Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb,


Syukur serta puji Kami panjatkan kepada Zat sumber segala puji di alam ini, Allah
Swt. karena hanya dengan kekuatan dan segala rahmat yang Dia rizkikan kepada kita, kita
dapat bersilaturahmi melalui makalah sederhana ini dalam bingkai thalabul ilmi. Shalawat
baik pun salam semoga takan lelah kita panjatkan kepada jungjungan Nabi serta Rasul-Nya,
Muhammad saw, semoga kita mampu mengikuti jalan hidup beliau karena beliulah sebenar-
benarnya contoh yang baik, uswatun hasanah, dalam berbagai hal termasuk dalam
menyebarkan damai di bumi Allah ini dan menyebarkan semangat adz-dzkir, semangat
menuntut ilmu bagi para pengikutnya. Pun pada para sahabat rasul, para tabiin dan para
penerusnya, para mutaqin yang telah mendahului kita, sampai pada kita generasi masa ini
yang ikut menjadi portal penting dalam perkembangan peradaban umat manusia, semoga
rahmat dan shalawat-Nya tercurah selalu, amin.
Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, inilah makalah sederhana yang telah kami ikhtiarkan
untuk disusun dan dihadirkan dalam upaya saling berbagi ilmu, dan salah satunya utuk
memenuhi salah satu prasyarat tugas mata kuliah Biologi. Harapan kami haturkan semoga
hasil pekerjaan kami ini menjadi amal shaleh bagi kami sebagai penyusun, dan para pembaca
maupun yang ikut berpartisipasi dalam diskusi topik tentang makalah ini, semoga kita selalu
dijauhkan dari rasa ujub, melinkan terus diberi-Nya motivasi untuk melakukan hal lebih baik.
Terima kasih, silahkan selamat membaca. Maaf jika ada kekurangan yang mungkin
anda akan temukan. Semoga manfaat yang hanya kita peroleh dari pertemuan ini.
Wassalamkum wr wb,

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Metoda Pembelajaan Kooperatif Model Jigsaw 4

B. Belajar Biologi dengan Menggunakan meode jigsaw 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 13

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pendidikan ialah
“homo homoni socius” (pembelajaran gotong royong) yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk social. Pembelajaran kooperatif terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok
di terapkan di Indonesia karena sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai
gotong royong.
Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff
dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan
pembelajaran adapun tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini mengembangkan kerja tim,
keterampilan belajar kooperatif, serta menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “cooperative learning teknik Jigsaw”
bahwa metode pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal asalan. Roger dan David Johnson mangatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap Cooperative learning teknik jigsaw.
Faktor yang mempengaruhi belajar antara lain : faktor internal siswa, faktor eksternal
siswa, faktor pendekatan belajar. Dimana faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
diri siswa sendiri terdiri dari aspek fisiologis dan aspek psikologi. Aspek fisiologis meliputi
kondisi jasmani siswa sedangkan aspek psikologis meliputi intelegensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. Faktor yang berasal dari luar diri siswa antara
lain lingkungan sosial dan lingkungan non sosial, metode pembelajaran dan media
pembelajaran. Sedangkan faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan.
Minat belajar siswa dipengaruhi oleh tiga aspek antara lain: perhatikan siswa pada
saat proses belajar mengajar berlangsung, rasa senang siswa, ingin tahu siswa, kelas, teman,
dan sekolah. Faktor ini merupakan salah satu faktor internal yang termasuk dalam aspek
psikologi yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar.
Dalam proses belajar, guru sering kali terlalu asyik menyampaikan seluruh materi
sehingga siswa kurang memberi tanggapan karena mereka hanya bertugas mendengarkan dan
hanya sesekali diberi kesempatan untuk bertanya. Selain itu, guru merasa materi yang
diberikan dalam satu tahun pembelajaran terlalu banyak sehingga guru harus mengejar terget
dan tergesa-gesa dalam menyelesaikan materinya.
Pada pembelajaran biologi sering kali siswa merasa kesulitan memahami
pembelajaran yang diberikan oleh guru, kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran
biologi. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru menggunakan metode dan
stategi pembelajaran yang kurang bervariasi hanya terbatas guru membacakan atau
memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan
teliti dan mencoba meyelesaikan soal sebagaimana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut
menjadikan siswa lebih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran biologi
seharusnya siswa didorong lebih aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pembelajaran dan terampil
dalam menyelesaikan permasalahan biologi. Oleh sebab itu, pembelajaran biologi
menggunakan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa. Untuk itu insya Allah dalam uraian BAB II di depan akan disajikan lebih rinci
tentang metode pembelajaran kooperatif model jigsaw khususnya sesuai dengan judul
makalah dari topik yang kami coba haturkan ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah tentang Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam
meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa adalah:
1. Bagaimanakah langkah-langkah yang ditempuh oleh guru biologi dalam
mengaplikasikan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam meningkatkan
prestasi belajar biologi.
C. TUJUAN MASALAH

Tujuan berdasarkan rumusan masalah adalah:


1. Dapat mengetahui langkah-langkah yang ditempuh oleh guru biologi dalam
mengaplikasikan metode kooperatif model jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar
biologi.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran Kooperatif Model jigsaw


Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga
yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok
kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja
sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan
kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang
berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team
ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu
di bawa kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan pada metode kooperatif model jigsaw sebagai berikut:

1. Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik – topik


permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan
tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran
topik permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari
hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial, mengembangkan rasa harga diri dan hubungan
interpersonal yang positif.
4. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.
5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan
sederhana dengan anggota kelompoknya.
6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman
kelompok belajarnya.
7. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok
8. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
9. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan
dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman
mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa
interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Adapun kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam
menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dalam
menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada
anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam
diskusi.
9. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan
mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.
10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.
Untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat
berjalan dengan baik, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran kooperatif di
kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas
heterogen.
3. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa
dalam kelas.
4. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan
bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas
mereka
5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka
perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
7. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
8. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran
9. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
10. Untuk mengantisipasi masalah siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi ini guru,
maka harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar
para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian
baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
11. Untuk mengantisipasi siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah,
maka guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka
dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
12. Untuk mengantisipasi siswa cerdas yang cenderung merasa bosan maka guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas
tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

B. Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Model Jigsaw


Dalam dunia pendidikan, bidang studi biologi diajarkan pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama ( SMP ). Biologi merupakan bidang studi yang mempelajari tentang
makhluk hidup, baik mengenai tumbuh-tumbuhan, hewan, protista, jamur, manusia dan
sebagainya. Menurut Depdikbud (1994), tujuan pembelajaran biologi di SMP adalah
menumbuhkan motivasi dan minat siswa sebagai aktivitas sekolah melalui pengamatan dan
terjun langsung ke lapangan terhadap fenomena makhluk hidup. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut, para siswa secara khusus di harapkan mampu :
1) Memahami tentang adanya keterkaitan antara lingkungan dengan fenomena makhluk
hidup
2) Memiliki sikap ingin tahu terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Selanjutnya, Depdikbud (1996) menyatakan mata pembelajaran biologi yang
merupakan bagian dari ilmu-ilmu alam mempunyai peranan yang sangat penting dalam
rangka menumbuhkan rasa kagum, hal ini karena biologi merupakan kajian ilmu yang
menjelaskan tantang gejala-gejala makhluk hidup yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas.
Selain itu, mata pelajaran biologi juga memiliki kegunaan yang cukup bermakna, seperti
kegunaan edukatif (pendidikan), kegunaan instruksional (pemberi pelajaran), kegunaan
instruktif (pemberi ilham), kegunaan rekreatif (pemberi kesenangan), kegunaan enofatif
(pemberi wawasan maju), bahkan pendidikan biologi dapat memberikan kegunaan prototipe
lingkungan bagi masyarakat dan bangsanya. Adanya anggapan pelajaran biologi yang sulit,
menakutkan dan tidak menarik untuk dipelajari di kalangan siswa SMP berkorelasi secara
linier dengan perolehan Nilai Ujian Nasional Akhir Nasional (NUAN) IPA siswa.
Merosotnya perolehan nilai UN siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Terkait
dengan faktor-faktor tersebut, Sudiarta (1996) menyatakan beberapa faktor yang dapat
diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya NEM (padanan NUAN) IPA siswa adalah
pendekatan guru dalam mengajar selalu berorientasi pada soal, metode yang diterapkan
bersifat konvensional, kurang mengadopsi model belajar konstruktivis, guru tidak memakai
literatur yang relevan dan berlaku secara general, tidak melakukan pengkonkretan konsep
sebelum proses belajar mengajar dimulai, peralatan laboratorium yang kurang memenuhi
standar dan siswa kurang dilatih berfikir krisis menurut aturan-aturan logika.
Berdasarkan data yang ada, NUAN IPA siswa SMP tergolong rendah (Adnyani,
2003), walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil
belajar dalam mata pelajaran biologi khususnya, seperti melalui penyempurnaan kurikulum,
peningkatan fasilitas laboratorium, mengadakan penataan bagi staf pengajar, mensuplai buku-
buku yang relevan, program Academic Staff Deployment (ASD) dan memberi kesempatan
bagi staf pengajar untuk menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Namun,
semua usaha ini belum memberikan hasil yang diharapkan.
Sehaluan dengan pendapat sudiarta yang mengupas faktor-faktor penyebab rendahnya
prestasi belajar siswa,Arya (2003) juga menyatakan beberapa faktor yang dapat diidentifikasi
sebagai rendahnya NUAN IPA siswa SMP, yaitu srategi dan pendekatan guru dalam mengajar
selalu berorientasi pada soal, selalu menerapkan metode ceramah, kurang mengadopsi model
belajar yang merupakanderivat dari konstruktivis , guru tidak memakai literatur yang relevan
dan berlaku secara general, tidak melakukan pemaduan antara konsep konkret dan konsep
formal, peralatan laboratorium yang kurang memenuhi standar, guru kurang memperhatikan
motivasi belajar siswa dan siswa kurang dilatih untuk mengenali tingkat konsep menurut
klausmeier.
Menurut puger (2004), untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan strategi
dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan
motivasi kegiatan belajar siswa. Salah satu model pembelajarannya adalah dengan metode
pembelajaran koomperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif, maka pengungkapan konsep dalam suatu bidang studi dapat
diwujudkan melalui cara yang rasional, komunikatif, edukatif dan kekeluargaan.
Melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw ini, diharapkan
aktivitas siswa menjadi meningkat dan memperoleh pemahaman yang holistik terhadap suatu
materi ajaran dalam bidang studi biologi. Peningkatan aktivitas siswa dan pemahaman yang
holistik mengenai suatu materi ajaran biologi akan dapat meningkatkan prestasi belajar
biologi siswa.
Walaupun sudah diketahui defisi dari model pembelajaran kooperatif model jigsaw,
sebetulnya yang paling mendasar harus dikenai oleh seorang pendidik adalah fase-fase yang
harus detempuh di dalam mengimplementasi pembelajaran kooperatif jigsaw. Menurut
Wartawan (20040, ada tujuh fase yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif model jigsaw. Tujuh fase yang di maksudkan adalah :
Fase 1: menyampaikan tujuan dan motivasi. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yg ingin di capai pada pembelajaran tersebut
Fase 2 menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada sisea dengan jalan
menyajikan berbagai fakta, pengalam, fenomena fisis yang berkaitan langsung
dengan materi pelajaran
Fase 3 :base group atau kelompok dasar/asal. Siswa dikelompokan menjadi kelompok
asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 dengan kemampuan akademik yang heterogen.
Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk
mereka pelajari
Fase 4 : kelompok ahli atau expert group. Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi
dalam kelompok
Fase 5 : tim ahli kembali ke kelompok dasa. Siswa kembali ke kelompok dasar ahli untuk
menjelaskan apa yang mereka dapat dalam kelompok ahli
Fase 6 : evaluasi semua siswa diberikan tes yang melingkupi semua topik
Fase 7 : memberikan penghargaan. Guru memberikan penghargaan baik secara individu
maupun kelompok
Guru sebagai seorang fasilitator berperan memberikan arahan pada saat terjadi diskusi,
baik pada kelompok ahli maupun pada kelompok dasar/asal. Siswa dituntun harus aktif
membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi dibawah arahan guru.
Apabila ringkasan mengenai ketujuh fase didalam melaksanakan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, akan memperoleh skema ilustrasi kelompok ahli (expert group) dan
kelompok asal (base group). Adapun skema yang dimaksudkan sebagaimana tampak pada
gambar 1.

ABCDE ABCDE ABCDE ABCDE ABCDE

AAAA BBBB CCCC DDDD EEEE

Gambar 1.
Ilustrasi kelompok dasar dan kelomok ahli dalam pembelajarankooperatif tipe jigsaw.
Siswa dikelompokan menjadi kelompok dasar (base group), kemudian setiap anggota
kelompok diberikan topik yang berbeda untuk dipelajari. Siswa dari kelompok dasar yang
berbeda dengan topik yang berbeda dengan topik yang sama dipertemukan dalam kelompok
ahli (expert group) untuk berdiskusi dan membahas tugas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik
tersebut. Para ahli kemudian kembali ke kelompok dasar masing-masing da mengambil
giliran untuk mengajar anggota kelompoknya (peer teaching) tentang topik mereka. Akhirny
siswa di berikan tes meliputi semua topik dan skor yang diperoleh dalam tes menjadi skor
kelompok. Skor yang diperoleh kelompok didasarkan pada peningkatan skor dari setiap
siswa. Peningkatan skor dilihat berdasarkan skor awal dan akhir yang diperoleh siswa. skor
awal adalah skor yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya, sedangkan skor akhir adalah
skor yang diperoleh dari tes pada pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Berpijak dari kajian metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, dapat
dikemukakan beberapa keuntungannya bila dibandingkan dengan metode lainnya. Adapun
keuntungan-keuntungan yang dimaksud menurut Wikipedia.org(2011) adalah :
1. Guru bukanlah satu-satunya penyedia pengetahuan,
2. Cara efisien untuk belajar,
3. Siswa mengambil miliknya dalam bekerja dan kemampuannya,
4. Siswa mempertahankan pertanggungjawabannya di antara temen-temennya,
5. Belajar bergantian sekitar interaksi dengan temen-temennya,
6. Siswa berpartisipasi aktif dalam proses, dan
7. Membangun keterampilan antar pribadi dan interaktif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengingat kurangnya pengetahuan guru-guru biologi mengenai metode pembelajaran
kooperatif model jigsaw, maka pengembangan program ini dalam kegiatan pembelajaran
sangat dibutuhkan. Metode pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu
metode pembelajaran dalam belajar kooperatif yang cara pengaplikasiannya sebagai berikut:

1) Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa,


2) Menyajikan informasi,
3) Membagikan potongan tugas pada base group atau kelompok dasar/asal,
4) Mengerjakan tugas pada kelompok ahli atau expert group,
5) Tim ahli kembali ke kelompok dasar untuk menyampaikan hasil solusi tugasnya pada
kelompok ahli,
6) Evaluasi
7) Memberika penghargaan

B. SARAN

Kepada guru-guru biologi SMP untuk mengadopsi metode pembelajaran kooperatif


model jigsaw, mengingat metode pembelajaran tersebut sangat vital digunakan untuk
mengonstruksi pengetahuan oleh siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

 Adnyani, Nyoman. 2003. KelemahanKelemahan Penerimaan Siswa SMP yang Beracuan


pada NUAN. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah Universitas Maha-
saraswati, September 2003.
 Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA padaSi
swa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikandalam
Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September2003.
 Budiadnyana, Putu. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Bermodul yangBer
wawasan STM Terhadap Hasil Belajar Biolog(Eksperimen pada Siswa Kelas II
 SMA di Singaraja). Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
 Depdikbud. 1996. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Direktorat Pendidika
n Menengah Umum.1994. Petunjuk Teknis Evaluasi Mata Pelajaran Biologi. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
 Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar MelaluiPe
nanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT Refi Aditama
 Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York: McGraw-
Hill,Inc.
 Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Seririt. 2006. Laporan Tahunan Kepala Sekolah SMP
Negeri 2 Seririt. Seririt: SMP Negeri 2 Seririt.
 Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
 Munandar, Wenti. 2011. “Metode Diskusi dalam Pembelajaran”.
Dalam http://kuliahme.blogspot.com/2009/05/metode-diskusi.html, Diakses Tanggal
17 Juli 2011.
 Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Makalah yang Disampai-
kan pada Guru-Guru Biologi se Kecamatan Seririt, pada Tanggal 27 Maret 2004.
 -------. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: LP2M Unipas
 Sudiarta, Wayan. 1996. Pengaruh Penyisipan Berpikir Silogisme dalam Proses Pembelaj
aran Terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar.
 Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian
 Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 1996.
 Wartawan, I Wayan. 2004. “Pembinaan Kualitas Pembelajaran Fisika Melalu
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya
MeningkatkanHasil Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 2 Singaraja”. Dalam
Jurnal IKA, Vol. 2 No.
 1 Mei 2004. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
 Wikipedia.org. 2011. “Jigsaw (Teaching Technique)”. Dalam
 http://en.wikipedia.org/wiki/Jigsaw_(teaching_technique), Dikases Tanggal
03 Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai