Anda di halaman 1dari 13

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

1. Model Pembelajaran Think Pair Share


Menurut Suyatno dalam Parlina (2010), menjelaskan tentang
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Struktural. Salah
satunya TPS (Think Pairs Share) adalah model pembelajaran
dengan metode Think-Pairs-Share (TPS) tergolong tipe kooperatif
dengan dengan sintak, yaitu guru menyajikan materi klasikal,
memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-bangku (think-pairs),
presentasi kelompok (share), kuis individual, membuat scor
perkembangan tiap siswa, mengumumkan hasil kuis dan
memberikan reward.

Yang menjadikan karakteristik metode Think-Pairs-Share (TPS)


sehingga membedakan dengan model pembelajaran kooperatif
struktural lainnya adalah:
a. Terdapat langkah pembelajaran Think (berfikir). Sehingga
siswa memiliki tanggung jawab individu sebelum akhirnya
mereka dapat bekerja dengan kelompok.
b. Tidak memerlukan waktu yang lama dalam pembentukan
kelompok karena mereka hanya berpasangan (pairs) dengan
teman sebangkunya.
c. Kelompok yang hanya beranggotakan dua orang akan
mengurangi kegaduhan kelas yang diakibatkan oleh diskusi
dalam kelompok.
d. Memberikan waktu lebih banyak kepada siswa dalam
pengerjaan. Hal ini dikarenan dalam pembuatan kelompok yang
tidak memerlukan waktu yang lama, kemudian sebelum
mengerjakan secara kelompok mereka terlebih dahulu
mengerjakan secara individu, serta dalam pendiskusian
penyelesaian soal hanya perlu menggabungkan dua pendapat.
e. Jumlah anggota kelompok yang sedikit (dua) akan
mengurangi terjadinya
konflik dalam kelompok.

2. Langkah pembelajaran
a. Bagi Guru
Menurut Ibrahim dalam Marlena, 2015 langkah-langkah Think
Pair Share (TPS) seperti berikut ini:
1. Tahap 1: Berfikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan
dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa
saat.
2. Tahap 2: Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama. Interaksi pada tahap ini dapat berbagi jawaban jika
telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu
persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi
waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3. Tahap 3: Berbagi (Sharing)
Pada tahap akhir guru meminta pada pasangan untuk berbagi
dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi
pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan
telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
b. Bagi siswa
Menurut widarti (2007) langkah-langkah Think Pair Share (TPS)
seperti berikut ini:
1. Tahap Pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi
sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas
pembelajaran. Pada tahap ini siswa mendengarkan penjelasan
dari guru mengenai aturan main serta menginformasikan
batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan
2. Tahap Think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan
demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap
ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk
memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan
yang diberikan. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
berdasarkan pengetahuan dasar mereka.
3. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, siswa membentuk kelompok berpasangan
dengan teman sebangku. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak
pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan
teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan
pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas
permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai
kemungkinan jawaban secara bersama.
4. Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau
seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa mempresentasikan jawaban secara
perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai
keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat
memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
5. Tahap Penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu
maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban
pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan
jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat
presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

4. Skema

(Marlena, 2015)

5. Kelebihan atau Kekurangan


a. Kelebihan
Anita Lie dalam Hariyono (2013) mengungkapkan bahwa
Metode Think-Pair-Share (TPS) memberikan siswa kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari metode ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa.
Dapat diuraikan pula kelebihan dari metode Think-Pairs-Share
(TPS) adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas.
Karena siswa akan berdiskusi dengan pasanganya (pairs) untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa
juga berbagi (share) kepada teman-teman sekelasnya dengan
mempresentasikan hasil diskusinya dengan pasangannya. Selain
itu dengan penerapan metode ini siswa akan lebih menguasai
materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk menyelasaikan
masalah yang ditugaskan kepadanya.

Dapat diuraikan pula kelebihan dari metode Think-Pairs-Share


(TPS) adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas.
Karena siswa akan berdiskusi dengan pasanganya (pairs) untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa
juga berbagi (share) kepada teman-teman sekelasnya dengan
mempresentasikan hasil diskusinya dengan pasangannya. Selain
itu dengan penerapan metode ini siswa akan lebih menguasai
materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk menyelasaikan
masalah yang ditugaskan kepadanya.

Anita Lie dalam Hariyono (2013 memaparkan beberapa


kelebihan. Berikut ini kelebihan dari kelompok berpasangan :
Meningkatkan partisipasi siswa
Cocok untuk tugas sederhana
Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok
Interaksi lebih mudah
Lebih mudah dan cepat membentuknya

b. Kekurangan
Menurut Hariyono (2013) Kekurangan dari teknik Think Pair Share
ini antara lain: pertama, pesertadidik yang tidak tampil saat
proses sharing, dimana salah satu perwakilan anggota maju ke
depan dan mempresentasikan hasil kerjanya, kemungkinan
terdapat beberapa peserta didik yang menjadi pasif dan tidak
memperhatikan atau mencari kesibukan lain. Ini adalah tugas
seorang guru untuk dapat mengontrol kelas dengan baik agar
peserta didik tetap dapat memperhatikan dan mengikuti proses
pembelajaran.
Kekurangan kedua bahwa setiap kerja kelompok dengan jumlah
yang berbeda-beda memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing, salah satu contohnya adalah kerja kelompok yang hanya
melibatkan 2 orang saat proses pairing memiliki kekurangan
diantaranya, terlalu sedikit ide yang muncul karena hanya 2
orang,

Anita Lie dalam Hariyono (2013) memaparkan kekurangan Think


Pair Share (TPS). Berikut ini kekurangan dari kelompok
berpasangan :
a. Banyak kelompok yang melaporkan dan perlu dimonitor
b. Lebih sedikit ide yang muncul
c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah

6. Penelitian yang terkait


a. Marlena, Novi. 2015. Penerapan Pembelajaran Think
Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Respon Mahasiswa pada Materi Konsep Diri Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya
Abstrak :
Saat Aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi yang
didominasi oleh dosen merupakan pembelajaran yang
bersifat teacher oriented. Mayoritas mahasiswa
cenderung pasif dan hanya mahasiswa tertentu saja
yang merespon pertanyaan dosen. Hal ini merupakan
indikasi bahwa mahasiswa malas untuk berpikir sebagai
wujud dari tidak terbiasanya aktif dalam proses belajar
mengajar dan kebiasaan selalu bergantung pada setiap
materi yang disampaikan oleh dosen. Dari fenomena
tersebut bisa diatasi melalui pembelajaran kooperatif
yaitu dengan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS). Model pembelajaran TPS adalah model
pembelajaran di mana mahasiswa dituntut lebih aktif
yaitu berpikir mandiri (think), kemudian berpasangan
atau berdiskusi dengan satu kelompok (pair) dan
berbagi dengan semua kelompok di kelas (share).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penerapan pembelajaran TPS, hasil belajar mahasiswa,
dan respon mahasiswa terhadap penerapan
pembelajaran TPS pada materi Konsep Diri mata kuliah
Pengembangan Kepribadian. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa Kelas B Pendidikan Tata Niaga Angkatan
2013 Universitas Negeri Surabaya yang berjumlah 34
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
penerapan pembelajaran TPS diperoleh hasil belajar
mahasiswa meningkat dengan rata- rata nilai yang
diperoleh pada pre-test 59,41 pada post-test siklus I
diperoleh rata-rata 70,88 (belum tuntas) dan pada post-
test siklus II meningkat menjadi
78,53 (tuntas). Hasil penelitian juga menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas dosen, aktivitas
mahasiswa, serta hasil belajarmahasiswa.

Kata kunci: Think Pair Share (TPS), Hasil Belajar,


Respon Mahasiswa
b. Parlina, Riri. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi Siswa Kelas
X Jurusan Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas
Kabupaten Klaten. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.
Kesimpulan :
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X
Jurusan
Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas dilakukan dalam
dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu :
(1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan,
(3) observasi dan interpretasi, dan
(4) analisis dan refleksi tindakan.
Setelah dilaksanakan penelitian tersebut dapat
dikemukakan simpulan sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif model Think-
Pairs-Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas siswa
pada pembelajaran akuntansi kelas X jurusan Akuntansi
SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten. Rata-
rata persentase aktivitas siswa dari sebelum penelitian
atau pemberian tindakan yaitu 33,33% meningkat
menjadi 65,61% pada siklus I dan terus meningkat
menjadi 83,49% di siklus II. Aktivitas yang dihitung
mencakup delapan jenis aktivitas.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif model Think-
Pairs-Share (TPS) dapat meningkatkan penguasaan
materi akuntansi siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK
Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten. Peningkatan
dicapai dari setiap siklus. Pada kemampuan penguasaan
materi siswa sebelum pemberian tindakan hanya
mencapai 28,21% dari 39 siswa dalam kelas tersebut.
Setelah diberikan tindakan pada siklus I, penguasaan
materi siswa meningkat menjadi 79,49%. Dan akhirnya
pada siklus II dapat lebih meningkat menjadi 92,31%.
c. Hariyono. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Model Think Pair Share untuk Meningkatkan Keaktifan
Belajar IPA Melalui Media Flash Movie Siswa Kelas IV
SD Negeri 5 Karangrejo Tahun Pelajaran 2012 / 2013.
Surakarta : Unviversitas Muhammadiyah Surakarta.
Abstrak :
Think Pair Share ( TPS ) melalui Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar
IPA melalui penerapan pembelajaran kooperatif model
media flash movie siswa kelas IV SD Negeri 5 Karangrejo
Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Dengan jumlah siswa 20
anak siswa laki laki 9 dan siswa permpuan 11 peneliti
sebagai guru kelas tersebut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan metode penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, masing
masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan reflksi hasil
observasi. Analisis data dilakukan dengan
membandingkan prosentase keaktifan belajar pada
kondisi awal, prosentase keaktifan siklus I dan prosentse
keaktifan pada siklus II. Dapat diambil kesimpulan
bahwa rata- rata prosentase keaktifan belajar pada
kondisi awal 45% setelah tindakan siklus I rata- rata
prosentase keaktifan belajar menjadi 60%, ini
menunjukan mengalami peningkatan 15%. Setelah
pelaksanaan tindakan siklus II rata-rata prosentase
keaktifan belajar menjadi 85% ini berarti meningkat
25%.Secara teoritik dan empirik bahwa melalui
pembelajaran kooperatif dengan model Think Pair
Share dengan media flash movie dapat meningkatkan
keaktifan belajar IPA pada materi perubahan lingkungan
fisik dan prosesnya pada siswa kelas IV SD Negeri 5
Karangrejo tahun pelajaran 2012 / 2013.
Kata kunci : keaktifan, hasil belajar, think pair
share, flash movie
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK THINK PAIR
SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA
KELAS IV SDN 1 SIDOGEDE
Oleh
(Susi, M Chamdani, Triyono)
Tahap perencanan, peneliti menyusun skenario
pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran melalui
model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Peneliti
juga menyiapkan instrumen yang dibutuhkan untuk pengamatan
proses pembelajaran berupa lembar observasi, pedoman
wawancara, dan tes. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
pada tiap pertemuan, hasil akhir siklus I-III adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Observasi pada
Rata- Guru
Siklu Persent Katego
rata
s ase ri Berdasarkan tabel 1
skor
hasil observasi pada aktivitas
I 2,8 70% C guru, selama pelaksanaan
II 3 75% C tindakan melalui model
pembelajaran kooperatif
III 3,5 87,5% B teknik think pair share setiap
siklus mengalami
peningkatan dan telah mencapai indikator kinerja penelitian
sebesar 85% pada siklus III.

Tabel 2. Hasil Penilaian Proses


Rata-
Sikl Persent Katego
rata
us ase ri
skor
I 2,8 70% C
II 3,1 77,5% C
III 3,6 90% B
Berdasarkan tabel 2 hasil penilaian proses bahwa setiap
siklus aktivitas siswa mengalami pe-ningkatan. Hal tersebut
menandakan perbaikan-perbaikan setiap kom-ponen
dilaksanakan dengan baik dan telah mencapai indikator kinerja
penelitian sebesar 85%.
Tabel 3. Perbandingan Hasil
Rata- Belajar
Sikl rata Ketun-
Ket
us tasan Berdasarkan
Kelas pelaksanaan tindakan selama
I 64 25% - tiga siklus yang dilaksanakan
sebanyak enam kali
II Mening pertemuan, secara
75 44%
kat
III Mening
81,3 87,5%
kat
keseluruhan upaya peningkatan pembelajaran IPS melalui model
kooperatif teknik think pair share pada siswa kelas IV SDN 1
Sidogede dinyatakan telah berhasil dengan baik.
(PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
DAN PEMBERIAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL
BELAJAR GEOGRAFI
(1) Ibrahim Said, (2) Hadi Soekamto, (3) Yusuf Suharto)
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh model pembelajaran
think pair share dan pemberian advance organizer menunjukkan
hasil yang signifikan. Model pembelajaran think pair share yang
ditambah dengan pemberian advance organizer menunjukkan
rerata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa
pemberian advance organizer maupun pembelajaran seperti
biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah. Temuan penelitian
ini sesuai dengan yang sudah dirumuskan dalam hipotesis
penelitian. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa pemberian
advance organizer relevan dengan konsepkonsep awal yang ada
pada struktur kognitif siswa, sehingga advance organizer dapat
berfungsi sebagai jembatan penghubung antara konsep-konsep
tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ausubel dalam
Umahuk (2006: 14) ada tiga hal yang dapat dicapai melalui
advance organizer, yaitu: (1) Menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari; (2)
Dapat berfungsi sebagai penghubung antara informasi yang
tersimpan pada siswa dengan materi yang benar; dan (3) Berlaku
sebagai jembatan khusus kognitif yang akan membantu siswa
untuk mencapai materi secara lebih mudah. Penelitian yang
mendukung hasil temuan penelitian ini, berkaitan dengan
strategi pembelajaran termasuk model pembelajaran dengan
pemberian advance organizer dan pemanfaatan media
diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Box dan Little dalam
Harjono (2012:125) menyatakan bahwa guru perlu
mempertimbangkan pendekataan kooperatif kelompok kecil
dengan pemberian advance organizer sebagai sebuah metode
untuk meningkatkan konsep diri dan hasil belajar siswa.
Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian ini, yakni
Githua dan Nyabwa dalam Harjono (2012:126) yang
membandingkan pengajaran kelompok perlakuan dengan
pemberian advance organizer dan pembelajaran seperti biasa
sebagaimana yang dilakukan di sekolah terhadap dua kelompok
kontrol yang mengindikasikan pengajaran dengan pemberian
advance organizer menunjukkan skor lebih tinggi daripada
pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di sekolah tersebut.
Temuan penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya
memberikan dukungan pada pemberian advance organizer
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar.
Terkait dengan temuan penelitian ini, model pembelajaran think
pair share dengan pemberian advance organizer saling
melengkapi yang berujung pada hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan model pembelajaran think pair share tanpa
pemberian advance organizer dan pembelajaran seperti biasa
yang dilakukan di sekolah tersebut.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS


PERMUKAAN DAN VOLUME PRISMA DAN LIMAS MELALUI
PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS) SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 4
SURAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011
Sri Niati Iriani
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Keaktifan Siswa
Tingkat keaktifan dan partisipasi siswa selama proses
pembelajaran kooperatif model TPS meningkat dibandingkan
dengan sebelum pelaksanaan tindakan. Peningkatan partisipasi
belajar tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang aktif dalam
sesi tanya jawab, jumlah siswa yang mencatat penjelasan guru,
maupun jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi maupun
dalam pengerjaan tugas kelompok. Sebagian besar siswa
menunjukkan kecenderungan untuk lebih memperhatikan penje-
lasan, pendapat, ataupun pertanyaan teman dan menjawab
pertanyaan tersebut atau mencatat jawaban yang diberikan oleh
teman yang lain. Hal tersebut berbanding terbalik dengan
partisipasi dan keaktifan siswa sebelum dilakukan tindakan.
Jika sebelum pelaksanaan pembelajaran kooperatif model
TPS, siswa lebih banyak diam, mengantuk, takut atau malas
menjawab atau takut bertanya meskipun masih terdapat materi
yang belum dipahami, maka pada waktu pelaksanaan TPS, siswa
mencatat penjelasan guru, aktif dalam diskusi kelompok maupun
diskusi kelas, berlatih mengerjakan soal-soal kuis, antusias
bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru maupun dari
temannya.
Keaktifan siswa lebih meningkat lagi pada siklus II. Siswa
yang aktif tidak hanya terbatas pada siswa yang pintar. Siswa
yang lebih pintar dan sudah menguasai cara menghitung luas
permukaan dan volume prisma dan limas juga terdorong untuk
mengajari atau membantu pasangannya agar lebih mudah
memahami materi tersebut.
Peran Guru
Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan
memberikan bantuan jika diperlukan. Guru tidak hanya berdiri di
depan kelas, tetapi lebih sering berkeliling melihat lebih dekat
proses belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga dapat
membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Meski-
pun guru tidak di depan kelas, kondisi kelas tidak gaduh, karena
semua siswa secara berpasangan menegrjakan soal latihan. Guru
yang berkeliling dari satu meja ke meja yang lain juga
mendorong siswa yang sebelumnya tidak pernah bertanya
karena takut menjadi mau bertanya. Hal ini juga memudahkan
guru membantu siswa yang kesulitan memahami cara
menyelesaikan soal luas permukaan dan volume prisma dan
limas.
Hasil pengisian angket tanggapan siswa terhadap pembe-
lajaran yang dilaksanakan oleh guru menunjukkan bahwa sebagi-
an besar siswa merasa bahwa guru telah melaksanakan tugas
dengan baik, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dan kemampuan guru dalam memberikan penjelasan baik.
Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pembelajaran kooperatif model TPS secara umum
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran,
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menye-
nangkan, meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar
siswa. Hasil pengamatan tersebut didukung dengan hasil tes
yang dikerjakan oleh siswa pada akhir siklus. Berikut ini adalah
tabel yang memuat perbedaan hasil belajar Matematika siswa
sebelum tindakan, pada akhir siklus I dan akhir siklus II.

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa secara umum nilai


hasil belajar Matematika mengalami peningkatan dari
sebelum tindakan ke siklus I dan ke siklus II. Nilai rata-rata
hasil belajar Matematika sebelum dilakukan tindakan
hanya mencapai 66, sedangkan pada siklus I nilai rata-rata
kelas mencapai 73 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi sebesar 80.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada sebelum
dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif model TPS, siswa
yang memperoleh nilai tinggi hanya 1 siswa, nilai sedang
sebanyak 16 siswa, nilai rendah sebanyak 13, dan nilai sangat
rendah sebanyak 6 siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang
memperoleh nilai tinggi meningkat menjadi 6 siswa atau sebesar
16,67 %, nilai sedang adalah 18 siswa atau sebesar 50 %, dan
nilai rendah menurun menjadi 9 siswa, dan nilai sangat rendah
menjadi 3 orang siswa. Pada siklus II jumlah siswa dengan nilai
tinggi sebanyak 11 orang atau 24,44 %, nilai sedang sebanyak
30 siswa atau 66,67 %, dan nilai rendah turun menjadi 4 siswa
atau 8,88 %.
Pada akhir siklus II diketahui sebanyak 5 siswa tidak
berhasil mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 70,
sedangkan sisanya yaitu sebanyak 31 siswa atau 86,11 % siswa
mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 70. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan ini terlah berhasil
mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 85 % siswa
mencapai nilai ? 70.

Daftar Pustaka
Marlena, Novi. 2015. Penerapan Pembelajaran Think Pair Share
(TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Respon
Mahasiswa pada Materi Konsep Diri Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya
Parlina, Riri. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model
Think-Pairs-Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Penguasaan Materi Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan
Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Hariyono. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think
Pair Share untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA
Melalui Media Flash Movie Siswa Kelas IV SD Negeri 5
Karangrejo Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Surakarta :
Unviversitas Muhammadiyah Surakarta.
Widarti, Atik. 2007. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Hasil Belajar
Pokok Bahasan Segi Empat pada Siswa Kelas VII Senester
2. Semarang : Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai