalahan yang terjadi pada pola
kalimat yang sudah dipelajari. Selain itu, agar terbiasa dengan pola pikir
bahasa Jepang disarankan agar mahasiswasering berlatih misalnya dengan
menyalin banyak kalimat atau bacaan berbahasa Jepang.
c) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai
kesalahan lain dalam berbahasa Jepang misalnya dengan menambah objek
kesalahan yang diteliti, menganalisis kesalahan berdasakan komponen bahasa
seperti morfologi, fonologi, sintaksis, dan lain-lain. Penelitian bisa juga
dilihat dari jenis kesalahan misalnya kesalahan penghilangan (omission
errors) dan kesalahan bentukan (formation errors), kesalahan penambahan
(addition errors), kesalahan urutan (ordering errors), dan kesalahan bentukan
(formation errors).

Daftar Pustaka
Aoki, Naoko dkk. 2004. Nihongo Kyouikugaku o Manabu Hito no tameni. Tokyo: Sekai
Shisousha.
Akademikku Japaniizu Kenkyuukai. 2001. Daigaku/Daigakuin Ryuugakusei no Nihongo
Sakubunhen. Tokyo: Aruku
Harisal. 2005. Analisis Kesalahan Dalam Karangan Bahasa Jepang Mahasiswa Sastra
Jepang Universitas Hasanuddin. Tesis. Tidak dipublikasikan
Ichikawa, Yosuko. 2006. Bunpou o Tanoshiku “wa” to “ga” (1) dalam Nihongo Kyouiku
Tsuushin edisi Januari. Saitama: The Japan Foundation
Ichikawa, Yosuko. 2006. Bunpou o Tanoshiku “wa” to “ga” (2) dalam Nihongo Kyouiku
Tsuushin edisi Mei. Saitama: The Japan Foundation
Risda, Dianni. 2009. Indoensiajin Nihongo Gakushuusha no Sakubun ni Okeru Ukemi no
Goyou dalam Jurnal Nihongo yang diterbitkan oleh ASPBJI
Shirakawa, Hiroyuki dkk. 2002. Chuujoukyuu o Oshieru tameno Nihongo Bunpou
Handobukku. Tokyo: 3A Nettwork
Teramura, Hideo dkk. 2000. Keesu Sutadii Nihon Bunpou. Tokyou: Oufuu

15

Anda mungkin juga menyukai