Anda di halaman 1dari 16

ROSNIANI PUTRI (105401114221) SD 4F

PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, DAN MODEL


PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Menurut Miftahul Huda (2014: 184) pendekatan pembelajaran bisa dipahami
sebagai cara-cara yang ditempuh oleh pembelajaran untuk bisa belajar dengan efektif.
Sedangkan menurut Erman, suherman (2003:6) pendekatan pembelajaran matematika
adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang
disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan aspek yang sangat
penting dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Seorang guru dituntut mampu
memilih pendekatan agar sesuai dalam melaksanakan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu pendekatan yang
bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi. Pendekatan metodologik
berkenaan dengan cara siswa beradaptasi konsep yang disajikan kedalm struktur
kognitifnya, yang sejalan dengan cara guru menyajikan bahan tersebut. Pendekatan
metodologik diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif,
deduktif, tematik, realistic, heuristic. Sedangkan pendekatan material yaitu pendekatan
pembelajaran matematika dimana dalam menyajikan konsep matematika melalui konsep
matematika lain yang telah dimiliki siswa. Misalnya untuk menyajikan penjumlahan
bilangan menggunakan pendekatan garis bilangan atau himpunan, untuk menyajikan
konsep titik pada bidang dengan menggunakan vector atau diagram cartesius, untuk
menyajikan konsep penjumlahan bilangan pecahan yang tidak sejenis digunakan gambar
atau model.
Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran
1. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment). Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual
Sebagai berikut:
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d) Ciptakan masyarakat belajar.
e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan ini menekankan pengembangan diri siswa melalui proses berpikir
kritis. Jadi guru tidak akan mengajarkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan
suatu persoalan atau mengatakan benar dan salahnya suatu jawaban. Guru cenderung
mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan
permasalahan dan kritis dalam menyikapi berbagai opsi jawaban yang ada. Langkah-
langkah Pendekatan Kontruktisme Sebagai berikut:
a. Tahap appersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsep awal siswa dan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
b. Tahap eksporasi
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang bermula dari penjelasan tentang
hal yang bersifat umum, lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Guru akan
menerangkan teori, konsep dasar, dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran,
kemudian diikuti penerapan atau contoh-conthnya. Langkah-langkah Pendekatan
deduktif Sebagai berikut:
a. Tahap penyajian abstraksi
b. Tahap penjelasan istilah
c. Tahap penyajian contoh
d. Tahap siswa membuat contoh mereka sendiri
4. Pendekatan Induktif
Ini adalah kebalikan pendekatan deduktif. Pembelajaran bermula dengan
penyajian keadaan khusus yang kemudian digeneralisasikan. Pendekatan induktif
menekankan pada pengamatan terlebih dahulu, kemudian kesimpulan diambil dari
fakta-fakta yang ditemukan. Filsuf Inggris Francis Bacon menghendaki agar
penarikan kesimpulan didasarkan dari fakta konkrit sebanyak mungkin. Langkah-
langkah Pendekatan Induktif menurut Rahmawati (2015, hlm. 75) mengungkapkan
bahwa langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah
sebagai berikut.
a. Memilih konsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
b. Menyajiakan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu memungkinkan
siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-
contoh itu.
c. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu.
d. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem-Solving)
Siswa didorong menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang jarang ditemui atau masih
belum dikuasai. Pembelajaran dengan problem solving ini bertujuan agar siswa dapat
menggunakan pemikiran seluas-luasnya. Dalam berpikir rasional siswa dituntut
menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisa, memprediksi, dan
menarik kesimpulan.
6. Pendekatan Open-Ended
Dalam pendekatan ini tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Terdapat
berbagai alternatif jawaban, tidak hanya benar dan salah saja. Pertanyaannya juga
bersifat terbuka sehingga menuntut para siswa untuk berpikir secara aktif. Langkah-
langkah Open-Ended Sebagai berikut:
a. Pemberian masalah
b. Memahami masalah
c. Pemecahan masalah
d. Membandingkan
e. Mediskusikan, menyimpulkan dan opsinal.
7. Pendekatan Saintifik
Pendekatan ilmiah mendorong siswa untuk belajar melalui tahapan saintifik.
Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 menggunakan lima langkah, yakni
mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Langkah-langkah Pendekatan Saintifik Sebagai berikut:
a. Mengamati
b. Menanya, mengasosiasikan/ menalar/ mengolah informasi/ menalarkan informasi,
c. Mengumpulkan informasi/ mencari informasi/ mencoba/ eksperimen
d. Mengkomunikasikan.
8. Pendekatan Realistik
Realistic mathematics Education (RME), merupakan teori belajar mengajar
dalam pendidikan matematika. Realistic mathematics Education (RME) pertama kali
diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut
Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa
matematika harus berkaitan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas
manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Dunia nyata dan materi matematika disatukan pada
pendekatan satu ini. Siswa bisa diminta untuk melakukan diskusi tentang materi yang
relevan, kemudian guru bisa menjadi moderator-nya. Dengan demikian, gagasan
tentang penerapan matematika di dunia nyata bisa ditemukan dan dimanfaatkan. Hal
ini sangatlah penting untuk diterapkan dalam berbagai aspek.
B. Strategi Pembelajaran
Dalam menjalankan tugas sehari-hari, setiap guru yang akan melaksanakan
pembelajaran dikelas, disadari atau tidak, akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal.
Menurut Erman, Suherman (2003: 5) Strategi dalam kaitannya dalam pembelajaran
matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan
dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan
lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Sedangkan
menurut Hamzah B. Uno (2008:45) strategi pembelajaran adalah merupakan hal yang
perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Dick dan Carey (2005:45) strategi
pembelajaran adalah komponen- komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas
sebelum pembelajaran dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur
pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran yang dilakukan
oleh guru matematika sebelum melaksanakan pembelajaran matematika di kelas, biasanya
dibuat secara tertulis, mulai dari telaah kurikulum, penyusunan program tahunan,
penyusunan Program semester, samapai dengan rencana pembelajaran.
Penyusunan program tahunan adalah strategi guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas untuk kurun waktu satu tahun ajaran. Program tahunan disusun
berdasarkan kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Program semester
berisi uraian tentang strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk
kurun waktu satu semester. Program semester ini berkenaan dengan alokasi waktu
pelaksanaan pembelajaran pada setiap pecan, kegiatan efektif dan tidak efektif
pembelajaran, libur sekolahan. kegiatan lainnya. Sedangkan program rencana
pembelajaran (RPP) uraian tentang strategi guru dalam melaksanaankan pembelajaran
untuk waktu satu kali tatap muka. Penyusunan RPP berkenaan dengan satu sub pokok
bahasan (konsep), dimana pemilihan pendekatan, metode, teknik pembelajarn dan
fasilitas yang digunakan dijabarkan secara rinci dan fungsional dalam bentuk scenario
kegiatan belajar mengajarb serta evaluasinya.
Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru saat
mengajar di kelas. Berikut adalah jenis-jenis strategi pembelajaran.
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran di mana guru
memiliki peranan yang dominan, sedangkan siswa cenderung menerima dan
mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Dalam strategi ini, proses penyampaian
materi dilakukan oleh guru secara lisan kepada siswa agar dapat memahami dan
menguasai materi pelajaran secara optimal.
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Berbeda dengan strategi pembelajaran ekspositori, dalam strategi
pembelajaran inkuiri, siswa memiliki peranan yang lebih aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar. Hal ini sesuai dengan definisi strategi pembelajaran inkuiri itu
sendiri, yaitu strategi pembelajaran yang memberikan ruang pada siswa untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran. Itu artinya, siswa tidak hanya
menerima penjelasan saja dari guru, tapi juga berupaya untuk menemukan inti dari
materi pelajaran secara mandiri. Adapun tujuan dari strategi pembelajaran ini adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Sesuai dengan namanya, strategi ini berfokus pada proses penyelesaian
masalah dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Permasalahan ini bisa diambil dari
buku teks, peristiwa di lingkungan sekitar, maupun peristiwa yang terjadi di
masyarakat. Strategi pembelajaran berbasis masalah ini sangat cocok digunakan bila
guru ingin:
a. Siswa tidak hanya mengingat materi pelajaran, tapi juga dapat memahaminya
dengan baik.
b. Mengembangkan kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan
yang dimiliki siswa dalam kondisi tertentu, dan mengetahui adanya perbedaan
antara fakta dan pendapat.
c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan.
d. Membuat tantangan intelektual untuk siswa.
e. Mendidik siswa agar lebih bertanggung jawab dalam belajarnya
f. Membuat siswa lebih memahami hubungan antara teori yang mereka pelajari di
sekolah dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 6
orang. Setiap kelompok akan mendapatkan tugas masing-masing dari guru untuk
dikerjakan bersama-sama. Apabila ada anggota kelompok yang tidak mengerti
dengan tugas yang diberikan oleh guru, maka anggota kelompok yang lain bertugas
untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan bertanya kepada guru.
Adapun tujuan dari strategi pembelajaran kooperatif ini adalah menumbuhkan
rasa tanggung jawab pada siswa, memberikan peluang yang sama kepada setiap
siswa untuk sukses dalam belajar, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa.
5. Strategi Pembelajaran Afektif
Jenis strategi pembelajaran berikutnya adalah strategi pembelajaran afektif.
Strategi ini menekankan pada pembentukan sikap yang positif kepada siswa dengan
cara menghadapkan mereka pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang
problematis. Dengan menghadapkan siswa pada situasi tersebut, diharapkan mereka
dapat membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianggapnya baik. Strategi
pembelajaran afektif ini sangat cocok diterapkan untuk menguatkan karakter siswa,
seperti tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.
6. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
dalam menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan peristiwa
atau permasalahan dalam kehidupan nyata. Dengan begitu, siswa dapat menerapkan
materi yang mereka pelajari di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.
C. Metode Pembelajaran
Metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam Kelas, baik secara individual
atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
oleh siswa dengan baik. Menurut Erman, Suherman (2003:7), Metode pembelajaran
adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Dari pengertian di atas bisa
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran agar mudah dipahami oleh siswa.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru matematika mampu
menggunakan metode yang baik dan benar karena ia menguasai tekniknya. Ia menguasai
ilmu matematika dan trampil secara khusus dalam bidangnya, dan kemampuan ini hanya
akan dimiliki oleh guru bidang studi masing-masing. Oleh karena itu kemampuan
metode mengajar dari seorang guru selalui disertai dengan kemampuan teknik- teknik
mengajar bidang studinya. Jenis-jenis metode dalam pembelajaran antara lain terdiri dari:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian informasi dengan lisan daari
seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Dalam metode pembelajaran
ini guru lebih banyak aktif sementara anak pasif, tetapi tetap tidak bisa dihilangkan
dalam proses pembelajaran, karena masih tetap diperlukan atau metode ini masih
punya keunggulan dalam kondisi tertentu.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran jenis ini berbanding terbalik dengan metode ceramah
sebelumnya, karena lebih memfokuskan memahami materi pada siswa. Biasanya,
guru membagi anggota kelas menjadi beberapa kelompok, kemudian menyuguhkan
suatu persoalan atau permasalahan dimana siswa atau kelompok tersebut harus
menemukan jawabannya. Melalui metode diskusi, secara tidak langsung siswa akan
memahami materi yang disampaikan.
Kelebihan metode diskusi:
a. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan
terobosan baru dalam pemecahan masalah
b. Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan
d. Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.
Kelemahan metode diskusi:
a. Membutuhkan waktu yang panjang
b. Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar
c. Peserta mendapat informasi yang terbatas
d. Dikuasai orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri
3. Metode Ekspositori.
Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan.
Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus
menerus berbicara. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode
ceramah.
4. Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan metode ekspositori.
Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan
belajar mengajar. Tetapi pada metode demontrasi dominasi guru lebih berkurang lagi.
5. Metode Drill dan Metode Latihan
Metode drill dan latihan adalah suatu metode atau cara mengembangkan
kompetensi atau skill anak didik baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor, sehingga anak lebih terampil dalam bidang yang dilatihkan. Latihan
biasanya diberikan setelah anak didik mempelajari suatu masalah atau topic atau
setelah guru menjelaskan materi tersebut. Latihan juga diberikan untuk tujuan suatu
keterampilan atau skill tertentu. Metode latihan juga sangat penting untuk
memantapkan konsep, hokum dan teori.
6. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk
pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dalam metode Tanya jawab, guru
hendaknya berlaku sebagai berikut:
a. Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan atau tindakan siswa bagaimanapun
jelek mutunya.
b. Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan mengajukan pertanyaan.
c. Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan,
mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, atau mendemontrasikan hasil
berpikirnya di depan kelas atau papan tulis, atau memperhatikan hasil karyanya.
d. Mengajukan pertanyaan kepada sasaran sesuai dengan keperluan.
e. Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan yang
disengaja.
f. Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya.
7. Metode Penemuan.
Pada metode ini materi disampaikan hingga bentuk akhir, sedangkan cara belajar
siswa merupakan belajar dengan menerima (Receptioning Learning). Pembelajaran
dengan metode penemuan berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan
sendiri bahan yang dipelajarinya.
8. Metode inkuiri.
Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip dengan metode
penemuan. Perbedaannya adalah dalam metode penemuan hasil akhir yang harus
ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahu
oleh guru. Sedangkan dalam metode inkuiri hal baru itu juga belum diketahui oleh
guru.
9. Metode eksperimen
Metode ini mengajak anak untuk berani mencoba secara terkonsep. Proses
pembelajaran yang dilaksanakan memberikan pengalaman anak untuk menguji
hipotesis dan variabel yang terukur yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
10. Metode karyawisata
Salah satu metode pembelajaran yang menarik adalah karyawisata. Kita bisa
melakukan perjalanan atau wisata agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar
yang lebih luas. Meski non akademik, tapi konsep belajar yang demikian mampu
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan umum pendidikan.
11. Metode Problem Based Introduction (PBI)
Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan cara memberikan
permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Langkah-langkah metode
pembelajaran ini adalah:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistik yang dibutuhkan
b. Guru memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
c. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut 
d. Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi yang sesuai
dengan masalah.
e. Siswa melaksanakan penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan data dan hipotesis dari
eksperimen/penelitian.
f. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
g. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penelitian
mereka
h. Penutup
12. Metode Pembelajaran Artikulasi
Metode pembelajaran ini meminta siswa untuk secara berpasangan untuk
menyampaikan materi yang diterima dari guru dan mencatatnya secara bergantian.
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menyajikan
materi sebagaimana biasa
b. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang
c. Siswa meminta salah satu dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil
d. Secara bergiliran siswa menyampaikan hasil wawancara dengan pasangannya
e. Guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa
f. Penutup
13. Metode Pembelajaran Jigsaw (Metode Tim Ahli)
Langkah-langkah metode Jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
b. Setiap anggota dalam tim diminta untuk menjadi seorang ahli
c. Semua tim ahli dari tim yang berbeda berkelompok dan membentuk tim ahli untuk
berdiskusi dan mempelajari materi yang sama
d. Masing-masing tim ahli akan kembali ke kelompok mereka untuk membagikan
keahliannya pada tim asal tersebut
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Guru memberikan evaluasi
g. Penutup
Dari penjabaran di atas terlihat bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, agar apa yang disampaikan oleh guru bisa
diterima oleh siswa. Satu metode saja yang digunakan tidak bisa membuat proses
pembelajaran berjalan dengan optimal. Seorang guru harus menggabungkan beberapa
metode, sehingga proses pembelajaran bisa terjadi interaksi dua arah.
D. Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal istilah model pembelajaran. Menurut Arends
dalam Trianto (2010:51) model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan
menurut Sumantri, dkk (1999:42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Hal senada juga diungkapkan oleh Erman, Suherman (2003:7)
model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang
menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Jadi model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Menurut Trianto (2010:53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman
bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk
memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan dan juga
dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat
kemampuan peserta didik. Disamping itupula, setiap model pembelajaran juga
mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.
Antara sintak yang satu dengan yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-
perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda Antara
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan
berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka
ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah dewasa ini.
Jenis- jenis model pembelajaran yaitu:
1. Model Pembelajaran Langsung
a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di
mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung
kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan
oleh guru. (Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23)
pembelajaran langsung atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik
pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid
secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang
melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat
pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format
yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan
mempertahankan fokus pencapaian akademik.
b. Tujuan Model Pembelajaran Langsung
Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran
langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik.

Model Pembelajaran Langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan


belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan
sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media. Informasi yang disampaikan dengan strategi
direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang
bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu
pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi).
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung

Tahap/Langkah Kerja Peran/Aktivitas Guru


Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan
mempersiapkan siswa pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar
Mendemonstrasikan keterampilan Guru mendemonstrasikan
(Pengetahuan procedural) atau keterampilan dengan benar, atau
mempresentasikan pengetahuan menyajikan informasi tahap demi
(deklaratif) tahap
Membimbing Pelatihan Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan
Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah
memberikan umpan balik berhasil melakukan tugas dengan
baik, memberi umpan balik
Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan
pelatihan lanjutan dan penerapan untuk melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung


1) Kelebihan Model Pembelajaran Langsung Menurut Depdikas dalam
Sudrajat (2011) adalah sebagai berikut:
a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
2) Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya
kepada siswa.
b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara
aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan
strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak
tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran
mereka akan terhambat.
e) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali
guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris
Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah
dikenal sejak zaman John Dewey. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi
dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2010:92).
b. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah.
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3) Menjadi pembelajar yang mandiri.
Menurut Tan (dalam Rusman, 2011:229) Pembelajaran Berbasis Masalah
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB kemampuan berpikir
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah sebagai berikut:
1) Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa
untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses-proses yang mereka gunakan.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a) Realistik dengan kehidupan siswa
b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
c) Memupuk sifat inquiry siswa
d) Retensi konsep jadi kuat
e) Memupuk kemampuan Problem Solving.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks
b) Sulitnya mencari problem yang relevan
c) Sering terjadi miss-konsepsi.
d) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam
penyelidikan
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pemebelajaran Kooperatif
Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing adalah
cooperative learning. Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 49) Pada hakekatnya,
metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran
gotong-royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode
pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode
pembelajaran kelompok.
Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar
pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling
membelajarkan sesama siswa lainnya.
Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama
dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Cooperative
learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, pada saat
guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam
melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi, siswa dituntut
untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajarmengajar
sesama mereka (Isjoni, 2010: 17).
b. Tujuan Moel Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2007: 27-28) menyatakan bahwa pada dasarnya cooperative learning
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting yang dirangkum Ibrahim,et al. (2000), yaitu:
1) Hasil Belajar Akademik; Dalam cooperative learning meskipun mencangkup
beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu; Tujuan lain cooperative learning
adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuanmya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.
3) Pengembangan ketrampilan social; Tujuan penting ketiga cooperative learning
adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Ketrampilanketrampilan sosial penting dimiliki siswa.
c. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Jigsaw menurut Slavin (2010: 237) yaitu dapat digunakan apabila
materi yang dipelajari adalah yang berbentuk materi tertulis. Materi ini
paling sesuai untuk subyek-subyek seperti pelajaran Ilmu Sosial, literatur
yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep dari pada
penguasaan kemampuan.
Menurut Slavin (2010: 241) langkah-langkah pembelajaran jigsaw
antara lain:
a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (setip kelompok beranggotakan 5-6
orang). Yang disebut dengan kelompok asal.
b) Dalam satu kelompok tersebut masing-masing siswa memperoleh materi
yang berbeda.
c) Dari beberapa kelompok, para siswa dengan keahlian yang sama atau
materi yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-
kelompok ahli.
d) Setelah selsai berdiskusi para ahli kembali kedalam kelompok asal.
e) Para ahli menerangkan hasil diskusi kepada kelompok asal.
f) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan
menunjuk salah satu anggota sebagai perwakilan kelompok.
g) Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.

2) Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC


Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) atau
kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu suatu model pembelajaran
menyeluruh dengan cara membaca dan menulis yang melibatkan kerja sama
murid dalam suatu kelompok dimana kesuksesan kelompok tergantung pada
kesuksesan masing-masing individu dalam kelompok tersebut (Slavin, 2010:
5).
Proses pembelajaran dalam suatu penyampaian materi pelajaran sangat
mendukung prestasi belajar siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, guru
menggunakan metode untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Salah satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran adalah metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading
And Composition (CIRC).
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) adalah:
a) Guru membentuk kelompok yang anggotanya empat atau lima orang
secara heterogen (berbede jenis kelamin, latar belakang, status sosial,
kemampuan akademik dan lain-lain)
b) Guru memberikan wacana sesuai dengan topik atau materi yang akan
diajarkan.
c) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada selembar kertas.
d) Perhatian siswa tehadap pelajaran guru, aktifitas siswa terhadap situasi
kelompok, membantu teman yang kesulitan, kemampuan siswa bertanya
materi yang belum jelas, kemampuan siswa mengemukakan pendapat,
siswa mampu memberi sanggahan dan tanggapan, keberanian siswa
mempresentasikan hasil diskusinya, membuat kesimpulan sendiri,
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.
e) Guru membuat kesimpulan bersama.
f) Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis atau soal untuk
mengetahui tingkat kepahaman siswa pada materi yang telah diajarkan.

Setiap model pembelajaran mempunyai keuntungan dan kerugian.


Pada model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition
(CIRC), kekelebihan dan kelemahannya adalah:
Kelebihan:
a) Setiap siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajara
b) Melatih siswa untuk berani memberikan tanggapan, mengemukakan
pendapat atau sanggahan secara lisan dan tertulis
c) Mempermudah siswa memahami materi pelajaran
d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis suatu peristiwa
Kelemahan:
a) Membutuhkan banyak waktu
b) Guru sulit mengatur materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai alokasi waktu yang ditetapkan.
3) Kooperatif Tipe NHT
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh
Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto. 2009: 82). Sedangkan
menurut A’la (2010:100) Numbered Head Together (NHT) adalah suatu
metode belajar berkelompok dan setiap siswa diberi nomor kemudian guru
memanggil nomor dari siswa secara acak.
Menurut Trianto (2009: 82) sebagai pengganti pertanyaan langsung
kepada seluruh kelas, guru menggunakan 4 langkah struktur Number Heads
Together yaitu:
a) Langkah 1: Penomoran; Guru membagi siswa ke dalam kelompok
beranggotakan 3 sampai 5 orang secara heterogen dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b) Langkah 2: Pengajuan pertanyaan; Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan spesifik dalam bentuk kalimat
tanya.
c) Langkah 3: Berpikir Bersama Siswa menyatakan pendapat terhadap
jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut.
d) Langkah 4: Pemberian Jawaban; Guru menyebut nomor tertentu kemudian
siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Anda mungkin juga menyukai