Anda di halaman 1dari 21

Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No.

1, September 2013

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA TERHADAP PENGGUNAAN


ADPOSISI BAHASA JEPANG PADA
BAHASA TULIS
(Studi Kasus terhadap Mahasiswa Angkatan 2010 Sastra Jepang Universitas
Brawijaya, Malang)

Febi Ariani Saragih


Universitas Brawijaya Malang
Email: emiwk74@yahooco.jp

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana kesalahan interferensi
B1 dalam penggunaan adposisi bahasa Jepang, (2) bagaimana interferensi hubungan
gramatikal dalam penggunaan adposisi bahasa Jepang yang muncul pada bahasa tulis, dan (3)
bagaimana tingkat kesulitan adposisi bahasa Jepang berdasarkan interferensi yang muncul
pada bahasa tulis mahasiswa angkatan 2010 sastra Jepang Universitas Brawijaya, Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif digunakan untuk mencari validitas dan realibilitas test, serta mencari frekuensi
terbanyak dari kesalahan yang dibuat siswa. Sumber data penelitian ini adalah siswa,
sedangkan data diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa, serta hasil interview. Hasil
yang diperoleh bahwa interferensi bahasa Indonesia pada penggunaan adposisi bahasa Jepang
dalam kalimat yang dibuat siswa terjadi pada adposisi wa, mo, ga, o, ni, de, dan no.
Interferensi hubungan gramatikal yang terjadi pada penggunaan adposisi bahasa Jepang
dalam bahasa tulis yang dibuat siswa adalah transfer hubungan gramatikal B1 melanggar pola
hubungan gramatikal B2, tetapi maknanya masih bisa dimengerti secara tersirat. Adposisi
yang termasuk dalam transfer hubungan gramatikal B1 melanggar hubungan gramatikal B2
ini adalah ni, e, de, o, dan no. Tingkat kesulitan adposisi bahasa Jepang berdasarkan
interferensi yang muncul pada bahasa tulis mahasiswa sastra Jepang angkatan 2010
Universitas Brawijaya Malang adalah taiou /transfer (1-1)→dounyuu/overdifferensiasi(0-1)→
tougou /konvergensi (2-1).

Kata Kunci : interferensi, makna, gramatikal

Abstract: The research is aimed at describing (1) how is the mistake of Bahasa Indonesia
(B1)’s intereference in adpositional use in Japanese (2) how is the grammatical relation
interference in adpositional use of Japanese (B2), (3) how is the level of difficulty of
Japanese adpositional found in students of 2010 Japanese Literature Brawijaya University’s
written expression. The method of the research is quantitative and qualitative. Quantitative
method is used to validate and to find the reliability of the test. On the other hand, it is also
used to find the most frequent mistakes made by students. The research’s source is the
students, while the data are taken from the students’ tests and interviews. The analysis shows
that B1’s interference on the use of B2’s adpositionals in sentences are found in adpositionals
wa, mo, ga, o, ni, de, and no. Grammatical relation intereferences in B2’s adpositional in
written expression are considered as grammatical relation transfer of B1 which deviates the
pattern of grammatical relation of B2. However, the meaning of the sentences are still

22
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

understandable implicitely. Some adpositions considered in B1’s grammatical relation


transfer are ni, e, de, o, and no. The level of difficulty of B2 based on its intereference on the
students’ written expression of 2010 Japanese Literature students of Brawijaya University of
Malang are taiou /transfer (1-1)→dounyuu/overdifferensiasi(0-1)→ tougou /konvergensi (2-
1).

Keywords: interference, meaning, grammatical

1. Pendahuluan Jepang, sering menemukan kesalahan yang


Kesalahan selalu terjadi ketika dilakukan oleh pembelajar bahasa Jepang
memperlajari suatu bahasa. Salah satu dalam penggunaan adposisi ketika membuat
penyebab kesalahan tersebut adalah karena kalimat maupun ketika mengerjakan test
kesulitan yang dialami pembelajar. Dalam (mengisi adposisi pada kalimat). Sering
pembelajaran bahasa asing, salah satu ditemukan bahwa pembelajar mengisi
penyebab kesulitian itu adalah adanya adposisi sesuai dengan makna adposisi
interferensi bahasa ibu. Pembelajaran tersebut dalam bahasa Indonesia. Misalnya
bahasa Jepang di Indonesia biasanya dalam kalimat berikut ini,
dimulai pada tingkat Sekolah Menengah (1)Doubutsuen ni tora ga imasu
Atas dan Perguruan Tinggi. Jadi bisa Kebun
dikatakan bahwa siswa sudah dalam usia binatang/adposisi/hariamau/adpsosi/ada
dewasa. Karena sudah dewasa, tentunya Ada harimau di kebun binatang
dalam diri siswa sudah melekat sistem Pada penyusunan kalimat di atas,
gramatika B1 mereka. Hal ini sesuai dengan ada pembelajar yang mengisi adposisi ni
yang dikemukan oleh Setyawati (2010:10) dengan adposisi de. Adposisi ni dan de
yang membagi faktor penyebab seseorang mempunyai peran semantik yang sama
salah dalam berbahasa menjadi tiga yaitu: 1. yaitu menyatakan tempat tetapi dalam
Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu konteks yang berbeda. Namun dalam
dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa bahasa Indonesia, baik adposisi ni maupun
kesalahan berbahasa disebabkan oleh de mempunyai makna sama dalam konteks
interferensi bahasa ibu terhadap bahasa kalimat di atas, yaitu di. Sehingga
kedua yang sedang dipelajari si pembelajar pembelajar cenderung memilih de karena
(siswa). 2. Kekurangpahaman pemakai mirip dengan preposisi bahasa Indonesia di.
bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Sehubungan kesalahan yang terjadi
Jika siswa kurang paham terhadap bahasa pada kalimat di atas, maka analisis
yang dipelajari, maka siswa cenderung kesalahan penting dilakukan seorang
meraba-raba maupun membuat pengajar karena bermanfaat dalam
generelalisasi terhadap materi yang 1.Menentukan urutan penyajian butir-butir
dipelajari, dan 3. Pengajaran bahasa yang yang diajarkan dalam kelas dan buku teks,
kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini misalnya urutan mudah-sukar. 2.
mengakibatkan pembelajar salah persepsi Menentukan jenjang relatif penekanan,
maupun tidak begitu mengerti apa yang penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan
diterangkan oleh pengajar. yang diajarkan. 3. Merencanakan latihan
Dalam pembelajaran bahasa Jepang dan pengajaran remedial, dan 4. Memilih
tingkat dasar, dikenal adposisi yaitu wa, ga, butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.
mo, o, to, ni, mo, de, ya, dake/shika, kara, Dari hasil analisis butir-butir yang sukar
made, no. Peneliti sebagai pengajar bahasa dan mudah, pengajar dapat lebih

23
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

mempertimbangkan butir-butir yang akan dan verba.Dari kelimat tersebut dapat


dikeluarkan sebagai soal, sehingga diketahui bahwa dalam kalimat yang paling
persentase soal sukar dan mudah akan sederhana pun, menuntut kehadiran
seimbang. Tarigan (1988:69). adposisi.Adposisi adalah salah satu faktor
Kesalahan yang disebabkan yang membentuk struktur kalimat dalam
interferensi B1 menuntut seorang pengajar sistem gramatika bahasa Jepang. Ishikawa
untuk mengembalikan permasalahan (2006) menyatakan:
kepada B1 siswa.Untuk itu dalam 助詞というのは、付属語
menganalisis, diperlukan juga analisis (非立語)であって、活
kontrastif (anakon).Analisis kontrastif 用しないものであり、ま
adalah aktivitas atau kegiatan yang
た、格助詞というのは、
mencoba membandingkan struktur B1
dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi 述語との関係を表す助詞
perbedaan-perbedaan di antara ke dua である。格助詞は動詞だ
bahasa (Tarigan, 1988:23).Kontras adalah けでなく、形容詞や名詞
sesuatu yang bertolak belakang, sehingga との関係も表す
analisis ini mencari struktur-struktur yang
bertolak belakang saja.Analisis ini dapat Artinya:
digunakan sebagai landasan dalam Yang disebut dengan Joshi
meramalkan atau memprediksi kesulitan- adalah kata yang tidak berdiri
kesulitan berlajar bahasa yang dihadapi sendiri yang tidak mengalami
siswa, terutama B2. perubahan. Sedangkan kaku
Pronomina adalah kata yang joshi adalah joshi yang
dipakai untuk mengacu ke nomina lain. menyatakan hubungan
Pronomina dalam bahasa Indonesia dibagi dengan predikat.Kaku joshi
menjadi tiga yaitu :pronomina persona tidak hanya menyatakan
(saya, engkau dia), pronomomina penunjuk hubungan dengan verba saja,
(ini, itu, sini, sana, begini, begitu), tetapi juga mendeskripsikan
pronominapenanya (siapa, apa, mana). Dari hubungan kata sifat dan kata
ketiga jenis pronomina di atas, adposisi benda).
bahasa Jepang dapat disetarakan dengan
pronomina persona orang ketiga seperti Karena joshi merupakan kata tugas,
yang ditunjukkan dalam contoh zoo wa maka dengan sendirinya tidak bisa berdiri
hana ga nagai (gajah belalainya panjang), sendiri. Dia harus diikuti oleh kata lainnya.
serta pronomina penanya seperti dalam Sama dengan halnya adposisi bahasa
contoh dare ga kono okashi o tabemashita Indonesia, misalnya ke, tentunya tidak bisa
ka (Siapa yangtelah makan kue ini?) berdiri sendiri. Dia menuntut kehadiran
dimana partikel ga berfungsi sebagai kata tempat. Sedangkan kaku joshi yang
pemarkah kata tanya. merupakan salah satu jenis adposisi,
Dalam sebuah kalimat bahasa berfungsi sebagai penghubung predikat,
Jepang biasanya terdiri dari topik (shudai), yang menghubungkan verba, adjectiva dan
subjek (shugo), objek (mokutekigo), dan noun. Misalnya kaku joshiga, dalam
predikat (jutsugo). Dan dalam sebuah watashi ga tabeta (saya makan). Ga adalah
kalimat sederhana bahasa Jepang, sekurang penanda predikat pada kata tabeta (makan),
kurangnya menggunakan tiga kata. dan menghubungkan verba tabeta
Misalnya kalimat watashi wa taberu (saya (makan).
makan), menggunakan nomina, adposisi,

24
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Karakteristik sebuah joshi (adposisi) mempunyai fungsi struktur hubungan.


adalah sebagai salah satu jenis fuzokugo Dengan kata lain adposisi sebagai
(kata yang tidak bisa berdiri sendiri) yang penghubung dalam pembentukan kalimat.
selalu menempel pada jiritsugo (kata Makna adposisi akan berbeda-beda
penuh/berdiri sendiri) dalam sebuah tergantung pada konstituen yang menempel.
bunsetsu (klausa); atau merupakan tango Misalnya dalam kalimat watashi wa imouto
(morfem) yang tidak mengalami katsuyoo ni ame o agemasu (Saya memberi permen
(infleksi); dan fungsinya adalah untuk kepada adik), adposisi ni bermakna kepada.
menunjukkan hubungan antar goku (kata- Sedangkan dalam kalimat watashi wa haha
kata dan frase-frase), seperti hubungan ni okane o moraimashita (saya menerima
antara shugo (subyek) dengan shushokugo uang dari ibu) adposisi ni bermakna dari.
(modifikator) (Kentaro Aoki (1997: 66-72). Secara umum, adposisi bahasa Jepang
Dikatakan sebagai kata yang tidak berdiri mempunyai hubungan pada struktur bentuk
sendiri, karena adposisi selalu kalimat dan mempunyai hubungan dengan
mengubungkan kata yang ada di depan makna (informasi yang disampaikan), atau
maupun di belakangnya. Selalu menempel mempunyai hubungan dengan kedua-
pada kata penuh berarti adposisi tidak bisa duanya (bentuk kalimat dan makna). Jika
menempel pada kata yang tidak bisa berdiri dalam hubungan struktur bentuk kalimat
sendiri. Dan adposisi itu akan membentuk adposisi tidak digunakan maka akan
sebuah klausa, misalnya haha wa suupa e menjadi kalimat yang tidak berterima. Jika
ikimasu (ibu pergi ke pasar). Adposisi dalam hubungan makna adposisi tidak
merupakan morfem, sehingga dia juga digunakan, maka informasi yang
mempunyai makna. Dalam hal ini yaitu disampaikan oleh kalimat itu akan
makna gramatikal. Jadi adposisi e pada berbeda,dan akan menjadi kalimat dengan
contoh kalimat di atas bermakna ke. makna yang lain. Misal dalam kalimat: (1)
Adposisi wa menunjukkan hubungan watashi tomodachi Jakarta ikimasu(saya
subjek, adposisi e menunjukkan hubungan teman Jakarta pergi), dan (2) tomodachi
antara predikat dan keterangan. kikimasu (teman bertanya). Kalimat (2)
Dari definisi diatas diketahui tidak berterima karena tidak jelas siapa
bahwa baik adposisi bahasa Jepang maupun yang pergi ke Jakarta. Kalimat (1)
adposisi bahasa Indonesia (dalam hal ini bermakna saya dan teman pergi ke Jakarta
preposisi) sama-sama merupakan kata jika menggunakan adposisi to, sedangkan
tugas atau kata yang tidak berdiri sendiri, akan bermakna teman saya yang pergi ke
tetapi adposisi bisa menghubungkan kata Jakarta, jika menggunakan adposisi
sifat dan kata benda, sedangkan preposisi no.Kalimat (2) ini maknanya juga
bahasa Indonesia tidak menghubungkan membingungkan. Apakah bermakna
kata sifat dan kata benda. Dalam bahasa tomodachi ga kikimasu (teman bertanya),
Indonesia fungsi tersebut dilakukan oleh atau tomodachi ni kikimasu (bertanya
konjungsi. kepada teman).
Seluruh adposisi bahasa Jepang Kasus tidak digunakannya adposisi
merupakan faktor penyusun dalam dalam bahasa Jepang disebut mujoshi.
pembentukan sistem gramatika bahasa Dalam bahasa tulis kasus mujoshi tidak
Jepang. Umehara yang dikutip oleh Hando ditemukan, tetapi dalam bahasa lisan sering
(2005:141) mengatakan bahwa setiap ditemukan. Mujoshi sering ditemukan
adposisi mempunyai makna sendiri-sendiri, dalam frasa nomina. Misalnya: (4) watashi
dan menempel dengan konstituen di Ø ashita no paatii ni iku (Saya besok pergi
depannya yang merupakan kata yang ke pesta).(5) Toukyou Ø itta toki, kutsu Ø

25
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

katte kite ne(Kalau pergi ke Tokyou beli diperbolehkannya menafsirkan berbagai


sepatu ya).Jika bukan sebagai topik, tidak macam makna no pada ekspresi yang
semua adposisi kasus bisa hilangkan. dihubungkan oleh adposisi no adalah
Adposisi kasus yang bisa dihilangkan karena alasan tersebut. Misalnya: sakura no
adalah ga, o, ni (menyatakan arah),dan e. hana (kebun yang penuh dengan sakura);
Sedangkan yang tidak bisa dihilangkan watashi no kare (laki-laki yang saya sukai);
adalah ni (benefit), de, to, kara, made. watashi no hon (buku punya saya); haru
Seperti halnya pembagian kelas kata, no ensoku ( piknik yang diadakan di
pembagian atau klasifikasi adposisi dalam musim semi).
bahasa Jepang pun berbeda-beda menurut Kakari joshi ( 係 り 助 詞 ) adalah
pendapat para linguis sesuai dengan teori kategori adposisi yang mempunyai fungsi
yang mereka gunakan. Namun secara garis gramatika oritate. Fungsi toritate pada
besar adpsoisi bisa dibagi menjadi dua, kakari joshi adalah mengkhususkan secara
yaitu toritate joshi/adposisi yang struktur dan secara makna dua hal yang ada
menunjukkan topik (wa, mo, dake, shika) di depan dan di belakang kakari joshi.
dan kaku joshi (ga, o, ni , de, kara), Dengan pola tersebut ada dua toritate yaitu
(Ichikawa,1997). Kaku joshi diturunkan lagi toritate yang pasti dan toritate yang
menjadi rentai joshi/ adposisi penyambung memiliki batasan. Tetapi jika dilihat dari
no dan fukugo joshi (toshite, ni totte, ni perbedaan struktur masing-masing kalimat,
taishite, ni kanshite). Dapat kita lihat bahwa maka akan timbul penggunaan/fungsi
toritate joshi sama dengan kakari joshi. sebagai topik dan fungsi sebagai
Tetapi fuku joshi (dake, shika) masuk juga perbandingan. Misal, (6) Watashi wa
dalam toritate joshi. Yamada desu(saya Yamada), (7))Yasai mo
Kaku joshi (格助詞-adposisi kasus) taberu (sayur juga makan). Wa dalam
adalah adposisi yang membawa hubungan kalimat (6) merupakan toritate yang pasti
pada pembentukan kalimat sebagai faktor yang berfungsi membentuk hubungan
penyusun kalimat, juga berfungsi untuk secara sintaksis pada hubungan yang
menunjukkan hubungan makna yang ada di disebut dengan topik-penjelasan.
antara taigen dan yougen, tetapi tidak Sedangkan mo dalam kalimat (7) selain
menimbulkan hubungan selain dari itu. membentuk hubungan secara sintaksis
(Hando,2005:136). Rentai joshi (連体助詞) berdasarkan fungsi topik, juga membentuk
adalah adposisi yang berfungsi untuk hubungan hanretsu (paradigmatic). Jadi
membuat hubungan secara sintaksis bisa disimpulkan bahwa kakari joshi selain
diantara sesama taigen(Hando,2005:133). berfungsi umum menghubungkan secara
Rentai joshi yang paling umum adalah sintaksis, juga mengemban fungsi untuk
partikel no yang berfungsi memodifikasi membentuk hubungan hanretsu. Toritate
rentai. Misalnya dalam kalimat sakura no joshi bisa juga digunakan bersama-sama
sono (kebun sakura), watashi no kare (laki- dengan kaku joshi. Misal :(8) a.Nihon ni
laki saya). Meskipun no mengekspresikan kisetsu ga yotsu arimau ( Ada 4 musin di
berbagai macam hubungan,tetapi tidak ada Jepang), b.Nihon ni wa kisetsu ga yotsu
batasan no tersebut hanya arimasu. Kalimat (8)a merupakan kalimat
mengekspresikan hubungan yang kenyataan secara obyektif (kyakkan teki na
bagaimana. No yang terletak di depan dan jijitsu) . Sedangan (8)b. Adalah salah satu
di belakang taigen, tidak mengekspresikan bagian dari keyataan secara obyektif
hubungan makna bagaimana pada kedua tersebut diambil dijadikan topik (Iori,
taigen tersebut. Maknanya diserahkan pada 2004:315)
penerimaan lawan bicara. Untuk itu

