Anda di halaman 1dari 14

Tugas Individu

MANAJEMEN PENDIDIKAN

DI SUSUN OLEH

YULLYATTY BIAN
NIM : 22293009

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2023
A. MODEL PEMBELAJARAN STAD
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari lima tahap pembelajaran yaitu persentasi
kelas yang dilakukan oleh guru, belajar kelompok dengan menggunakan LKS, kuis
individu, peningkatan nilai individu dan penghargaankelompok. (Dewiatmini,
2010). STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang
baru memulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008:
143).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan pembelajaran
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara
peserta didik untuk dapat saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang
menggunakan pendekatan pembelajaran STAD mengajukan informasi akademik
baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks.
a. Komponen-Komponen Model Pembelajaran STAD
Terdapat lima komponen utama dalam pembelajaran STAD antara lain
sebagai berikut menurut (Risdiawati, 2012 dalam Mohamad Nur, 2005:20):
1) Presentasi
Kelas Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa
hanya pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokuskan pada unit
STAD. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-
sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu
akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis
mereka menentukan skor timnya.
2) Kerja Tim
Tim atau kelompok tersusun dari 4-5 siswa yang mewakili
heterogenitas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi
utama tim adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis.
Kerja tim tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Tim tersebut
menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang
memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, serta tim menunjukkan
saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada
hasil-hasil belajar.
3) Kuis
Dalam mengerjakan kuis siswa tidak dibenarkan saling membantu
selama kuis berlangsung. Hal ini menjamin agar siswa secara individual
bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
4) Skor Perbaikan
Individual Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada
timnya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun dapat
melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja 53 masa
lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja
rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh
poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka
melampaui skor dasar mereka.
5) Penghargaan Tim
Tim dapat memperoleh penghargaan apabila skor rata-rata mereka
melampaui kriteria tertentu. Skor tim dihitung berdasarkan presentase nilai
tes mereka melebihi nilai tes sebelumnya.
2. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif
metode STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian
rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi
pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari
kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap
kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus
diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh
membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan
kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di
dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan
untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik
adalah skor tes.
Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk
menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah
banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat,
misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang
beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan
lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan
dibentuk.
Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-
kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil
belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan
rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua
kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
Mengisi lembar rangkuman kelompok
Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar
rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk
pembelajaran kooperatif metode STAD).
b. Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru
sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor
tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat
diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan
latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi
setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling
mengenal antar anggota kelompok.
3) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan
kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang
meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok,
dan kuis.
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan
mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan
sehari-hari, dan sebagainya.
Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada
pembelajaran.
2) Pengembangan
Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran.
Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok
masalahnya.
3) Praktek terkendali
Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan
menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan
atau soal-soal yang diajukan.
Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama
penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan
satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya
menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman
dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan
yang diberikan oleh guru.
Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota
kelompok menguasai pelajaran.
Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang
anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi
sebelum meminta bantuan kepada guru.
Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan
lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan
guru adalah:
Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.
Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar
jawabannya.
Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau
dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang
dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa
harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya
dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum
memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk
menjelaskan.
Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan
dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban
untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa
bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk
mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali
penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima
satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah
sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan
disumbangkan sebagai skor kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
2) Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan
skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu.
Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
3) Menghargai hasil belajar kelompok
4) Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor
kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin
peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada
kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk
pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa
B. MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
1. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Ibrahim (2010, hlm. 28) model pembelajaran NHT adalah model
pembelajaran dengan nomer yang akan mempermudah guru dalam mengevaluasi
dan menilai kegiatan peserta didik. Muhammad Nur (dalam Maryam, 2013, hlm.
7), “NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi
diskusi kelompok. Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
NHT guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya”.
Selanjutnya menurut Nurmala (2016, hlm. 59) Pembelajaran numbered
heads together adalah suatu pendekatan yang melibatkan keseluruhan siswa dalam
mendapatkan materi yang terdapat di dalam proses belajar mengajar dan
mengamati pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran.
Sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Kagan (2016, hlm. 50)
bahwa secara tidak langsung model pembelajaran numbered heads together
membiasakan siswa saling berbagi informasi, menghargai masukan pendapat
oranglain dan selektif dalam melakukan segala sesuatu sehingga siswa lebih fokus
dan produktif dalam belajar. Pengelompokan siswa tidak lain bertujuan untuk
mengukur sejauh mana kerja sama mereka dalam meyelesaikan masalah atau tugas
yang diberikan guru.
Menurut pendapat Syofyan (2016, hlm.52-53) model pembelajaran NHT
melibatkan keseluruhan siswa yang ada dalam kegiatan belajar, seluruh siswa
melakukan pengamatan terhadap materi maka guru disini berperan sebagai
pemeriksa atau penilai pemahaman setiap siswa pada materi yang telah di berikan.
Menurut Trianto dalam Muchrozin, dkk (2017, hlm. 120) Numbered Head
Together adalah merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dipersiapkan untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative kepada struktur kelas
tradisional.
Menurut Susanto (2014, hlm. 227) mengungkapkan bahwa: “model
pembelajaran numbered heads together melatih siswa untuk saling bekerja sama
atas tugas yang di tanggung oleh bersama maka keberhasilan kelompok ditentukan
oleh seluruh anggota kelompok.” Atas beberapa penjelasan di atas maka bisa
disimpulkan bahwa model pembelajaan NHT merupakan model pembelajaran
dengan konsep berkelompok, proses belajar lebih berpusat pada peserta didik
sehingga peserta didik berperan aktif dalam kegiatan belajar, setiap peserta didik
memiliki tanggung jawab besar atas kelompok, saling menutupi kekurangan
anggota kelompok dan bekerja sama berdiskusi dalam memecahkan masalah.
2. Langkah- Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Langkah penggunaan model NHT menurut Hamdayama (2014, hlm. 176-
177) yaitu:
a. Fase Persiapan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran beserta memberikan dorongan untuk
keinginan belajar yang tinggi
b. Fase Penomeran
Guru membagi kelompok dengan jumlah kelompok yang disesuaikan dengan
jumlah siswa yang ada
c. Mengajukan Pertanyaan
Guru mulai memberikan permasalah kepada seluruh siswa dengan materi yang
berkaitan dengan pembahasan kemudian mengarahkan siswa untuk dapat
memecahkan masalah dengan cara diskusi bersama kelompoknya masing-
masing
d. Fase Berfikir Bersama
Mengumpulkan dan mempertimbangkan semua pendapat yang sampaikan oleh
masing-masing anggota kelompok untuk dijadikan jawaban dari permasalahan
e. Fase Menjawab Pada fase ini guru memanggil siswa dengan nomer, nomer
siswa yang terpanggil dipersilahkan menyampaikan jawabannya di depan siswa
lain
f. Fase Memberi Kesimpulan
Menyimpulkan keseluruhan pembahasan yang sudah dipelajari.

Sedangkan menurut Ibrahim (2000, hlm.28) adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan
a. Guru memberi penjelasan mengenai model pembelajaran NHT
b. Guru menyampaikan tujuan kegiatan belajar
c. Guru melakukan pengamatan
d. Guru memotivasi siswa
2. Kegiatan inti
a. Penomeran
b. Memberi pertanyaan
c. Mendiskusikan jawaban
d. Menjawab pertanyaan
3. Penutup
Guru memberikan kesimpulan terhadap jawaban-jawaban hasil diskusi setiap
kelompok.
C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)
1. Pengertian Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir


berpasangan berbagi (Trianto, 2010:81) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai
yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS)
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), merupakan
suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada siswa waktu untuk
berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap saling
membantu satu sama lain. Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat
belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan
sebelum disampaikan di depan kelas. Think-Pair-Share (TPS) sebagai salah satu
model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing,
dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher
oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami
konsep-konsep baru (Sahrudin, 2011).

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share


(TPS)

Ada tiga langkah dalam model ini, antara lain: berfikir (think), berpasangan
(pair), dan berbagi (share) yakni sebagai berikut: (Indien, 2012).

a. Tahap pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan topik inti
materi.
b. Tahap Berpikir (Thinking) Guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta
siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
c. Tahap Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah diperoleh pada tahap berpikir (think) tentang
pertanyaan atau masalah yang diajukan guru. Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau
menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang didentifikasi.
d. Tahap Berbagi (Sharing) Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah dibicarakan dengan cara menunjuk secara
acak. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan
melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan. Guru menilai dan memberikan umpan balik atas hasil diskusi.
e. Tahap penghargaan Guru memberikan penghargaan secara individu maupun
kelompok yang berhasil menjawab tugas dengan baik.
D. MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)
1. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation /Investigasi Kelompok
(GI)

Model pembelajaran Group Investigation /Investigasi Kelompok (GI)


adalah teknik belajar bersamasama yang dianggap terumit dan tidak mudah
dilakukan (Thobroni, 2015:243). Dalam Model pembelajaran Group
Investigation/Investigasi Kelompok (GI) mengutamakan keikutsertaan dari
siswanya dalam menemukan sendiri materi (data-data) pelajaran yang dipelajari
melalui berbagai sumber yang tersedia, misalnya melalui buku pelajaran maupun
media lain seperti internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Jadi Group
Investigation (Investigasi Kelompok) adalah model pembelajaran kooperatif yang
sulit untuk dilaksanakan karena siswa terlibat dalam perencanaan pembelajaran
mulai dari penentuan sub topik sampai penyajian masalah.

2. Langkah-langkah Model pembelajaran Group Investigation /Investigasi


Kelompok (GI)
Sharan, dkk (dalam Trianto, 2011:59-61) berpendapat bahwa tahapan
model pembelajaran Group Investigation (Investigasi Kelompok) terdiri enam
tahap, antara lain:

a. Pemilihan topik, sebelumnya guru memberikan sebuah topik umum yang


kemudian akan diberikan beberapa sub-sub topik yang akan dipilih sendiri oleh
siswa. Selanjutnya siswa akan dikelompokkan sesuai dengan sub topik yang
dipilih, pembagian kelompok akan mempertimbangkan heterogenitas tidak
berdasarkan teoritis ataupun ras;
b. Rancangan belajar bersama-sama, pengajar beserta para murid akan membahas
dan kemudian menetapkan rencana belajar, peran, serta target tertentu yang
harus perhatikan sub topik sebelumnya sudah dipilih masing-masing kelompok;
c. Implementasi, dengan panduan guru bersama menerapkan perencanaan yang
sebelumnya telah dibuat. Kegiatan pembelajaran akan menggunakan sumber
belajar tidak hanya terpusat dengan yang ada didalam melainkan melibatkan
sumber diluar yang melibatkan kemampuan keterampilan dan berbagai
aktivitas dengan guru sebagai pembimbing dan pengajar seta memberikan
bantuan apabila dibutuhkan;
d. Penyelidikan, siswa akan memulai menganalisis serta mengkaji data-data yang
sebelumnya sudah didapatkan kemudian merumuskan akan seperti apa data
yang akan disajikan dan dikomunikasikan bersama didalam kelas
e. Mempresentasikan hasil analisis, beberapa atau keseluruhan kelompok
menyajikan hasil pengerjaannya semenarik mungkin di depan kelas dengan
tujuan akan adanya saling keterlibatan antar para siswa sehingga akan muncul
preseptif yang luas akan topik yang dibicarakan. Jalannya presentasi akan
dibimbing oleh guru;
f. Pertimbangan, mempelajari dan pertimbangkan hasil tiap kelompok yang
memiliki satu topik yang sama. Pertimbangan didapatkan berdasarkan hasil
pribadi maupun kelompok.
E. MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE JIGSAW
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aroson et al. sebagai metode


Coopertaive Learning. Lie (2008 : 69) mengemukakan bahwa metode jigsaw
adalah suatu metode kooperatif yang memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan skemata tersebut agar bahan
pelajaran lebih bermakna. Jigsaw learning atau pembelajaran tipe Jigsaw
merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan
teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group-to-group exchange) dengan
suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Dalam
teknik ini peserta didik belajar dengan sebuah kelompoknya, dimana dalam
kelompok tersebut terdapat satu orang ahli yang membahas materi tertentu
(Silberman, 2002: 168)

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menitik beratkan kepada kerja


kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Metode atau tipe Jigsaw merupakan
metode belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Siswa bekerja sama
saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam
pembelajaran ini, siswa juga memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota
kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan
bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya
(Rusman dalam Shoimin, 2014:90).

2.Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Langkah-langkah metode Jigsaw Prosedur metode pembelajaran jigsaw


meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemilihan materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen / bagian.


2. Guru membagi siswa menjadi beberapa beberapa kelompok-kelompok kecil
sesuai dengan segmen / bagian materi. Dalam metode jigsaw ini terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa
terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan
memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami sub topik tertentu untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi atau sub
topik yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok asal mengirimkan anggotanya ke kelompok lain atau
kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama. Kemudian setiap anggota merencanakan bagaimana
mengajarkan sub topik yang menjadi bagian anggota kelompoknya semula
(kelompok asal).
5. Setelah pembahasan selesai para anggota kelompok kemudian kembali pada
kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya pengetahuan apa
yang telah mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli.
6. Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah
dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran
yang telah didiskusikan.
7. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. Guru memberikan
penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai