Anda di halaman 1dari 9

Dosen: Huzain Jailani,

M.Pd

STUDI KASUS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( Sebagai Laporan Individu Ketika Magang / PPL )

Nama : RUHUL ANNISA


NPM : 200401098/ 6C

1. Pembelajaran Inovatif
Model – model Pembelajaran
a. Pembelajaran tipe jigsaw
 Penmgertian : Sudrajat (2010, hal.5) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam
satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
 Langkah – Langkah
1. Dilakukan dengan cara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam satu kelompok diberi
tugas untuk membaca materi dengan topik berbeda-beda sehingga setiap siswa dalam satu
kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda.
2. Usai membaca, setiap siswa yang mendapatkan topik bacaan yang sama dari kelompok yang
berbeda diminta untuk mendiskusikan topik yang sudah mereka baca.
3. Setelah berdiskusi, mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk bertukar materi dari
hasil diskusi sebelumnya. Tipe jigsaw akan lebih maksimal jika digunakan untuk pelajaran
dalam bidang ilmu sosial dengan materi yang tertulis. Materi yang sudah tersedia dapat
meminimalisir kemungkinan siswa mendapatkan informasi yang kurang benar, apalagi dalam
tipe ini mereka diharuskan menjelaskan materi yang sudah dibaca.
 Kelebihan :
Dapat mengembangkan hubungan antar siswa ,m enerapkan bimbingan sesama teman
rasa percaya diri siswa yang tinggi ,dapat memperbaiki kehadiran ,penerimaan terhadap
perbedaan individu lebih besar , sikap apatis lebih berkurang , pemahaman materi lebih
mendalam, dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
 Kekurangan :
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah “Peerteaching” yaitu pembelajaran oleh teman
sendiri. Ini akan menjadi kendala karena persepsi dalam memahami suatu konsep yang
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi
hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah konsep (miss conception).
2. Sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman,
jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam
memfasilitasi kegiatan belajar.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-
tipe siswa dalam kelas tersebut.
4. Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup
dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan dengan
baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.
b. Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
 Pengertian
CIRC adalah singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition. Robert
E.Slavin (2005, hlm. 16) menjelaskan bahwa CIRC merupakan program komprehensif
untuk mengajarkan membaca dan menulis pada siswa sekolah dasar kelas tinggi.
Menurut Slavin (2005:200), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
adalah sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca,
menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar.
 Langkah – Langkah
1. Orientasi. Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa
tentang materi yang akan diberikan. Kegiatan ini juga memaparkan tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
2. Organisasi. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan
memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi
yang akan dibahas kepada siswa. Menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan juga
tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Pengenalan konsep. Mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil
penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku
paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
4. Publikasi. Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya. Membuktikan,
memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok atau di depan kelas.
5. Penguatan dan refleksi. Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan
dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Langkah selanjutnya siswa diberi


kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.
 Kelebihan
1. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) sangat tepat untuk
meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita.
2. Dominasi guru dalam proses pembelajaran berkurang.
3. Pelaksanaan program sederhana sehingga mudah diterapkan.
4. Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok.
5. Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.
6. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal cerita.
7. Peserta didik yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
 Kekurangan
1. Metode ini kurang tepat jika diterapkan pada peserta didik yang kurang bisa membaca
akan kesulitan.
2. Jika diterapkan terlalu sering peserta didik akan merasa bosan.
3. Peserta didik merasa jenuh dan lelah jika diminta untuk membaca terlalu banyak.

c. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)


 Pengertian
Metode Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh
Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut (Ibrahim, 2000).
 Langkah – Langkah
1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada peserta didik
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Memberikan kuis secara individual kepada peserta didik untuk mendapatkan skor
dasar atau awal.
3. Pendidik membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5
peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor yang akan menjadi identitasnya
ketika ditunjuk secara acak sebagai perwakilan yang menjawab.
4. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
5. Mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil salah satu nomor anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik yang ditunjuk oleh guru
merupakan wakil jawaban dari kelompok.
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

6. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan


memberikan penegasan ulang pada akhir pembelajaran.
7. Memberikan tes atau kuis pada peserta didik secara individual.
8. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya.
 Kelebihan
1. Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2. Mampu memperdalam pemahaman peserta didik.
3. Melatih tanggung jawab peserta didik.
4. Menyenangkan peserta didik dalam belajar.
5. Mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
6. Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.
7. Mengembangkan rasa saling memiliki dan bekerja sama.
8. Setiap peserta didik termotivasi untuk menguasai materi.
9. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dan yang tidak pintar.
10. Terciptanya suasana gembira dalam belajar.
 Kekurangan
1. Ada peserta didik yang akan takut atau merasa terintimidasi bila memberi nilai jelek
kepada anggotanya (bila kenyataannya peserta didik lain kurang mampu menguasai
materi).
2. Terdapat peserta didik yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawabannya. Solusinya mengurangi poin pada peserta
didik yang membantu dan dibantu.
3. Apabila pada suatu nomor kurang maksimal mengerjakan tugasnya, tentu saja
memengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya.
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

DAFTAR NILAI HASIL EVALUASI SIKLUS I Siswa kelas X MAN 1


LOMBOK TIMUR
Ketuntasan
No Nama Nilai
Ya Tidak
1 Abdi 80 √
2 Firda 55 √
3 Selni 80 √
4 Indah 85 √
5 Sulas 55 √
6 Amra 90 √
7 Tedi 70 √
8 Tika 55 - √
9 Fitri 82 √
10 Emi 85 √
11 Rizki 80 √
12 Sopian 90 √
13 Ihsan 80 √
14 Fathulloh 75 √
15 Rindia 75 √
16 Lia 80 √
17 Oktavia 80 √
18 Desi 75 √
19 Rina 70 √
20 Mala 85 √
21 Hulni 60 √
22 Ratu 50 √
23 Gina 75 √
24 Sartika 70 √
25 Eli 70 √
26 Irwan 60 √
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

27 Yusril 75 √
28 Jaelani 80 √
29 Irya 90 √
30 Ujib 60 √
Jumlah 2217 23 7

- - - Menghitung Nilai Rata-Rata Pada Siklus I - - -


- Jumlah nilai yang diperoleh oleh seluruh siswa : 2217
- Banyak siswa : 30

M 
X
N

2217
M  30

M  73, 9
Nilai rata-rata pada siklus I adalah sebanyak : 73,9

- - Analisis Ketuntasan Belajar Siklus I - - -


Misalkan KKM sekolah adalah : 70
- Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 = 23
- Banyak siswa : 30
S
K B 100%
N
23
 100%
30
 76,66 %
Ketuntasan belajar pada siklus I adalah : 76,66%
Ketuntasan belajar dikatakan tercapai jika KB ≥ 80% yang mendapatkan nilai ≥ 70
Melihat ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 76,66% yang mendapatkan nilai ≥ 70 maka,
belum dikatakan tuntas belajar, untuk itu diperlukan siklus berikutnya yaitu siklus II
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

DAFTAR NILAI HASIL EVALUASI SIKLUS II

Siswa kelas X MAN 1 LPMBOK TIMUR


Ketuntasan
No Nama Nilai
Ya Tidak
1 Abdi 70 √
2 Firda 75 √
3 Selni 70 √
4 Indah 75 √
5 Sulas 80 √
6 Amra 90 √
7 Tedi 80 √
8 Tika 80 √
9 Fitri 80 √
10 Emi 60 
11 Rizki 65 
12 Sopian 55 
13 Ihsan 80 √
14 Fathulloh 80 √
15 Rindia 90 √
16 Lia 90 √
17 Oktavia 80 √
18 Desi 75 √
19 Rina 75 √
20 Mala 70 √
21 Hulni 60 √
22 Ratu 55 √
23 Gina 80 √
24 Sartika 70 √
25 Eli 80 √
26 Irwan 80 
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

27 Yusril 70 √
28 Jaelani 80 √
29 Irya 90 √
30 Ujib 80 √
Jumlah 2265 25 5

- - - Menghitung Nilai Rata-Rata Pada Siklus II - - -


- Jumlah nilai yang diperoleh oleh seluruh siswa : 2265
- Banyak siswa : 30

M 
X
N

2265
M  30

M  75, 5
Nilai rata-rata pada siklus I adalah sebanyak : 75, 5

- - Analisis Ketuntasan Belajar Siklus II - - -


Misalkan KKM sekolah adalah : 70
- Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 = 25
- Banyak siswa : 30
S
K B 100%
N
25
  100%
30

83,33
%
Ketuntasan belajar pada siklus II adalah : 83,33%
Ketuntasan belajar dikatakan tercapai jika KB ≥ 80% yang mendapatkan nilai ≥ 70
Melihat ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 83,33% yang mendapatkan nilai ≥ 70 maka,
sudah dikatakan tuntas belajar, untuk itu Siklus dapat di hentikan
Dosen: Huzain Jailani,
M.Pd

Analisis Ketuntasan Belajar


Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 = 23 Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 = 25


Banyak siswa = 30 Banyak siswa = 30
S S
K B 100% K B 100%
N N
23 25
  100%   100%
30 30
 76,66 %  83,3
%

Anda mungkin juga menyukai