Anda di halaman 1dari 2

Nama: Agus Wahyu Prasetyo

NPM : 16431027

PGRI Tolak Pembentukan AGMP


Posted on 28/07/2017

JAKARTA, EDUNEWS.ID – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menegaskan


penolakannya terhadap pembentukan Asosiasi Guru Mata Pelajaran (AGMP) dan meminta
pemerintah untuk memberdayakan Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis.

“Hasil Rakorpimnas PGRI yang dilangsungkan di Yogyakarta pada 21 hingga 23 Juli


2017 merekomendasikan mengenai penolakan gagasan pembentukan AGMP,” ujar Ketua
Umum Pengurus Besar PGRI, Unifah Rasyidi dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu
(26/7/2017). Menurut dia, pembentukan AGMP tersebut bertentangan dengan UU Guru dan
Dosen, pasal 41 ayat 1, guru membentuk organisasi yang bersifat independen. Dengan kata
lain pembentukan asosiasi merupakan hak guru dalam komunitasnya tanpa campur tangan
dari pihak di luar guru. Selain itu, rekomendasi Rakorpimnas Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) lainnya yakni mendukung pendidikan karakter sebagai skala prioritas
dalam mewujudkan percepatan dan pemerataan kualitas pendidikan.

“PGRI juga berkomitmen meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga


kependidikan sesuai dengan tuntutan profesi sebagaimana dikehendaki oleh Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,” katanya. Pemerintah harus bersungguh-
sungguh meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan
melalui program yang efektif, efisien dan signifikan. Rekomendasi lainnya, yakni merevisi
pasal-pasal pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 yang bertentangan dengan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

“Pemerintah juga harus membuat rencana induk pemenuhan kebutuhan guru skala
nasional untuk mencegah terjadinya akumulasi permasalahan kekurangan guru,” katanya.
PGRI juga mendesak pemerintah agar menyelesaikan persoalan Guru nonPNS pada sekolah-
sekolah negeri dan swasta yang ada diselesaikan secara tuntas, adil dan manusiawi.

“Uji Kompetensi Guru (UKG) hanya ditujukan untuk pemetaan dan tidak dijadikan
dasar untuk memperoleh Tunjangan Profesi Guru (TPG) maupun sebagai syarat untuk
mengikuti PPG yang dibiayai oleh negara,” tegas dia.

 Komentar

PGRI melakukan penolakan terhadap AGMP. Menurut Rasyidi, pembentukan


AGMP tersebut bertentangan dengan UU Guru dan Dosen, pasal 41 ayat 1, guru membentuk
organisasi yang bersifat independen. Dengan kata lain pembentukan asosiasi merupakan hak
guru dalam komunitasnya tanpa campur tangan dari pihak di luar guru. Rakorpimnas
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yakni mendukung pendidikan karakter sebagai
skala prioritas dalam mewujudkan percepatan dan pemerataan kualitas pendidikan.

Dengan kata lain dibandingkan dengan pembentukan AGMP. Rakorpimnas lebih


merekomendasikan dalam pendidikan karakter, dan sekarang ini pendidikan karakter pada
siswa sangatlah dibutuhkan.

Pemerintah harus bersungguh-sungguh meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan


pendidik dan tenaga kependidikan melalui program yang efektif, efisien dan signifikan.
Dikarenakan sekarang ini tenaga pendidik masih dinilai kurang diperhatikan padahal ada
kaisar cina sewaktu hirosima dan naga saki di bom, apa yang pertamakali di tanyakan oleh
kaisar ?,”Berapa banyak guru yang selamat. Betapa berharganya seorang guru bagi seorang
kaisar.

Pemerintah juga harus membuat rencana induk pemenuhan kebutuhan guru skala
nasional untuk mencegah terjadinya akumulasi permasalahan kekurangan guru,” katanya.
PGRI juga mendesak pemerintah agar menyelesaikan persoalan Guru nonPNS pada sekolah-
sekolah negeri dan swasta yang ada diselesaikan secara tuntas, adil dan manusiawi. Karena
banyak yang masih menjadi guru honorer yang tidak sesuai dengan kebutuhannya apabila
kebutuhan terpenuhi gurupun jadi lebih semangat dalam mengajar murid dan fasilitas
membelajaran dapan terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai