Anda di halaman 1dari 66

RANGKUMAN MATA KULIAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH :
NAMA : RATI SELFIA
STAMBUK :A1I115086
JURUSAN :PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016

1
BAB 1
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Padanan istilah belajar dan pembelajaran yang dapat dijumpai dalam kepustakaan asing
adalah learning dan instruction. Istilah learning seperti dikemukakan oleh fontana (1981 :147)
mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. DefInisi tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal:
1. Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu
2. Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari penglaman, dan
3. Bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang mungkin
Di lain pihak instruction seperti dikemukakan oleh Romiszowski (1981 : 4) merujuk pada proses
pengajaran berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat
direncanakan sebelumnya ( pre- planned). Karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang
terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian besar telah
dirancang. Oleh sebab itu istilah instruction sering diartikan sebagai proses pembelajaran yakni proses
membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Unsur kesengajaan dari pihak di luar
individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari konsep instruction.
Semua proses belajar tidak terjadi dengan sengaja. Mengenai bagaimana proses belajar (proses
perubahan perilaku) terjadi telah banyak diteorikan para ahli psikologi. Secara global ada dua pendekatan
psikologi dalam melihat proses belajar yakni pendekatan connectionis or bihaviorst di satu pihak dan
pendekatan cognitive or cognitive field di lain pihak.
1. Pendekatan connectionis or bihaviorst melihat proses belajar sebagai proses terjadinya hubungan
antara stimulus atau rangsangan dengan respon atau jawaban atau antara respon dengan penguatan
atau reinforcement.
2. Pendekatan cognitive or cognitive, di lain pihak, melihat proses belajar tidak semata-mata hasil
hubungan stimulus dan respon tetapi lebih merupakan hasil dari kemampuan mental individu dalam
melakukan fungsi-fungsi psikologi seperti konsep dan ingatan.
Dengan kata lain pendekatan pertama menekan pada unsur di luar diri individu (lingkungan yang
berfungsi memberi rangsangan), sedangkan pendekatan kedua menitikberatkan pada potensi diri individu
(fontana, 1981:148).
Dari pendekatan tersebut di atas menghasilkan dua kelompok teori belajar. Teori yang ditarik dari
pendekatan perilaku atau behaviorisme melahirkan teori operant conditioning (Skinner : 1969) sedang

2
yang digali dari pendekatan kognitif adalah teori belajar instrumental coceptualism (Bruner:1966)
Skinner (1969) berpendirian bahwa perbuatan beajar ada tiga tahap :
Pertama : Hadirnya stimulu atau situssi (S) yang diharapi individu.
Kedua : perilaku atau behavior (B) yang lahir dari individu, dan
Ketiga : penguatan atau reinforcement (R) yang mengikuti perilaku tersebut.
Bruner (1966) di lain pihak dengan pandangan kognitifnya melihat belajar bukan semata
merupakan unit perilaku yang pasif yang terlahir akibat stimulus, tetapi, merupakan proses aktif di mana
individu menggunakan prinsip dan hukum dan menerapkannya. Dengan kata lain proses belajar bukan
hanya terjadi pada diri individu seperti dalam model operant conditioning tetapi merupakan suatu proses
dimana individu sendiri sengaja membuat hal itu terjadi melalui proses menerima dan menggunakan
informasi ( fontana,1981:149-150). Lebih jauh Bruner, Goodnow dan Austin (1965 dalam fontana,
1981:151-152) mengajukan adanya tiga sistem pengungkapan proses transformasi psikologis dalam
belajar sebagai berikut :
1. The enactive yang merujuk pada proses berbuat tanpa citra (imagery) ataupun kata-kata.
2. The iconic yang merujuk pada proses berbuat dengan memakai citra tapi tanpa kata-kata,dan
3. The symbolic yang merujuk pada proses lebih jauh dan berbuat dengan citra dengan menggunakan
bahasa.
Dari sudut pandang lain Gagne(19...) berpendapat bahwa memang belajar dipengaruhi oleh dua
hal yakni variabel dalam individu dan dari luar diri individu yang saling berinteraksi. Nampaknya
pandangan ini bersifat eklektis (perpaduan) dari esensi pandangan behaviorisme dan konseptualisme
instrumental dengan pandangan elektisnya itu, Gagne memerinci proses belajar menjadi delapan jenis
belajar, yakni :
1. Signal learning atau belajar isyarat
2. Stimulus responce learning atau belajar stimulus respon
3. Chaining learning atau belajar rangkaian
4. Verbal association learning ataua belajar asosiasi verbal
5. Discrimination learning atau belajar diskriminasi
6. Concept learning atau belajar konsep
7. Rule learning atau belajar hukuman atau aturan, dan
8. Problem solving atau belajar pemecahan masalah
Jika kembali pada konsep instruction atau pembelajaran atau pengajaran dalam kaitannya dengan
konsep belajar dapat dikemukakan bahwa pengajaran atau pembelajaran merupakan sarana untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses
mengalami sesuatu yang diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran. Namun harus diberi catatan

3
bahwa tidak semua proses belajar terjadi karena ada proses pembelajaran seperti balajar dari pengalaman
sendiri.

2.2. Unsur-Unsur dalam Belajar dan Pembelajaran


Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individu yakni peristiwa terjadinya
perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa situasi
belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar
yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses
pembelajaran. Proses ini biasanya dirancang oleh guru dalam hal pembelajaran itu bersifat tatap muka
atau oleh para pengembang instruksional seperti penulis modul dan penulis naskah audio interaktif dalam
hal proses belajar itu terjadi melalui system belajar jarak jauh. Dengan kata lain proses belajar ditandai
oleh berubahnya perilaku individu sebagai pebelajar, sedangkan pembelajaran ditandai oleh terciptanya
suasana dan lingkungan belajar yang dirancang oleh orang lain untuk kepentingan perubahan perilaku
belajar.
Pada dasarnya berbagai teori belajar telah mencoba mendekati persoalan terjadinya peristiwa
belajar dari sudut pandangan yang berbeda satu sama lain. Ada yang melihat peristiwa belajar sebagai
satu peristiwa yang terjadi karena adanya stimulus dan respon. Ada juga yang melihat terjadinya peristiwa
belajar bukan semata-mata dari sudut adanya stimulus dan respon tapi dari sudut terjadinya proses
pengolahan informasi dalam diri individu yang sering disebut proses kognitif. Dilain pihak ada juga yang
melihat peristiwa belajar dari sudut terjadinya proses pengolahan dan kristalisasi pengalaman melalui
proses prehension dan transformation.
Ketiga sudut pandang ini secara berturut-turut dikemukakan oleh teori belajar stimulus respon,
teori belajar kognitif, dan teori belajar eksperiensial. Melihat berbagai teori belajar yang berkembang
sampai saat ini Marzano, Pickering dan McTighe (1993) merumuskan peristiwa belajar sebagai proses
yang erat kaitannya dengan proses berpikir. Proses belajar menurut ketiga ahli tersebut memiliki lima
dimensi. Dimensi pertama adalah sikap dan persepsi yang positif mengenai belajar, dimensi kedua adalah
memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, dimensi ketiga adalah memperluas dan memperbaiki
pengetahuan, dimensi keempat adalah menggunakan pengetahuan secara bermakna, dan dimensi kelima
adalah kebiasaan yang produktif dari pikiran. Kelima dimensi tersebut merupakan unsur pokok di dalam
belajar. Secara diagramatik kelima unsur tersebut oleh Marzanao dkk. (1993) digambarkan sebagai
berikut:

4
Habits of Mind
Using Knowledge Meaningfully

Extending and Refining Knowledge

Acquiring and Integrating Knowledge

Attitudes and Perceptions


Namun demikian perlu diingat bahwa kelima unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Unsur persepsi dan sikap positif dan kebiasaan produktif dalam berpikir merupakan sarana utama
untuk dapat menimbulkan terjadinya perolehan dan pengintegrasian pengetahuan, dan penggunaan
pengetahuan secara bermakna. Dengan kata lain proses belajar dapat dikatakan berhasil bila seluruh unsur
satu sama lain saling mendukung.

1. Dimensi Pertama
Sikap dan Persepsi Positif Mengenai Belajar (Attitude and Perceptions)
Sikap dan persepsi positif sangatlah penting dalam belajar karena tanpa itu seseorang tidak dapat
belajar dengan berhasil. Dengan perkataan lain bila seseorang ingin berhasil dalam belajar ia harus
memiliki sikap dan persepsi yang positif seperti merasa senang berada di dalam ruangan, senang terhadap
mata pelajaran yang dihadapinya, senang terhadap cara guru dalam mengajar, dan senang terhadap
sumber belajar yang dipergunakan.
Sama halnya dengan peserta didik. Sikap dan persepsi mempengaruhi kemampuan peserta didik
untuk belajar. Jika peserta didik memandang bahwa ruangan kelas sebagai suatu tempat yang tidak
nyaman dan tidak teratur maka mereka tidak akan termotivasi untuk belajar dengan baik. Demikian
halnya jika peserta didik tersebut memiliki sikap yang negative terhadap tugas-tugas yang diberikan,

5
mereka tidak akan berusaha keras untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dengan demikian
dimensi pertama ini menisyaratkan bahwa lingkungan belajar harus konduktif, siswa harus merasa bahwa
ruangan kelas itu merupakan tempat yang nyaman dan teratur untuk belajar.

2. Dimensi Kedua
Memperoleh dan Mengintegrasikan Pengetahuan (Acquire and Integrate Knowledge)
Perlu kita ingat bahwa proses belajar bagi individu bukanlah proses yang sekali jadi tetapi
merupakan proses yang berlangsung tahap demi tahap sedikit demi sedikit dan berlangsung sepanjang
hayat. Artinya di dalam belajar seseorang melakukan peristiwa belajar yang tidak pernah putus karena
memang pengetahuan yang dimiliki seseorang bersifat akumulatif, yakni merupakan perpaduan antara
pengetahuan lama dan pengetahuan baru serta pengetahuan yang lebih baru lagi yang diperoleh individu.
Dimensi kedua ini berkenaan dengan bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan baru dan
mengintegrasikan pengetahuan baru itu dengan pengetahuan lama yang telah dimilikinya. Pengetahuan
lama yang telah dimiliki seseorang sebagaimana Anda telah ketahui disebut perilaku awal atau Entry
Behavior. Perilaku awal ini terdiri atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang yang telah ada dalam
diri seseorang dalam hal ini pembelajaran sebelum mempelajari pengetahuan baru. Perilaku awal ini
diperoleh dari pengalaman belajar yang lalu. Agar proses belajar dapat berhasil dengan baik harus dapat
diciptakan baik melalui tatap muka atau melalui media pendidikan seperti modul untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan pebelajaran dapat menghubungkan dan mengintegrasikan perilaku awalnya,
dalam hal ini pengetahuan yang lampau dengan pengetahuan baru yang ia pelajari sehungga melahirkan
perilaku hasil belajar yang baru. Seseorang pelajar berhasil mengintegrasikan pengetahuan awal dan
pengetahuan baru dalam dirinya, ia telah melakukan proses belajar yang berhasil.

3. Dimensi Ketiga
Memperluas Dan Memperbaiki Pengetahuan (Extend and Refine Knowledge)
Dimensi belajar ketiga ini merupakan kelanjutan dari dimensi kedua. Proses memperoleh dan
mengintegrasikan pengetahuan bukanlah titik akhir dari proses belajar. Pengetahuan lama dan baru yang
telah terintegrasi dalam diri pelajar perlu diperbaiki, dimantapkan, dikemangkan. Dengan demikian
seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih baik. Untuk dapat
melakukan semua itu terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan yakni membandingkan,
mengelompokkan melakukan induksi menarik deduksi, menganalisis kesalahan atau kekeliruan,
menciptakan dan menganalisis pengetahuan pendukung, membuat dan menganalisis perkiraan kedepan,
dan melakukan proses abstraksi. Sehingga siswa belajar tidak berhenti dengan hanya memperoleh dan
mengintegrasikan pengetahuan, tetapi harus dapat mengembangkan pemahamannya lebih dalam lagi

6
melalui proses pengembangan dan penghalusan pengetahuan, misalnya dengan membuat perbedaan-
perbedaan dan menyusun satu kesimpulan. Siswa harus dapat menganalisis apa yang telah dipelajarinya
dengan cara menyajikan beberapa keterampilan dan proses berpikir yang dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuannya misalnya dengan membandingkan (comparing), mengklasifikasikan
(Classifying), mengabstraksikan (abstracting), berpikir induktif, berpikir deduktif, mengkonstruksi alas
an yang mendukung, menganalisis kesalahan dan menganalisis perspektif suatu informasi atau
pengetahuan. Untuk dapat menciptakan terjadinya kegiatan-kegiatan tersebut guru perlu berupaya untuk
menyediakan, memilih, dan menyajikan informasi yang memungkinkan siswa dapat memperluas dan
memantapkan pengetahuannya itu. Di samping itu juga guru bertugas dan karenanya harus selalu
berupaya untuk mencari dan menerapkan strategi dan kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
membantu siswa memperluas, memperdalam, dan memantapkan pengetahuan mereka.

4. Dimensi Keempat
Menggunakan Pengetahuan Secara Bermakna (Use Knowledge Meaningfully)
Sebagaimana anda ketahui bahwa menurut para ahli psikologi kognitif proses belajar yang efektif
ditandai oleh tampilnya individu yang dapat menggunakan pengetahuannya untuk melakukan pekerjaan
dengan berhasil. Misalnya seseorang yang belajar komputer harus dapat menunjukan bahwa ia mampu
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya itu untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari misalnya
melakukan pengetikan dan menggunakan komputer, melakukan perhitungan statistik dan pekerjaan lain
yang menggunakan komputer. Dengan perkataan lain bila seseorang yang telah belajar sesuatu ternyata
tidak dapat menggunakan pengetahuan dan atau keterampilan yang telah dipelajarinya itu dengan baik
sama saja yang bersangkutan tidak pernah belajar karena memang perilakunya tidak berubah. Untuk
dapat mengembangkan dimensi ini perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan
seseorang dapat menggunakan pengetahuannya dengan berhasil, misalnya mengambil keputusan,
melakukan penelitian, melakukan percobaan, memecahkan masalah, dan menemukan sesuatu. Untuk ini
guru harus selalu berupaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, melakukan sesuatu dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Conthnya, guru dapat menyajikan situasi yang mengandung masalah atau kasus-kasus yang perlu
dipecahkan atau tugas-tugas yang terstruktur. Dengan cara itu guru dapat menantang proses berpikir
murid untuk menggunakan pengetahuannya secara kreatif.
5. Dimensi Kelima
Kebiasaan Berpikir Produktif (Productive Habits of Mind)
Dimensi ini merupakan muara dari proses dan hasil belajar karena itu dinilai sangat penting.
Kebiasaan berpikir yang produktif adalah kebiasaan individu dalam menghadapi berbagai persoalan

7
secara kritis, kreatif, teratur dan berdisiplin sehingga berhasil melakukan berbagai tindakan yang
bermakna. Untuk dapat melakukan hal tersebut perlu dilandasi oleh empat dimensi belajar yang lain yang
sudah dibahas terdahulu. Perlu anda ingat bahwa tujuan akhir pendidikan dalah mengembangkan
kebiasaan mental individu untuk belajar secara mandiri sehingga yang bersangkutan dapat menggali dan
menggunakan pengetahuan kapan dan dimana saja sepanjang hayatnya. Seorang individu yang
mempunyai kebiasaan berpikir produktif sebagaimana dikemukakan oleh Marzano dkk. (1993) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berpikir jernih dan mencari kejernihan permasalahan.
2. Berpikir terbuka dan lapang dada.
3. Menghindarkan diri dari sifat emosional.
4. Menyadari jalan pikirannya.
5. Menilai efektivitas tindakan-tindakannya.
6. Berupaya memperluas dan memperdalam pengetahuannya.
7. Melibatkan diri secara intensif dan penuh komitmen dalam menjawab persoalan-persoalan yang
dihadapinya.
Dalam mengembangkan kebiasaaan berpikir produktif tersebut guru harus selalu berupaya untuk
memilih kebiasaan mental mana yang perlu dititik beratkan, yang mana yang perlu diperkenalkan, dan
yang mana yang perlu mendapat penguatan.
Pada akhirnya yang perlu kita ingat adalah kelima unsur belajar tersebut sebagaimana kita bahas
bersama bukanlah unsur yang dinamis. Artinya unsur-unsur tersebut dapat berkembang dan karena itu
harus dikembangkan melalui proses pembelajaran yang sistematik dan terencana.
Dalam melihat proses belajar dan pembelajaran secara keseluruhan perlu diingat adanya sejumlah
faktor yang berpengaruh yang oleh Sumadi Suryabrata (1971) dirinci sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari luar diri pembelajar baik yang termaksud kategori faktor non-sosial seperti
lingkungan alam maupun faktor sosial seperti lingkungan masyarakat dan budaya baik yang nyata
kehadirannya maupun yang hanya representasinya misalnya rekaman suaranya.
2. Faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar baik yang bersifat fisiologis seperti kondisi jasmaniah,
maupun yang bersifat psikologis atau kejiwaan seperti pikiran, perasaan, kemauan, minat, dan sikap.

