Anda di halaman 1dari 39

Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan
paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung
berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka
pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa.
Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai
variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang
direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran
akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan
peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumbersumber belajar yang ada.

B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan
matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung agar nantinya dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.

Bab II
Model Pembelajaran Kooperatif

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif


Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu
pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang
utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa
program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu
memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran
kooperatif.

Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif


merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang
ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan
jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas,

struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan
model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
2.Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
3.kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4.Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
5.Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6.Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
7.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling
berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan
diri sendiri maupun teman lain.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai
serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

4.Membimbing kelompok belajar.


Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6.Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Bab III
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru
yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja
dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan
pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.
1.Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai
siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan
jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a).Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan
sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang
penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi
pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi
guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa
belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar
atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali

Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal,
memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam
memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
3.Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain
materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas
perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersamasama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi.
Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi
pelajaran.
4.Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama
bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara
individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan
sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan
pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6.Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa
yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
C. Materi Matematika yang Relevan dengan STAD.
Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan
tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan,
bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
D. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan
dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota
kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

BAB IV
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
1. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran kemudian
siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut

Saran
1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam kooperatif sebelum
atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep
serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2.Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan
semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan
yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam
Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Nah, demikian contoh makalah pendidikan yang bisa anda lihat demi keperluan dan
pembelajaran dalam membuat makalah. Lihat saja format makalah diatas adalah sama seperti
yang pernah kami tuliskan di dalam tulisan format kerangka makalah.
Bagi anda yang ingin lebih tahu tentang makalah, bisa juga melihat contoh-contoh makalah di
perpustakaan kampus atau sekolah anda.

2. I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah :
Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa
perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari
pada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja
beralasan karena data sensus penduduk memperhatikan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah
tenaga penganggur lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi
penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134). Dengan kata lain persentase jumlah
penganggur tenaga sarjana lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah pengganggur lulusan SMA atau
jenjang pendidikan yang lebih rendah.
Namun, kritik tersebut juga belum benar seluruhnya karena cara berfikir yang digunakan dalam memberikan
tafsiran terhadap data empiris tersebut cenderung menyesatkan. Cara berfikir yang sekarang berlaku seolaholah hanya memperhatikan pendidikan sebagai satu-satunya variabel yang menjelaskan masalah
pengangguran. Cara berfikir seperti cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan sistem
pendidikan, tetapi juga cenderung menjadikan pengangguran sebagai masalah yang selamanya tidak dapat
terpecahkan.
Berdasarkan keadaan tersebut, penjelasan secara konseptual terhadap masalah-masalah pengangguran tenaga
terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh masyarakat, sangat diperlukan. Penjelasan yang bersifat
konseptual diharapkan mampu mendudukkan permasalahan pada proporsi yang sebenarnya, khususnya
tentang fungsi dan kedudukan sistem pendidikan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan.
Berangkat dari asumsi bahwa bertambahnya tingkat pengangguran disebabkan karena kegagalan sistem
pendidikan, maka diperlukan adanya pendekatan-pendektan tertentu dalam pendidikan dan konsep Link and
Match perlu dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa pertanyaan terkait konsep link and macth dalam
pendidikan, yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar Link and Match dalam pendidikan?
2. Mengapa Link and Match itu diperlukan dalam pendidikan?
3. Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match dalam pendidikan?
4. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan ketenagakerjaan?
C. Tujuan Penulisan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui konsep dasar Link and Match dalam pendidikan
2. Mengetahui perlunya Link and Match dalam pendidikan
3. Mengetahui Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match dalam
pendidikan
4. Mengetahi hubungan pendidikan dan ketenagakerjaan
II. Pembahasan
A. Konsep Link and Match
Pada mulanya, sebelum ada pendidikan melalui sekolah seperti sekarang, pendidikan dijalnkan secara spontan
dan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak petani langsung mempelajri pertanian dengan langsung
bekerja di sawah, anak-anak nelayan langsung mempelajari kelautan dan perikanan langsung mengikuti orang
dewasa menangkap ikan. Selagi mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka sekaligus juga belajar tentang
nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dilihat secara demikian, maka pendidikan
pada dasarnya merupakan sesuatu yang kongkret, spontan, dan tidak direncanakan tetapi langsung
berhubungan dengan keperluan hidup. Dengan kata lain, dalam situasi yang belum mengenal sistem sekolah,
sifat pendidikan pada dasarnya sesalu bersifat linked and matched.
Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang dicetuskan
mantan Mendiknas Prof. Dr. Wardiman perlu dihidupkan lagi. Konsep itu bisa menekan jumlah pengangguran
lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah.
Selanjutnya Soemarso, Ketua Dewan Pembina Politeknik dan juga dosen UI mengatakan bahwa konsep Link
and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok
tenaga kerja dengan penggunanya. Menurut Soemarso, dengan adanya hubungan timbal balik membuat
perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja. Contoh nyata Link and Match
dengan program magang. Perbaikan magang, dimaksudkan agar industri juga mendapatkan manfaat. Selama ini
ada kesan yang mendapatkan manfaat dari magang adalah perguruan tinggi dan mahasiswa, sedangkan industri

kebagian repotnya.
Di sisi lain, produk dari Perguruan Tinggi menghasilkan sesuatu yang amat berharga dan bukan hanya sekedar
kertas tanpa makna, yaitu produk kepakaran, produk pemikiran dan kerja laboratorium. Produk-produk ini masih
sangat jarang dilirik oleh industri di Indonesia. Produk kepakaran yang sering dipakai adalah yang bersifat
konsultatif. Tetapi produk hasil laboratorium belum di akomodasi dengan baik.
Menjalankan Link and Match bukanlah hal yang sederhana. Karena itu, idealnya, ada tiga komponen yang harus
bergerak simultan untuk menyukseskan program Link and Match yaitu perguruan tinggi, dunia kerja
(perusahaan) dan pemerintah. Dari ketiga komponen tersebut, peran perguruan tinggi merupakan keharusan
dan syarat terpenting. Kreativitas dan kecerdasan pengelola perguruan tinggi menjadi faktor penentu bagi
sukses tidaknya program tersebut.
Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan suatu perguruan tinggi untuk menyukseskan program Link
and Match. Perguruan tinggi harus mau melakukan riset ke dunia kerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak
dibutuhkan dunia kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salah satu perguruan tinggi di Indonesia
diketahui, keahlian (kompentensi) yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja adalah kemampuan komputasi
(komputer), berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan kemampuan akuntansi. Selain itu, perguruan tinggi juga
harus mampu memprediksi dan mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan
teknologi sepuluh tahun ke depan.
Seharusnya perguruan tinggi mulai menjadikan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah di
kampusnya. Dengan demikian, diharapkan, lulusan perguruan tinggi sudah mengetahui, minimal secara teori,
tentang kompetensi apa yang dibutuhkan setelah mereka lulus. Meskipun demikian, perguruan tinggi tidak harus
menyesuaikan seluruh materi kuliahnya dengan kebutuhan dunia kerja. Sebab, harus ada materi kuliah yang
berguna bagi mahasiswa yang termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata yang lebih tinggi d.
Langkah penting lainnya, perguruan tinggi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak
perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan
magang langsung (on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap
secara praktik.
Jika program Link and Match berjalan baik, pemerintah juga diuntungkan dengan berkurangnya beban
pengangguran (terdidik). Karena itu, seyogianya pemerintah secara serius menjaga iklim keterkaitan dan
mekanisme implementasi ilmu dari perguruan tinggi ke dunia kerja sehingga diharapkan program Link and Match
ini berjalan semakin baik dan semakin mampu membawa manfaat bagi semua pihak.
Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan Link and Match sangat besar. Karena itu, diharapkan semua stake
holders dunia pendidikan bersedia membuka mata dan diri dan mulai bersungguh-sungguh menjalankannya.
Perguruan tinggi harus lapang dada menerima bidang keahlian (kompentensi) yang dibutuhkan dunia kerja
sebagai materi kuliah utama. Perusahaan juga harus membuka pintu selebar-lebarnya bagi mahasiswa
perguruan tinggi yang ingin magang (bekerja) di perusahaan tersebut. Sedangkan Pemerintah harus serius dan
tidak semata memandang program Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) sebagai proyek belaka.
Secara tradisional teori kependidikan menekankan tiga tujuan instruksional pokok: kognitif, afektif dan
psikomotorik. Banyak orang berpendapat bahwa sisi afektif dari pendidikan adalah yang paling penting. Seperti
ditekankan oleh Paola friere, suatu konsep pendidikan, dimana otak manusia hanya seperti rekening bank tidak
berlaku atau sesuai lagi. Tujuan yang lebih berkaitan dengan proses menyadarkan orang bahwa kemampuan
berfikir dan menentukan identitasdiri sekarang ini jauh lebih penting. Pendidikan dan pembelajaran adalah
proses bukan produk akhir. Ivan Illich pernah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengijinkan pendidikan formal
mengganggu proses belajar terus menerus. Tidak selayaknya orang berhenti dari proses belajar sesudah
pendidikan formal selesai (Sindhunata, 2000: 130).
B. Pendekatan dalam Mewujudkan Link and Match
1. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat pada saat ini.
Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan pada pemerataan kesempatan dalam mendapatkan
pendidikan (Husaini Usman, 2006: 56). Menurut A.W. Gurugen pendekatan sosial merupakan pendekatan
tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi
tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan
orang tua secara bebas (Djumberansyah Indar, 1995: 30). Sebagai contoh penerapan pendekatan ini adalah
diterapkannyaa sistem ganda melalui kebijakan Link and Match.
Menurut Bohar Soeharto perencanaan sosial adalah proses cara menjelaskan dan memecahkan masalah yang
berhubungan dengan masyarakat atau berhubungan dengan aspek sosial dari kehidupan individu untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Bohar Soeharto, 1991: 28).

Pendekatan yang dikemukakan Geruge ini bersifat tradisional dimana penekanan ini didasarkan kepada tujuan
untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu
dalam situasi perekonomian, politik, dan kebudayaan yang ada pada waktu itu. Ini berarti bahwa sektor
pendidikan harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampuk seluuruh kelompok
umur yang ingin menerima pendidikan.
Pendekatan sosial dalam perencanaan pendidikan sebagaimana dimaksud diatas, pernah dituang secara tepat
dalam Robbins Comunitte on Higher Education di Inggris pada tahun 1963 dengan alasan pemilihan pendektan
ini bahwa: all young person qualified by ability and attaint ment to pursue a full time course in higher education
should have the opportunity to do so (Bohar Soeharto, 1991: 28).
Selanjutnya dalam pendekatan ini ada beberapa kelemahan dalam pendekatan ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan ini mengabaiakan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar tidak
mempermasalahkan besarnya sumber daya pendidikan yang dibutuhkan arena beranggapan bahwa
penggunaan sumberdaya pendidikan yang terbaik adalah untuk segenap rakyat Indonesia.
2. Pendekatan ini meng`baiakn kebutuhan ketenagakerjaan (man power planning) yang diperlukan dimasyarakat
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat.
3. Pendekatan ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja sehingga kuantitas lebih diutamakan
dari pada kualitanya (Syaefudin Saud, 2006: 236).
2. Pendekatan Ketenagakerjaan
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pendidikan suatu negara sangat tergantung kepada
kebijakan pemerintah yang sedang dilaksanakan. Karenanya wajar jikalau timbul pendekatan yang berbedabeda antara beberapa negara dan juga terjadi perbedaan dalampendekatan perencanaan antara berbagai
periode pembangunan dalam satu negara. Dalam kebijakan pemerintah (sebut saja kebijakan lima tahunan),
disana tergambar secara jelas harapan-harapan yang akan dan harus dipenuhi oleh sektor pendidikan. Dengan
kata lain kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaan selalu dijadikan penuntun
atau bisa dikatakan sebagai kebijakan awal perencanaan.
Di dalam pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatan-kegitan pendidikan diarahkan kepada usaha untuk memenuhi
kebutuhan nasional akan tenaga kerja pada tahap permulaan pembangunan tentu saja memerlukan banyak
tenaga kerja dari segala tingkatan dan dalam berbagai jenis keahlian.
Dalam keadaan ini kebanyakan negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan
tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan, baik dalam sektor pertanian, perdagangan, industri dan
sebagainya (Jusuf Enoch, 1992: 90). Untuk itu perencana pendidikan harus mencoba membuat perkiraan jumlah
dan kualitas tenaga kerja dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan nasional.
Dalam hal ini perencana pendidikan dapat menyakinkan bahwa penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid
benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja tadi. Akan tetapi metode-metode untuk
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja perlu ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan kepentingan dan kondisi
negara yang bersangkutan. Salah satu metode misalnya bukan hanya sekedar memperhatikan kebutuhan saja
tetapi perlu meneliti berbagai jenis tenaga yang telatih yang diperlukan oleh negara atas dasar perbandingan
atau ratio yang seimbang, misalnya perbandingan antara insiyur dan teknisi ahli.
Pendidikan ketenagakerjaan ini sering dipergunakan oleh negara-negara yang sudah berkembang ataupun
negara yang teknologinya sudah maju, dimana setiap waktu diperlukan jenis keahlian yang baru. Ahli teknologi
modern dengan menciptakan teori dan sistem yang baru dengan sendirinya mendorong teknologi untuk
berkembang secara pesat dan hal ini menyebabkan pula timbulnya kebutuhan akan tenaga ahli dari jenis yang
baru untuk menangani atau mengelolanya.
Negara-negara yang mempergunakan pendekatan ketenagakerjaan mengarahkan kegiatan-kegiatan
pendidikannya secara teratur kepada usaha untuk memenuhi tuntutan dunia lapangan kerja dalam segala
bidang. Para ahli ekonomi mengharapkan agar ada keseimbangan antara penambahan lapangan kerja dengan
peningkatan pendapatan nasionl. Penambahan lapangan kerja akan meningkatkan pendapatan nasional,
pendapatan nasional yang telah ditingkatkan akan memberi peluang untuk memperluas lapangan kerja. Ini
berarti penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak.
Perencana pendidikan diminta untuk merencanakan kegiatan/usaha pendidikan sedemikian rupa sehingga
menjamin setiap individu, tentunya seorang lulusan lembaga pendidikan dapat terjun ke masyarakat dengan
suatu kemampuan untuk menjadi seorang pekerja yang produktif. Dengan kata lain sistem pendidikannya harus
menghasilkan lulusan dari berbagai tingkat dan jenis yang siap pakai.
Dalam pendekatan keperluan akan tenaga kerja (manpower approach), jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dihitung dari jumlah pendapatan nasional yang direncanakan atau yang diperhitungkan akan dicapai. Dengan
kata lain, anak didik melalui sistem pendidikan harus disiapkan menjadi tenaga kerja, dan perencanaan

mengenai keperluan akan tenaga kerja harus diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam perencanaan ekonomi.
Jadi, dal;am merencanakan keprluan tenaga kerja, perkembangan ekonomi dimasa depan dianggap sebagai
variabel yang independen karena dianggap sebagai tujuan atau target yang ditetapkan secara tersendiri.
Menurut pendekatan ini, perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan perencanaan pendidikan yang ditujukan
kearah pembetukan tenaga kerja dianggap sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang secara struktural
seimbang dan sebagi prasyarat bagi sistem pendidikan yang fungsional. Kebutuhan akan tenaga kerja sematmata dari pertumbuhan ekonomi di masa depan dianggap relevan bagi alokasi tenaga kerja yang efisien dan
bagi penggunaan secara optimal sumber-sumber yang tersedia pada sistem pendidikan.
Cara pendekatan persoalan pendidikan seperti ini dapatt dikatkan sebagai pendekatan ekonomi uni-dimensional
atau pendekatan pendidikan yang ditujuakan kepada pasaran kerja, dimana pembiayaan-pembiayaan
pendidikan diperlakukan sebagai pengeluaran konsumsi dan bukan sebagai pengeluaran investasi (Sindhunata,
2001: 17).
Dalam teorinya pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan akan
kebutuhan tenaga kerja, didalam pendekatan ini juga mempunyai kelemahan, dimana ada tiga kelemahan yang
paling utama, yaitu;
1. Mempunyai peranan yang terbatas dalam perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini mengabaikan
keberadaaan sekolah umum karena hanya akan menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih
mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
2. Menggunakan klasifikasi rasio permintaan dan persediaan
3. Tujuan dari pada pendekatan ini hanyalah untuk memenuhan kebutuhan tenaga kerja, disisi lain tuntutan
dunia kerja berubah ubah sesuai dengan cepatnya perubahan zaman (Husaini Usman, 2006: 59).
Blaug dan Faure menyimpulkan bahwa masalah pengangguran dikalangan terdidik dapat ditekan dengan
memperbaiki sistem dan perencanaan pendidikan yang baik. Perlu kita cermati sebenarnya peningkatan
pengangguran bukan semata-mata kesalahan dunia pendidikan, peningkatan pengangguran di karenakan
sempitnya lapanfan kerja, sempitnya lapangan kerja disebabkan pemerintah yang kurang bisa membuka
lapangan kerja yang baru.
Perbaikan sistem dan perencanaan pdndidikan bukan berarti pendidikan harus melahirkan atau meluluskan
lulusan yang siap pakai. Kalau yang dimaksud dengan siap pakai ialah kemampuan lulusan yang mengenali dan
menguasai permasalahan rutin serta mampu mengaplikasikan ilmunya; maka bukan pada tempatnya hal itu
dibelajarkan pada pendidikan formal yang ada sekarang ini.
Perencanaan pendidikan di Indonesia selain menggunkan pendekatan sosial juga menggunakan pendekatan
ketenagakerjaan. Disadarai dengan benar bahwa tanpa tenaga pembangunan yang ahli, terampil dan sesuai
dengan lapangan kerja tidak mungkin pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar. Namun dalam
kenyataannya masih banyak hambatan-hambatan dalam usaha menyusun perencanaan pendidikan dengan
menggunakan pendekatan ketenagakerjaan ini, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.
C. Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Apakah pendidikan formal merupakan penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi?.
Apakahpengembangan sumber daya manusia selalu dilakukan melalui pendidikan formal?. Titik singgung antara
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu
pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital. Teori Human Capital menerangkan bahwa
pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam
meningkatkan produktivitas kerja.
Teori ini merasa yakin bahwa pertumbuhan suatu masyarakat harus dimulai dari prodiktivitas individu. Jika setiap
individu memiliki penghasilan yang tinggi karena pendidikannya juga tinggi, pertumbuhan msyarakat dapat
ditunjang karenanya. Teori Human Capital ini menganggap bahwa pendidikan formal sebagai suatu investasi,
baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Dari teori ini timbul beberapa model untuk mengukur keberhasilan
pendidikan bagi pertumbuhan ekonomi, misalnya dengan menggunakan teknik cost benefit analysis, model
pendidikan tenaga kerja dan lain sebagainya.
Namun dalam kenyataannya, asumsi-asumsi yang digunakan oleh teori Human Capital tidak selalu benar. Hal ini
terbukti dari hasil penelitian Cummings bahwa di Indonesia ternyata menunjukkan kecenderungan yang tidak
berbeda antara negara maju dan negara berkembang, yaitu bahwa pendidikan formal hanya memberikan
kontribusi kecil terhadap status pekerjaan dan penghasilan lulusan pendidikan formal dibandingkan dengan
faktor-faktor luar sekolah.
Teori Human Capital dianggap tidak berhasil, maka muncullah teori baru sebagai koreksi terhadap teori
sebelumya, yaitu teori kredensialisme. Teori ini mengungkapkan bahwa strukrur masyarakat lebih ampuh dari
pada individu dalam mendorong suatu pertumbuhan dan perkembangan. Pendidikan formal hanya dianggap

sebagai alat untuk mempertahankan status quo dari para pemenang status sosial yang lebih tinggi.Menurut teori
ini perolehan pendidikan formal tidak lebih dari suatu lambang status (misalnya melalui perolehan ijazah bukan
karena produktivitas) yang mempengaruhi tingginya penghasilan.
Dua teori yang dikemukan diatas, masing-masing memiliki kaitan erat dengan fungsi sistem pendidikan yang
diungkap oleh Sayuti Hasibuan. Menurutnya, fungsi sistem pendidikan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan
meliputi dua dimensi penting, yaitu: 1). Dimensi kuantitatif yang meliputi fungsi sistem pendidikan dalam
pemasok tenaga kerja terdidik dan terampil sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia, 2). Dimensi
kualitatif yang menyangkut fungsinya sebagai penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi sumber
penggerak pembangunan atau sebagai driving force (Sayuti Hasibuan, 1987).
Sistem pendidikan sebagai suatu sistem pemasok tenaga kerja terdidik lebih banyak diilhami oleh teori Human
Capital. Sistem pendidikan memiliki arti penting dalam menjawab tuntutan lapangan kerja yang membutuhkan
tenaga kerja terampil dalam berbagai jenis pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja terdidik tidak hanya harus
memenuhi kebutuhan akan suatu jumlah yang dibutuhkan. Akan tetapi, yang lebih penting ialah jenis-jenis
keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Teori Human Capital percaya bahwa
pendidikan memiliki anggapan lapangan kerja yang membutuhkan kecakapan dan keterampilan tersebut juga
sudah tersedia.
Fungsi pendidikan sebagai penghasil tenaga penggerak pembangunan (driving force) cenderung lebih sesuai
dengan teori Kredensialisme. Sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga
yang dihasilkan, khususnya dalam membuka lapangan kerja baru. Pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga
yang mampu mengembangkan potensi masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa termasuk cara-cara
memasarkannya. Kemampuan ini amat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha.
Dengan demikian, lulusan sistem pendidikan tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang telah ada
yang pada dasarnya sangat terbatas, akan tetapi mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial.
Teori Kredensialisme merasa yakin bahwa pelatihan kerja merupakan medha yang strategis dalam
menjembatani antara pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Jika ada masalah ketidaksesuaian, hal ini
dianggap sebagai gejala persediaan (supply phenomina), yaitu ketidaksesuaian antara pendidikan dan
lapangan kerja yang diungkapkan sebagai gejala ketidakmampuan sistem pendidikan dalam menghasilkan
lulusan yang mudah dilatih atau yang dapat membelajarkan diri agar menjadi tenaga terampil sesuai dengan
kebttuhan pasar.
Ketidaksesuain tersebut mungkin juga dapat dianggap sebagi gejala prmintaan (demand phenomina), yaitu
ketidaksesuaian tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh sistem pendidikan itu sendiri, tetapi lapangan kerja
juga belum memfungsikan sistem pelatihan kerja secara optimal. Jika ketidaksesiaian anatra keterampilan kerja
dengan kebutuhan dunia industri dianggap sebagai demand phenomina, sitem pelatihan kerja juga harus
merupakan bagian yang integral di dalam industri atau perusahaan. Dalam hubungan dengan hal tersebut, dunia
industri akan berfungsi sebagai training ground. Jika industri atau perusahaan sudah berfungsi sebagai training
ground, produktivitas tenaga kerja secara langsung merupakan kontrolnya. Pelatihan dalam industri atau
perusahaan ialah tempat yang paling tepat untuk dapat menghasilakn tenaga kerja yang siap pakai (ready
trained), sementara sistem pendidikan formal secara maksimal harus mampu menghasilkan tenaga potensial
atau yang memiliki kecakapan dasar yang dapat dikembangk`n lebih jauh di dunia kerja.
Sekat-sekat yang ada antara pendidikan, pelatihan dan tenaga kerja seperti yang kita alami dewasa ini, setidaktidaknya secara konseptual tidak terjadi dalam masyarakat industri modern. Diperlukan program yang
terintegrasi antara dunia pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh dunia industri (Tilaar, 1999: 178).
Program-program pelatihan tidak hanya dilaksanakan di dalam industri, tetapi sistem pendidikan sekolah dan
luar sekolah harus menyelenggarakan program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Dalam kaitan ini perlu ada refungsionalisasi SISDIKNAS yang membuka diri terhadap keterlibatan penuh dari
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan sistem yang seperti itu, bukan berarti akan
menghilangkan pengangguran, tentu saja masalah pengangguran akan selalu ada karena berbagai sebab
ekonomis ataupun non-ekonomis namun masalah pengangguran setidaknya dapat diminimalisir.
Fungsi pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dan terlatih dapat diuji berdasarkan kemampuannya
dalam memenuhi jumlah angkatan kerja yang dibutuhkan oleh lapangan kerja yang telah ada atau yang
diperkirakan tersedia dalam suatu sitem ekonomi. Untuk menguji kemampuan ini diperlukan perbandingan
antara persediaan angkatan kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan dan latihan dengan kebutuhan tenaga
kerja dalam lapangan kerja yanga ada menurut kategori tingkat pendidik`n pekerja.
Terjadinya kelebihan persediaan tenaga kerja berpendidikan dasar ini disebabkan oleh masih banyak
tersedianya lapangan kerja pada sektor tradisional dan sektor informal pada saat truktur tenaga kerja telah mulai
bergeser ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan ini didukung pila oleh kenyataan bahwa kelebihan
persediaan tenaga kerja terjadi pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan yang menjadi akibatnya
pengangguran tenaga terdidik atau lulusan Perguruan Tinggi akan terus bertambah setiap tahun.

Salah satu sebab kesenjangan supply dan demand pendidikan tinggi ialah kesenjangan antara keinginan
mahasiswa (dan dorongan orang tua serta persepsi masyarakat) dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
Mahasiswa lebih menyenangi program studi profesional seperti ahli hukum dan ekonomi dibanding dengan
program teknologi maupun pertanian. Gejala ini terjadi juga di negara industri maju dan sangat kuat di negara
berkembang. Sebaliknya kebutuhan akan tenaga kerja yang banyak ialah di bidang industri dan pertanian.
Angka partisipasi dan bertambahnya lulusan Perguruan Tinggi belum dengan sendirinya meningkatkan
produktivitas kerja karena adanya pengangguran sarjana yang semakin meningkat. Data pendidikan nasional
kita menunjukkan kecenderungan sebagai berikut: 1). Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar
kemungkinan terjadinya pengangguran; 2). Pada tingkat pendidikan SLTP kebawah cenderung terdapat
kekurangan tenaga kerja terdidik; 3). Tamatan SLTA cenderung untuk menganggur dan jumlahnya semakin
besar; 40. surplus lulusan Perguruan Tinggi cenderung berlipat ganda dari tahun ke tahun.
Gambaran mengenai kesenjangan supply dan demand lulusan pendidikan tinggi kita buka terletak pada angka
absolutnya, karena sebenarnya kita masih kekurangan tenaga lulusan Perguruan Tinggi. Kekurangan ini masih
dipersulit lagi dengan adanya mis-match jenis keahlian yang diproduksi oleh pendidikan tinggi kita.
Menurut Darlaini Nasution SE ada tiga faktor mendasar yang menjadi penyebab masih tingginya tingkat
pengangguran di Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah, ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara
pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan demand (permintaan) dan supply (penawaran) dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan masih rend`h. Ia menjelaskan, lapangan pekerjaan yang
membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak sesuai dengan tingkat pendidikan atau ketrampilan yang dimiliki.
Umumnya perusahaan atau penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga yang siap pakai, artinya sesuai
dengan pendidikan dan ketrampilannya, namun dalam kenyataan tidak banyak tenaga kerja yang siap pakai
tersebut. Justru yang banyak adalah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan.
Kalau kita flasback pada tahun-tahun yang lalu, Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja pada tahun
1997 jumlah pengangguran terbuka sudah mencapai sekitar 10% dari sekitar 90 juta angkatan kerja yang ada di
Indonesia, dan jumlah inipun belum mencakup pengangguran terselubung. Jika persentase pengangguran total
dengan melibatkan jumlah pengangguran terselubung dan terbuka hendak dilihat angkanya, maka angkanya
sudah mencapai 40% dari 90 juta angkatan kerja yang berarti jumlah penganggur mencapai sekitar 36 juta
orang. Adapun pengangguran terselubung adalah orang-orang yang menganggur karena bekerja di bawah
kapasitas optimalnya. Para penganggur terselubung ini adalah orang-orang yang bekerja di bawah 35 jam dalam
satu minggunya. Jika kita berasumsi bahwa krisis ekonomi hingga saat ini belum juga bisa terselesaikan maka
angka-angka tadi dipastikan akan lebih melonjak.
Ledakan pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru akan
terjadi. Dengan perekonomian yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap
hanya sekitar 1,3 juta orang. Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total pengangguran jadinya
akan melampauai 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita mengacu pada data-data tahun 1996 maka
pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4% belumlah memadai. Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996,
perekonomian hanya mampu menyerap 85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta orang. Tahun 1996
perekonomian mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relatif besar karena ekonomi nasional
tumbuh hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998, pertumbuhan ekonomi dapat dipastikan tidak secerah tahun
1996, karena pada tahun 2007 adalah awal mula terjadinya krisis moneter.
ketika menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000
ini sudah menurun dibanding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2000 yang meningkat
menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang. Sedang
setengah pengangguran atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta menjadi 30,1 juta orang
pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat ini mencapat sekitar 35,97 juta orang, namun pemerintah masih
memfokuskan penanggulangan pengangguran ini pada 16,48 juta orang. Jumlah pengangguran pada tahun
2001 mencapai 35,97 juta orang yang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan ekonomi tidak segera berjalan
dengan baik.
Dan kini, pada tahun 2008 ini jumlah pengangguran di Indonesia ditargetkan turun menjadi 8,9 persen dibanding
2007 yang masih 9,7 persen. Untuk mengurangi jumlah pengangguran maupun kemiskinan, pemerintah perlu
melakukan berbagai langkah strategis seperti pemberdayaan masyarakat. Untuk mendukung pemberdayaan itu,
pemerintah harus memfasilitasi dan menciptakan iklim yang kondusif. Namun, banyak tantangan yang dihadapi
pemerintah dalam mengupayakan langkah tersebut, terutama karena keterbatasan dana.
Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang
mengkhawatirkan. Pada tahun 2003 jumlah pengangguran intelektual diperkirakan mencapai 24,5 persen.
Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan
tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing
dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja

yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak
tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal,
mereka
kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di
sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah
sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan.
Meski ada kecenderungan pengangguran terdidik semakin meningkat namun upaya perluasan kesempatan
pendidikan dari pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan
pendidikan itu harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena itu maka salah satu
kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat
memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan
pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga
membuat para siswa menjadi bosan. Di negara-negara maju, pendidikkan dalam wujud praktek lebih diberikan
dalam porsi yang lebih besar. Di negara kita, saat ini ada kecenderungan bahwa para siswa hanya mempunyai
kebiasaan menghafal saja untuk pelajaran-pelajaran yang menyangkut ilmu sosial, bahasa, dan sejarah atau
menerima saja berbagai teori namun sayangnya para siswa tidak memiliki kemampuan untuk menggali wawasan
pandangan yang lebih luas serta cerdas dalam memahami dan mengkaji suatu masalah. Sedangkan untuk ilmu
pengetahuan alam para siswa cenderung hanya diberikan latihan soal-soal yang cenderung hanya melatih
kecepatan dalam berpikir untuk menemukan jawaban dan bukannya mempertajam penalaran atau melatih
kreativitas dalam berpikir.
Contohnya seperti seseorang yang pandai dalam mengerjakan soal-soal matematika bukan karena kecerdikan
dalam melakukan analisis terhadap soal atau kepandaian dalam membuat jalan perhitungan tetapi karena dia
memang sudah hafal tipe soalnya. Kenyataan inilah yang menyebabkan sumber daya manusia kita ketinggalan
jauh dengan sumber daya manusia yang ada di negara-negara maju. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal
dalam praktek dan dalam profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik kita juga
adalah karena kita terlampau melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari kemampuan di
bidang yang kita tekuni.
Sehingga karena hal inilah maka para tenaga kerja terdidik sulit bersaing
dengan tenaga kerja asing dalam usaha untuk mencari pekerjaan.
Salah satu penyebab pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah karena kualitas pendidikan
tinggi di Indonesia yang masih rendah. Akibatnya lulusan yang dihasilkanpun kualitasnya rendah sehingga tidak
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengangguran terdidik dapat saja dipandang sebagai
rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan. Namun bila dilihat lebih jauh, dari sisi permintaan tenaga kerja,
pengangguran terdidik dapat dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi dan pasar kerja dalam menyerap
tenaga terdidik yang muncul secara bersamaan dalam jumlah yang terus berakumulasi.
Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, misalnya setiap penganggur
diupayakan memiliki pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27
Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan
pengangguran menjadi komitmen nasional.
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan mikro (khusus) dapat
dijabarkan dalam beberapa poin: Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari
kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari
dan mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan
potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri
maupun masyarakat luas.
Kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani mengambil
tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama dan mendasar di era globalisasi
dan informasi yang sangat kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang. Perlu diyakini oleh setiap orang,
kesuksesan yang hakiki berawal dari sikap mental kita untuk berani berpikir dan bertindak secara nyata, tulus,
jujur matang, sepenuh hati, profesional dan bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat diimplementasikan menjadi
gerakan nasional melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang kompeten untuk itu.
Kedua, melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas
dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para
penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Hal itu dapat
dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio mengubah PT Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi

menurut sasarannya. Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan
baik dan mendapat perhatian khusus.
Keempat, menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat
investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi
masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu segera dibahas dan disederhanakan
sehingga merangsang pertumbuhan investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya,
seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan
organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur ulang. Sampah sebagai bahan
baku pupuk organik dapat diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat didistribusikan
ke wilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan. Semuanya mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja.
Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai
job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan
para pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber daya manusianya (brainware),
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat di
bawah lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya.
Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat
terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat
dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup, gedung, perbankan, keuangan dan aset lainnya yang
memadai dapat membangun Badan Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu diperlengkapi dengan lembaga pelatihan (Training Center) yang
kompeten untuk jenis-jenis keterampilan tertentu yang sangat banyak peluang di negara lain. Di samping itu,
perlu dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina.
Kedelapan, penyempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan
kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena itu, Sisdiknas perlu renrientasi supaya dapat
mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pengembangan sistem pendidikan nasional perlu direstrukturisasi.
Perestroika shstem pendidikan tinggi meliputi berbagai aspek, antara lain keseimbangan program studi dan
peningkatan mutu.
Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja
(PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas,
penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu
menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah
penganggur.
Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat
menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif.
III. Kesimpulan
1. Konsep Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) merupakan konsep keterkaitan antara lembaga
pendidikan dengan dunia kerja, atau dengan kata lain Link and Match ini adalah keterkaitan antara pemasok
tenaga kerja dengan penggunanya. Dengan adanya keterkaitan ini maka pendidikan sebaagi pemasok tenaga
kerja dapat mengadakan hubunga-hubungan dengan dunia usaha/industri.
2. Dengan link dan match ini suatu lembaga khususnya Perguruan Tinggi bisa mengadakan kerja sama dengan
pihak lain khususnya dengan perusahaan atau industri agar mahasiswa bisa magang di perusahaan tersebut.
Perguruan tinggi harus mau melakukan riset ke dunia kerja. dengan adanya Link and Match tersebut Perguruan
Tinggi dapat mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa
yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja. Selain itu, Perguruan Tinggi juga akan dapat memprediksi dan
mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepuluh tahun ke depan.
Dan yang lebih penting Perguruan Tinfgi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan
agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang langsung
(on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara praktik.
3. Adapun pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match adalah pendekatan social dan
pendekatan ketenagakerjaan. Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan
masyarakat yang mana pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan pemerataan kesempatan
dalam mendapatkan pendidikan. pendekatan sosial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan

pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk
memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas.
Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mengutamakan kepada keterkaitan luusan sistem
pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang
akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja
yang lebih baik sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.
4. Pendidikan formal dianggap sebagai penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, dan titik temu antara
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu
pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital yang menerangkan bahwa pendidikan
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan
produktivitas kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Cammings, Williams. Studi Pendidikan dan Tenaga Kerja pada Beberapa Industri Besar di Indonesia. Jakarta:
Pusat Penelitian BP3K
Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan. Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, Sayuti. 1987. Changing Manpower Requirements in The Face of Non-Oil Growth, Labor Force Growth
and Fast Tehnological Change. Jakarta: Bappenas
Indar, Djumberansyah. 1995. Perencanaan Pendidikan Strategi dan Implementasinya. Surabaya: Karya Aditama
Limongan, Andreas. Masalah Pengangguran di Indonesia. Diakses Tanggal 07 Januari 2008
Saud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan
Komprehensif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet II
Sindhunata (ed). 2000. Menggegas Paradigma Baru Pendidikan: Demokrasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi.
Yogyakarta: Kanisius
Sindhunata (ed), 2001. Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Zaman. Yogyakarta:Kanisius
Soeharto, Bohar. 1991. Perencanaan Sosial Kasus Pendekatan. Bandung: Armico
Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar Bandung: Rosdakarya
Tilaar, H.A.R. 1999. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya. Cet IV
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

3. BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di dunia dengan dilengkapi segenap organ
tubuh dan kesempurnaan yaitu : akal, emosi, hawa nafsu dan kelengkapan lainnya. Berbagai
kelengkapan tubuh itu yang menjadikan manusia lebih mulia dari mahluk Allah lainnya apabila
manusia mampu memfungsikan segala potensi sesuai dengan proporsinya. Namun apabila manusia
menyalah gunakan kelengkapan dan potensi yang diberikan Allah itu manusia dapat menjadi mahluk
yang
rendah
dan
bahkan
lebuh
rendah
dari
binatang
sekalipun.
Potensi yang ada pada manusia, selayaknya difungsikan dan ditumbuh kembangkan sesuai dengan
proporsinya, manusia akan mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya apabila membekali diri
dengan ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Alaq 1-5 :

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Maha Pemurah. Yang
mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.
(Q.S.
Al-Alaq
1-5)
(Depag.
RI.,
1984:1097)
Sabda
Nabi
Muhammad
SAW
:

Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. (Shalih, Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas). (Ahdjat,
1995:330).
Dari dua nash tersebut dapat dipahami bahwa Agama Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan
dan pentingnya pendidikan yang menekankan perlunya orang belajar membaca dan menulis serta
belajar ilmu pengetahuan.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan manusia akan mendapat derajat yang tinggi dan kedudukan yang
mulia baik menurut pandangan Allah SWT maupun manusia, dan hal imi dapat diperoleh cara
beriman kepada Allah SWT dan memperbanyak serta memperluas ilmu pengetahuan. Allah SWT
dalam firman-Nya mengungkapkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu beberapa derajat. Firman Allah dalam surat Al-Mujaadalah ayat 11 yaitu :

Artinya : .. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orangorang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap
apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadalah : 11) (Depag RI., 1984:910)
Dalam kaitannya dengan menuntut ilmu tersebut, maka seiring dengan kemajuan zaman yang kian
pesat, proses belajar tersebut semakin maju dan masalah yang sangat kompleks dan urgen. Salah
satu dari kekomplekannya, dapat dilihat dari konteks kekinian baik mulai dari tantangan dan
hambatan pendidikan ataupun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan itu sendiri.
Tujuan pembangunan nasional Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD
1945 pada alinea ke IV adalah :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajuka

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan
kemerdekaan
abadi
dan
keadilan
sosial.
(UUD
1945,
1993:02)
Cita-cita bangsa Indonesia yang merupakan penegasan dan tujuan akhir pembangunan Nasional
tersebut tellah dirumuskan kembali dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, sebagai
tujuan pembanguna nasional yaitu :
Mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka berkedaulatan rakyat,
dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis.
Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional tersebut, nampaknya eksistensi pendidikan
sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :
Pendidikan Nasional adalah pendidikan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan
tanggap
terhadap
tuntutan
perubahan
zaman.
Salah satu bentuk kemajuan dari proses belajar yaitu enggan diadakannya lembaga pendidikan yang
secara formal diakui keberadaannya. Orang tua yang semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam
bebrapa aspek bisa diwakilkan dalam lembaga pendidikan formal tersebut yaitu sekolah. Sekolah
atau Madrasah yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki
kalifikasi yang cukup, dengan kata lain tidak semua lembaga pendidikan yang secara otomatis
menjadi lembaga pendidika yang baik. Dengan demikian kualifikasi merupakan prasarat wajib yang
harus dimiliki lembaga pendidikan, baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun
aspek lain yang terkait. ContohSkripsi
Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa maupun guru yang akan
melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar mengajar tersebut merupakan sarana untuk
mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar
tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa
muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan sebagainya.
Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan siswa yang bersangkutan akan
lebih dinamis dan inovatif.
Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang berperan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah kesulitan belajar harus senantiasa
mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini
peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih
dalam sehingga bimbingan dan penyuluhan lebih sistimatis dan bermutu.
Contoh
skripsi
Bimbingan dan penyuluhan yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan
merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat penting. Dengan kata lain bimbingan dan
penyuluhan mempunyai peran dalam mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi
siswa dalam proses belajar mengajar. Bimbingan dan penyuluhan berfungsi untuk membantu
kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya bimbingan dan penyuluhan
disekolah secara intensif akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung
yang akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian tentang peranan bimbingan dan
penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa
Laweyan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Probolinggo Tahun Pelajaran 2002/2003.

B.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, sebab
masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya melalui penelitian. Pernyataan
ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan mengatakan bahwa : Masalah mesti merupakan bagian kebutuhan seseorang
untuk dipecahkan, orang ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan pemecahan dari
masalah yang dihadapi. (Surahmad, 1989:22)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah sudah menjadi suatu kebutuhan
dalam sebuah penelitian, karena tanpa rumusan masalah alur dan sistematika penelitian tidak akan
menemukan jawaban dari masalah yang sedang diteliti.
Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Metodologi Penelitian Pendidikan mengemukakan :
Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Penegasan masalah
tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti nantinya di dalam proses suatu penelitian.
Rumusan masalah cukup terbatas lingkupnya sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang
tegas.
(Sudiyono,
1992:61)
Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang bersifat problematik akan
memerlukan pemecahan. Dalam penelitian kita dituntut untuk mencari pemecahan masalah tersebut.
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah :
1.
Adakah peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo.
2.
Bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar
siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian
aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai
dengan permasalahannya.
Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian hasil yang optimal dan dapat
memberikan
arah
terhadap
kegiatan
yang
dijalankan
dalam
penelitian
itu.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijakpada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka
penelitian ini mempunyai tujuan :
1.
Ingin mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi
kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan
Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
2.
Ingin mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi
kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan
Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

D.
Kegunaan
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihakpihak berikut ini :
1.
Bagi
Guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan program proses belajar

mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu
dididik bisa saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan
selalu meningkat.
2.
Bagi
Instansi
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan memberikan/menambah
sarana dan prasarana dalam rangka memberikan gairah dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
3.
Bagi
Penulis
Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi
mengenai bimbingan dan penyuluhan yang ada di lembaga madrasah khususnya di Madrasah
Tsanawiyah Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

E. Hipotesis Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, menyatakan
bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (1997:67).
Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Hipotesis
Kerja
(Ha)
Ada peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Wali Songo Dewa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
2.
Hipotesis
Nihil
(Ho)
Tidak ada peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Dewa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo. Contoh skripsi
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa
di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo
ini mempunyai jangkauan yang sangat luas. Namun karena adanya keterbatasan waktu, tenaga,
dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah
sebagai berikut ini :
1.
Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang lokasi tersebut yang
meliputi sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi, dan data-data lain yang diperlukan
dalam penelitian.
2.
Bentuk-bentuk bimbingan dan penyulihan yang diberikan oleh guru kepada siswa baik secara
prefentif maupun kuratif dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa.
3.
Data tentang hasil perolehan skor dari angket yang telah disebarkan untuk mengetahui ada
tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo.
G.

Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan
interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan kerancuan dalam
mengartikan judul, maksud dari penelitian, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional
agar mudah dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul dengan
pembahasan dalam skripsi ini. Definisi operasional ini merupakan suatu bentuk kerangka
pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan permasalahan yang ada hubungannya
dengan
penelitian.
Sesuai dengan judul Peranan Bimbingan dan Penyuluhan dalam Menanggulangi Kesulitan Belajar
Siswa, maka batasan pengertian di atas meliputi :

a.
Peranan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan arti peranan, Tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa (Depdikbud, 1991:751).
Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan
peranan adalah, Sesuau yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam
terjadinya suatu hal atau peristiwa) (Poerwadarminto, 1997:735).
Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa peranan adalah segala
sesuatu yang bisa mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang lain baik secara langsung maupun
tidak langsung.
b.
Bimbingan
dan
penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Guidance and Couseling
merupakan rangkaian dua kata yang jika kata bimbingan disebut biasanya selalu diikuti oleh kata
penyuluhan.
Bimo Walgito memberikan definisi bimbingan sebagai berikut :
Bimbingan adalah merupakan tuntunan, bantuan dan pertolongan yang diberikan pada individu atau
sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
hidupnya agar supaya individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
(Mapiere,
1997:735).
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
setiap individu yang mengalami kesulitan hidup. Sesuai dengan potennsi yang ada sehingga mereka
bisa hidup sejahtera dan damai. Dalam aktivitas belajar, siswa membutuhkan bimbingan dalam
menghadapi kesulitan belajarnya.
Sedangkan pengertian penyuluhan menurut Bimo Walgito adalah :
Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi
untuk
mencapai
kesejahteraan
hidupnya.
(Mapiere,
1997:04)
Dari dua pengertian tersebut, ada persamaan dan ada perbedaannya. Persamaannya adalah
keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-individu dalam menghadapi problem hidupnya.
Sedangkan perbedaannya, bimbingan lebih luas dari penyuluhan, bimbingan lebih menitik-beratkan
pada segi-segi kuratif. Tetapi walaupun berbeda, penggunaan bimbingan selalu diikuti oleh kata
penyuluhan.
c.
Menanggulangi
kesulitan
belajar
Menanggulangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain diartikan Mengatasi
(Depdikbud,
1991:1005).
Sedangkan Kesulitan berarti Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991:
971).
Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip oleh Ratna Wilis Dahan
dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar, memberikan definisi belajar yaitu : suatu proses
dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Dahan, 1989:11).
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang
mengakibatkan perubahan pengetahuan dan kemahiran yang sedikit banyak permanen. (Dahan,
1989:06).
Dari dua pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud menanggulangi kesulitan belajar

adalah upaya untuk mengatasi keadaan yang terasa sulit sewaktu individu melakukan kegiatan
belajar.
Contoh skripsi
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran
tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi
pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian,
definisi operasional dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini dikemukakan tentang pondok pesantren, akhlaq, serta kajian tentang
peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlaq masyarakat.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian,
instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian akan dipaparkan tentang penyajian data yang berkaitan dengan hasil yang
didapat di lapangan penelitian, serta analisis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan
dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.