26
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Heiritsu joshi ( 並 立 助 詞 ) juga perkiraan suatu contoh, negasi.Peran


merupakan adposisi yang menghubungakan sintaksis dari adposisi ga adalah
sesama taigen. Yang termasuk heiritsu menyatakan subjek, objek (hubungan
joshi adalah to, toka, ya, yara, nari, dan dengan predikat), dan sebagai penanda
lain-lain. Ada yang menggunakan model modifikator, keberadaan, kata bantu verba
~to~ , ada juga yang menggunakan model intransitif. Adposisi o mempunyai fungsi
~to ~ to . Misalnya, (9)watashi wa ringo to gramatika sebagai object dari suatu
mikan ga suki (saya suka apel dan jeruk), kegiatan, serta mempunyai peran semantik
(10)kaban no naka ni hon toenpitsu tosaifu tempat tempat aktifitas, tempat dilaluinya
ga aru (di dalam tas ada buku, pensil, dan suatu proses atau kegiatan, titik awal
dompet). Sebagaian besar heiritsu joshi terjadinya suatu aktivitas (untuk verba
yang ada di belakang disingkat, dan heiritsu intransitif).Adposisi ni mempunyai peran
yang ada di belakang tersebut ada/tidak, semantik menyatakan tempat keberadaan,
tidak berpengaruh banyak terhadap makna waktu, titik sampai, benefit/penerima,
(Yoshii, 1989).Hando sendiri menganggap sebab/alasan, tujuan, frekuensi, arah, taraf
bahwa heiritsu joshi yang ada di depan keadaan, hubungan dengan sesuatu, bagian
penggunaannya tinggi dan mempunyai mana kita melakukan sesuatu, pelaku/dari
fungsi seperti rentai joshi, sedangkan mana suatu hal didapat, hasil.Adposiside
heiritsu joshi yang ada di belakang hanya mempunyai peran semantik menyatakan
ekspresi formalitas dan bisa dikatakan tempat dilakukannya aktivitas, cara, alat,
idiomatik. Sehingga contoh pada kalimat bahan, kisaran, batas, alasan, waktu.
(9) penggunaan adposisito adalah wajib, Adposisie mempunyai peran semantik
sedangkan pada contoh kalimat(10) to di menyatakan arah suatu aktivitas, dan
belakang bisa disingkat. pasangan. Adposisito mempunyai makna
Dalam pembelajaran bahasa Jepang, dan fungsi untuk menyatakan pasangan
biasanya siswa tidak mengenal pembagian aktifitas, kutipan, menunjukan lebih dari
jenis adposisi. Siswa hanya tahu bahwa satu, menunjukkan nama, sesuatu yang
adposisi adalah joshi yang biasanya dipikirkan. Adposisikara mempunyai peran
ditandai dengan penggunaan satu atau dua semantik menyatakan titik awal, menerima
huruf hiragana (dua huruf untuk partikel sesuatu dari lawan bicara, sebab, dasar
kara dan made). Untuk itu, dalam penelitian penilaian, dan bahan.Adposisino
kali ini tidak mengkhususkan pembagian mempunyai peran semantik menyatakan
adpsisi menurut jenisnya, tapi langsung milik, hubungan pelaku, sifat dari kata
mengambil adposisi yang biasanya benda yang mengikutinya, membentuk
dipelajari siswa dalam buku Minna no modifikator, penghubung tempat. Adposisi
Nihongo, dalam hal ini yang menjadi obyek made mempunyai peran semantik
penelitian adalah kaku joshi,toritate menyatakan batasan suatu hal, waktu dan
joshi/kakari joshi, rentai joshi, dan heiritsu tempat. Adposisi ya mempunyai peran
joshi. Berikut ini akan dijelaskan masing- semantik menyebutan sebagian dari benda
masing peran semantikdan sintaksis dari sebagai
adposisi bahasa Jepang. Karena perbedaan peran semantic
Adposisi wa mempunyai peran pada adposisi bahasa Indonesia dan bahasa
sebagai semantik yang menunjukkan topik, Jepang tersebut akhirnya menimbulkan
perbandingan/kontras, dan penekanan/ interferensi dalam penggunaan adposisi
penegasan. Adposisi mo mempunyai peran bahasa Jepang. Interferensi adalah ikut
semantik menunjukkan kesamaan suatu campurnya sistem bahasa B1 dalam sistem
hal/benda, penekanan, menambah nilai rasa, bahasa B2.Weinreich (Ibid: 14-61) sendiri

27
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

membagi interferensi hubungan gramatikal siswa mudah dipengaruhi B1 atau


menjadi tiga yaitu :1. Transfer hubungan terbawanya kebiasaan dalam B1. 4.
gramatikal B1 membawa makna yang tidak Kemampuan berbahasa: Siswa memendam
sesuai pada B2.Pengidentifikasi dari B1 ketidakmengertian terhadap bahasa sasaran,
secara eksplisit dan tidak sengaja akan sehingga ragu-ragu dalam menggunakan
mengandung makna yang berbeda dari /memilih kata-kata.
makna yang dimaksud. Misalnya dalam Dari kegiatan analisis kontrastif di
kalimat Nihon no daigaku de benkyou shite atas, dapat diketahui tingkat kesulitan yang
iru (Belajar di universitas yang ada di dialami olah siswa. Sehubungan dengan
Jepang), oleh pembelajar diidentifikasi tingkat kesulitan ini, Lifford Prator (1967)
menjadi Nihon daigaku de benkyou shite membagi hiererki kesulitan menjadi enam
iru (Belajar di Universitas Nihon). Ke dua tingkatan. Ia mengambil contoh
kalimat ini memiliki makna yan berbeda. perbandingan bahasa Inggris dan Spanyol
Kalimat pertama menyatakan orang yang (Brown, 2007:274). Hierarki Prator adalah
belajar di salah satu universitas yang ada di sebagai berikut:
Jepang, sedangkan kalimat ke dua (yang 1) Tingkat 0-Transfer: tidak ada perbedaan
dibuat siswa) mengandung makna orang atau kontras antara ke dua bahasa.
yang belajar di universitas yang bernama Pembelajar bisa begitu saja mentrasfer
Nihon.2. Transfer hubungan gramatikal B1 secara positif sebuah bunyi, struktur,
melanggar pola hubungan gramatikal atau item leksikal dari bahasa asal ke
B2.Transefer hubungan ini melanggar pola, bahasa sasaran. Misal : pergi ke sekolah
namun masih bisa dimengerti secara tersirat. dalam bahasa Jepang gakkou e iku.
Misal seorang pembelajar yang ingin 2) Tingkat 1-Perpaduan: Dua item dalam
membuat kalimat “terlambat ke sekolah” B1 berpadu menjadi satu item dalam B2.
dalam bahasa Jepang menjadi gakkou e Ini mengharuskan pembelajar
chikoku shita, (yang benar adalah gakkou mengabaikan sebuah pembeda yang
ni chikoku shita). 3. Transfer hubungan sudah mereka akrabi.
gramatikal B1 menimbulkan hubungan 3) Tingkat 2-Subdiferensiasi: Sebuah item
gramatikal yang tidak wajib pada B2. Misal, dalam B1 tidak ada dalam B2.
“saya tidak bisa tidur di malam hari” dalam Pembelajar harus menghindari item
bahasa Jepang watashi wa yoru tersebut.
ninemuremasen. Sedangkan yang benar 4) Tingkat 3-Reinterpretasi : Sebuah item
adalah watashi wa yoru nemuremasen. yang ada pada B1 diberi bentuk atau
Dalam hal pembelajaran bahasa distribusi baru.
Jepang ini, faktor yang memungkinkan 5) Tingkat 4-Overdiferensiasi: Sebuah item
terjadinya interferensi adalah: yang sepenuhnya baru yang harus
1.Kedwibahasaan pembelajar:Pembelajar dipelajari, kalaupun mirip hanya sedikit
dari Indonesia, rata-rata adalah seorang dengan item bahasa B1. Misal; makanØ
dwibahasawan. 2. Perbedaan antara bahasa nasi dalam bahasa Jepang adalah gohan
sumber dan bahasa sasaran: Sedikit sekali o tabemasu.
persamaan antara bahasa Indonesia dan 6) Tingkat 5-Pembelahan: Satu item dalam
bahasa Jepang, terdapat bagian yang B1 menjadi dua atau lebih dalam B2,
mencolok yang menyebabkan kesulitan, yang memuntut pembelajar membuat
serta tidak cukupnya kata-kata bahasa sebuah pembeda baru. Misal: “makan di
penerima. 3. Ada siswa yang mudah kantin”, terbang di udara, dalam bahasa
dipengaruhi B1: Ini berkaitan dengan Jepang shokudo de taberu, sora o tobu.
tipisnya kesetiaan terhadap B2, sehingga

28
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Penelitian mengenai adposisi telah ini berlawanan dengan hasil penelitian


banyak dilakukan, misalnya: Mizutani Matsuda dan Saito (1992), yang
Nobuko (1987) meneliti tentang kesulitan menyatakan bahwa pembelajar yang ber B1
memahami perbedaan adposisi ni dan de, o bahasa Korea, lebih sering menggunakan
dan ga oleh pembelajar yang ber B1 bahasa adposisi de daripada ni.Kamimura Fumiko
Inggris. Hasil penelitiannya adalah untuk dan Hasui Masako (2002) meneliti tentang
semua tempat aktivitas, hampir tidak ada tingkat kesulitan kaku joshi, terhadap 33
pembelajar yang memilih adposisi de. Hal siswa dari 9 negara yang datang ke Jepang.
ini dikarenakan pembelajar membanding- Metode penelitian dengan cara angket
kannya dengan verb be dalam bahasa mengisi adposisi (ana ume tesuto). Hasilnya
Inggris. Tetapi untuk verba sumu diketahui ada 24 orang yang melakukan
(tinggal),tsutomeru (bekerja), dan atsumaru kesalahan untuk adposisi ni, 19 orang untuk
(berkumpul), karena dalam bahasa Inggris adposisi ga, 15 orang untuk adposisi de, 9
setara dengan live, work for, together maka orang untuk adposisi o, 4 orang untuk
pembelajar menggunakan adposisi de. adposisi e, serta 3 orang untuk adposisi to.
Kubota Miko (1994) melakukan penelitian Alasan yang dikemukakan siswa mengapa
kesalahan penggunaan adposisi, studi kasus adposisi ni paling sulit salah satunya adalah
terhadap 2 orang pembelajar bahasa Jepang karena fungsi penggunaannya lebih banyak
yang ber B1 bahasa Inggris. Hasil dibandingkan adposisi ga dan o. Shibuya
penelitiannya adalah banyak terdapat (2001) meneliti tentang tingkat kesulitan
kesalahan dalam penggunaan adposisi e pembelajaran bahasa Jepang dalam
yang menyatakan arah, nidande yang kaitannya dengan interferensi bahasa ibu
menyatakan tempat. Untuk nidande terhadap pembelajar yang ber B1 bahasa
diketahui pembelajar lebih sering Inggris. Hasil penelitian Shibuya terangkum
menggunakan adposisi ni dari pada de. Hal dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Tingkat Kesulitan Bahasa Jepang pada Siswa ber B1.Bahasa Inggris
Bahasa Contoh
Tingkat Bahasa Target
Keterkaitan Ibu (Bahasa
Kesulitan (Jepang)
(Inggris) Jepang)
sulit (A)Bunka 1 2 Aru dan iru
(B)Dounyuu 0 1 wa
plural ・
(C)Sakujo 1 0
definitif
(D)Tougou 2 1 ~te iru
mudah (E)Taiou 1 1 Past tense

1. Bunka : Jika bahasa Inggris mempunyai 1, bahasa Jepang mempunyai 2


2. Dounyuu: Jika bahasa Inggris tidak punya dan bahasa Jepang punya
3. Sakujo: Jika Bahasa Inggris punya, dan bahasa Jepang tidak punya
4. Tougou: Bahasa Inggris punya dua model sedangkan bahasa Jepang hanya punya satu
5. Taiou: Bahasa Inggris dan bahasa Jepang sama-sama mempunyai

Meskipun sudah banyak penelitian karena ada perbedaan dengan penelitan


tentang adposisi bahasa Jepang, namun sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya
penelitian ini masih mungkin dilakukan tidak melihat kesulitan dari factor

29
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

interferensi bahasa ibu, dan dalam indentifikasi kesalahan yang disebabkan


penelitian Shibuya membandingkan semua oleh interferensi B1.
aspek gramatikal.Sedangkan pada Dalam penelitian pendidikan
penelitian ini hanya membandingkan instrument yang digunakan sering disusun
adposisi saja. Untuk itu pada penelitian sendiri termasuk menguji validitas dan
bertujuan untuk mengetahui: 1. Bagaimana realibilitasnya. Untuk itu dalam penelitian
kesalahan interferensi B1 dalam ini instrument yang berbentuk tes dibuat
penggunaan adposisi bahasa Jepang, 2. sendiri oleh peneliti. Instrumen dalam
Bagaimana interferensi hubungan penelitian ini ada dua yaitu: 1.Test :
gramatikal dalam penggunaan adposisi digunakan untuk mencari adposisi bahasa
bahasa Jepang yang muncul pada bahasa Jepang yang salah yang dilakukan oleh
tulis , dan 3. Bagaimana tingkat kesulitan siswa. Kisi-kisi instrumen untuk tes ini
adposisi bahasa Jepang berdasarkan adalah, bahwa dalam semua soal membuat
interferensi yang muncul pada bahasa tulis kalimat bahasa Jepang, jawaban yang
mahasiswa angkatan 2010 sastra Jepang berupa adposisi yang digunakan dalam
Universitas Brawijaya-Malang. kalimat tersebut harus memenuhi semua
jenis adposisi bahasa Jepang, yaitu wa, ga,
2. Metode Penelitian mo, ni, de, to, ya, dake/shika, kara, made,o,
Penelitian ini menggunakan metode e,no dan semua peran semantik adposisi
campuran sekuensial, yaitu setelah tersebut dalam kalimat yaitu 57fungsi
dilakukan metode kualitatif berupa sintaksis dan peran semantik. 2. Folow up
pendeskripsian jenis kesalahan gramatikal, Interview: Dilakukan pada siswa yang
kemudian dilanjutkan metode kuantitatif melakukan kesalahan penggunaan adposisi.
yang menunjukkan frekuensi kesalahan Interview digunakan untuk memastikan
terbanyak terhadap penggunaan adposisi penyebab dilakukannya kesalahan yaitu
bahasa Jepang, yang kemudian disebabkan oleh interferensi atau bukan.
diperingkatkan kesulitannya berdasarkan Jenis interview yang digunakan adalah
frekuensi kesalahan. Penelitian diawali interview terbuka. Pertanyaan difokuskan
dari metode kualitatif menuju pada soal-soal yang jawabannya salah.
kuantitatif.Metode kualiatatif terdiri dari Untuk itu interview hanya dilakukan pada
kegiatan pengumpulan data, kemudian siswa yang melakukan kesalahan dalam
analisia data. Sedangkan metode menjawab soal. Untuk uji validitas dan
kuantitatif terdiri dari proses uji validasi realibilitas dilakukan pada kelas lain diluar
dan reliabilitas, serta pengumpulan data subjek penelitian sebanyak 30 siswa. Uji
numerial, Kegiatan diakhiri dengan validitas menggunakan t-Tes, sedangkan
interpretasi keseluruhan analisis, yaitu baik uji realibilitas dilakukan dengan melihat
analisis kualitatif maupun kuantitatif. Koefisien Alpha dengan melakukan
Sumber data dalam penelitian ini Reliability Analysis dengan SPSS ver. 16.0
adalah mahasiswa sastra Jepang angkatan for Windows.
2010 universitas Brawijaya Malang Karena penelitian ini merupakan
berjumlah 60 siswa.Sedangkan data yang penelitian campuran, maka dilakukan dua
digunakan adalah kalimat yang teknik pengumpulan data, yaitu teknik
mengandung adposisi salah yang pengumpulan data kuantitatif, dan teknik
disebabkan interferensi B1 dalam kalimat pengumpulan data kualitatif. Teknik
yang dibuat oleh mahasiswa, serta jawaban pengumpulan data kuantitatif dilakukan
interview yang digunakan sebagai dengan cara pemberian test kepada siswa.
informasi tambahan untuk meng- Sedangkan teknik pengumpulan data

30
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

kualitatif adalah dengan sistem pengajaran. 5. Dari analisa pada point 3


dokumentasi atau catat. Setelah siswa dapat menentukan adposisi apa yang
mengerjakan test, ditulis ulang jawaban – termasuk ke dalam interferensi hubungan
jawaban yang salah dalam lembar terpisah gramatikal. 6. Menghitung frekuensi
oleh peneliti. Data ditulis ulang untuk kesalahan tiap-tiap adposisi guna
memudahkan dalam memberikan memeringkatkan tingkat kesulitan sesuai
pertanyaan kepada siswa dalam sesi dengan jenisnya yaitu overdifferensiasi,
interview. konvergensi, dan transfer berdasarkan
Teknik analisis data dilakukan adposisi yang frekuensi kesalahannya
dengan cara: 1. Hasil test yang dikerjakan tertinggi. 8. Mendeskripsikan hasil
siswa diambil jawaban yang salah. 2. peringkat, serta penyebabnya. 9.
Melakukan interview kepada siswa yang Mengevaluasi kesalahan dengan cara
jawabannya salah, dengan menanyakan mencari letak kesalahan yang paling
alasan penggunaan adposisi pada tes yang banyak, sehingga dapat menjelaskan
mereka kerjakan.Jawaban interview bagian-bagian yang dijadikan pusat
digunakan untuk mengidentifkasi dan perhatian dalam pengajaran adposisi
memilah hasil test adposisi. Yang bukan bahasa Jepang.
termasuk interferensi dibuang. 3.
Menganalisa tiap-tiap kesalahan
penggunaan adposisi sesuai dengan teori Hasil Penelitian dan Pembahasan
bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. 1. Hasil Penelitian
Kegiatan ini bertujuan untuk mencari Dari test yang berupa membuat
penyebab kesalahan serta mengetahui jenis kalimat bahasa Jepang, setelah dilakukan
interferensi hubungan gramatikal. 4. analisis kesalahan serta dipastikan dengan
Mendeskripsikan kesalahan yang jawaban interview siswa, maka didapatkan
dilakukan siswa untuk menghasilkan kesalahan yang dibuat oleh siswa terdapat
sebuah penjelasan yang berguna bagi pada kalimat di bawah ini:

Tabel 3.1 Hasil Test Membuat Kalimat Bahasa Jepang yang terdapat
Kesalahan karena Interferensi B1 pada Adposisi Bahasa Jepang
No Adposisi Peran semantik, sintaksis Kalimat Jumlah
Menunjukkan topic Nihon deØdensha o tsukau
17
hito ga ooi desu.
1 wa
Penegasan Kono heya nara, 30 nin mo
8
hairemasu.
2 mo Penekanan Zenzen yasumikatta. 1
Menyatakansubjek Kono keekiwa watashi no
8
tsukutta keeki desu.
3 ga
Haha no tsukuttta ryouri ha
Penandamodifikator 35
oishii.
Yasumi Øtoki, kouen de
Tempataktifitas 24
sanpou shimasu.
Tempat dilaluinya suatu proses Hikouki wa kuuki de
4 o 14
atau kegiatan tobimasu.
Kaban no naka de hon to
Menyatakan tempat Keberadaan 6
enpitsu ga arimasu.

