Anda di halaman 1dari 19

TIPE-TIPE MODEL

PEMBELAJARAN

Group 1 | Presentation
Dewi Ariyani
Wahid Zainal Mustofa
Tipe Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dari
Cooperative Learning. Pembelajaran menggunakan
model Jigsaw ini mengambil pola kerja zigzag, dimana
siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama.Suyadi menjelaskan bahwa model Jigsaw
adalah metode yang dapat digunakan secara luas.
Melalui model pembelajaran Jigsaw ini, guru
memberikan tugas kepada masing-masing kelompok
untuk diselesaikan. Jika tugas yang diberikan dirasa
sulit, siswa dapat membentuk kelompok para ahli. Oleh
karena itu, model jigsaw ini juga disebut sebagai model
tim ahli.
Tujuan
Model pembelajaran Jigsaw memiliki tujuan
penting untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan Kerjasama dan kolaborasi.
Selain itu, model pembelajaran jigsaw juga
dapat mengembangkan sikap solidaritas
sosial di kalangan siswa. Menurut Johnson &
Johnson yang dikutip oleh Trianto (2009: 57),
menyatakan bahwa tujuan pokok
pembelajaran model Jigsaw adalah dapat
memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman, baik secara individu maupun
kelompok
Langkah-langkah
1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok.
2. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
3. Tiap kelompok diberikan bahan ajar dan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan.
4. Dari masing-masing kelompok diambil 1 anggota
untuk membentuk kelompok baru atau kelompok
pakar.
5. Kemudian kelompok pakar Kembali lagi ke
kelompok asal untuk mengajarkan anggota
kelompoknya.
6. Selama proses pembelajaran, guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator.
7. Guru kemudian melakukan evaluasi, baik secara
individu maupun kelompok (Made Wina, 2009: 193-
194).
Kelebihan
1. Dapat mengembangkan hubungan antar
siswa
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa percaya diri siswa yang tinggi
4. Dapat memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu
lebih besar
6. Sikap apatis lebih berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam, dan
8. Dapat meningkatkan motivasi belajar.
Kekurangan
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah
“Peerteaching” yaitu pembelajaran oleh teman
sendiri. Ini akan menjadi kendala karena persepsi
dalam memahami suatu konsep yang akan
didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam
hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak
diperlukan agar jangan sampai terjadi salah
konsep (miss conception).
2. Sulit meyakinkan siswa untuk mampu
berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika
siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu
memainkan perannya dalam memfasilitasi
kegiatan belajar.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian,
perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik
dan ini biasanya membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelas tersebut.
4. Awal pembelajaran ini biasanya sulit
dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup
dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.
Tipe Kancing
Gemerincing
Ini adalah sebuah penciptaan suasana
pembelajaran kooperatif yang menggunakan
media kancing (atau bisa diganti juga dengan
media serupa lain). Intinya dengan model belajar
ini, setiap anggota kelompok mendapatkan
kesempatan (baca: diharuskan) memberi
kontribusi bagi kelompok mereka dengan
mendengarkan sambil memberikan pandangan
dan pemikiran kepada anggota yang lain.
Model pembelajaran teknik kancing
gemerincing merupakan model
pembelajaran yang mempunyai prosedur
yang jelas dan sistematis, model
pembelajaran kancing gemerincing
awalnya dikembangkan oleh spancer
Tujuan kagan pada tahun 1990. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. masing-masing anggota kelompok
mempunyai kesesempatan memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan anggota yang lain.
Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing
anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan
lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan
pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja
kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggot
Tujuan yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya,
juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada
rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti,
pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak
bisa tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.
Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing
memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan
kesempatan untuk berperan serta.
Langkah-langkah
1.Guru menyiapkan suatu kotak kecil yang berisi
kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil
lainnya).
2.Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa
dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua
atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung
pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3.Setiap kali seorang siswa berbicara atau
mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan
salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-
tengah meja kelompok .
4.Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia
tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya
juga menghabiskan kancing masing-masing.
5.Jika semua kancing habis, sedangkan tugas belum
selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan
untuk membagi kancing lagi dan mengulangi
prosedurnya kembali.
Kelebihan
Model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing mempunyai tujuan tidak hanya
sekedar penguasaan bahan pelajaran, tetapi
adanya unsur kerjasama untuk penguasaan
materi tersebut. Hal ini menjadi ciri khas dalam
pembelajaran kooperatif. Disamping itu, kancing
gemerincing merupakan model pembelajaran
secara kelompok, maka kelompok merupakan
tempat untuk mencapai tujuan sehingga
kelompok harus mampu membuat siswa untuk
belajar. Dengan demikian semua anggota
kelompok harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran
Kekurangan
1.Tidak semua konsep dapat mengungkapkan
model kancing gemerincing, disinilah tingkat
profesionalitas seorang guru dapat dinilai.
2.Pengelolaan waktu saat persiapan dan
pelaksanaan perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama
dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
3.Pembelajaran model kancing gemerincing
memerlukan persiapan yang cukup sulit.
4.Guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap
siswa yang ada di kelas, oleh karena itu cukup sulit
dilakukan terutama jika jumlah siswa dalam kelas
terlalu banyak.
Tipe Thin Pair
Share
Menurut Huda (2015), Think Pair Share adalah
model pembelajaran yang memberi waktu bagi
siswa untuk dapat berpikir secara individu
maupun berpasangan. Metode ini memberikan
waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan atau permasalahan yang akan
diberikan oleh guru. Siswa saling membantu
dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan
kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Langkah-langkah
1. Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, meminta siswa memikirkan
jawaban dari permasalahan yang diajukan secara mandiri.
Pada tahap Think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri
mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada
tahap ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini
karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa
satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut, guru
dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat
dilakukan perbaikan atau pelurusan atas konsep-konsep
maupun pemikiran yang masih salah. Dengan adanya tahap
ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa
yang mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan
bekerja sendiri untuk dapat menyelesaikan masalah.

Langkah-langkah
2 - Berpasangan (Pairing)
Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah dipikirkan dengan teman sebangku. Pada tahap ini guru
meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman di
sampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar siswa
yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan saling
melengkapi ide-ide jawaban yang belum terpikirkan pada tahap Think.
Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan.
Langkah ini dapat berkembang dengan menerima pasangan lain untuk
membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya
pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih
besar, misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang
kelompok yang besar akan bersifat kurang efektif karena akan
mengurangi ruang dan kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir
dan mengungkapkan idenya.
Langkah-langkah
3 - Berbagi (Sharing)
Guru meminta kepada siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang mereka bicarakan. Pada tahap ini setiap pasangan
atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban
mereka dengan pasangan atau kelompok lain atau bisa ke kelompok
yang lebih besar yaitu kelas. Langkah ini merupakan penyempurnaan
langkah-langkah sebelumnya, dalam artian bahwa langkah ini
menolong agar semua kelompok berakhir titik yang sama yaitu jawaban
yang paling benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih
kurang sempurna atau yang belum menyelesaikan permasalahannya
diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang
diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain yang berkesempatan
untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika waktu memungkinkan,
dapat juga memberi kesempatan pada semua kelompok untuk maju
dan menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya.
Kelebihan
1.Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya
kritis siswa dan analisis terhadap suatu
permasalahan.
2.Meningkatkan kerja sama antara siswa
karena mereka dibentuk dalam kelompok.
3.Meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami dan menghargai pendapat orang
lain.
4.Meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyampaikan pendapat sebagai
implementasi ilmu pengetahuannya.
5.Guru lebih memungkinkan untuk
menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi.
Kekurangan
1.Sulit menentukan permasalahan yang cocok
dengan tingkat pemikiran siswa.
2.Bahan-bahan yang berkaitan dengan
membahas permasalahan yang ada tidak
dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.
3.Kurang terbiasa memulai pembelajaran
dengan suatu permasalahan yang ril atau
nyata.
4.Pengalaman siswa dalam menyelesaikan
masalah relatif terbatas

Anda mungkin juga menyukai