Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI DAN IMPLEMENTASI SUPERVISI KOLABORATIF

Untuk memenuhii tugas mata kuliah Model Pembinaan dan Supervisi


Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Ibrahim Bafadal

Oleh:
ANISA KURNIA LESTARI (190132858013)
HIYASINTUS ILE WULOGENING (190132858002)
MAULIDIA NUR MASLIKHA (190132858014)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
MALANG, OKTOBER 2019
DAFTAR ISI
Daftar isi ............................................................................................................. i

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan................................................................................................ 3
BAB 2 ISI ........................................................................................................... 4
2.1 Definisi Supervisi Kolaboratif .......................................................... 4
2.2 Langkah-Langkah Supervisi Kolaboratif .......................................... 5
2.3 Kelebihan dan kekurangan Supervisi Kolaboratif............................. 6
2.4 Implementasi Supervisi Kolaboratif.................................................. 7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran ....................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh peran manajerial sebagai


pemimpin yang harus bertanggung jawab penuh agar program di lembaga
pendidikan terlaksana dengan baik (Fuldiaratman & Malik, 2013). Hal
tersebut juga diperkuat dalam Undang-Undang no 20 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar siswa secara aktif mampu mengembangkan potensinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. Maka dari itu pengelolaan pendidikan sangat diperlukan
untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Salah satu usaha dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yakni melalui proses pembelajaran yang
mana komponen utama adalah guru (Dalawi, dkk., 2019) Guru merupakan
salah satu sumber daya manusia yang perlu dibina dan dikembangkan secara
terus menerus. Maka dari itu adanya pengawasan dalam peroses pembelajaran
dan manajerial sekolah dangat dibutuhkan

Sesuai Permendiknas No 6 Tahun 2011 Pasal 3 Tugas utama pengawas


sekolah adalah melakukan pengawas tugas akademik dan manajerial pada
satuan pendidikan baik sekolah dasar maupun menengah (Permendiknas,
2011). Supervisi akademik merupakan kegiatan pengawasan secara terencana
ditujukan pada salah aspek sekolah guna membantu guru melalui pengawasan
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi (Dalawi, dkk., 2019)
Menurut Sudin (2008) sudah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk
membentuk profesionalisme pengawas dalam melakukan supervisi.
Pernyataan tersebut telah dibuktikan dari hasil penelitian oleh Muspawi (2018)
bahwa MAN Insan Cendekia merupakan salah satu sekolah yang menjadi ikon
pendidikan berkualitas di Jambi salah satu faktornya adalah sekolah tersebut
memiliki pengelolaan manajerial yang baik. Hal tersebut dikarenakan dalam
manajemen pendidikan, supervisi memiliki kedudukan yang sangat strategis
dan penting.

Beralih pandang pada presepsi pendidik. Guru memandang negatif


terhadap supervisor, yang mana guru berasumsi bahwa supervisor
memberikan penekanan pada hak kebebasan guru dalam berpendapat. Selain
itu guru senior tidak mementingkan kegiatan supervisor karena dianggap telah
memiliki kemampuan dan pengalaman yang banyak. Berlain pihak menurut
penjelasan Arikunto (2007) menyatakan bahwa supervisi memiliki tujuan
untuk memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah secara teknis, agar
kualitas kinerjanya meningkat. Adanya kendala tersebut maka pengawas perlu
memiliki pendekatan supervisi yang menjadikan guru lebih nyaman dan tidak
merasa mendapat penekanan dari seorang pengawas.

Supervisi kolaboratif merupakan salah satu pendekatan supervisi


kooperatif dengan melakukan kerjasama dengan guru yang mana satu sama
lain memiliki inisiatif yang sama dalam memperbaiki proses pembelajaran dan
pengelolaan sekolah. (Taoefik; dkk., 2016) Dengan melakukan supervisi
kolaboratif akan berdampak positif terhadap perilaku inovatif guru. hasil
penelitian menunjukkan bahwa supervisi kolaboratif berpengaruh terhadap
kecerdasan emosi guru. karena dukungan social dari lingkungan sekitar akan
mempengaruhi kecerdasan emosi seorang individu (Taoefik, dkk., 2016).

Hasil penjabaran mengenai pentingnya pengawasan dalam proses


pembelajaran di sekolah dan pengawasan manajerial maka supervisor sangat
penting bagi lembaga pendidikan. Namun ada beberapa kendala yang perlu
diketahui, beberapa pihak menganggap bahwa supervisor pasti akan
memberikan tekanan kepada guru sehingga kesempatan guru dalam mengatasi
masalah dan memunculkan inovasi sangat sempit. Namun banyak sekali
pendekatan supervisi yang perlu dipahami oleh supervisor agar proses
pengawasan dapat memberikan dampak yang positif dan mampu menjalin
hubungan yang baik dengan guru yakni supervisi kolaboratif. Supervisi
kolaboratif merupakan salah satu supervisi yang mana pengawas mengajak
bermusyawarah atau memberikan kesempatan guru dalam mengutarakan
inovasinya dalam memperbaiki proses pembelajaran dan manajerial sekolah.
Menganggap bahwa supervisi kolaboratif sangat penting utnuk dipahami oleh
pengawas, maka pemakalah akan menjelaskan sedemikian rupa mengenai
supervisi kolaboratif.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi pendekatan supervisi kolaboratif?
b. Apa kelebihan dan kelemahan dari supervisi kolaboratif?
c. Bagaimana langkah-langkah menerapkan supervisi kolaboratif?
d. Bagaimana contoh penerapan supervisi kolaboratif?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi pendekatan kolaboratif
b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari supervisi kolaboratif
c. Mengetahui langkah-langkah menerapkan supervisi kolaboratif
d. Mengetahui contoh penerapan suprevisi kolaboratif
2.1 Definisi pendekatan supervisi kolaboratif
Pendekatan kolaboratif Mistiani (2019) yaitu pendekatan yang
mengutamakan suatu kemitraan atau rekan kerja antara kepala sekolah
sebagai seorang supervisor akademik dan guru sebagai seorang yang
disupervisi serta lebih kearah mendampingi diskusi dan saling bertukar
pendapat secara terbuka dan fleksibel guna membantu guru menjadi lebih
berkembang.
Cara pendekatan kolaboratif yaitu dengan cara memadukan
pendekatan direktif dan non-direktif. Pada cara ini supervisor dan guru
secara bersama-sama menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melakukan pemecahan masalah yang terjadi yang dihadapi oleh guru. Pada
dasarnya pendekatan kolaboratif tersebut guru serta supervisor saling
bertanggung jawab menurut (Afrijadwijaya & Zakaria, 2008)
Menurut Djohar (2011)Pendekatan ini didasarkan pada sifat
psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada
gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
Kerjasama yang dilakukan oleh guru dan supervisor guna
mengembangkan bakar guru agar dalam proses mengajar mampu
mencapai tujuan pembelajaran menurut (Darsono, 2016).
Menurut Simbolon (2018) menyatakan jika supervisor memberikan
pelayanan, pengawasan serta pengamatan kepada guru selama proses
mengajar serta mencari solusi secara bersama-sama untuk membantu guru
yang mengalami kesulitan selama mengajar.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan jika
pendekatan supervisi kolaboratif merupakan gabungan dari dua (2)
pendekatan supervisi yaitu direktif dan non-direktif. Pendekatan
kolaboratif lebih mengutamakan kerjasama antara guru dan supervisor.
Supervisor menanyakan bagaimana atau kesulitan apa yang dialami oleh
guru selama proses mengajar, kemudian guru dan supervisor mencari
solusi bersama-sama. Apabila sudah menemukan solusi maka guru juga
menyepakati solusi tersebut agar guru mampu meningkatkan kinerjanya
dan mengajar secara efektif dan efisien. Pada dasarnya supervisor atau
kepala sekolah bertanggung jawab dalam hal ini. Perilaku atau sikap yang
harus dilakukan seorang supervisor selama masa supervisi yaitu,
menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan
melakukan negosiasi.
2.2 Langkah-langkah Supervisi Kolaboratif
Tujuan dari pendekatan kolaborasi yakni dapat menyelesaikan masalah
dan mencapai tujuan melalui pengambulan keputusan bersama. Pengawas
menganjurkan guru untuk mengembangkan minat dan idenya terlebih
dahulu. Kegiatan diskusi harus dilakukan antara pengawas dan guru
walaupun terkadang ada perbedaan pendapat. Walaupun begitu tetap akan
berakhir pada keputusan mufakat.
Menurut teori Sullivan & Glanz (2005) kunci pendekatan kolaboratif
terdiri dari lima langkah yakni
1. Mengidentifikasi masalah dari sudut pandang guru, kemudian mencari
informasi sebanyak mungkin untuk mengklarifikasi. Pengawas
menginginkan agar guru melakukan pembahasan dari sudut pandang
diri guru tersebut.
2. Merefleksikan kembali informasi yang telah didapatkan untuk
dilakukan akurasi. Fungsi dari akurasi tersebut yakni agar tidak terjadi
kesalahpahalam mengenai informasi yang didapatkan.
3. Mulai berkolaborasi untuk bertukar pendapat. Selaku pengawas harus
memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan terlebih
dahulu ide-idenya. Jika pengawas terlebih dahulu menyampaikan
idenya maka guru tidak akan mengembangkan dan berpikir untuk
mencari ide dalam menyelesaikan masalah yang dihadapai.
4. Menyelesaikan masalah melalui diskusi. Dalam langkah ini pasti
adanya suatu perselisihan. Namun hal tersebut bermaksud untuk
memahamkan kepada guru agar mereka mampu menghadapi segala
tantagan dan risiko dari pendapat yang diajukan.
5. Melakukan penyelesaian masalah dan meningkatkan kualitas
pengembangan belajar. Langkah dalam penutup ini perlu
dilakukanpersiapan secara matang melalui tahap rancangan dalam
menyelesaikan masalah, biaya, dan waktu.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan supervisi Kolaboratif


1. Kelebihan
Membantu guru dan memberi dorongan bagi guru serta memberikan
fasilitas untuk kemajuan dalam proses pembelajaran. Seorang
supervisor tidak akan mencari cari kesalahan guru, karena guru
dianggap bukan sebagai bawahan mereka. Pendekatan kolaboratif
mampu mewujudkan cita-cita besar seorang guru untuk menghasilkan
anak atau peserta didik yang mampu bersaing di kehidupannya.
2. Kekurangan
Guru yang tidak memiliki motivasi atau kurang kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran mungkin akan mengalami
kesulitan. Karena jika menggunakan pendekatan supervisi kolaboratif
maka harus adanya kerjasama antara guru , kepala sekolah dan
supervisi. Jika guru tidak mampu terbuka dan tidak mau menerima
saran dari supervisor maka proses pembelajaran tidak akan tercapai
sesuai dengan tujuannya.

2.4 Implementasi Supervisi Kolaboratif


Penerapan supervisi kolaboratif seperti pengalaman pribadi yakni, kepala
sekolah melakukan pendekatan terhadap guru yang perlu diatasi.
Pendekatan pertama dilakukan pendekatan psikologi guru. bersama guru
mulai menetapakan masalah-masalah yang dihadapi saat ini dan kepala
sekolah perlu menyampaikan masalah yang terjadi. Kemudian sebagai
guru perlu akan mendengarkan keluhan guru sesuai masalah yang dihadapi
untuk dilakukan perbaikan, peningkatan, dan pengembangan pengajaran.
Di sisi lain, kepala sekolah perlu memperhatikan gagasan yang
disampaikan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut. Kemudian
kepala sekolah mendorong guru untuk menyampaikan dan merealisasikan
inisiatif yang dipikirkan dalam memecahkan masalah dan menggali ide-ide
untuk mengembangkan pengajarannya.
Daftar Rujukan

Afrijadwijaya, Zakaria, O. J. 2008. Supervisi pengajaran dengan pendekatan


direktif, non-direktif, dan kolaboratif. 11 No.4, 325–335.
Dalawi; Zakso, Amarazi; Radiana, U. 2019. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru SMP
Negeri 1 Bengkayang. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Darsono, D. 2016. Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif dan
Kolaboratif dalam Supervisi Pendidikan Islam (Studi Kasus di MAN
Trenggalek). Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 335–358.
https://doi.org/10.21274/taalum.2016.4.2.335-358
Depdiknas. 2005. Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasioanl.Jakarta: Depdiknas
Djohar, R. 2011. Model, Pendekatan, dan Teknik Supervisi Pendidikan di
Perguruan Tinggi.
Fuldiaratman; Malik, A. M. 2013. Alternative Solution Problem Implementation
Of Education Supervision in the Course Of Education Management
Chemistry Education Study Program. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Mistiani, M. 2019. Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif Untuk
Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di Sd Negeri 2 Plandi
Wonosari Kabupaten Malang. Inventa, 3(1), 105–113.
https://doi.org/10.36456/inventa.3.1.a1812
Muspawi, M. 2018. Mohamad Muspawi Implementasi Supervisi Manajerial.
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 12(1), 56–70.
Permendiknas. 2011. Undang-Undang No 6 Tahun 2011 Pasal 3 Tentang Tugas
Utama Pengawas Sekolah. Jakarta: Permendiknas
Simbolon, M. 2018. Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif Untuk
Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SD Plandi. 13(September),
350–356.
Taoefik, Moh; Fakhruddin; Thomas, P. 2016. Educational Management
Leadership. Educational Leadership and Administration, 5(2), 1–21.
https://doi.org/10.4018/978-1-5225-1624-8.ch001
Sullivan, Susan & Glanz, Jeffrey. 2005. Supervision That Improves Teaching:
Strategies and Techniques. London: Corwin Press
Sudarso. 2016. Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif dan Kolaboratif
Dalam Supervisi di MAN Trenggalek. Journal of Social Community, 1 (2),
333–356.

Anda mungkin juga menyukai