BAB II
Kajian Pustaka
Pada Bab II disini diisi dengan kajian pustaka atau matere, landasan teori skripsi, misal kalaian mabil
tentang prestasi belajar, atau manajemen, administrasi atau tentang makalah kesehatan yaitu cara
mengecilkan perut. Nah materi2 itulah yang akan kalian cantumkan disini

BAB III
METODE PENELITIAN
Contoh skripsi
A. Rancangan Penelitian
Dalam rangka mencari data yang valid, maka penelitian ini disusun dengan rancangan penelitian
seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu
lama dan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Untuk
mendapatkan
data
tentang
peranan
bimbingan
dan
penyuluhan,
peneliti
menggunakanmetode angket yang diberikan siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan sekitar aktifitas
orang tua yang berhubungan dengan kepribadian anak.

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan angket kemudian ditabulasikan dan diletakkan
dalam format tabel dengan menggunakan rumus prosentase (%) yang kemudian disusul dengan
beberapa analisis hasil dari data angket yang telah dicapai.
Namun sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu melaksanakan langkahlangkah sebagai berikut :
1)
Persiapan
Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang sangat penting. Begitu juga dalam
kegiatan penelitian, persiapan merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang
baik akan memperlancar jalannya penelitian.
Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maka
persiapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut : Contoh skripsi
a)
Menyusun
rencana
Dalam menyusun rencana ini penulis menetapkan beberapa hal seperti berikut ini.
1)
Judul
penelitian
2)
Alasan
penelitian
3)
Problema
penelitian
4)
Tujuan
penelitian
5)
Obyek
penelitian
6) Metode yang dipergunakan
b)
Ijin
melaksanakan
penelitian
Dengan surat pengantar dari Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton
Probolinggo, penulis dimohonkan ijin ke Kepala Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan
Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian penulis telah mendapatkan ijin
untuk mengadakan untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.
c) Mempersiapkan alat pengumpul data yang berhubungan dengan langkah-langkah orang tua,
yakni menyusun instrumen dan angket dan wawancara.
2)
Pelaksanaan
Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan penelitian.
Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain :

Wawancara

Angket

Dokumentasi

Penyelesaian
Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun langkah-langkah berikutnya, yaitu :

Menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data
yang telah diperoleh, yang kemudian dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing dengan
harapan apabila ada hal-hal yang perlu direvisi, akan segera dilakukan sehingga memperoleh
suatu hasil yang optimal.

Laporan yang sudah selesai kemudian akan dipertaruhkan di depan Dewan Penguji,
kemudian hasil penelitian ini digandakan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.
B.
1.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi

Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang
diperoleh dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Sedangkan pengertian sampel adalah
sebagian individu yang diselidiki (1994:70).

Sedangkan menurut T. Raka Joni Populasi adalah keseluruhan individu yang ada, yang pernah dan
mungkin ada yang merupakan sasaran yang sesungguhnya dari pada suatu penyelidikan (t.th.:13).
Bertolak dari pengertian di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
siswa MTs. Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo yang
berjumlah 98 orang.
2.
Sampel
Penelitian
Pengertian mengenai sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa, Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti (1997:177). Selanjutnya Suharsimi menyatakan bahwa :
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih 100 lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidaknya dari : Contoh skripsi
1.
Kemampuan peneliti melihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
2.
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak
sedikitnya data.
3.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk peneliti yang beresiko besar,
hasilnya akan lebih besar (1992:107)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini mengambil sampel siswa mulai kelas I
sampai dengan kelas III. Adapun jumlah siswa yang penulis jadikan sampel adalah sebagai berikut :
Kelas
I
Kelas
II
Kelas III berjumlah 10 siswa

berjumlah
berjumlah

15
15

siswa
siswa

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa.


Adapun Teknik penarikan sampel (sampling) menurut Saifuddin Azwar ada beberapa macam yaitu :
1. Sampel probabilitas
Sampel probabilitas adalah teknik penarikan sampel di mana setiap unsur, elemen atau anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa cara teknik
penarikan sampel probabilitas adalah sebagai berikut :

Sampling acak sederhana (simple random sampling) adalah proses penarikan sampel dari
populasi memiliki peluang yang sama untuk ditarik menjadi sampel.

Sampling berstrata (stratified random sampling) adalah proses penarikan sampel dimana
keadaan populasi tidak sama (heterogen)

Sampling berkelompok (cluster sampling) adalah proses pengambilan sampel dimana


keadaan populasi tidak diketahui secara pasti.

Sampling sistematis (systematic random sampling) adalah proses pengambilan sampel di


mana unsur atau anggota pertama saja dari sampel dipilih acak, sedangkan anggota-anggota
berikutnya dipilih secara sistematis berdasarkan cara tertentu.
2. Sampel Non Probabilitas
Sampel non probabilitas adalah proses penarikan sampel di mana setiap anggota populasi mendapat
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Macam-macam teknik penarikan sampel non probabilitas sebagai berikut :

Sampling secara kebetulan (accidental sampling) adalah pengambilan sampel dengan cara
mengambil siapa saja yang ada atau kebetulan ada.

Sampling secara sengaja (purposive sampling) adalah proses penarikan sampel atas dasar
pertimbangan yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya. (1998:87-89)

Berdasarkan teori di atas maka penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan
teknik penarikan sampel non probabilitas dengan cara sampling secara sengaja. Contoh skripsi

C.
Teknik
Pengumpulan
Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga data yang diperoleh itu
benar-benar valid, maka dalam setiap penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang
akan dipakai untuk mendapatkan serta mengumpulkannya. Sebab metode merupakan kunci
keberhasilan
dalam
suatu
penelitian.
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut
:
1.
Metode
Angket
Metode angket dapat dilakukan dengan adanya sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
ia
ketahui.
(Arikunto,
1993:188)
Dalam hal ini sumber data yang diberi angket adalah 40 siswa untuk memperoleh data mengenai
pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Lawean
Kecamatan
Sumberasih
Kabupaten
Probolinggo.
2.
Metode
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan
transkrip,
agenda
dan
sebagainya.
(Arikunto,
1993:198)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah untuk memperoleh data
tentang MTs. Wali Songo terutama data mengenai jumlah siswa siswa, keadaan tenaga pendidik dan
karyawan, struktur organisasi lembaga, serta sarana dan prasarana yang ada di lembaga tersebut.
D.

Metode Analisis Data

Setelah mengadakan serangkaian kegiatan (penelitian) dengan menggunakan beberapametode di


atas, maka data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini
dipergunakan untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif atau data yang tidak dapat
direalisasikan dengan angka. Adapun data yang bersifat kuantitatif akan dianalisa dengan
menggunakan teknik prosentase, dimana akan digunakan rumus sebagai berikut :

1.
Pemanfaatan Multi Media Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan
Prof. Dr. Mustaji, M.Pd.
Disajikan dalam seminar AKAL Interaktif di TB. Gramedia EXSPO Surabaya,
Tanggal 29 Januari 2011

Pengantar
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat telah berpengaruh terhadap
berbagai aspek kehidupan manusia. Sampai saat ini, menurut TofFler, perkembangan tersebut telah
mencapai gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian,
dimana era pertanian ini telah berlangsung selama ratusan ribu tahun yang lalu bahkan sampai
sekarang. Gelombang kedua timbul dalam bentuk teknologi industri, era industri ini telah berlangsung
sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang. Kini, gelombang ketiga yang ditandai dengan
pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika. Perubahan dari era industri ke era
informasi (global) ini hanya berlangsung dalam hitungan waktu tidak lebih dari setengah abad
(Dryden dan Voss, 1999).
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk susuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Fungsi teknologi informasi dan
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan sudah menjadi keharusan
yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sudah
tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti untuk dimanfaatkan secara optimal untuk
keperluan pendidikan. Pada kondisi riil, teknologi informasi dan komunikasi
dalam pendidikan nantinya berfungsi sebagai gudang ilmu, alat bantu pembelajaran,
fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi, alat bantu manajemen sekolah, dan
sebagai infrastruktur pendidikan
Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan
Ada berbagai tren yang berkembang dalam pemanfaatan TIK khususnya dalam konteks sekolah,
tentunya dengan memperhatikan ketersediaan dan kemudahan akses sumber belajar online. Berikut

ini adalah tren yang berkembang sebagaimana disarikan dari artikel Newer Technologies for the
Learning Society (C.Villanueva, 2000).
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Secara umum, pengintegrasian secara penuh TIK kedalam pendidikan masih sangat
terbatas. Multimedia interaktif atau hypermedia belumlah dimanfaatkan secara meluas. Aktivitas
Online melibatkan internet dan intranet lebih banyak digunakan untuk keperluan komunikasi
daripada sarana pendidikan interaktif.
Model pembelajaran campuran yang baru mulai muncul. Pembelajaran tatap muka dan
aktivitas belajar online, video, multimedia dan sarana telekomunikasi menunjang berbagai proses
pembelajaran, kadangkala dalam bentuk kombinasi dan kadangkala dalam bentuk yang lebih
terintegrasi.
Pendidikan jarak jauh sekarang disajikan dalam dua cara yaitu synchronous mode di
mana peserta menggunakan TIK untuk berkomunikasi pada waktu yang bersamaan dan
asynchronous mode di mana para peserta belajar atau berkomunikasi secara mandiri pada waktu
yang berbeda kapan saja mereka online (anytime-anywhere learning). Dalam kenyataannya
pertemuan tatap muka atau interakasi (synchronous) masih diperlukan untuk menunjang belajar
mandiri dan asynchronous agar belajar dapat lebih efektif. TIK memfasilitasi interaksi tingkat
tinggi antara siswa, guru, dan materi pembelajaran berbasis komputer. Komunikasi dapat dinamis
dan bervariasi sesuai keinginan siswa dan guru, dan ia dapat terjadi dalam berbagai bentuk
seperti e-mail, mailing list, chat, bulletin board, and konferensi komputer.
TIK sudah menjadi suatu daya penggerak perubahan bidang pendidikan dan mereka
adalah suatu bagian integratif dari kebijakan dan rencana pendidikan nasional. Bukti yang
berkembang menunjukkan semakin banyak negara yang mulai melengkapi sekolah mereka
dengan komputer untuk mencapai reformasi sekolah atau usaha peningkatan sekolah atau
bahkan untuk memberi sekolah mereka suatu penampilan modern dan bertenologi.
Bagaimanapun, dalam posisi ini banyak pendidik yang melihat teknologi online sebagai suatu
jalan untuk pengajaran, pelajaran, dan praktek penguasaan baru, hanya mempunyai sedikit
informasi tentang potensi dan penggunaan otentik dari ICT dalam pendidikan. Pengalaman
menunjukkan bahwa pengenalan tentang teknologi di sekolah mengalami tiga fasa, yakni suatu
tahap penggantian di mana praktek tradisional masih terjadi tetapi teknologi baru digunakan;
suatu tahap transisi di mana praktek baru mulai muncul dan praktek lama dipertanyakan; dan
suatu tahap transformasi di mana teknologi memungkinkan praktek baru dan praktek lama
menjadi usang. Jika pendidik meminta dengan tegas atas penggunapan TIK sebagai pengganti
praktek yang ada, mereka tidak dapat berperan untuk memecahkan permasalahan di
bidang pendidikan yang saat ini mereka temui.
Pengenalan TIK di sekolah telah membawa suatu sikap yang lebih positif terhadap
sekolah pada diri siswa. Karena TKI dan belajar berbasis web menawarkan keaneka ragaman
yang lebih besar dari tujuan, proyek, aktivitas, dan latihan dalam pembelajaran dibanding kelas
tradisional, minat dan motivasi siswapun meningkat secara nyata. Para guru dan siswa
terangsang karena pengajaran menjadi lebih dinamis yang memperluas visi mereka seperti
halnya akses ke bahan belajar dan perangkat lunak bidang pendidikan yang bermutu tinggi. Lebih
dari itu, para guru kelihatannya termotivasi untuk mengajar dengan lebih kreatif. Portal
pembelajaran menghubungkan para guru kepada sejumlah racangan pelajaran, panduan guru,
dan soal-soal latihan siswa yang ditempatkan di Internet oleh institusi pemerintah, LSM, dan
institusi pendidikan.
Kelas online cenderung untuk menjadi lebih sukses jika TIK dikombinasikan dengan
suatu ilmu pendidikan yang tepat. Gelanggang pendidikan dari pembelajaran online masih sangat
muda. Saat banyak institusi yang menawarkan kursus online, pemahaman mendalam tentang isu
pedagogis yang berhubungan dengan pendidikanonline masih belum diselidiki secara mendalam.
Banyak kursus online yang hanya halaman web dikombinasikan dengan e-mail dan ruangan
chatting tanpa landasan pedagogis. Pengalaman-pengalaman sukses menunjukkan bahwa telah
ada suatu penurunan dari aktivitas dipandu guru seperti halnya penurunan jumlah pembelajaran
tatap muka dan bergerak ke arah aktivitas yang berbentuk proyek dan pembelajaran mandiri
sebagai hasil pemanfaatan TIK.
Pembelajaran online memungkinkan siswa mempunyai kendali lebih besar terhadap
kegiatan dan isi pembelajaran. Lingkungan online mennempatkan siswa di tengah-tengah
pengalaman belajar. Pada pembelajaran tradisional, pengulangan digunakan berkali-kali dengan

memperkenalkan informasi yang sangat serupa dalam format berbeda atau dengan menanyakan
pertanyaan yang sama dengan cara yang berbeda. Padahal banyak siswa tidak suka latihan
yang berulang-ulang. Internet mendorong siswa untuk menggali informasi dan contoh praktis.
Hypermedia dan multimedia memudahkan pendekatan yang belum pernah terjadi pada
pembelajaran tradisional. Internet mempromosikan suatu alternatif jenis belajar dengan
melakukan (learning by doing) di manapara siswa diminta untuk melakukan proyek yang
berhubungan dengan situasi hidup nyata. Teknologi menyampaikan informasi dengan penekanan
pada penciptaan dan explorasi aktif terhadap pengetahuan dibandingkan transfer informasi
searah, yang memungkinkan siswa tersebut untuk menggunakan secara penuh kemampuan
kognitif mereka sendiri.
8.
Corak interaktif sumber belajar memungkinkan siswa untuk terus meningkatkan
keterlibatannya dengan pengembangan isi dan dengan demikian berperan dalam suatu situasi
belajar yang lebih otentik. Sebagai contoh, para siswa dapat mengakses perpustakaan maya di
seluruh dunia. Dengan demikian mereka mempunyai akses ke sejumlah besar informasi dan
sumber belajar yang luas yang tidak dapat dicapai dalam seting pembelajaran yang tunggal.
Sejauh yang terkait dengan guru, sejumlah besar sumber belajar yang diletakkan di Internet telah
membantu guru dalam menghadapi tantangan mengajar sehari-hari. Para guru dapat saling
betukar rencangan pembelajaran, teknik pedagogis, dan strategi yang berhubungan dengan isuisu dan permasalahan umum.
9.

Pembelajaran online menyediakan perkakas teknis yang membuat belajar lebih mudah.
Sebagai contoh, bahasa yang digunakan untuk mencari informasi dan bahan belajar adalah
segera dan intuitif. Bahasa tersebut tidaklah harus dipelajari oleh pemakai dan dapat diadopsi
dengan usaha minimal. Tatabahasa Dan sintaksis dasar dapat digunakan sebagai instrumen
untuk mencari dan memperoleh informasi. Pengintegrasian komunikasi dan authoring tools,
bersama dengan alat penghubung clickto-connect telah berhasil dengan mantap mempermudah
proses mengecek email, mengakses data, dan pengaturan atas koneksi konferensi komputer.
Teknologi simulasi tau visualisasi dapat membantu siswa untuk belajar sistem yang kompleks
dengan cara yang lebih kongkrit. Komunikasi percakapan berbasis komputer (Computer Mediated
Chatting = CMC) dan bulletin board dapat melengkapi pertemuan tatap muka.
10.
Pendidikan dan pelatihan guru sekarang meliputi pembelajaran kolaboratif dan just-intime. TIK membuka suatu dunia yang utuh dari belajar sepanjang hayat
melalui pendidikan jarakjauh, pembelajaran asynchronous, dan pelatihan atas permintaan. TIK
cukup fleksibel untuk memperkenalkan kursus baru sebagai jawaban langsung atas permintaan
yang semakin meningkat.
11.
TIK membantu memecahkan isolasi profesional yang banyak diderita para guru. Dengan
TIK, mereka dapat dengan mudah berhubungan dengan para profesional lain, rekan kerja,
penasihat, universitas dan pusat keahlian, dan dengan sumber belajar. Para guru kini
menerbitkan bahan belajar yang mereka kembangkan di Internet dan berbagi pengalaman
mengajar mereka dengan guru lainnya.
12.

Penggunaan jaringan komputer untuk mempromosikan aktivitas belajar berkelompok


menjadi semakin lebih populer. Teknologi komputer dalam pendidikan bergerak dari belajar
mandiri ke metode belajar jarak jauh berkelompok. Dengan menggunaan perangkat komunikasi
berbasis komputer dan kelompok belajar berbasis web, siswa dapat menerapkan pengetahuan
yang dimiliknya dengan mengkombinasikan usaha mereka untuk mengembangkan suatu aktivitas
atau proyek. Belajar koperatif melalui komputer mempunyai efek positif atas kinerja tugas
kelompok, prestasi individu, dan sikap terhadap belajar kolaboratif.
13.
Universitas sedang memasuki fase kemitraan dengan sektor swasta, terutama sekali
industri teknologi informasi, dalam rangka membantu menjaga kelangsungan hidup operasi dan
keuangan dari program pendidikan berbasis TIK. Semakin banyak sekolah menyadari bahwa
berhubungan dengan sektor bisnis tidak akan mengancam sistem persekolahan. Yang lain
melihat suatu keuntungan dalam capitalising atas produk dan jasa pendidikanmereka.
Persekutuan belajar di penyampaian produk dapat menawarkan berbagai manfaat, seperti
pengurangan biaya-biaya pengembangan latihan, berbagi biaya-biaya penelitian dan
pengembangan yang bersama, atau berbagi database dan isi perpustakaan.
14.
TIK meningkatkan fungsi perpustakaan dan mengubah peran pustakawan secara hakiki.
Sekolah tidak perlu melanjutkan penderitaan atas kelangkaan pendukung perpustakaan dengan
memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang tersedia di Internet.

Upaya Pemberdayaan Internet untuk pendidikan


Saat InI dunia telah berada dalam era komunikasi instan atau dikenal pula sebagai era informasi. Era
informasi ditandai oleh pesatnya perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), khususnya komputer dan internet. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan
beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide areal network) termasuk komputer pribadi (stand
alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa saling melakukan
komunikasi satu sama lain. Sebenarnya, internet awalnya lahir untuk suatu keperluan militer di
Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Advanced Research ProjectAgency (ARPA) dari Departemen
Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi namaARPAnet untuk
mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya
jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of
California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996). Fasilitas aplikasi
Internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi keperluan militer,
kalanganmedia massa, kalangan bisnis, maupun kalangan pendidikan.
Dalam kaitan pemanfaatannya untuk pendidikan, Ashby (1972) seperti dikutip oleh Miarso (2004),
menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Revolusi pertama
terjadi ketika orang menyerahkanpendidikan anaknya kepada seorang guru. Revolusi kedua terjadi
ketika digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran. Revolusi ketiga terjadi seiring dengan
ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak.
Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik seperti radio dan televisi untuk
pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima, seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir, khususnya komputer dan internet untuk pendidikan.
Revolusi ini memberi dampak terhadap beberapa kecenderungan pendidikan masa depan. Beberapa
1.
2.
3.
4.
5.
6.

ciri tersebut, menurut Ashby seperti dikutip oleh Miarso (2004) adalah sebagai berikut:
Berkembangnya pembelajaran di luar kampus sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan.
Orang memperoleh akses lebih besar dari berbagai sumber belajar.
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar menjadi ciri dominant dalam kampus.
Bangunan kampus berserak (tersebar) dari kampus inti di pusat dengan kampus satelit
yang ada di tengah masyarakat.
Tumbuhnya profesi baru dalam dalam bidang media dan teknologi.
Tuntutan terhadap lebih banyak belajar mandiri.
Kecenderungan lain, seperti diungkapkan oleh Ryan et al (2000) adalah sebagai berikut:

Teknologi yang ada saat ini dapat mentransformasi cara pengetahuan dikemas,
disebarkan, diakses, diperoleh dan diukur. Sehingga merubah cara produksi dan penyampaian
materi dari cetak dan analog ke dalam bentuk digital dalam bentuk DVD, CD-ROM, maupun
bahan belajar on-line berbasis web lainnya.

Orang akan lebih memilih metode belajar yang lebih luwes (flexible), mudah, dan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Sehingga memicu terjadinya pergeseran
pola pendidikan dari tatap muka (konvensional) kearah pendidikan yang lebih terbuka. Dengan
adanya teknologi internet ini sistem penyampaian dan komunikasi (delivery system and
communication) antara siswa dengan guru, guru dengan guru atau siswa dengan siswa dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan (synchronous) maupun
(asynchronous). Beberapa bentuk komunikasi yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai
berikut (Purbo, 1997):

Dialog elektronik (chatting); dialog elektronik adalah percakapan berbasis teks yang
dapat dilakukan secara online dalam waktu bersamaan (synchronous) antara dua atau lebih
pengguna internet. Contoh aplikasi dalam kontekspendidikan tinggi, dialog elektronik dapat
digunakan untuk proses komunikasi antara dosen dengan beberapa orang mahasiswanya dalam
mendiskusikan suatu topik perkuliahan tertentu.
Surat elektronik (e-mail); surat elektronik merupakan suatu bentuk komunikasi tidak
bersamaan (asynchronous) yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara mahasiswa
dengan dosen atau mahasiswa dengan mahasiswa lain melalui surat yang disampaikan secara
elektronik melalui internet. Berbeda dengan chatting, dengan cara ini umpan balik yang diperoleh
mungkin tertunda.

