Anda di halaman 1dari 12

Korelasi Antara Penguasaan Tata Bahasa (bunpou) dan Kemampuan Berbicara

Bahasa Jepang (kaiwa) Mahasiswa Tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang


Universitas Negeri Semarang

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Nama : Alfina Khasanah
NIM : 2302419025

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
A. JUDUL

Korelasi Antara Penguasaan Tata Bahasa (bunpou) dan Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
(kaiwa) Mahasiswa Tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, dengan bahasa
kita dapat mengekspresikan segala macam rasa yang dituangkan dalam bentuk tulisan maupun
lisan. Bahasa merupakan kunci utama komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam
berinteraksi dengan yang lain guna terjalin komunikasi yang interaktif. Sebagai alat komunikasi,
bahasa meliputi kata, kumpulan kata, klausa dan kalimat yang diungkapkan secara lisan maupun
tulisan. Dengan adanya bahasa, kita dapat menangkap dan memahami maksud lawan bicara
sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan ada timbal balik diantara keduanya.

Di zaman globalisasi ini tidak sedikit masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri
tanpa batasan politis dan geografis, mereka diharuskan dapat berkomunikasi secara global dan
secara multidimensional. Sehingga mereka dapat sampai pada suatu pemahaman dengan pihak-
pihak yang terkait tanpa menyebabkan kesalahpahaman satu sama lain. Dengan pemahaman dan
penguasaan bahasa yang baik seseorang dapat menangani komunikasi antar pribadi secara lebih
meyakinkan, sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Disebutkan Kenichi Takeyama, direktur Penerangan dan Kebudayaan dari Kedutaan Besar
Jepang untuk Indonesia, bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dengan peminat bahasa
Jepang tertinggi. Hasil penelitian Japan Foundation pada 2012 menunjukkan, bahwa terdapat
872.406 masyarakat Indonesia yang berminat mempelajari bahasa Jepang melalui pendidikan
formal maupun informal. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang cukup sulit dipelajari karena
memiliki karakteristik tertentu yaitu hurufnya yang memiliki banyak bentuk dan jenis (hiragana,
katakana, kanji), kosa kata yang beragam, pola kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia,
pengucapannya, dan ragam bahasa lainnya. Dari aspek-aspek tersebut banyak sekali yang harus
dipelajari sebagai pembelajar bahasa Jepang. Banyak kesulitan yang dirasakan pembelajar
bahasa Jepang, salah satunya penguasaan tata bahasa bahasa Jepang itu sendiri.

Salah satu perbedaan yang mencolok dalam mempelajari bahasa Jepang yaitu perbedaan
pada struktur kalimat serta penggunaan huruf bahasa Jepang. Bahasa Jepang memiliki empat
aspek keterampilan berbahasa yang dapat menunjang tercapainya kemahiran berbahasa Jepang,
yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Agar dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dibutuhkan pengetahuan, tidak hanya
penguasaan kosa kata saja, namun penguasaan tata bahasa bahasa Jepang pun sangat diperlukan
untuk dapat membentuk kalimat sederhana. Tata bahasa memang menjadi hal penting yang harus
dikuasai dengan baik agar terampil dalam berbicara, terlebih lagi jika berbicara bahasa asing.
Begitu juga dengan bahasa Jepang tata bahasa dianggap menjadi aspek yang harus dikuasai oleh
pembelajar bahasa Jepang. Dengan menguasai tata bahasa ditambah pemahaman sejumlah kosa
kata yang relevan dengan pola itu, pembelajar bahasa Jepang dengan mudah dapat berbicara
bahasa Jepang dan memahami maksud dari lawan biacara.

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di Indonesia. Beberapa
Perguruan Tinggi di Indonesia membuka program studi Pendidikan Bahasa Jepang. Salah satu
Perguruan Tinggi yang membuka program studi Pendidikan Bahasa Jepang adalah Universitas
Negeri Semarang. Dalam perkuliahan bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang, tata bahasa
dilatih dalam mata kuliah bunpou. Dari mata kuliah bunpou dijelaskan berbagai jenis pola
kalimat yang digunakan dalam bahasa Jepang sehari-hari baik itu pola kalimat dasar hingga pola
kalimat kompleks. Sedangkan keterampilan berbicara dilatih dalam mata kuliah kaiwa.

Dari hasil observasi awal, mahasiswa yang menguasai tata bahasa biasanya tidak
mengalami kesulitan ketika berbicara dalam bahasa Jepang. Begitupun sebaliknya, mahasiswa
yang belum menguasai tata bahasa dan kosa kata dengan baik biasanya akan mengalami
kesulitan ketika berbicara bahasa Jepang atau memahami lawan bicara. Hal itu bisa dilihat dari
hasil UTS/UAS bunpou dan kaiwa mahasiswa. Korelasi antara penguasaan tata bahasa dan
kemampuan berbicara pada mahasiswa, masih baru hipotesa yang merupakan jawaban sementara
yang masih bersifat praduga karena belum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu penulis
ingin meneliti lebih lanjut tentang "Korelasi Antara Penguasaan Tata Bahasa (bunpou) dan
Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang (kaiwa) Mahasiswa Tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Negeri Semarang".

C. PENEGASAN ISTILAH

D. RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam berbagai pertanyaan sebagai berikut :

1. Adakah hubungan yang signifikan antara penguasaan tata bahasa (bunpou) dan
kemampuan berbicara (kaiwa) pada mahasiswa tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Negeri Semarang?
2. Apa penyebab adanya korelasi antara penguasaan tata bahasa (bunpou) dan kemampuan
berbicara (kaiwa) pada mahasiswa tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Negeri Semarang?

E. BATASAN MASALAH

F. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal
berikut ini :

1. Untuk mengetahui korelasi antara penguasaan tata bahasa (bunpou) dan kemampuan
berbicara bahasa Jepang (kaiwa) mahasiswa tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Negeri Semarang.
2. Untuk mengetahui penyebab adanya korelasi antara penguasaan tata bahasa (bunpou) dan
kemampuan berbicara (kaiwa) pada mahasiswa tingkat II Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Negeri Semarang

G. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat penelitian, yaitu manfaat teoretis dan manfaat
praktis.

a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas mengenai tingkat penguasaan tata
bahasa dan gambaran mengenai kemampuan berbicara bahasa Jepang (kaiwa) mahasiswa tingkat
II Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang. Dan dapat dijadikan sarana untuk
menambah wawasan mengenai korelasi yang terjalin antara penguasaan tata bahasa dan
kemampuan berbicara, sehingga berdampak positif bagi pembaca.
b. Manfaat praktis

 Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur mahasiswa dalam menguasai tata bahasa dan
kemampuan berbicara, sehingga mahasiswa termotivasi untuk memperbaiki prestasi belajarnya.

 Bagi pengajar
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi dosen mengenai gambaran kemampuan
mahasiswa dalam menguasai tata bahasa dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Jepang.

 Bagi penulis
Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi mengenai korelasi antara penguasaan
tata bahasa (bunpou) dengan kemampuan berbicara (kaiwa).

H. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya,
yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh Diyas Herdian Putra, Ikhsanudin, dan
Eusabinus Bunau, 2021 yang berjudul "Correlation Between Vocabulary Mastery and Fluency
in Speaking at Universitas Tanjungpura". Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara penguasaan kosakata dan kelancaran berbicara mahasiswa semester V Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Tanjungpura. Persamaan penelitian tersebut
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis
dan tes wawancara. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui korelasi antara penguasaan kosa kata dengan kemampuan berbicara
bahasa inggris, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara penguasaan
tata bahasa dengan kemampuan berbicara bahasa Jepang. Hasil dari penelitian tersebut adalah
korelasi antara penguasaan kosa kata dan kemampuan berbicara bahasa Inggris adalah 0,19 yang
berarti korelasinya rendah.

Penelitian kedua merupakan penelitian yang dilakukan oleh Helen Susanti dan Mugiyanti,
2019 yang berjudul "Korelasi Antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Berbicara pada
Mahasiswa Semester I dan II Program Studi Sastra Jepang Universitas Pakuan". Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengetahui korelasi antara penguasaan kosakata dan kemampuan
berbicara bahasa Jepang mahasiswa semester I dan II Program Studi Sastra Jepang Universitas
Pakuan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
kemampuan berbicara bahasa Jepang. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah
penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui korelasi tanpa mengetahui penyebab adanya
korelasi antara 2 variabel tersebut. Hasil dari penelitian tersebut adalah menunjukkan korelasi
yang tinggi.

Penelitian ketiga merupakan penelitian yang dilakukan oleh Dini Dwianto Nur Fadhilla,
Desvalini Anwar, dan Meira Anggia Putri, 2018 yang berjudul "Hubungan Penguasaan Bunkei
dengan Kemampuan Sakubun Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Padang Tahun Ajaran
2017/2018". Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan bunkei
dengan kemampuan sakubun. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-
sama meneliti penguasaan tata bahasa Jepang. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
ini adalah pada objek yang diteliti. Objek dari penelitian tersebut adalah siswa SMA, sedangkan
objek dari penelitian ini adalah mahasiswa. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat hubungan
yang signifikan antara penguasaan bunkei dengan kemampuan sakubun siswa kelas XI IPA 3
SMA Negeri Padang pada taraf signifikan 95%.

Penelitian keempat merupakan penelitian yang dilakukan oleh Eny Widyowati, Achmad
Suyono, dan Bambang Suryanto yang berjudul "Korelasi Antara Penguasaan Kosakata dan
Kemampuan Berbicara Mahasiswa Politeknik Negeri Malang". Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui apakah ada korelasi antara penguasaan kosakata dan kemampuan bicara
bahasa Jepang mahasiswa Politeknik Negeri Malang. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti kemampuan berbicara bahasa Jepang. Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah objek dari penelitian tersebut adalah mahasiswa
Jurusan Administrasi Niaga, sedangkan objek penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan
Bahasa Jepang. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar
0,612. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara dua variabel
yang diukur.

2. Landasan Teori
Dalam bagian ini penulis akan memaparkan beberapa landasan teori yang digunakan dalam
meneliti korelasi antara bunpou dan kaiwa

2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang


berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukar-menukar pendapat.
Komunikasi dapat juga diartikan hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok.

Menurut Mulyana (2009:46) kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris
berasal dari kata Latin comunis yang berarti "sama", commucio, communicator, atau comunicare
yang bersrti "membuat sama". Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama. Menurut Edward Depari (dalam Widjadja 200:13)
mendefinisikan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Menurut James A.F. Stoner (dalam Widjaja 200:13)
mendefinisikan komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha memberikan pengertian
dengan cara pemindahan pesan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan komunikasi
adalah proses penyampaian pesan dari satu orang ke orang lain.

2.2. Komunikasi lisan dan tulisan

Menurut pendapat Widjadja (2008:98) Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang
akan menyampaikan pesan atau informasi. Dalam ilmu komunikasi, komunikasi lisan dan tulisan
termasuk dalam komunikasi verbal. Menurut pendapat Widjaja (2000:99) komunikasi lisan
adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat juga
dilakukan menggunakan media, misalnya media telepon. Komunikasi tulisan adalah komunikasi
yang dilakukan oleh komunikator kepada komunika yang disampaikan secara tertulis. Salam
komunikasi tulisan penyampaypesan atau informasi dilakukan secara tidak langsung antara
komunikator dengan komunikan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi dapat
dilakukan secara lisan mauapun tertulis.

2.3. Pengertian Gramatikal


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 461) Gramatikal adalah sesuai dengan tata
bahasa; menurut tata bahasa. Gramatikal menurut Abdul Chaer ( 1994: 62) adalah makna yang
hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi dan
proses komposisi. menurut Hasnah Paizah (2010:70) dalam bukunya Linguistik Umum makna
gramatikal adalah makna yang terjadi akibat proses gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi,
atau kalimatisasi. Misalnya makna kata pergi dalam “adik pergi ke sekolah”. Makna konteks
juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gramatikal adalah makna yang terjadi akibat
proses afiksasi, reduplikasi, dan proses komposisi.

2.4. Pengajaran tata bahasa di Universitas Negeri Semarang

Agar dapat menggunakan bahasa dengan baik, maka penguasaan unsur-unsur bahasa
seseorang harus baik pula. Pada pembelajaran bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang,
aspek mata kuliah bahasa Jepang meliputi unsur-unsur bahasa seperti tata bahasa, lafal serta
ejaan yang ditujukan untuk mendukung penguasaan dan pengembangan keempat kemampuan
berbahasa. Bahasa jepang yang merupakan bahasa asing menuntut para pembelajarnya agar
memahami dan menguasai unsur-unsur bahasa seperti tata bahasa. Hal ini karena tata bahasa
merupakan hal yang penting. Karena tanpa penguasaan tata bahasa tidak mungkin orang bisa
menggunakan bahasa dengan baik dalam berbicara bahasa Jepang.

I. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik


penelitian korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan
antara penguasaan tata bahasa dengan kemampuan berbicara. Menurut Emzir (2009:28),
pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang secara pokok menggunakan postpositivist
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti misalnya berkaitan sebab akibat, reduksi
kepada variabel, hipotesis serta pertanyaan spesifik dengan pengukuran, pengamatan, serta uji
teori), menggunakan strategi penelitian seperti survei dan eksperimen yang memerlukan data
statistik.

2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas yaitu penguasaan tata bahasa dan variabel terikat yaitu kemampuan berbicara
bahasa Jepang.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
angkatan 2020 Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNNES yang berjumlah 74 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNNES
angkatan 2020. Sampel berjumlah 40 orang.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan data,
yaitu metode dokumentasi dan tes. Berikut ini dipaparkan penggunaan kedua metode tersebut.

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai nama dan jumlah mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang semester IV Universitas Negeri Semarang.

b. Metode Tes
Metode tes digunakan sebagai alat cara mengukur dan memperoleh data mengenai penguasaan
tata bahasa dan kemampuan berbicara mahasiswa semester IV Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Negeri Semarang.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial
yang diamati. Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes tata bahasa dan tes kemampuan berbicara.
Tes tata bahasa digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengingat kembali tata
bahasa yang telah dipelajari. Tes kemampuan berbicara digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menggunakan tata bahasa bahasa Jepang yang telah dipelajari dalam
berbicara dengan baik dan benar. Bentuk tes kemampuan berbicara yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah bentuk tes wawancara. Berikut adalah langkah – langkah dalam membuat
instrumen tes :

1. Membuat kisi – kisi soal,

2. Membuat soal sesuai dengan kisi – kisi,

3. Mengkonsultasikan instrumen penelitian dan mendiskusikannya dengan dosen pembimbing


maupun dosen ahli untuk mengetahui kelayakannya.

4. Menguji tes yang telah dibuat pada mahasiswa non sampel.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan
validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui
analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement (penilaian ahli).

b. Reliabilitas
Reliabilitas (realibility, ketepercayaan) menunjukan pada pengertian apakah sebuah instrumen
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nurgiyantoro, 2012).

 Reliabilitas tes penguasaan tata bahasa


Setelah uji instrumen diberikan, kemudian koefisien reliabilitas tes dihitung menggunakan rumus
Product Moment.

Rumus korelasi Product Moment :

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r=
√ ( N ∑ X −( ∑ X ) ) ( ( N ∑ Y − ( ∑ Y ) ) )
2 2 2 2

Keterangan
r : koefisien validitas
N : Banyaknya subjek
X : Nilai pembanding
Y : Nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya

 Reliabilitas tes kemampuan berbicara


Pada tes kemampuan berbicara, untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus
koefisien Alpha Cronbach. Peneliti menggunakan rumus ini karena untuk menguji reliabilitas
soal dalam bentuk esai yang dalam penelitian ini adalah soal tes wawancara yang merupakan tes
subjektif dan jawaban dari setiap pertanyaannya belum tentu sama antara mahasiswa yang satu
dengan yang lain sesuai dengan kondisi masing-masing. Setelah dilakukan uji instrumen maka
akan diperoleh data, kemudian data tersebut di masukkan ke dalam rumus Alpha Cronbach
berikut:

r=
k
k−1
1−(∑ Si2
St 2 )
Keterangan
r : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
Si2 : varian butir soal
St2 : varian total

7. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi untuk
menentukan tingkat hubungan antara dua variabel. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
hasil tes yang dikerjakan oleh responden yang berupa nilai tes tata bahasa dan nilai tes
kemampuan berbicara.

J. DAFTAR PUSTAKA

Susanti, H. & Mugiyanti. (2021). Korelasi Penguasaan Kosakata (Goi) dengan Kemampuan
Menyimak (Choukai) Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Budaya Universitas Pakuan, 27(1), 522-529.
Susanti, H. & Mugiyanti. (2019). Korelasi Antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan
Berbicara pada Mahasiswa Semester I dan II Program Studi Sastra Jepang Universitas Pakuan,
1(1), 1-40.

Fadhilla, Dini dkk. (2018). Hubungan Penguasaan Bunkei dengan Kemampuan Sakubun Siswa
Kelas XI SMA Negeri 12 Padang Tahun Ajaran 2017/2018, 1(1), 1-29.

Putra, D. H. dkk. (2021). Correlation Between Vocabulary Mastery and Fluency in Speaking at
Universitas Tanjungpura, 10(1), 36-50.
Widiyowati, Eny dkk. (2020). Korelasi Antara Penguasaan Kosakata dan Kemampuan
Berbicara Mahasiswa Politeknik Negeri Malang, 7 (1), 1-18.

Anda mungkin juga menyukai