0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan16 halaman
Teks tersebut membahas tentang pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran matematika. Beberapa poin utama yang dijelaskan adalah: 1) Ada berbagai pendekatan pembelajaran matematika seperti kontekstual, konstruktivisme, deduktif, induktif, pemecahan masalah, dan saintifik. 2) Strategi pembelajaran merupakan rencana guru untuk menjalankan pembelajaran secara efektif. 3) Teks tersebut juga menjel
Teks tersebut membahas tentang pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran matematika. Beberapa poin utama yang dijelaskan adalah: 1) Ada berbagai pendekatan pembelajaran matematika seperti kontekstual, konstruktivisme, deduktif, induktif, pemecahan masalah, dan saintifik. 2) Strategi pembelajaran merupakan rencana guru untuk menjalankan pembelajaran secara efektif. 3) Teks tersebut juga menjel
Teks tersebut membahas tentang pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran matematika. Beberapa poin utama yang dijelaskan adalah: 1) Ada berbagai pendekatan pembelajaran matematika seperti kontekstual, konstruktivisme, deduktif, induktif, pemecahan masalah, dan saintifik. 2) Strategi pembelajaran merupakan rencana guru untuk menjalankan pembelajaran secara efektif. 3) Teks tersebut juga menjel
PEMBELAJARAN MATEMATIKA A. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Menurut Miftahul Huda (2014: 184) pendekatan pembelajaran bisa dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh oleh pembelajaran untuk bisa belajar dengan efektif. Sedangkan menurut Erman, suherman (2003:6) pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Seorang guru dituntut mampu memilih pendekatan agar sesuai dalam melaksanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi. Pendekatan metodologik berkenaan dengan cara siswa beradaptasi konsep yang disajikan kedalm struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara guru menyajikan bahan tersebut. Pendekatan metodologik diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistic, heuristic. Sedangkan pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika dimana dalam menyajikan konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa. Misalnya untuk menyajikan penjumlahan bilangan menggunakan pendekatan garis bilangan atau himpunan, untuk menyajikan konsep titik pada bidang dengan menggunakan vector atau diagram cartesius, untuk menyajikan konsep penjumlahan bilangan pecahan yang tidak sejenis digunakan gambar atau model. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran 1. Pendekatan Kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual Sebagai berikut: a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d) Ciptakan masyarakat belajar. e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2. Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan ini menekankan pengembangan diri siswa melalui proses berpikir kritis. Jadi guru tidak akan mengajarkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan suatu persoalan atau mengatakan benar dan salahnya suatu jawaban. Guru cenderung mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan dan kritis dalam menyikapi berbagai opsi jawaban yang ada. Langkah- langkah Pendekatan Kontruktisme Sebagai berikut: a. Tahap appersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsep awal siswa dan membangkitkan motivasi belajar siswa. b. Tahap eksporasi c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep 3. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang bermula dari penjelasan tentang hal yang bersifat umum, lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Guru akan menerangkan teori, konsep dasar, dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran, kemudian diikuti penerapan atau contoh-conthnya. Langkah-langkah Pendekatan deduktif Sebagai berikut: a. Tahap penyajian abstraksi b. Tahap penjelasan istilah c. Tahap penyajian contoh d. Tahap siswa membuat contoh mereka sendiri 4. Pendekatan Induktif Ini adalah kebalikan pendekatan deduktif. Pembelajaran bermula dengan penyajian keadaan khusus yang kemudian digeneralisasikan. Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan terlebih dahulu, kemudian kesimpulan diambil dari fakta-fakta yang ditemukan. Filsuf Inggris Francis Bacon menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan dari fakta konkrit sebanyak mungkin. Langkah- langkah Pendekatan Induktif menurut Rahmawati (2015, hlm. 75) mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah sebagai berikut. a. Memilih konsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan induktif. b. Menyajiakan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh- contoh itu. c. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu. d. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu. 5. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem-Solving) Siswa didorong menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang jarang ditemui atau masih belum dikuasai. Pembelajaran dengan problem solving ini bertujuan agar siswa dapat menggunakan pemikiran seluas-luasnya. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisa, memprediksi, dan menarik kesimpulan. 6. Pendekatan Open-Ended Dalam pendekatan ini tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Terdapat berbagai alternatif jawaban, tidak hanya benar dan salah saja. Pertanyaannya juga bersifat terbuka sehingga menuntut para siswa untuk berpikir secara aktif. Langkah- langkah Open-Ended Sebagai berikut: a. Pemberian masalah b. Memahami masalah c. Pemecahan masalah d. Membandingkan e. Mediskusikan, menyimpulkan dan opsinal. 7. Pendekatan Saintifik Pendekatan ilmiah mendorong siswa untuk belajar melalui tahapan saintifik. Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 menggunakan lima langkah, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik Sebagai berikut: a. Mengamati b. Menanya, mengasosiasikan/ menalar/ mengolah informasi/ menalarkan informasi, c. Mengumpulkan informasi/ mencari informasi/ mencoba/ eksperimen d. Mengkomunikasikan. 8. Pendekatan Realistik Realistic mathematics Education (RME), merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Realistic mathematics Education (RME) pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus berkaitan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Dunia nyata dan materi matematika disatukan pada pendekatan satu ini. Siswa bisa diminta untuk melakukan diskusi tentang materi yang relevan, kemudian guru bisa menjadi moderator-nya. Dengan demikian, gagasan tentang penerapan matematika di dunia nyata bisa ditemukan dan dimanfaatkan. Hal ini sangatlah penting untuk diterapkan dalam berbagai aspek. B. Strategi Pembelajaran Dalam menjalankan tugas sehari-hari, setiap guru yang akan melaksanakan pembelajaran dikelas, disadari atau tidak, akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal. Menurut Erman, Suherman (2003: 5) Strategi dalam kaitannya dalam pembelajaran matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008:45) strategi pembelajaran adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Dick dan Carey (2005:45) strategi pembelajaran adalah komponen- komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika sebelum melaksanakan pembelajaran matematika di kelas, biasanya dibuat secara tertulis, mulai dari telaah kurikulum, penyusunan program tahunan, penyusunan Program semester, samapai dengan rencana pembelajaran. Penyusunan program tahunan adalah strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk kurun waktu satu tahun ajaran. Program tahunan disusun berdasarkan kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Program semester berisi uraian tentang strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk kurun waktu satu semester. Program semester ini berkenaan dengan alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran pada setiap pecan, kegiatan efektif dan tidak efektif pembelajaran, libur sekolahan. kegiatan lainnya. Sedangkan program rencana pembelajaran (RPP) uraian tentang strategi guru dalam melaksanaankan pembelajaran untuk waktu satu kali tatap muka. Penyusunan RPP berkenaan dengan satu sub pokok bahasan (konsep), dimana pemilihan pendekatan, metode, teknik pembelajarn dan fasilitas yang digunakan dijabarkan secara rinci dan fungsional dalam bentuk scenario kegiatan belajar mengajarb serta evaluasinya. Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru saat mengajar di kelas. Berikut adalah jenis-jenis strategi pembelajaran. 1. Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran di mana guru memiliki peranan yang dominan, sedangkan siswa cenderung menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Dalam strategi ini, proses penyampaian materi dilakukan oleh guru secara lisan kepada siswa agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran secara optimal. 2. Strategi Pembelajaran Inkuiri Berbeda dengan strategi pembelajaran ekspositori, dalam strategi pembelajaran inkuiri, siswa memiliki peranan yang lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sesuai dengan definisi strategi pembelajaran inkuiri itu sendiri, yaitu strategi pembelajaran yang memberikan ruang pada siswa untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran. Itu artinya, siswa tidak hanya menerima penjelasan saja dari guru, tapi juga berupaya untuk menemukan inti dari materi pelajaran secara mandiri. Adapun tujuan dari strategi pembelajaran ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. 3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) Sesuai dengan namanya, strategi ini berfokus pada proses penyelesaian masalah dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Permasalahan ini bisa diambil dari buku teks, peristiwa di lingkungan sekitar, maupun peristiwa yang terjadi di masyarakat. Strategi pembelajaran berbasis masalah ini sangat cocok digunakan bila guru ingin: a. Siswa tidak hanya mengingat materi pelajaran, tapi juga dapat memahaminya dengan baik. b. Mengembangkan kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam kondisi tertentu, dan mengetahui adanya perbedaan antara fakta dan pendapat. c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan. d. Membuat tantangan intelektual untuk siswa. e. Mendidik siswa agar lebih bertanggung jawab dalam belajarnya f. Membuat siswa lebih memahami hubungan antara teori yang mereka pelajari di sekolah dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Strategi Pembelajaran Kooperatif Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 6 orang. Setiap kelompok akan mendapatkan tugas masing-masing dari guru untuk dikerjakan bersama-sama. Apabila ada anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan oleh guru, maka anggota kelompok yang lain bertugas untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan bertanya kepada guru. Adapun tujuan dari strategi pembelajaran kooperatif ini adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab pada siswa, memberikan peluang yang sama kepada setiap siswa untuk sukses dalam belajar, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa. 5. Strategi Pembelajaran Afektif Jenis strategi pembelajaran berikutnya adalah strategi pembelajaran afektif. Strategi ini menekankan pada pembentukan sikap yang positif kepada siswa dengan cara menghadapkan mereka pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Dengan menghadapkan siswa pada situasi tersebut, diharapkan mereka dapat membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianggapnya baik. Strategi pembelajaran afektif ini sangat cocok diterapkan untuk menguatkan karakter siswa, seperti tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. 6. Strategi Pembelajaran Kontekstual Strategi pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa dalam menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan peristiwa atau permasalahan dalam kehidupan nyata. Dengan begitu, siswa dapat menerapkan materi yang mereka pelajari di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari. C. Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam Kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh oleh siswa dengan baik. Menurut Erman, Suherman (2003:7), Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar mudah dipahami oleh siswa. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru matematika mampu menggunakan metode yang baik dan benar karena ia menguasai tekniknya. Ia menguasai ilmu matematika dan trampil secara khusus dalam bidangnya, dan kemampuan ini hanya akan dimiliki oleh guru bidang studi masing-masing. Oleh karena itu kemampuan metode mengajar dari seorang guru selalui disertai dengan kemampuan teknik- teknik mengajar bidang studinya. Jenis-jenis metode dalam pembelajaran antara lain terdiri dari: 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian informasi dengan lisan daari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Dalam metode pembelajaran ini guru lebih banyak aktif sementara anak pasif, tetapi tetap tidak bisa dihilangkan dalam proses pembelajaran, karena masih tetap diperlukan atau metode ini masih punya keunggulan dalam kondisi tertentu. 2. Metode Diskusi Metode pembelajaran jenis ini berbanding terbalik dengan metode ceramah sebelumnya, karena lebih memfokuskan memahami materi pada siswa. Biasanya, guru membagi anggota kelas menjadi beberapa kelompok, kemudian menyuguhkan suatu persoalan atau permasalahan dimana siswa atau kelompok tersebut harus menemukan jawabannya. Melalui metode diskusi, secara tidak langsung siswa akan memahami materi yang disampaikan. Kelebihan metode diskusi: a. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan masalah b. Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain. c. Memperluas wawasan d. Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah. Kelemahan metode diskusi: a. Membutuhkan waktu yang panjang b. Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar c. Peserta mendapat informasi yang terbatas d. Dikuasai orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri 3. Metode Ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan. Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. 4. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan metode ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada metode demontrasi dominasi guru lebih berkurang lagi. 5. Metode Drill dan Metode Latihan Metode drill dan latihan adalah suatu metode atau cara mengembangkan kompetensi atau skill anak didik baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, sehingga anak lebih terampil dalam bidang yang dilatihkan. Latihan biasanya diberikan setelah anak didik mempelajari suatu masalah atau topic atau setelah guru menjelaskan materi tersebut. Latihan juga diberikan untuk tujuan suatu keterampilan atau skill tertentu. Metode latihan juga sangat penting untuk memantapkan konsep, hokum dan teori. 6. Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dalam metode Tanya jawab, guru hendaknya berlaku sebagai berikut: a. Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan atau tindakan siswa bagaimanapun jelek mutunya. b. Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan mengajukan pertanyaan. c. Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, atau mendemontrasikan hasil berpikirnya di depan kelas atau papan tulis, atau memperhatikan hasil karyanya. d. Mengajukan pertanyaan kepada sasaran sesuai dengan keperluan. e. Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan yang disengaja. f. Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya. 7. Metode Penemuan. Pada metode ini materi disampaikan hingga bentuk akhir, sedangkan cara belajar siswa merupakan belajar dengan menerima (Receptioning Learning). Pembelajaran dengan metode penemuan berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. 8. Metode inkuiri. Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Perbedaannya adalah dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahu oleh guru. Sedangkan dalam metode inkuiri hal baru itu juga belum diketahui oleh guru. 9. Metode eksperimen Metode ini mengajak anak untuk berani mencoba secara terkonsep. Proses pembelajaran yang dilaksanakan memberikan pengalaman anak untuk menguji hipotesis dan variabel yang terukur yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. 10. Metode karyawisata Salah satu metode pembelajaran yang menarik adalah karyawisata. Kita bisa melakukan perjalanan atau wisata agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas. Meski non akademik, tapi konsep belajar yang demikian mampu membantu peserta didik dalam mencapai tujuan umum pendidikan. 11. Metode Problem Based Introduction (PBI) Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan cara memberikan permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Langkah-langkah metode pembelajaran ini adalah: a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistik yang dibutuhkan b. Guru memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih c. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut d. Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan masalah. e. Siswa melaksanakan penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan data dan hipotesis dari eksperimen/penelitian. f. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya g. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penelitian mereka h. Penutup 12. Metode Pembelajaran Artikulasi Metode pembelajaran ini meminta siswa untuk secara berpasangan untuk menyampaikan materi yang diterima dari guru dan mencatatnya secara bergantian. a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menyajikan materi sebagaimana biasa b. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang c. Siswa meminta salah satu dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil d. Secara bergiliran siswa menyampaikan hasil wawancara dengan pasangannya e. Guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa f. Penutup 13. Metode Pembelajaran Jigsaw (Metode Tim Ahli) Langkah-langkah metode Jigsaw adalah sebagai berikut: a. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim b. Setiap anggota dalam tim diminta untuk menjadi seorang ahli c. Semua tim ahli dari tim yang berbeda berkelompok dan membentuk tim ahli untuk berdiskusi dan mempelajari materi yang sama d. Masing-masing tim ahli akan kembali ke kelompok mereka untuk membagikan keahliannya pada tim asal tersebut e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi f. Guru memberikan evaluasi g. Penutup Dari penjabaran di atas terlihat bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, agar apa yang disampaikan oleh guru bisa diterima oleh siswa. Satu metode saja yang digunakan tidak bisa membuat proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Seorang guru harus menggabungkan beberapa metode, sehingga proses pembelajaran bisa terjadi interaksi dua arah. D. Model Pembelajaran Dalam proses pembelajaran dikenal istilah model pembelajaran. Menurut Arends dalam Trianto (2010:51) model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Sumantri, dkk (1999:42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Hal senada juga diungkapkan oleh Erman, Suherman (2003:7) model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Jadi model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Menurut Trianto (2010:53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Disamping itupula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintak yang satu dengan yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan- perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda Antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah dewasa ini. Jenis- jenis model pembelajaran yaitu: 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. (Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. b. Tujuan Model Pembelajaran Langsung Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik.
Model Pembelajaran Langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan
belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung
Tahap/Langkah Kerja Peran/Aktivitas Guru
Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan mempersiapkan siswa pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Mendemonstrasikan keterampilan Guru mendemonstrasikan (Pengetahuan procedural) atau keterampilan dengan benar, atau mempresentasikan pengetahuan menyajikan informasi tahap demi (deklaratif) tahap Membimbing Pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah memberikan umpan balik berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
1) Kelebihan Model Pembelajaran Langsung Menurut Depdikas dalam Sudrajat (2011) adalah sebagai berikut: a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan- kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. 2) Kelemahan Model Pembelajaran Langsung a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. e) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2010:92). b. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Tan (dalam Rusman, 2011:229) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: 1) Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah a) Realistik dengan kehidupan siswa b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa c) Memupuk sifat inquiry siswa d) Retensi konsep jadi kuat e) Memupuk kemampuan Problem Solving. 2) Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks b) Sulitnya mencari problem yang relevan c) Sering terjadi miss-konsepsi. d) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan 3. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pemebelajaran Kooperatif Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing adalah cooperative learning. Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 49) Pada hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran gotong-royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, pada saat guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi, siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajarmengajar sesama mereka (Isjoni, 2010: 17). b. Tujuan Moel Pembelajaran Kooperatif Isjoni (2007: 27-28) menyatakan bahwa pada dasarnya cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,et al. (2000), yaitu: 1) Hasil Belajar Akademik; Dalam cooperative learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu; Tujuan lain cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuanmya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan ketrampilan social; Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketrampilanketrampilan sosial penting dimiliki siswa. c. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Jigsaw menurut Slavin (2010: 237) yaitu dapat digunakan apabila materi yang dipelajari adalah yang berbentuk materi tertulis. Materi ini paling sesuai untuk subyek-subyek seperti pelajaran Ilmu Sosial, literatur yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep dari pada penguasaan kemampuan. Menurut Slavin (2010: 241) langkah-langkah pembelajaran jigsaw antara lain: a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (setip kelompok beranggotakan 5-6 orang). Yang disebut dengan kelompok asal. b) Dalam satu kelompok tersebut masing-masing siswa memperoleh materi yang berbeda. c) Dari beberapa kelompok, para siswa dengan keahlian yang sama atau materi yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok- kelompok ahli. d) Setelah selsai berdiskusi para ahli kembali kedalam kelompok asal. e) Para ahli menerangkan hasil diskusi kepada kelompok asal. f) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan menunjuk salah satu anggota sebagai perwakilan kelompok. g) Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.
2) Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) atau kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu suatu model pembelajaran menyeluruh dengan cara membaca dan menulis yang melibatkan kerja sama murid dalam suatu kelompok dimana kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan masing-masing individu dalam kelompok tersebut (Slavin, 2010: 5). Proses pembelajaran dalam suatu penyampaian materi pelajaran sangat mendukung prestasi belajar siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, guru menggunakan metode untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Salah satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) adalah: a) Guru membentuk kelompok yang anggotanya empat atau lima orang secara heterogen (berbede jenis kelamin, latar belakang, status sosial, kemampuan akademik dan lain-lain) b) Guru memberikan wacana sesuai dengan topik atau materi yang akan diajarkan. c) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada selembar kertas. d) Perhatian siswa tehadap pelajaran guru, aktifitas siswa terhadap situasi kelompok, membantu teman yang kesulitan, kemampuan siswa bertanya materi yang belum jelas, kemampuan siswa mengemukakan pendapat, siswa mampu memberi sanggahan dan tanggapan, keberanian siswa mempresentasikan hasil diskusinya, membuat kesimpulan sendiri, kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. e) Guru membuat kesimpulan bersama. f) Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis atau soal untuk mengetahui tingkat kepahaman siswa pada materi yang telah diajarkan.
Setiap model pembelajaran mempunyai keuntungan dan kerugian.
Pada model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), kekelebihan dan kelemahannya adalah: Kelebihan: a) Setiap siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajara b) Melatih siswa untuk berani memberikan tanggapan, mengemukakan pendapat atau sanggahan secara lisan dan tertulis c) Mempermudah siswa memahami materi pelajaran d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis suatu peristiwa Kelemahan: a) Membutuhkan banyak waktu b) Guru sulit mengatur materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai alokasi waktu yang ditetapkan. 3) Kooperatif Tipe NHT Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto. 2009: 82). Sedangkan menurut A’la (2010:100) Numbered Head Together (NHT) adalah suatu metode belajar berkelompok dan setiap siswa diberi nomor kemudian guru memanggil nomor dari siswa secara acak. Menurut Trianto (2009: 82) sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan 4 langkah struktur Number Heads Together yaitu: a) Langkah 1: Penomoran; Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3 sampai 5 orang secara heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5. b) Langkah 2: Pengajuan pertanyaan; Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan spesifik dalam bentuk kalimat tanya. c) Langkah 3: Berpikir Bersama Siswa menyatakan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. d) Langkah 4: Pemberian Jawaban; Guru menyebut nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.