Konferensi kelompok melalui surat elektronik (mailing list); Mailing list merupakan
perluasan dari e-mail dimana seseorang dapat mengirim pesan kepada sekelompok orang
tertentu yang telah terdaftar untuk bergabung dalam kelompok diskusi. Sebagai contoh, seorang
dosen memiliki daftar mahasiswa yang tergabung dalam kelompok mata kuliah tertentu.
Pemberian tugas dan diskusi dapat dilakukan melalui fasilitas seperti ini.

Konferensi jarak jauh (teleconference); konferensi jarak jauh dapat berupa konferensi
audio maupun konferensi video. Kedua konferensi ini dapat dilakukan dengan cara "point to
point" atau "multi point". Cara pertama dilakukan dalam dua tempat. Sedangkan cara kedua
dilakukan dalam lebih dari dua tempat. Sebagai contoh, seorang guru dari sekolah tertentu dapat
mendiskusikan suatu topik tertentu kepada siswa di beberapa sekolah lain dalam waktu
bersamaan.
Edukasi.Net
Sebelum menjawab mengapa, terlebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan
EdukasiNet. Mengingat potensinya yang sangat luar biasa, seperti dijelaskan di atas, EdukasiNet
hadir sebagai upaya memberdayakan potensi internet untuk kebutuhan pendidikan. Lebih tepatnya,
EdukasiNet hadir sebagai sebagai salah satu media jaringan sekolah (schoolnet) di Indonesia.
Jaringan sekolah adalah suatu kegiatan komunitas sekolah (guru, siswa, atau tenaga pendidik dan
kependidikan lain) yang dimediasi oleh internet sebagai sarana komunikasi atau bertukar informasi
satu sama lain. Terjadinya pertukaran informasi yang mudah dan cepat tanpa terbatas ruang dan
waktu melalui program jaringan sekolah ini memungkinkan terjadinya komunitas masyarakat
informasi (knowledge-based society) dalam lingkup sekolah. Di masa mendatang diharapkan terjadi
jaringan sekolah yang tidak hanya terjadi dalam skala lokal (nasional), tapi dalam skala yang lebih
luas, yaitu regional dan internasional. Jadi,
EdukasNet adalah program jaringan sekolah yang dikembangkan oleh Pustekkom yang berfungsi
sebagai 1) wahana komunikasi lintas sekolah; 2) wadah sumber belajar; dan 3) wahana berbagi
informasi antar sekolah di Indonesia. Sebagai portal pendidikan, EdukasiNet dapat diakses oleh siapa
saja, di mana saja dan kapan saja melalui url:http://www.e-dukasi.net. Dengan tiga peran utama
tersebut, maka EdukasiNet dapat berfungsi atau memerankan diri sebagai jaringan
sekolah (schoolnet).
Mengapa EdukasiNet dikembangkan? Alasan pertama adalah untuk menjawab adanya kenyataan
bahwa sampai dengan tahun 2002, sulit sekali ditemukan herbagai bahan belajar berbasis web yang
berbahasa Indonesia dan sesuai dengan kurikulum. Saat itu, beberapa jaringan sekolah telah
dikembangkan diantaranya adalah "Sekolah Online", `guru Online.Jaringan Informasi Sekolah, dan
lain-lain. Tapi, sebagian besar belum menyediakan bahan belajar (content) yang sesuai dengan
kurikulum. Alasan kedua, internet memungkinkan untuk dapat mendistribusikan informasi dengan
cepat tanpa mengenal ruang dan waktu. Oleh sebab itu, pengalaman (best practices), ide,

peristiwa/berita atau informasi lain berkaitan dengan pendidikan dan atau pembelajaran yang berasal
dari suatu sekolah, guru, ahli dan lain-lain juga memungkinkan didistribusikan dengan cepat melalui
internet. Alasan ketiga, dengan media internet, tidaklah mustahil antara guru dengan guru di sekolah
yang berbeda, antara ahli, siswa dengan guru di tempat berbeda dapat saling berkomunikasi baik
secara langsung (synchronous) maupun tertunda (asynchronous) untuk mendiskusikan suatu topik/
tema tertentu. Sehingga pertukaran pengetahuan dapat terjadi dan terdistribusi dengan cepat ke
banyak sasaran secara efisien. EdukasiNet dirancang untuk dapat melakukan hal ini.
Terjadinya pertukaran informasi yang mudah dan cepat tanpa terbatas ruang dan waktu melalui
program jaringan sekolah (EdukasiNet) ini memungkinkan terjadinya komunitas masyarakat
informasi (knowledge-based society) dalam lingkup sekolah. Ketiga hal tersebut merupakan tujuan
utama (ultimate goal) dikembangkannya EdukasiNet.
Sebenarnya, EdukasiNet lahir setelah melalui beberapa proses kajian ilmiah sejak tahun 2002. Pada
bulan Juni tahun 2002, pengembangan EdukasiNet diawali dengan penggalangan ~ dukungan dari
lingkungan Depdiknas seperti DirektoratPendidikan Menengah Umum, dan Direktorat Menengah
Kejuruan serta dari kalangan luar Depdiknas seperti Divisi Risti PT. Telkom, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jaringan
Informasi sekolah (JIS), ICT Watch, dan media massa yang bergerak dalam bidang teknologi
informasi. Kegiatan tersebut kemudian diikuti dengan serangakaian kegiatan penyelenggaraan
seminar e-learning pada tanggal 2 Juli 2002.
Sebagai portal yang dinamis, EdukasiNet akan senantiasa terus mengalami perbaikan sepanjang
waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi itu sendiri. Lantas ; apa manfaat
EdukasiNet bagi para penggunanya? Manfaat EdukasiNet dapat dijelaskan ; sebagai berikut:
1. Sebagai Sumber Bahan Belajar:

guru dan siswa dapat memperoleh berbagai bahan belajar yang meliputi bahan belajar
yang berkaitan dengan semua mata pelajaran untuk SD, SMP dan SMA, modul online,
pengetahuan populer, berita serta artikelpendidikan dengan cara
mengunduh (mendownload) atau memanfaatkannya langsung dalam kelas;
siswa dapat menguji kemampuan/kompetensi semua mata pelajaran yang dipelajarinya
secara online;
guru dapat memperoleh informasi mengenai teknik dan tips dalam belajar dan
membelajarkan siswa;
guru dapat berbagi ilmu dengan guru lain dengan cara mengirimkan karyanya berupa
bahan belajar berbasis web ke administrator EdukasiNet untuk di-upload;
2. Sebagai Sarana Komunikasi dan Kolaborasi Lintas Sekolah

Sekolah memperoleh ruang (space) untuk menampilkan web site sekolahnya masingmasing sebagai sub domain EdukasiNet;
Guru dapat mengirimkan ide, pengalaman, karya ilmiah atau berita pendidikan ke
Siswa dapat berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama siswa dari
Guru dapat berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama guru dari
sekolah lain di Indonesia secara online dengan memanfaatkan fasilitas forum guru (melalui email, millist atau chatting);
adminstrator EdukasiNet untuk dipublish dalam feature artikel dan news EdukasiNet;

sekolah lain dengan memanfaatkan fasilitas forum siswa.


Fasilitas/Feature EdukasiNet
Sumber Bahan Belajar (Learning Resource)
EdukasiNet menyediakan sumber belajar yang dirancang secara khusus dan dapat diakses dan atau
di download secara gratis. Sumber belajar ini terdiri dari materi pokok, modul online, pengetahuan

populer, serta teknik dan tips mengajar.


Materi Pokok, yaitu bahan belajar yang meliputi semua mata pelajaran untuk SD, SMP,
SMA atau yang sederajat dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Materi pokok ini
dikembangkan secara bertahap, antara lain mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Bahasa Inggris, dan mata pelajaran lainnya.
Modul Online ini dirancang untuk siswa dan guru SMP-SMATerbuka dalam versi digital,
sehingga mereka dapat mengambil/mencetak modul sesuai dengan kebutuhan. Namun siapapun
Anda dapat memanfaatkan modul ini seperti mereka.
Pengetahuan Populer, berisikan informasi praktis yang dikemas dengan gaya yang khas
dan ringan. Topik yang disajikan dipilih yang populer dan bermanfaat bagi masyarakat. Topik-topik
tersebut terhimpun dalam rubrik tertentu yang dibutuhkan pengguna. Di sini Anda dapat memilih
rubrik yang menarik sesuai selera Anda. Rubrik tersebut antara lain Fotografi, Elektronika,
Otomotif dan Teknologi Informasi, Lingkungan Hidup, Kesehatan, Fenomena Alam, Kiat Belajar,
dll. Pengguna yang mempunyai bahan/informasi yang menarik untuk dimuat dalam rubrik ini
dapat disampaikan kepada Admin EdukasiNet.
Uji Kemampuan, berupa soal-soal latihan yang disusun berdasarkan standar
kompetensi yang ada pada kurikulum sekolah. Di sini pengguna (khususnya siswa SD, SMP dan
SMA atau yang sederajat) dapat berlatih mencoba sejauhmana penguasaan materi pelajaran di
sekolah.
Interaksi Komunitas
Forum komunitas ini dirancang sebagai wahana tukar informasi antar pengguna EdukasiNet. Guru,
siswa, mahasiswa, orang tua, pakar/praktisi atau siapapun yang peduli dengan pendidikan dapat
bergabung secara aktif di sini. Interaksi komunitas ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sebagai
berikut:

Forum, Interaksi didalam forum ini dirancang untuk komunikasi antar guru dengan guru
lain, siswa dengan siswa lain, guru dengan siswa dalam bentuk diskusi atau tukar informasi,
pemikiran, saran, mata pelajaran, dan lainnya. Namun forum ini juga terbuka bagi siapapun yang
peduli dengan pendidikan untuk aktif memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
Chatting Fasilitas ini memungkinkan pengguna dapat melakukan dialog secara
elektronik (chatting) secara langsung dengan pengguna lain di tempat yang berbeda secara real
time.
lnfo
Fitur ini menyediakan layanan berupa artikel, news, event, dan web sekolah. secara lebih rinci,
berbagai layanan dalam fitur ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Artikel Fitur ini menyediakan layanan artikel yang lebih difokuskan pada
topik pendidikan dan informasi lainnya yang terkait dengan pendidikan. Melalui fasilitas ini
pengguna tidak hanya berkesempatan membacanya, tetapi juga dapat men-downloadnya secara
bebas dan gratis. Pengguna juga bisa menyumbangkan buah pikiran/tulisan ini dan dikirim
melalui administrator EdukasiNet.
News EdukasiNet menyediakaan fasilitas berita (news) yang dirancang dari, oleh, dan
untuk pengguna. Oleh karena itu partisipasi aktif pengguna sangat menentukan
dinamika feature ini.

Kalender Kegiatan (Event) Fitur ini menyajikan informasi/berita tentang kegiatankegiatan yang diselenggarakan oleh pengelola, ataupun oleh komunitas EdukasiNet khususnya
sekolah.
Web Sekolah EdukasiNet menyediakan fasilitas informasi tentang sekolah yang
merupakan anggota (usermember) dari EdukasiNet. Informasi ini tersimpan dalam aplikasi dan
server EdukasiNet serta dapat diisi atau diedit oleh sekolah yang menjadi anggota.
Pola Pemanfaatan Bahan Belajar EdukasiNet di Sekolah
Bahan belajar yang ada di EdukasiNet dapat dimanfaatkan, khususnya oleh guru dan siswa dalam
berbagai cara/pola sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, guru maupun siswanya itu sendiri. Ada
empat alternatif pola pemanfaatan EduaksiNet di sekolah, yatu: 1) pola pemanfaatan langsung (di lab
komputer); 2) pola pemanfaatan di kelas; 3) pola penugasan; dan 4) pola individual.

Pola Pemanfaatan Langsung (di Lab Komputer): Pola ini dapat dilakukan oleh sekolah
yang telah memiliki lab komputer yang terhubung langsung A dengan internet. Siswa dapat
secara individu (satu siswa satu komputer) dengan bimbingan guru mempelajari topik pelajaran
tertentu. Bila jumlah komputer di lab tidak memungkinkan untuk belajar secara individu, siswa
dapat belajar secara kelompok (antara 2 - 4 orang per komputer).
Pola Pemanfaatan di Kelas: Apabila sekolah belum memiliki lab komputer, namun
mempunyai sebuah LCD projector dan sebuah komputer (desktop/laptop) yang tersambung ke
internet, maka pemanfaatannya dapat dilakukan dengan cara presentasi dan diskusi kelas. Bila
komputer di kelas tidak terhubung ke internet, sebelumnya guru dapat men-Download terlebih
dahulu topik pelajaran tertentu yang dibutuhkan dari EdukasiNet, kemudian dipresentasikan
secara offline melalui LCD Projector di kelas. Untuk pola yang kedua ini, disarankan guru terlebih
dahulu mengidentifikasi dan mendownload topik-topik yang dibutuhkan untuk kemudian
dimanfaatkan di kelas. Bahan belajar yang ada di EdukasiNet dapat didownload secara gratis
oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Pola Penugasan: Pola ini dapat dilakukan untuk sekaligus mengembangkan ICT Literacy
siswa. Siswa, baik secara kelompok maupun individual diberikan tugas untuk menelusuri bahan
belajartertentu di situs EdukasiNet(http:///www.e-dukasi.net)atau situs lain, kemudian siswa
tersebut mempresentasikan dan mendiskusikan hasil karyanya tersebut di kelas atau siswa
mengumpulkan tugasnya dalam bentuk tulisan, gambar, grafik dan lain-lain dengan
memanfaatkan aplikasi komputertertentu (seperti MSWord, MS Powerpoint, Coreldraw, dll.).
Untuk pola ini, disarankan guru yang menugaskan telah menelusuri dan menentukan alamat situs
yang harus dibuka oleh siswa.
Pola Pemanfaatan Individual: Yang dimaksud dengan pola individual disini adalah
siswa atas inisiatif sendiri dibebaskan mengeksplorasi semua bahan belajar (baik materi pokok,
pengetahuan populer, modul online, maupun uji kemampuan) yang ada dalam EdukasiNet. Siswa
dapat mengakses EdukasiNet di sekolah, Warnet, atau rumah sesuai dengan kondisi masingmasing.
Penutup
EdukasiNet adalah portal jaringan sekolah yang dikembangkan oleh Pustekkom yang berfungsi
sebagai 1) wahana komunikasi lintas sekolah; 2) wadah sumber belajar; dan 3) wahana berbagai
informasi antar sekolah di Indonesia. EdukasiNet dapat diakses melalui url: http://www.e-dukasi.net.
Sebagai portal jaringan sekolah, EdukasiNet menyediakan 1) bahan belajar (meliputi materi pokok,
pengetahuan populer, modul online, dan uji kompetensi); 2) forum (meliputi forum diskusi untuk
semua mata pelajaran, chatting dan milis; dan 3) informasi (yang meliputi artikel, berita, kalender
kegiatan (event) dan web sekolah).
Sampai tanggal 28 Desember 2005, telah tercatat sebanyak 500.000 orang yang telah mengunjungi
EdukasiNet. Disamping itu, tercatat 4.282 anggota aktif pengguna EdukasiNet. Jumlah ini masih
sangat sedikit dibandingkan dengan portal lain yang telah maju seperti ilmukomputer.com, dan yang

lainnya. Namun demikian, bagi mereka yang telah memanfaatkan EdukasiNet memberikan pendapat
yang positif terhadap kehadiran EdukasiNet (37% menyatakan sangat baik dan 30% menyatakan
baik). Sementara itu, jumlah bahan belajar yang telah diupload sebanyak 55 judul materi pokok, 79
judul modul online, dan 150 judul pengetahuan populer. Ke depan diharapkan EdukasiNet tidak hanya
menyediakan bahan belajar untuk SMA saja, tapi juga untuk SMP dan SD. Untuk mempercepat
peningkatan jumlah bahan belajar, diharapkan bahan belajar tidak hanya diproduksi oleh Pustekkom
saja tapi juga dari guru atau komunitaspendidikan lainnya. Begitu pula halnya dengan artikel dan
berita. Sementara itu, model musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dimasa mendatang dapat
terjadi melalui forum diskusi per mata pelajaran yang ada dalam portal EdukasiNet. Sehingga diskusi
(pertukaran informasi) dapat terjadi secara online tanpa harus berkumpul di satu tempat tertentu.
Bahan belajar yang ada dalam EdukasiNet dapat dimanfaatkan secara fleksibel sesuai dengan
kondisi sekolah. Bahan belajar yang ada dalam EdukasiNet dapat dimanfaatkan dengan: 1) pola
pemanfaatan langsung di lab komputer; 2) pola pemanfaatan di kelas; 3) pola penugasan; mupun 4)
pola individual. Semua bahan belajar tersebut dapat didownloadsecara gratis oleh guru, siswa atau
siapapun yang membutuhkan.
Namun demikian, dalam pemanfaatannya di lapangan, masih terdapat beberapa tantangan yang
dihadapi untuk dapat membuat portal jaringan sekolah EdukasiNet ini berjalan dengan baik dan
dinamis. Tantanga pertama adalah belum adanya relawan sebagai moderator untuk forum diskusi.
Forum diskusi ini sebenarnya dikelompokkan berdasarkan mata pelajaran. Misalnya, forum diskusi
untuk mata pelajaran matematika, fisika, kimia dan mata pelajaran lain. Sampai saat ini diskusi yang
terjadi masih belum terarah atau tidak fokus pada topik/ tema tertentu. Sehingga, walaupun telah
terjadi diskusi satu sama lain, tapi apa yang didiskusikan masih tidak menentu. Begitu pula halnya
dengan forum diskusi mata pelajaran yang lainnya. Tantangan kedua adalah belum banyaknya guru
(user EdukasiNet) yang mengirimkan artikel ilmiah berkaitan dengan pengalaman atau hasil
penelitian yang berkaitan dengan pendidikan atau lebih khusus berkaitan dengan pembelajaran untuk
mata pelajaran tertentu. Tantangan terakhir adalah kendala teknis yang klasik dihadapi seperti 1)
sulitnya akses internet karena mahal dan kecepatan akses yang kurang memadai; 2) kebijakan
sekolah yang belum mendukung; 3) tenaga guru yang menguasai komputer dan internet yang masih
rendah; serta 4) anggaran sekolah yang masih rendah. Akhirnya, pemanfaatan internet di sekolah
belum menjadi skala prioritas mengingat masih banyak kebutuhan lain yang lebih dianggap prioritas
dibandingkan dengan internet dan lab komputer.

2. Dengan mempelajari dari berbagai sumber E-Portofolio teman-teman dapat saya


simpulkan diantaranya sebagai berikut.
Pada dasarnya inovasi pendidikan memiliki 4 ranah penting, yaitu :
1.

What

2.
3.

(apa
Why
When

definisi

atau

(kenapa
(kapan

esensi
inovasi
inovasi

dari

inovasi
harus
harus

itu

sendiri)
dilakukan)
dilakukan)

4. How (bagaimana inovasi itu dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat)
Kehidupan adalah perubahan jika tidak ada perubahan artinya tidak ada kehidupan,
pendidikan itu sendiri merupakan kehidupan karena memiliki sifat perubahan,
sedangkan inovasi itu sendiri merupakan upaya tersistematis dalam melakukan
perubahan tersebut, dengan demikian karakteristik UPI terlebih AP adalah wajib memiliki
karakteristik Perubahan sebagai Read the rest of this entry
Rate this:

3 Votes

KATEGORI:
PENGANTAR PERKULIAHAN, PERTEMUAN 1
TINGGALKAN KOMENTAR

KONSEP DASAR
INOVASI PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata
kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu
perubahan yang baru yang menuju kea rah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang
ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara
kebetulan).
Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other
unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan
maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan.
Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya
adalah : Managerial, Teknologi, Kurikulum
B. Pengertian Inovasi Pendidikan
Ada beberapa pendapat mengenai inovasi pendidikan :
1. Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam
bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi
pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati berbagai hal
yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil
inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
2. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan,
perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk menjawab
masalah yang dihadapi.
Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal
(yang ada sebelumnya), serta sengaja diciptakan untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai Read the rest of this entry
Rate this:

1 Vote

KATEGORI:
PERTEMUAN 2
TINGGALKAN KOMENTAR

KARAKTERISTIK
INOVASI PENDIDIKAN
Everett M. Rogers mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat
atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut :
1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau
keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya,
prestise
sosial,
kenyamanan,
kepuasaan
dan
lainnya.
2. Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan
nilai
(value),
pengalaman
lalu,
dan
kebutuhan
dari
penerima.
3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami
dan
menggunakan
inovasi
bagi
penerima.
4. Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima.
5. Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu
inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen
pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan
guru, implementasi kurikulum,dll.
Dari kelima karakteristik tersebut didapat peta konsep sebagai berikut :
1. Keunggulan reatif
manfaat Read the rest of this entry
Rate this:

2 Votes

KATEGORI:
PERTEMUAN 3
TINGGALKAN KOMENTAR

PROSES INOVASI PENDIDIKAN


Rogers (1961) mengemukakan difusi menyangkut which is the spread of a new idea
from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)
elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam
hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber
kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu
memperhatikan (a) tujuan diadakannya Read the rest of this entry
Rate this:

1 Vote

KATEGORI:
PERTEMUAN 4
TINGGALKAN KOMENTAR

STRATEGI
INOVASI PENDIDIKAN
Rangkuman Pertemuan 5
STRATEGI INOVASI
1. Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakqan strategi fasilitatif artinya
untuk mencapai tujuan perubahan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan
penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah
dan lancar. Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat jika :
(a) mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target
perubahan,
(b) merasa perlu adanya perubahan,
(c) bersedia menerima bantuan dari luar dirinya,
(d) memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki
dirinya.
2. Strategi Pendidikan.
Dengan strategi ini orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang
sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru.
Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut
ini :
- digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai
- disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya: sumbangan
dana, donator, serta penunjang yang lain.

- digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke
keadaan sebelumnya.
Strategi pendidikan akan kurang eefektif jika :
- tidak tersedia sumber yang cukup untuk Read the rest of this entry
Rate this:

2 Votes

KATEGORI:
PERTEMUAN 5
TINGGALKAN KOMENTAR

INOVASI DALAM ORGANISASI


A. Rangkuman Pertemuan 6
1. Ruang lingkup inovasi sekolah sebagai suatu sistem adalah sebagai berikut
a. Input, meliputi:
* Visi, misi, tujuan, sasaran
* Kurikulum
* Pendidik dan tenaga kependidikan
* Peserta didik
* Sarana dan prasarana
* Dana

* Regulasi
* Organisasi
* Administrasi
* Peran serta masyarakat
* Budaya sekolah
b. Proses; yaitu proses belajar mengajar
c. Output, meliputi:
* Prestasi akademik
* Prestasi non akademik
* Angka putus sekolah
* Angka mengulang
d. Outcome, meliputi:
* Kesempatan pendidikan
* Kesempatan kerja
* Pengembangan diri tamatan
2. Konsep Organisasi
*
Menurut Stephen P. Robbins

Definisi

Anda mungkin juga menyukai