1, September 2013
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana kesalahan interferensi
B1 dalam penggunaan adposisi bahasa Jepang, (2) bagaimana interferensi hubungan
gramatikal dalam penggunaan adposisi bahasa Jepang yang muncul pada bahasa tulis, dan (3)
bagaimana tingkat kesulitan adposisi bahasa Jepang berdasarkan interferensi yang muncul
pada bahasa tulis mahasiswa angkatan 2010 sastra Jepang Universitas Brawijaya, Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif digunakan untuk mencari validitas dan realibilitas test, serta mencari frekuensi
terbanyak dari kesalahan yang dibuat siswa. Sumber data penelitian ini adalah siswa,
sedangkan data diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa, serta hasil interview. Hasil
yang diperoleh bahwa interferensi bahasa Indonesia pada penggunaan adposisi bahasa Jepang
dalam kalimat yang dibuat siswa terjadi pada adposisi wa, mo, ga, o, ni, de, dan no.
Interferensi hubungan gramatikal yang terjadi pada penggunaan adposisi bahasa Jepang
dalam bahasa tulis yang dibuat siswa adalah transfer hubungan gramatikal B1 melanggar pola
hubungan gramatikal B2, tetapi maknanya masih bisa dimengerti secara tersirat. Adposisi
yang termasuk dalam transfer hubungan gramatikal B1 melanggar hubungan gramatikal B2
ini adalah ni, e, de, o, dan no. Tingkat kesulitan adposisi bahasa Jepang berdasarkan
interferensi yang muncul pada bahasa tulis mahasiswa sastra Jepang angkatan 2010
Universitas Brawijaya Malang adalah taiou /transfer (1-1)→dounyuu/overdifferensiasi(0-1)→
tougou /konvergensi (2-1).
Abstract: The research is aimed at describing (1) how is the mistake of Bahasa Indonesia
(B1)’s intereference in adpositional use in Japanese (2) how is the grammatical relation
interference in adpositional use of Japanese (B2), (3) how is the level of difficulty of
Japanese adpositional found in students of 2010 Japanese Literature Brawijaya University’s
written expression. The method of the research is quantitative and qualitative. Quantitative
method is used to validate and to find the reliability of the test. On the other hand, it is also
used to find the most frequent mistakes made by students. The research’s source is the
students, while the data are taken from the students’ tests and interviews. The analysis shows
that B1’s interference on the use of B2’s adpositionals in sentences are found in adpositionals
wa, mo, ga, o, ni, de, and no. Grammatical relation intereferences in B2’s adpositional in
written expression are considered as grammatical relation transfer of B1 which deviates the
pattern of grammatical relation of B2. However, the meaning of the sentences are still
22
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
23
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
24
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
25
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
26
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
27
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
28
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
Tabel 1.1 Tingkat Kesulitan Bahasa Jepang pada Siswa ber B1.Bahasa Inggris
Bahasa Contoh
Tingkat Bahasa Target
Keterkaitan Ibu (Bahasa
Kesulitan (Jepang)
(Inggris) Jepang)
sulit (A)Bunka 1 2 Aru dan iru
(B)Dounyuu 0 1 wa
plural ・
(C)Sakujo 1 0
definitif
(D)Tougou 2 1 ~te iru
mudah (E)Taiou 1 1 Past tense
29
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
30
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
Tabel 3.1 Hasil Test Membuat Kalimat Bahasa Jepang yang terdapat
Kesalahan karena Interferensi B1 pada Adposisi Bahasa Jepang
No Adposisi Peran semantik, sintaksis Kalimat Jumlah
Menunjukkan topic Nihon deØdensha o tsukau
17
hito ga ooi desu.
1 wa
Penegasan Kono heya nara, 30 nin mo
8
hairemasu.
2 mo Penekanan Zenzen yasumikatta. 1
Menyatakansubjek Kono keekiwa watashi no
8
tsukutta keeki desu.
3 ga
Haha no tsukuttta ryouri ha
Penandamodifikator 35
oishii.
Yasumi Øtoki, kouen de
Tempataktifitas 24
sanpou shimasu.
Tempat dilaluinya suatu proses Hikouki wa kuuki de
4 o 14
atau kegiatan tobimasu.
Kaban no naka de hon to
Menyatakan tempat Keberadaan 6
enpitsu ga arimasu.
31
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
Jika dilihat dari keseluruhan adposisi, maka akan didapat hasil seperti di bawah ini:
32
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
Dari hasil analisa kesalahan adposisi yang 6. Kalau sampai rumah tolong telepon =
disebabkan interferensi, diketahui bahwa Uchi e/made kitara, denwa shite
hanya terjadi transfer hubungan gramatikal kudasai.
B1 melanggar pola hubungan gramatikal 7. Departemen store ini menghadap ke
B2, yaitu transefer hubungan yang barat = kono depaato wa nishi e
melanggar pola B2, namun masih bisa mukimasu.
dimengerti secara tersirat.Transfer 8. Dalam sehari sembahyang 5 kali = 1
hubungan gramatikal ini terdapat pada nichi de/Ø 5 kai oinori o shimasu.
kalimat : 9. Keluar rumah pukul 6:30 = 6ji 30 pun
1. Ayah meninggal pada usia 75 ni uchi kara demasu.
tahun=Chichi wa 75sai ni shinimashita. 10. Di dalam tas ada buku dan pensil =
2. Terlambat kesekolah karena terlambat kaban no naka de hon to enpitsu ga
bangun =Asanebou kara, gakkou e arimasu
chikoku shimaimashita. Dari kalimat-kalimat di atas, diketahui
3. Pesawat terbang di udara = Hikouki bahwa interferensi terjadi pada transfer
wa kuuki de tobimasu. hubungan gramatikal pada adposisi ni, e,
4. Menggantung lukisan di dinding = de, o dan no.
Kabe de e o kakete imasu. Tingkat kesulitan berdasarkan
5. Ketika libur jalan-jalan di taman = interferensi bahasa ibu yang digunakan
YasumiØ toki, koen de/e sanpou dalam penelitian adalah dounyuu
shimasu. /overdferensiasi (0-1); tougou /konvergensi
(2-1) : taiou /transfer (1-1) . Adposisi yang
33
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
34
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
35
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
36
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
menyatakan tempat keberadan dan tempat cenderung menggunakan e, jika fokus pada
aktivitas dalam konteks kalimat di atas rumah maka menggunakan ni. Namun
sudah cukup jelas. Namun, seperti yang bukan berarti kalimat yang dibuat siswa
telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada bisa dibenarkan.Karena kalimat pada soal
siswa yang kesetiaan terhadap B1 terlalu bermakna titik sampai bukan arah.Verba
kuat, maka B1 selalu muncul, meskipun yang dikehendaki pun bukan kimasu
kemunculan tersebut dikarenakan faktor (datang) tetapi tsukimasu (sampai).
lupa, hal tersebut terjadi karena B1 terlalu Siswa yang menggunakan
kuat. Kecuali untuk beberapa verba yang adpsosisi made karena merujuk pada kata
menunjukkan aktivas, ada juga yang sampai. Adposisi made sendiri
menggunakan adposisi ni. Misalnya Isu ni mempunyai makna batasan. Jadi tidak
suwatte imasu (duduk di kursi), atau verba benar jika sampai rumah merupakan suatu
aru yang menyatakan keberadaan tetapi batasan. Jadi kesalahan yang dilakukan
menggunakan adposisi de, misalnya dalam siswa dengan menggunakan adposisi made
kalimat bijutsukan de tenrankai ga aru (di ini karena siswa menggunakan kalimat
museum ada pameran). Menggunakan sederhana dengan mengartikan bahwa
adposisi ni karena duduk merupakan sampai adalah made.
shunkan doushi (aktivitas sekejap), Untuk peran semantik menyatakan
sedangkan menggunakan adposisi de, tujuan yang terdapat pada kalimat
karena pameran adalah sebuah aktivitas. “Terlambat ke sekolah karena terlambat
Kecenderungan memilih de sebagai tempat bangun”, terdapat 30 kesalahan dengan
ini sama dengan hasil penelitian Saito kalimat,Asanebou kara, gakkou e chikoku
Matsuda (1992) terhadap pembelajar shimaimashita. Alasan yang dikemukakan
Bahasa Jepang yang ber B1 bahasa Korea. semua sama, yaitu karena menuju ke
Dan berbeda dengan hasil penelitian sekolah. Ke menurut Anton Mulyono dan
Mizutani Nobuko (1987) yang meneliti Chaer adalah menunjukkan arah tujuan,
pembelajar bahasa Jepang yang ber B1 sedangkan untuk fungsi tujuan itu sendiri
bahasa Inggris, dimana siswa cenderung digunakan preposisi untuk, buat, guna,
memeilih adposisi ni untuk tempat bagi. Dalam bahasa Jepang adposisi ni
aktivitas. mempunyai peran semantik mokuteki
Untuk peran semantik yang (tujuan), sedangkan e adalah houkou (arah).
menyatakan titik sampai terdapat pada Dua fungsi yang berbeda tetapi karena
kalimat, “Kalau sampai rumah tolong dalam pemakaiannya adakalanya bisa
telepon”, terdapat 8 siswa yang melakukan saling menukar, menyebabkan siswa sering
kesalahan. Siswa membuat kalimat dalam memilih apdosisi yang paling mirip dalam
bahasa Jepang, Uchi made denwa o kakete bahasa Indonesia. Sehingga dalam kalimat
kudasai, uchi e kitara, denwa shite kudasai. misalnya gakkou e ikimasu, sedikit siswa
Alasan yang dikemukanan adalah karena memilih adposisi ni.
sampai rumah adalah pulang ke rumah, Sepuluh siswa melakukan
maka adposisi yang dipilih e. Hal ini pada kesalahan untuk peran semantik frekuensi
akhirnya akan berpulang kembali kepada si ditunjukkan dalam kalimat “Dalam sehari
pembicara atau yang membuat kalimat. sembahyang 5 kali”. Mereka membuat
Adposisi e mempunyai makna menyatakan kalimat Ichi nichi de/Ø / juu 5kai ni oinori
arah.Kalimat sampai rumah ataupun o shimasu. Alasan yang dikemukakan
pulang ke rumah bisa bermakna arah yaitu adalah, karena dalam adalah de; tanpa
menuju ke rumah. Sehingga jika adposisi maknanya sudah jelas karena ichi
pembicara fokus pada arah maka dia akan nichi adalah satu hari; serta menggunakan
37
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
kata juu yang artinya juga dalam satu hari. bahasa Indonesia tidak ada kata yang bisa
Fungsi semantik dalam dalam bahasa mengkespresikannya. Namun jika siswa
Indonesia adalah tempat. Tetapi ada juga ingat pada perubahan adjective bahwa jika
yang menyatakan frekuensi. Karena itu naadjective bergabung dengan verba, maka
siswa juga memilih adposisi de untuk harus diikuti oleh adposisi ni tentunya
kalimat di atas.Sedangkan siswa yang tidak tidak mengalami kesulitan untuk membuat
menggunakan adposisi, dikarenakan frasa pandai bicara.
kesalahan dalam memahami makna dari Pada peran semantik bagian mana
kata ichi nichi itu sendiri.Kata juusendiri kita melakukan sesuatu, yang ditunjukkan
dalam ichi nichi juubermakna sehari penuh. dalam kalimat “Menggantung lukisan di
Terdapat 9 siswa yang melakukan dinding” terdapat 10 siswa yang
kesalahan pada fungsi semantik arah yang melakukan kesalahan. Siswa membuat
ditunjukkan dalam kalimat “Department kalimat kabe de e o kakete imasu.Dalam
Store ini menghadap ke barat”. Siswa bahasa Indonesia, baik preposisi di dan
membuat kalimat, Kono depaato wa nishi pada menyatakan tempat. Namun karena
e mukimasu. Dalam bahasa Indonesia, siswa cenderung membuat terjemahan
fungsi semantik arah tujuan ditunjukkan bahwa di=de dan ni=pada, maka akan
dengan preposisi ke, kepada, akan, selalu didapat jawaban bahwa alasan
terhadap. Untuk itu tidak salah jika siswa memakai adposisi de adalah karena di.
memilih adposisi e.Namun perlu diingat Hanya terdapat 3siswa yang
sekali lagi bahwa adpsosisi e bukan melakukan kesalahan untuk peran
berperan sebagai arah tujuan tapi arah semantik pelaku/darimana suatu hal
aktifitas. Tidak adanya pembedaan antara didapat. Kalimat “Dipinjami buku oleh
arah tujuan dan arah aktifitas dalam guru”, menjadi, Sensei kara hon o
bahasa Indonesia ini membuat siswa dipinjami. Alasan yang dikemukakan
mengeneralisasi pemakaian adposisi. sama, yaitu karena dari=kara. Dalam
Untuk peran semantik taraf bahasa Jepang baik ni maupun kara
keadaan yang ditunjukkan dalam kalimat mempunyai makna semantik yang sama
“Ali pandai bicara dalam bahasa Jepang” untuk peran ini. Yang membedakannya
terdapat 2 siswa yang melakukan adalah nipelakunya adalah individu,
kesalahan. Sebenarnya, kalimat yang sedangkan kara adalah sebuah instansi.
dibuat siswa tidak salah, namun jika Adposisi de merupakan adposisi
disesuaikan dengan bahasa Indonesia yang yang mudah diingat siswa karena mirip
diminta, menghasilkan kalimat yang dengan didan dalam dalam bahasa
sedikit berbeda namun maknanya mirip Indonesia.Karena kemiripan tersebut, bisa
yaitu Ali san wa nihongo de hanaseru koto mengakibatkan overgeneralisasi.Untuk
wa jouzu (Ali bisa bicara dalam bahasa peran semantik cara/alat terdapat 2
Jepangnya pandai), dan Ali san wa kesalahan. Dalam kalimat “Ali pandai
nihongo de hanashi ga jouzu (Ali bicara bicara dalam bahasa Jepang”, siswa
dalam bahasa Jepangnya pandai). Sehingga membuat kalimat Ali san wa nihongo no
ketika peneliti bertanya “Apa bahasa kaiwa ga jouzu.Kalimat ini secara sintaksis
Jepangnya ‘pandai bicara?”, siswa dan semantik tidak salah, namun sedikit
menjawab Jouzu hanashimasu. “Mengapa berbeda dengan makna yang dikehendaki
tidak menggunakan adposisi?”, siswa dalam kalimat bahasa Indonesia. Ketika
menjawab. “Tidak perlu”. Terlihat lagi peneliti bertanya nihongo no kaiwa
bahwa sulit menentukan adposisi yang digunakan untuk menerjemahkan frasa apa,
dipakai di antara dua kata, jika dalam siswa menjawab “Bicara dalam bahasa
38
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
Jepang itu kan nihongo no kaiwa”. Dari mati. Dan juga kalau memakai kara, lebih
jawaban siswa ini, dapat dilihat bahwa jika cenderung subyektifitas pembicara.
siswa kesulitan untuk membuat kalimat Sedangkan untuk peran yang
yang sesuai dengan pertanyaan yang menyatakan waktu, terdapat 28 siswa yang
diajukan, maka siswa cenderung membuat melakukan kesalahan, yaitu pada kalimat
kalimat yang dia kuasai dan yang lebih “Ayah meninggal pada usia 75 tahun” oleh
mudah.Fenomena ini juga yang siswa dibuat kalimat menjadi Chichi wa
mengakibatkan tidak terdapat variasi pada 75sai ni shinimashita.Alasan yang
karangan yang dibuat siswa.Meskipun dikemukakan adalah karena pada sama
sudah belajar pola-pola baru maupun kata- dengan ni. Kalau dilihat dari teori bahasa
kata baru, siswa tetap membuat kalimat Indonesia, preposisi yang menyatakan
yang paling mudah dan sederhana yang waktu adalah pada, hingga, sampai, sejak,
terkadang kalimat yang dihasilkan berbeda semenjak, menjelang. Jadi baik dalam
maknanya dari yang dipikirkan siswa. bahasa Indonesia, maupun bahasa Jepang
Pada peran semantik yang kalimat ini mempunyai makna yang sama,
menyatakan bahan, terdapat 23 kesalahan. yaitu waktu. Namun bahasa Jepang tidak
Kalimat “Meja terbuat dari kayu”, oleh ditunjukkan dengan adposisini tetapi
siswa dibuat kalimat menjadi Tsukue wa ki dengan adposisi de.
kara tsukurimashita (Meja, membuat dari Pada peran semantikyang
kayu). Peran semantik kara dan de sama- menyatakan sifat benda yang mengikuti
sama menyatakan bahan, tetapi untuk de, terdapat 17 kesalahan. Pada kalimat “Dari
bahan asal masih keliahatan wujudnya. sini terdengar bunyi ombak” menjadiKoko
Siswa yang mengalami interferensi, kara nami Ø oto ga kikoemasu, kalimat
dengan cepat menjawab dipakainya “Ketika libur, jalan-jalan di taman”
adposisi kara karena kara adalah dari. menjadi Yasumi Ø toki kouen de sanpo
Sedangkan siswa yang tidak mengalami shimasu. Rata-rata siswa mengemukakan
interferensi, meskipun adposisi yang alasan tidak perlu adposisi pada kalimat
digunakan salah, mereka akan mengatakan tersebut. Ada pula yang beralasan bahwa
bingung atau lupa, mana yang harus pakai toki sudah menyatakan ketika, sehingga
kara mana yang harus pakai de. tidak perlu adposisi juga tidak mengapa.
Untuk peran semantik yang Hal ini juga merupakan fenomena yang
menyatakan alasan, terdapat 20 kesalahan. sering terjadi yakni jika tidak ada kata
Kalimat “Banyak orang mati karena yang bisa diekspresikan dalam bahasa
tsunami”, oleh siswa dibuat menjadi Indonesia, siswa cenderung tidak
Tsunami desu kara, takusan hito ga menggunakan adposisi, atau siswa
shinimashita. Alasan yang dikemukakan mengalihkan ke dalam kata yang artinya
rata-rata sama yaitu kara adalah karena. sama.
De dan kara sama-sama menyatakan Yang terakhir adalah peran
sebab/alasan tetapi dengan fokus yang penghubung tempat yang dinyatakan
berbeda. Pada kalimat di atas, kalimat dalam kalimat “Di dalam tas ada buku dan
fokus pada shinda hito ga ooi(orang yang pensil”, terdapat 1 kesalahan. Siswa
meninggal banyak) untuk itu menggunakan membuat kalimat Kaban ni hon to enpitsu
adposisi de. Kalau menggunakan kara, ga arimasu. Kesalahan yang terdapat pada
maka terasa aneh, karena kalimat tersebut kalimat ini tidak pernah diperkirakan
akan bermakna banyak orang yang mati sebelumnya, karena kalimat jenis ini
karena tsunami, tetapi kalau bukan karena adalah kalimat yang paling mudah
tsunami, mungkin tidak banyak orang yang sehingga hampir semua siswa bisa
39
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
40
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
bahasa Inggris diketahui ranking tingkat pada peran semantik tempat aktivitas dan
kesulitan karena interferensi B1 tempat dilaluinya suatu proses/kegiatan.
adalah :Taiou (1-1)→Tougou (2- Adposisi niterdapat pada peran semantik
1)→Sakujo (1-0)→Dounyuu (0-1)→Bunka titik sampai, tujuan, frekuensi, arah, taraf
(1-2) keadaan, bagian mana kita melalakukan
Dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan sesuatu, serta hasil. Adposisi de terdapat
tingkat kesulitan di antara pembelajar pada peran semantik cara/alat, bahan,
bahasa Jepang yang berB1 bahasa Inggris alasan, dan waktu. Sedangkan adposisi no
dan berB1 bahasa Indonesia yaitu pada terdapat pada peran semantik sifat dari kata
posisi dounyuu/overdifferensiasi dan benda yang mengikuti dan peran sintaksis
tougoukonvergensi. Namun hal ini juga penghubung tempat.
tidak bisa dijadikan acuan karena Ishida Interferensi hubungan gramatikal
mencari tingkat kesulitan pada seluruh yang terjadi pada penggunaan adposisi
aspek bahasa, sedangkan penelitian ini bahasa Jepang dalam bahasa tulis
hanya mencari tingkat kesulitan pada mahasiswa sastra Jepang angkatan 2010
penggunaan adposisi saja. Meskipun Universitas Brawijaya Malang adalah
apdosisi wa (dounyuu/overdifferensiasi) transfer hubungan gramatikal B1
lebih sulit dari pada bentuk ~te iru melanggar pola hubungan gramatikal B2,
(tougou/konvergensi), sedangkan pada tetapi maknanya masih bisa dimengerti
bahasa Indonesia, tougou/konvergensi secara tersirat. Adposisi yang termasuk
lebih sulit dari pada dalan transfer hubungan gramatikal B1
dounyuu/overdifferensiasi, ini juga tidak melanggar hubungan gramatikal B2 ini
bisa dijadikan kesimpulan bahwa adalah ni, e, de, o, dan no. Ke-empat
tougou/konvergensi memang lebih sulit adposisi ini rentan terjadi interferensi
dari pada dounyuu/overdifferensiasi. hubungan gramatikal B1 melanggar
hubungan gramatikal B2 tapi maknanya
Penutup masih dapat dimengerti. Hal ini disebabkan
Berdasarkan penelitian dan karena peran sintaksis maupun semantik
rumusan masalah yang telah dilakukan, adposisi ni, e, de ,o yang lebih dari satu
dapat disimpulkan bahwa interferensi serta ada kemiripan bunyi dengan bahasa
bahasa Indonesia pada penggunaan Indonesia. Sedangkan adposisi no rentan
adposisi bahasa Jepang dalam kalimat terjadi interferensi untuk peran semantik
yang dibuat siswa terjadi pada adposisi wa, sifat dari kata benda, karena dalam bahasa
mo, ga, o, ni, de, dan no. Interferensi yang Indonesia tidak menggunakan kata sebagai
terjadi pada adposisi wa terdapat pada penghubung noun dan noun.
peran sintaksis menunjukkan topik dan Tingkat kesulitan adposisi bahasa
peran semantik penegasan. Untuk adposisi Jepang berdasarkan interferensi yang
mo terdapat pada peran semantik muncul pada bahasa tulis mahasiswa sastra
penekanan, adposisi ga terdapat pada peran Jepang angkatan 2010 Universitas
sintaksis menyatakan subjek dan penanda Brawijaya Malang adalah
modifikator. Untuk adposisi o terdapat
41
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013
42