31
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Uchi made denwa o kakete


kudasai.
Titik sampai 8
Uchi e kitara,denwa shite
kudasai.
Asanebou kara, gakkou e
Tujuan 30
chikoku shimaimashita.
1 nichi de/Ø/juu 5 kai oinori
Frekuensi 10
o shimasu.
Kono depaato wa nishi e
Arah 9
mukimasu.
5 ni Ali san wa nihongo de jouzu
Taraf keadaan 2
Øhanaseru.
Bagian mana kita melakukan Kabe de e o kakete imasu
10
sesuatu
Sensei kara hon o
Pelaku/dari mana suatu hal
dipinjami。 3
didapat

Ali san wa nihongo no


Cara/alat 2
kaiwa ga jouzu
Tsukue wa ki kara
Bahan 23
tsukuraremasu.
6 de
Tsunami desukara takusan
Alasan 20
hito ga shinimashita.
Chichi wa 75sai ni
Waktu 28
shinimashita
Koko kara tsunamiØoto ga
Sifat dari kata benda yang kikoemasu.
17
mengikutinya YausmiØtoki, kouen ni
7 no
arumkimasu.
Kaban ni hon to enpitsu ga
Penghubung tempat 1
arimasu

Jika dilihat dari keseluruhan adposisi, maka akan didapat hasil seperti di bawah ini:

32
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Diagram 3.1 Total Kesalahan Adposisi karena Interferensi Bahasa Indonesia

Dari hasil analisa kesalahan adposisi yang 6. Kalau sampai rumah tolong telepon =
disebabkan interferensi, diketahui bahwa Uchi e/made kitara, denwa shite
hanya terjadi transfer hubungan gramatikal kudasai.
B1 melanggar pola hubungan gramatikal 7. Departemen store ini menghadap ke
B2, yaitu transefer hubungan yang barat = kono depaato wa nishi e
melanggar pola B2, namun masih bisa mukimasu.
dimengerti secara tersirat.Transfer 8. Dalam sehari sembahyang 5 kali = 1
hubungan gramatikal ini terdapat pada nichi de/Ø 5 kai oinori o shimasu.
kalimat : 9. Keluar rumah pukul 6:30 = 6ji 30 pun
1. Ayah meninggal pada usia 75 ni uchi kara demasu.
tahun=Chichi wa 75sai ni shinimashita. 10. Di dalam tas ada buku dan pensil =
2. Terlambat kesekolah karena terlambat kaban no naka de hon to enpitsu ga
bangun =Asanebou kara, gakkou e arimasu
chikoku shimaimashita. Dari kalimat-kalimat di atas, diketahui
3. Pesawat terbang di udara = Hikouki bahwa interferensi terjadi pada transfer
wa kuuki de tobimasu. hubungan gramatikal pada adposisi ni, e,
4. Menggantung lukisan di dinding = de, o dan no.
Kabe de e o kakete imasu. Tingkat kesulitan berdasarkan
5. Ketika libur jalan-jalan di taman = interferensi bahasa ibu yang digunakan
YasumiØ toki, koen de/e sanpou dalam penelitian adalah dounyuu
shimasu. /overdferensiasi (0-1); tougou /konvergensi
(2-1) : taiou /transfer (1-1) . Adposisi yang

33
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

termasuk dounyuu/overdifferensiasi (0-1) kesulitan tougou /konvergensi (2-1)


adalah wa,yang termasuk tougou diketahui terdapat kesalahan pada partikel
/konvergensi (2-1) adalah mo, ga, o, ni, de, mo, ga,o, ni, de, no sebanyak 230
no, to.yang termasuk taiou /transfer (1-1) kesalahan Sedangkan untuk tingkat
adalah e, kara, made, ya. Dari hasil tes kesulitan taiou /transfer (1-1), tidak
diketahui bahwa kesalahan karena ditemukan kesalahan.. Sehingga tingkat
interferensi muncul pada adposisi wa kesulitan adposisi bahasa Jepang
sebanyak 25 orang. Berarti tingkat berdasarkan interferensi bahasa Indonesia
kesulitan dounyuu/overdifferensiasi (0-1) tersusun atas:
sebanyak 25 kesalahan. Untuk tingkat

Sulit ………….. tougou /konvergensi (2-1)


…………. dounyuu/overdifferensiasi(0-1)
Mudah ………… taiou /transfer (1-1)

2. Pembahasan menyatakan topik memang tidak terdapat


Adposisi wa adalah adposisi yang dalam bahasa Indonesia. Sebagai gantinya
pertama kali dipelajari siswa yaitu yang biasanya digunakan bunyi senyap diatara
berfungsi sebagai topik. Sehingga dua kata tersebut.Karena merupakan
seringkali ditemukan bahwa setiap kalimat bahasa tulis, maka bunyi senyap
yang dibuat siswa, setelah subjek, ditampilkan dengan menggunakan tanda
langsung diisi oleh adposisi wa.Sehingga koma.Penggunaan kaku joshi dan toritate
dapat dikatakan bahwa meskipun adposisi joshi secara bersamaan memang
wa tidak ada padanannya dalam bahasa dimungkinkan dalam bahasa Jepang. Jika
Indonesia, tidak banyak siswa yang merasa hanya memakai adposisi de, maka
kesulitan. Namun dari hasil test yang kalimattersebut merupakan kenyataan
dilakukan didapat kesalahan adposisi wa secara obyektif (kyakkan teki na jijitsu) .
sebanyak 17. Siswa tidak menggunakan Sedangan jika diberi tambahan wa, maka
partikel wa pada kalimat “Di Jepang, orang kalimat tersebut salah satu bagian dari
yang menggunakan kereta listrik banyak”. keyataan secara obyektif yang diambil
Siswa membuat kalimat dalam bahasa untuk dijadikan topik (Iori, 2004:315).
Jepang Nihon deØdensha o tsukau hito ga Pada kesalahan adposisi wa dengan
ooi desu (Di jepang orang yang memakai peran semantik penegasan, terdapat 8
kereta api banyak). Alasan yang kesalahan. Ini terdapat pada kalimat
dikemukakan mengapa tidak memakai “Kalau ruangan ini, 30 orang bisa masuk”.
partikel wa antara lain adalah karena koma Siswa membuat kalimat bahasa Jepang
saja sudah cukup maka artinya sama saja; Kono heya nara 30nin mo hairemasu
tidak perlu karena teks bahasa Indonesia (Kalau ruangan ini 30 orang bisa masuk).
hanya “Di Jepang” saja, tidak ada yang Alasan yang dikemukakan adalah untuk
lain. penekanan. Karena penekanan itu dalam
Dari alasan yang dikemukakan bahasa Indonesia pun, maka dipilihlah
siswa, terlihat bahwa, kalau pada teks adposisi mo. Jika dilihat dari kalimat
bahasa Indonesia tidak terdapat kata yang bahasa Indonesia, sekali lagi dapat dilihat
harus diterjemahkan, maka kecil bahwa tidak terdapat adposisi yang harus
kemungkinan siswa menyadari bahwa pada diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang.
bagian tersebut dibutuhkan sebuah adposisi. Hal ini berpulang pada kemampuan siswa
Peran sintaksis adposisi wa yang dalam memahami konteks kalimat

34
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

sehingga bisa menentukan adposisi apa Misalnya, dalam kalimat watashi wa


yang seharusnya digunakan. Oleh sebab itu, ryouri ga jouzu desu yang dalam bahasa
hanya ada 8 siswa yang memahami bahwa Indonesia berarti Saya pandai Ø memasak.
kalimat ini adalah penegasan, meskipun Pada adposisi ga, terjadi kesalahan
mereka salah dalam memilih adposisi. pada dua fungsi, yaitu menyatakan subjek
Sedangkan siswa lain memilih adposisi ga dan penanda modifikator. 8 kesalahan
karena bisa masuk merupakan kalimat apdosisi gayang menyatakan subjek.
potensial (kanoukei). Terdapat dalam kalimat “Cake ini saya
Adposisi mo secara makna mudah yang buat”. Siswa membuat kalimat
dimengerti oleh siswa karena maknanya bahasa Jepang, kono keeki wa watashi no
sejajar dengan kata juga.Sedangkan untuk tsukutta keeki (cake ini adalah cake buatan
makna penekanan, adposisi mo sejajar saya). Semua siswa mengemukakan alasan
dengan partikel pun.Makna partikel pun yang sama dalam menggunakan adposisi
dapat juga bermakna juga seperti dalam no, yaitu karena saya yang membuat maka
kalimat saya pun mau.Karena itu dua sama dengan milik saya. Kalimat di atas
peran ini mudah dimengerti olah siswa.Jadi bukan termasuk kalimat yang menyatakan
dapat juga dikatakan bahwa adposisi mo bahwa subjek melakukan perbuatan
bukanlah adposisi yang sulit. Namun membuat cake.Penggunaan adposisi no
ternyata ditemukan 1 siswa yang dalam kalimat tersebut menyatakan
melakukan kesalahan adposisi mo yang modifikator.Fenomena adposisiga yang
menyatakan penekanan. Ini terdapat pada menyatakan subjek, sama dengan
teks “Tidak pernah bolos sekalipun”.Siswa fenomena yang terjadi pada adposisi ga
membuat kalimat bahasa Jepang Zenzen yang mempunyai peran sintaksis
yasumikatta (Sama sekali tidak membentuk modifikator, dimana terdapat
libur).Siswa tidak menggunakan adposisi 35 orang yang melakukan kesalahan.
namun menggunakan adverbia Kesalahan ada pada kalimat “Masakan
zenzen.Alasan yang dikemukakan adalah yang dibuat ibu enak”, dibuat ke dalam
sekalipun adalah sama dengan sama sekali. bahasa Jepang menjadi Haha no tsukutta
Jika dikembalikan pada analisis kontrastif, ryouri wa oishii (Masakan buatan ibu
tidak ada perbedaan untuk peran semantik enak). Alasan yang dikemukan siswa
penekanan pada adposisi mo dan partikel semua sama yaitu karena masakannya
pun.siswa yang melakukan kesalahan milik ibu. Sedangkan dalam bahasa
tersebut tidak membuat kata sekalipun Indonesia sendiri kata yang merupakan
menjadi ichido mo, tetapi menggunakan partikel yang juga diletakkan antara subjek
adverbia. Hal ini dikarenakan siswa dan predikat. Fungsi yang dalam kalimat
membuat kesimpulan sendiri terhadap kata tersebut adalah menegaskan/menerangkan
sekalipun yang dianggapsama dengan bahwa masakan tersebut adalah buatan
sama sekali. ibu.Dan bukan kalimat yang menyatakan
Dalam bahasa Indonesia, adposisi milik.Hal ini terlihat jelas bahwa peran
ga dapat disejajarkan maknanya dengan sintaksis adposisi ga yang padanan dalam
kata nya dan yang. Ini berarti adposisi ga bahasa Indonesia adalah yang, cenderung
dalam bahasa Indonesia mempunyai fungsi diasumsikan siswa sebagai milik. Karena
menyatakan milik serta sebagai milik maka siswa akan memilih adpsosi no.
penyambung subjek dan predikat. Namun Secara teori, adposisi no dapat
tidak semua kalimat yang menggunakan menggantikan adposisi ga pada peran
adposisi ga, dapat diterjemahkan sintaksis membentuk modifikator, karena
maknanya sebagai nya ataupun yang. salah satu peran sintaksis adposisi no

35
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

adalah juga untuk membentuk toshokan de benkyou shimasu (Belajar di


modifikator.Ini dapat dibuktikan pada perpustakaan), jika menggunakan adposisi
adpsisi no yang berperan sebagai o menjadi Toshokan o benkyou shimasu
pembentuk modifikator tidak ditemukan maka maknanya adalah belajar (mengenai)
satu orang pun yang melakukan kesalahan. perpustakaan.
Namun tidak semua adposisi ga sebagai Begitu juga untuk adposisi o yang
modifikator bisa diganti dengan adposisi mempunyai peran semantik sebagai tempat
no. Misalnya dalam kalimat Tarou ga dilaluinya suatu proses. Terdapat 14
natsu yasumi ni isshoukenmei kaita tegami kesalahan, yaitu pada kalimat, ”Pesawat
(Surat yang ditulis Taro dengan terbang di udara”, yang dibuat ke dalam
bersugguh-sungguh pada musim panas). bahasa Jepang menjadi, Hikouki wa kuuki
Menurut Iori (2004:184) jika di antara de tobimasu. Seluruh siswa
noun frase dan noun modifier,diisi oleh mengemukakan alasan yang sama, yaitu
bermacam-macam frasa, maka karena di udara. Seluruh siswa yang
penggunaan adposisi no, akan menjawab de tidak menyadari atau lupa
menimblkan ketidakalamian (fushizen). bahwa ó´dapat berarti di´dalam bahasa
Adposisi o dalam bahasa Indonesia Indonesia. Juga siswa tidak memahami
sejajar dengan makna di dan dari, tapi ada peran lain dari adposisi o. Siswa hanya
juga yang tidak bermakna. Adposisi o yang tahu kalau adposisi o adalah adposisi untuk
tidak ada maknanya dalam bahasa kata kerja transitif. Untuk itulah pada
Indonesia inilah yang lebih dahulu peran sematik titik awal aktifitas yang
dipelajari siswa. Dan siswa terlanjur ditunjukkan pada kalimat “Keluar rumah
menyimpulkan bahwa adposisi o pukul 6:30”, terdapat 3 siswa yang
digunakan untuk menyambung kata kerja membuat kalimat, Uchi kara 6ji han ni
transitif dengan objek yang ada di demasu. Siswa memilih adposisi kara
depannya.Dari hasil test, untuk adposisi o karena berfikir bahwa keluar rumah berarti
terdapat 24 kesalahan untuk peran keluar dari rumah. Adposisi kara memang
semantik tempat aktivitas. Kesalahan ini memiliki peran semantik titik awal, namun
ada pada kalimat,”Ketika libur jalan-jalan bukan sebagai awal dari aktifitas. Juga
di taman” yang oleh siswa dibuat kalimat karena ada siswa yang berfikir bahwa
bahasa Jepang menjadi, Yasumi Øtoki, adposisi o sebagai adposisi yang
koen de sanpou shimasu. Alasan yang digunakan pada verba transitif, sedangkan
dikemukakan karena di taman adalah keluar merupakan verba intransitiv, maka
tempat, maka adposisi yang digunakan de. pilihan jatuh pada adposisi kara.
Sebenarnya menggunakan apdosisi de pada Untuk adposisi ni yang mempunyai
kalimat ini tidak salah, karena baik peran semantik menyatakan tempat
adposisi o dan de sama-sama menyatakan keberadaan terdapat 6 orang yang
tempat aktifitas. Perbedaannya adalah melakukan kesalahan, yaitu pada
kalau o lebih focus pada kegiatan jalan- kalimat,”Di dalam tas ada buku dan
jalan (mengelilingi taman) sedangkan de pensil”, yang oleh siswa dibuat bahasa
focus pada tempat. Namun untuk menguji, Jepang menjadi, Kaban no naka de hon to
apakah siswa memahami apdosisi o yang enpitsu ga arimasu. Alasan yang
berperan sebagai tempat aktivitas, maka dikemukakan adalah karena di dalammaka
dibuatlah kalimat seperti di atas.Mengapa adposisi yang digunakan adalah de.Padahal
demikian, karena tidak semua kalimat yang untuk menunjukkan keterangan tempat
menggunakan adposisi de bisa diganti yang tidak terdapat kegiatan adalah ni.
dengan adposisi o, seperti pada kalimat Sebenarnya untuk perbedaan adposisi yang

36
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

menyatakan tempat keberadan dan tempat cenderung menggunakan e, jika fokus pada
aktivitas dalam konteks kalimat di atas rumah maka menggunakan ni. Namun
sudah cukup jelas. Namun, seperti yang bukan berarti kalimat yang dibuat siswa
telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada bisa dibenarkan.Karena kalimat pada soal
siswa yang kesetiaan terhadap B1 terlalu bermakna titik sampai bukan arah.Verba
kuat, maka B1 selalu muncul, meskipun yang dikehendaki pun bukan kimasu
kemunculan tersebut dikarenakan faktor (datang) tetapi tsukimasu (sampai).
lupa, hal tersebut terjadi karena B1 terlalu Siswa yang menggunakan
kuat. Kecuali untuk beberapa verba yang adpsosisi made karena merujuk pada kata
menunjukkan aktivas, ada juga yang sampai. Adposisi made sendiri
menggunakan adposisi ni. Misalnya Isu ni mempunyai makna batasan. Jadi tidak
suwatte imasu (duduk di kursi), atau verba benar jika sampai rumah merupakan suatu
aru yang menyatakan keberadaan tetapi batasan. Jadi kesalahan yang dilakukan
menggunakan adposisi de, misalnya dalam siswa dengan menggunakan adposisi made
kalimat bijutsukan de tenrankai ga aru (di ini karena siswa menggunakan kalimat
museum ada pameran). Menggunakan sederhana dengan mengartikan bahwa
adposisi ni karena duduk merupakan sampai adalah made.
shunkan doushi (aktivitas sekejap), Untuk peran semantik menyatakan
sedangkan menggunakan adposisi de, tujuan yang terdapat pada kalimat
karena pameran adalah sebuah aktivitas. “Terlambat ke sekolah karena terlambat
Kecenderungan memilih de sebagai tempat bangun”, terdapat 30 kesalahan dengan
ini sama dengan hasil penelitian Saito kalimat,Asanebou kara, gakkou e chikoku
Matsuda (1992) terhadap pembelajar shimaimashita. Alasan yang dikemukakan
Bahasa Jepang yang ber B1 bahasa Korea. semua sama, yaitu karena menuju ke
Dan berbeda dengan hasil penelitian sekolah. Ke menurut Anton Mulyono dan
Mizutani Nobuko (1987) yang meneliti Chaer adalah menunjukkan arah tujuan,
pembelajar bahasa Jepang yang ber B1 sedangkan untuk fungsi tujuan itu sendiri
bahasa Inggris, dimana siswa cenderung digunakan preposisi untuk, buat, guna,
memeilih adposisi ni untuk tempat bagi. Dalam bahasa Jepang adposisi ni
aktivitas. mempunyai peran semantik mokuteki
Untuk peran semantik yang (tujuan), sedangkan e adalah houkou (arah).
menyatakan titik sampai terdapat pada Dua fungsi yang berbeda tetapi karena
kalimat, “Kalau sampai rumah tolong dalam pemakaiannya adakalanya bisa
telepon”, terdapat 8 siswa yang melakukan saling menukar, menyebabkan siswa sering
kesalahan. Siswa membuat kalimat dalam memilih apdosisi yang paling mirip dalam
bahasa Jepang, Uchi made denwa o kakete bahasa Indonesia. Sehingga dalam kalimat
kudasai, uchi e kitara, denwa shite kudasai. misalnya gakkou e ikimasu, sedikit siswa
Alasan yang dikemukanan adalah karena memilih adposisi ni.
sampai rumah adalah pulang ke rumah, Sepuluh siswa melakukan
maka adposisi yang dipilih e. Hal ini pada kesalahan untuk peran semantik frekuensi
akhirnya akan berpulang kembali kepada si ditunjukkan dalam kalimat “Dalam sehari
pembicara atau yang membuat kalimat. sembahyang 5 kali”. Mereka membuat
Adposisi e mempunyai makna menyatakan kalimat Ichi nichi de/Ø / juu 5kai ni oinori
arah.Kalimat sampai rumah ataupun o shimasu. Alasan yang dikemukakan
pulang ke rumah bisa bermakna arah yaitu adalah, karena dalam adalah de; tanpa
menuju ke rumah. Sehingga jika adposisi maknanya sudah jelas karena ichi
pembicara fokus pada arah maka dia akan nichi adalah satu hari; serta menggunakan

37
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

kata juu yang artinya juga dalam satu hari. bahasa Indonesia tidak ada kata yang bisa
Fungsi semantik dalam dalam bahasa mengkespresikannya. Namun jika siswa
Indonesia adalah tempat. Tetapi ada juga ingat pada perubahan adjective bahwa jika
yang menyatakan frekuensi. Karena itu naadjective bergabung dengan verba, maka
siswa juga memilih adposisi de untuk harus diikuti oleh adposisi ni tentunya
kalimat di atas.Sedangkan siswa yang tidak tidak mengalami kesulitan untuk membuat
menggunakan adposisi, dikarenakan frasa pandai bicara.
kesalahan dalam memahami makna dari Pada peran semantik bagian mana
kata ichi nichi itu sendiri.Kata juusendiri kita melakukan sesuatu, yang ditunjukkan
dalam ichi nichi juubermakna sehari penuh. dalam kalimat “Menggantung lukisan di
Terdapat 9 siswa yang melakukan dinding” terdapat 10 siswa yang
kesalahan pada fungsi semantik arah yang melakukan kesalahan. Siswa membuat
ditunjukkan dalam kalimat “Department kalimat kabe de e o kakete imasu.Dalam
Store ini menghadap ke barat”. Siswa bahasa Indonesia, baik preposisi di dan
membuat kalimat, Kono depaato wa nishi pada menyatakan tempat. Namun karena
e mukimasu. Dalam bahasa Indonesia, siswa cenderung membuat terjemahan
fungsi semantik arah tujuan ditunjukkan bahwa di=de dan ni=pada, maka akan
dengan preposisi ke, kepada, akan, selalu didapat jawaban bahwa alasan
terhadap. Untuk itu tidak salah jika siswa memakai adposisi de adalah karena di.
memilih adposisi e.Namun perlu diingat Hanya terdapat 3siswa yang
sekali lagi bahwa adpsosisi e bukan melakukan kesalahan untuk peran
berperan sebagai arah tujuan tapi arah semantik pelaku/darimana suatu hal
aktifitas. Tidak adanya pembedaan antara didapat. Kalimat “Dipinjami buku oleh
arah tujuan dan arah aktifitas dalam guru”, menjadi, Sensei kara hon o
bahasa Indonesia ini membuat siswa dipinjami. Alasan yang dikemukakan
mengeneralisasi pemakaian adposisi. sama, yaitu karena dari=kara. Dalam
Untuk peran semantik taraf bahasa Jepang baik ni maupun kara
keadaan yang ditunjukkan dalam kalimat mempunyai makna semantik yang sama
“Ali pandai bicara dalam bahasa Jepang” untuk peran ini. Yang membedakannya
terdapat 2 siswa yang melakukan adalah nipelakunya adalah individu,
kesalahan. Sebenarnya, kalimat yang sedangkan kara adalah sebuah instansi.
dibuat siswa tidak salah, namun jika Adposisi de merupakan adposisi
disesuaikan dengan bahasa Indonesia yang yang mudah diingat siswa karena mirip
diminta, menghasilkan kalimat yang dengan didan dalam dalam bahasa
sedikit berbeda namun maknanya mirip Indonesia.Karena kemiripan tersebut, bisa
yaitu Ali san wa nihongo de hanaseru koto mengakibatkan overgeneralisasi.Untuk
wa jouzu (Ali bisa bicara dalam bahasa peran semantik cara/alat terdapat 2
Jepangnya pandai), dan Ali san wa kesalahan. Dalam kalimat “Ali pandai
nihongo de hanashi ga jouzu (Ali bicara bicara dalam bahasa Jepang”, siswa
dalam bahasa Jepangnya pandai). Sehingga membuat kalimat Ali san wa nihongo no
ketika peneliti bertanya “Apa bahasa kaiwa ga jouzu.Kalimat ini secara sintaksis
Jepangnya ‘pandai bicara?”, siswa dan semantik tidak salah, namun sedikit
menjawab Jouzu hanashimasu. “Mengapa berbeda dengan makna yang dikehendaki
tidak menggunakan adposisi?”, siswa dalam kalimat bahasa Indonesia. Ketika
menjawab. “Tidak perlu”. Terlihat lagi peneliti bertanya nihongo no kaiwa
bahwa sulit menentukan adposisi yang digunakan untuk menerjemahkan frasa apa,
dipakai di antara dua kata, jika dalam siswa menjawab “Bicara dalam bahasa

38
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Jepang itu kan nihongo no kaiwa”. Dari mati. Dan juga kalau memakai kara, lebih
jawaban siswa ini, dapat dilihat bahwa jika cenderung subyektifitas pembicara.
siswa kesulitan untuk membuat kalimat Sedangkan untuk peran yang
yang sesuai dengan pertanyaan yang menyatakan waktu, terdapat 28 siswa yang
diajukan, maka siswa cenderung membuat melakukan kesalahan, yaitu pada kalimat
kalimat yang dia kuasai dan yang lebih “Ayah meninggal pada usia 75 tahun” oleh
mudah.Fenomena ini juga yang siswa dibuat kalimat menjadi Chichi wa
mengakibatkan tidak terdapat variasi pada 75sai ni shinimashita.Alasan yang
karangan yang dibuat siswa.Meskipun dikemukakan adalah karena pada sama
sudah belajar pola-pola baru maupun kata- dengan ni. Kalau dilihat dari teori bahasa
kata baru, siswa tetap membuat kalimat Indonesia, preposisi yang menyatakan
yang paling mudah dan sederhana yang waktu adalah pada, hingga, sampai, sejak,
terkadang kalimat yang dihasilkan berbeda semenjak, menjelang. Jadi baik dalam
maknanya dari yang dipikirkan siswa. bahasa Indonesia, maupun bahasa Jepang
Pada peran semantik yang kalimat ini mempunyai makna yang sama,
menyatakan bahan, terdapat 23 kesalahan. yaitu waktu. Namun bahasa Jepang tidak
Kalimat “Meja terbuat dari kayu”, oleh ditunjukkan dengan adposisini tetapi
siswa dibuat kalimat menjadi Tsukue wa ki dengan adposisi de.
kara tsukurimashita (Meja, membuat dari Pada peran semantikyang
kayu). Peran semantik kara dan de sama- menyatakan sifat benda yang mengikuti
sama menyatakan bahan, tetapi untuk de, terdapat 17 kesalahan. Pada kalimat “Dari
bahan asal masih keliahatan wujudnya. sini terdengar bunyi ombak” menjadiKoko
Siswa yang mengalami interferensi, kara nami Ø oto ga kikoemasu, kalimat
dengan cepat menjawab dipakainya “Ketika libur, jalan-jalan di taman”
adposisi kara karena kara adalah dari. menjadi Yasumi Ø toki kouen de sanpo
Sedangkan siswa yang tidak mengalami shimasu. Rata-rata siswa mengemukakan
interferensi, meskipun adposisi yang alasan tidak perlu adposisi pada kalimat
digunakan salah, mereka akan mengatakan tersebut. Ada pula yang beralasan bahwa
bingung atau lupa, mana yang harus pakai toki sudah menyatakan ketika, sehingga
kara mana yang harus pakai de. tidak perlu adposisi juga tidak mengapa.
Untuk peran semantik yang Hal ini juga merupakan fenomena yang
menyatakan alasan, terdapat 20 kesalahan. sering terjadi yakni jika tidak ada kata
Kalimat “Banyak orang mati karena yang bisa diekspresikan dalam bahasa
tsunami”, oleh siswa dibuat menjadi Indonesia, siswa cenderung tidak
Tsunami desu kara, takusan hito ga menggunakan adposisi, atau siswa
shinimashita. Alasan yang dikemukakan mengalihkan ke dalam kata yang artinya
rata-rata sama yaitu kara adalah karena. sama.
De dan kara sama-sama menyatakan Yang terakhir adalah peran
sebab/alasan tetapi dengan fokus yang penghubung tempat yang dinyatakan
berbeda. Pada kalimat di atas, kalimat dalam kalimat “Di dalam tas ada buku dan
fokus pada shinda hito ga ooi(orang yang pensil”, terdapat 1 kesalahan. Siswa
meninggal banyak) untuk itu menggunakan membuat kalimat Kaban ni hon to enpitsu
adposisi de. Kalau menggunakan kara, ga arimasu. Kesalahan yang terdapat pada
maka terasa aneh, karena kalimat tersebut kalimat ini tidak pernah diperkirakan
akan bermakna banyak orang yang mati sebelumnya, karena kalimat jenis ini
karena tsunami, tetapi kalau bukan karena adalah kalimat yang paling mudah
tsunami, mungkin tidak banyak orang yang sehingga hampir semua siswa bisa

39
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

membuatnya. Ketika ditanya alasannya, adposisi bahasa Jepang mirip dengan


siswa menjawab “karena di tas”. Ketika bahasa Indonesia. Namun karena
dikejar lagi dengan pertanyaan “dalam nya mempunyai peran semantik yang banyak,
mana?”, siswa menjawab “sama saja”. maka siswa cenderung membuat
Menyingkat kalimat panjang menjadi lebih generalisasi untuk semua konteks
sederhana merupakan salah satu cara siswa kalimat.Jika kita melihat kembali peran
jika kesulitan dalam membuat kalimat. semantik adposisi ni,e,de,o, dan noini,
Apalagi dalam bahasa Indonesia, membuat dapat dilihat bahwa:
kalimat di tas siapa pun bisa mengerti 1. Peran semantik adpsoisi ni yang sama
bahwa yang dimaksud adalah di dalam tas. dengan adposisi de adalah menyatakan
Seperti yang dikemukakan oleh tempat, waktu, sebab/alasan.
Weinreich bahwa di dalam interferensi 2. Peran semantik adposisi ni yang sama
gramatikal terdapat 3 jenis interferensi dengan adpsosisi e adalah arah
hubungan gramatikal.Pada penelitian ini, 3. Peran semantik adposisi de yang sama
setelah dilakukan analisis kesalahan dengan adposisi o adalah tempat aktifitas
berdasarkan analisis kontranstif, maka 4. Peran semantik adposisi ni yang sama
hanya didapatkan jenis interferensi dengan adposisi kara adalah pelaku/dari
hubungan gramatikal yaitu transfer mana suatu hal di dapat (menerima
hubungan gramatikal B1 melanggar pola sesuatu dari lawan bicara)
hubungan gramatikal B2namun masih bisa 5. Peran semantik adposisi de yang sama
dimengerti secara tersirat. Interferensi dengan adposisi kara adalah
hubungan gramatikal ini terjadi pada sebab/alasan dan bahan.
adposisi ni, e, de, o dan no.Ke lima 6. Peran semantik adposisi o yang sama
adposisi yang digunakan dalam kalimat di dengan adposisi kara adalah titik awal.
atas adalah salah atau melanggar Dari hasil analisa kontranstif
gramatika bahasa Jepang, namun masih bahasa Jepang dan bahasa Indonesia
bisa dimengerti secara tersirat. Mengapa diketahui bahwa tingkat kesulitan karena
demikian, karena adposisi salah yang interferensi bahasa Indoneisa yang terdapat
dipilih oleh siswa memang mempunyai pada adpsosisi bahasa Jepang adalah
peran semantik yang sama dengan adposisi dounyuu/overdferensiasi (0-1); tougou
yang seharusnya digunakan, tetapi dalam /konvergensi (2-1) : taiou /transfer (1-1).
konteks kalimat yang berbeda. Serta Dari hasil analisa kesalahan pada kalimat
adanya kemiripan bunyi seperti adposisi de yang dibuat siswa, diketahui bahwa
dan kara yang juga hampir sama artinya terdapat tingkat kesulitan
dalam bahasa Indonesia, sehingga dounyuu/overdifferensiasi (0-1) sebanyak
membuat siswa mudah mengingatnya, dan 25 kesalahan. Untuk tingkat kesulitan
selalu kata tersebut yag muncul pertama tougou /konvergensi (2-1) sebanyak 230
kali ketika siswa membuat kalimat dalam kesalahan (ini adalah akumulasi dari
bahasa Jepang. jumlah kesalahan yang terdapat pada
Seperti yang telah dikemukakan adposisi mo, ga, o, ni, de, no,) sedangkan
sebelumnya, ada siswa yang merasa mudah untuk tingkat kesulitan taiou /transfer (1-
jika terdapat kesamaan pada B1 dan B2, 1), tidak ditemukan kesalahan. Sehingga
ada pula siswa yang justru merasa sulit jika tingkat kesulitan adposisi bahasa Jepang
aspek pada B1 dan B2 sama. Dalam kasus tersusun atas taiou → dounyou → tougou.
bahasa Jepang dan bahasa Indonesia ini, ke Penelitian terdahulu yang
dua fenomena ini semua berperan. Siswa dilakukan oleh Ishida yang
merasa mudah karena ada beberapa membandingkan bahasa Jepang dengan

40
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

bahasa Inggris diketahui ranking tingkat pada peran semantik tempat aktivitas dan
kesulitan karena interferensi B1 tempat dilaluinya suatu proses/kegiatan.
adalah :Taiou (1-1)→Tougou (2- Adposisi niterdapat pada peran semantik
1)→Sakujo (1-0)→Dounyuu (0-1)→Bunka titik sampai, tujuan, frekuensi, arah, taraf
(1-2) keadaan, bagian mana kita melalakukan
Dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan sesuatu, serta hasil. Adposisi de terdapat
tingkat kesulitan di antara pembelajar pada peran semantik cara/alat, bahan,
bahasa Jepang yang berB1 bahasa Inggris alasan, dan waktu. Sedangkan adposisi no
dan berB1 bahasa Indonesia yaitu pada terdapat pada peran semantik sifat dari kata
posisi dounyuu/overdifferensiasi dan benda yang mengikuti dan peran sintaksis
tougoukonvergensi. Namun hal ini juga penghubung tempat.
tidak bisa dijadikan acuan karena Ishida Interferensi hubungan gramatikal
mencari tingkat kesulitan pada seluruh yang terjadi pada penggunaan adposisi
aspek bahasa, sedangkan penelitian ini bahasa Jepang dalam bahasa tulis
hanya mencari tingkat kesulitan pada mahasiswa sastra Jepang angkatan 2010
penggunaan adposisi saja. Meskipun Universitas Brawijaya Malang adalah
apdosisi wa (dounyuu/overdifferensiasi) transfer hubungan gramatikal B1
lebih sulit dari pada bentuk ~te iru melanggar pola hubungan gramatikal B2,
(tougou/konvergensi), sedangkan pada tetapi maknanya masih bisa dimengerti
bahasa Indonesia, tougou/konvergensi secara tersirat. Adposisi yang termasuk
lebih sulit dari pada dalan transfer hubungan gramatikal B1
dounyuu/overdifferensiasi, ini juga tidak melanggar hubungan gramatikal B2 ini
bisa dijadikan kesimpulan bahwa adalah ni, e, de, o, dan no. Ke-empat
tougou/konvergensi memang lebih sulit adposisi ini rentan terjadi interferensi
dari pada dounyuu/overdifferensiasi. hubungan gramatikal B1 melanggar
hubungan gramatikal B2 tapi maknanya
Penutup masih dapat dimengerti. Hal ini disebabkan
Berdasarkan penelitian dan karena peran sintaksis maupun semantik
rumusan masalah yang telah dilakukan, adposisi ni, e, de ,o yang lebih dari satu
dapat disimpulkan bahwa interferensi serta ada kemiripan bunyi dengan bahasa
bahasa Indonesia pada penggunaan Indonesia. Sedangkan adposisi no rentan
adposisi bahasa Jepang dalam kalimat terjadi interferensi untuk peran semantik
yang dibuat siswa terjadi pada adposisi wa, sifat dari kata benda, karena dalam bahasa
mo, ga, o, ni, de, dan no. Interferensi yang Indonesia tidak menggunakan kata sebagai
terjadi pada adposisi wa terdapat pada penghubung noun dan noun.
peran sintaksis menunjukkan topik dan Tingkat kesulitan adposisi bahasa
peran semantik penegasan. Untuk adposisi Jepang berdasarkan interferensi yang
mo terdapat pada peran semantik muncul pada bahasa tulis mahasiswa sastra
penekanan, adposisi ga terdapat pada peran Jepang angkatan 2010 Universitas
sintaksis menyatakan subjek dan penanda Brawijaya Malang adalah
modifikator. Untuk adposisi o terdapat

Sulit ………….. tougou /konvergensi (2-1)


…………. dounyuu/overdifferensiasi(0-1)
Mudah ………… taiou /transfer (1-1)

41
Paramasastra, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1, September 2013

Dari tingkat kesulitan yang Iori, Isao (2004), Chuujoukyuu o Oshieru


didapatkan, dapat diketahui bahwa bagi Nihongo Bunpou Hand Book,
mahasiswa sastra Jepang Universitas Tokyo, 3A Network.
Brawijaya angkatan 2010, jika B1 lebih Kamimura,Fumiko (2002), Dai 2 Gengo
banyak dari pada B2, maka itu lebih toshite no Nihongo ni okeru Kaku
menyulitkan dari pada jika pada B1 tidak Joshi no Shomondai, Kumamoto
ada kata yang mengekspresikan B2.Tidak Daigaku Ryuugakusei Sentaa
cukupnya apdosisi bahasa Jepang untuk Kiyou, dai 6-go
mengekspresikan preposisi bahasa Semata, Kumiko (2006), Dai ni Nihongo
Indonesia, membuat siswa memakai Shuutoku Kenkyuu, Tokyou, Aruku
adposisi yang sama berulang-ulang untuk Sugiyono, (2010), Metode Penelitian
semua kalimat yang dalam Bahasa Pendidikan, Bandung, Alfabeta.
Indonesia mempunyai peran semantik yang Setyawati. 2010. Analisis Kesalahan
sama. Berbahasa Indonesia.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Shibuya, Katsumi(2001, Gakushuusha no
Daftar Pustaka Bogo no Eikyou ”Nihongo
Gakushuusha no bunpou
Creswell.John W (2010), Research Desain, shuutoku”, Taishuukan Shoten
Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry G (1988), Pengajaran
Chaer, Abdul (1998), Tata Bahasa Praktis Analisis Kesalahan Berbahasa,
Bahasa Indonesia, Jakarta, Angkasa, Bandung
Gramedia Tarigan, Henry G (1988), Pengajaran
Hando, Hideaki (2005), Gendai Joshi no Pemerolehan Bahasa,
Bunrui, Kumamoto Kenritsu Dep.Pendidikan dan Kebudayaan,
Daigaku, Bungakubu Kiyou-Dai Jakarta.
11 kan. Weinreich, Uriel (1953), Language in
Ichikawa Yasuko ( 2006 ) ,Shokyuu Contact : Finding and Problem,
Nihongo bunpou to Oshiekata no Mouton: The Hague-Paris
Pointo, Tokyo, 3 Network. Wirjosoedarmo Soekono 1985 Tata
Ichikawa Yasuko (1997), Nihongo Goyou Bahasa Indonesia.Surabaya : Sina
Reibun Shoujiten, Tokyo, Wijaya.
Bonjisha.

42

Anda mungkin juga menyukai