Kedua kategori faktor tersebut berpengaruh baik terhadap penguasaan perilaku awal yakni yang
berkenaan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sedang dan akan dipelajarinya. Kita
sebagai guru yang bertanggung jawab dalam merancang, melaksanakan, menilai, dan menindaklanjuti
kegiatan pembelajaran seyogianya menyadari peran dan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut. Dari
situ kita diharapkan dapat memaksimumkan faktor yang berpengaruh positif dan meminimumkan faktor

8
yang berpengaruh negatif. Misalnya bila ternyata penggunaan lingkungan alam dan sosial sekitar sebagai
contoh konsep lebih mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep tersebut, pemenfaatan sumber
belajar yang ada dilingkungan sekitar perlu mendapat perhatian. Contoh lain,bila suara anda yang terasa
selalu monoton atau terlalu keras atau terlalu halus ternyata mempersulit penangkapan siswa, Anda
seharusnya berupaya untuk menfariasikan suara dalam berkomunikasi dengan siswa. Dengan cara
tersebut suasana belajar yang kita bangun untuk para siswa kemungkinan besar akan lebih memberi
suasana tercapainya tujuan belajar secara efektif dan bermakna.

Kesimpulan
1. Pengajaran atau pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang diciptakan dalam
rancangan proses pembelajaran
2. Unsur pokok dalam belajar terdiri atas lima dimensi yaitu dimensi pertama adalah sikap dan persepsi
yang positif mengenai belajar, dimensi kedua adalah memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan,
dimensi ketiga adalah memperluas dan memperbaiki pengetahuan, dimensi keempat adalah menggunakan
pengetahuan secara bermakna, dan dimensi kelima adalah kebiasaan yang produktif dari pikiran

9
BAB II

PRINSIP DAN ASAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Asas dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran


Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dapat di pengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau
readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar .Yang termasuk dalam kesiapan ini
ialah kematangan dan pertumbuhan secara fisik, intelegensi latar belakang pengalaman hasil belajar yang
baku,motivasi perspsi,dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas yang diberikan kepadanya
erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus di kaji bahan juga.
3. Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, kemudian tugas itu seyogyanya
akan ditunda sampai dapat dikembangkannya suatu kesiapan itu, atau guru sengaja untuk menata
tugas itu sesuai dengan kesiapan siswanya.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogyanya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan dari
beragai individu.

Prinsip motivasi (Motivation)


Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan
itu, dan memelihara kesungguhan.Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan
penjajagan dalam lingkungannya.Seyogyanya rasa ingin tahu itu harus didorong dan bukan di hambat
dengan memberikan aturan yang sama untuk anak anak.
Berkenaan dengan motivasi tersebut ada beberapa prinsip yang seyogyanya kita perhatikan:
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosial,dan
emosional, tetapi ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat
ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dapat dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya
peningkatan usaha.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para pengajar .
4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung akan meningkatkan motivasi belajar.

10
Kegagalan dapat menurunkan atau meningkatkan mitivasi anak tergantung faktor yang
mempengaruhinya.
6. Motivasi bertambah apabila pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari
kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan penguatan guru, orang tua, dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam memberi situasi kelas, memang ada bahaya
jika anak bekerja karena ingin diberi hadiah dan bukan karena ingin memang belajar.
9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan itu menang begitu
kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar itu dapat mempertinggi motivasi.

Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi
adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Seorang guru akan memahami murid-muridnya lebih baik
jika ia lebih peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat situasi dan kondisi.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan yaitu:
1. Setiap pelajar melihat dunia dengan berbeda dari satu dan lainnya karena setiap pelajar memiliki
lingkungan yang berbeda.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap,alasan pengalaman,kesehatan,
perasaan dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya.Dalam situasi seorang
pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
4. Pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri.
5. Persepsi dapat berklanjutan dengan memberi pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat.
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek.
7. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap
dirinya.

Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses
belajar terjadi
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seyogyanyanya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

11
2. Dalam menetapkan tujuan seyogyanya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan murid dan guru seyogyanya harus sesuai.
5. Aturan-aturan atau ukuran ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan
memengaruhi perilaku.
6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkan dan yang dapat ia
capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat memengaruhi perilaku. Jika ia gagal
mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar, karena guru
harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima pelajar.

Prinsip Perbedaan Individual


Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang .
Proses pengajaran seyogyanya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas, sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diIngat :
1. Para pelajar harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya
mendapat perlakuan dan prilakuan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-
beda.
2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatanya sendiri.
3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai dengan tujuan,minat,dan
latar belakangnya.
4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamanya masa lampau
yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda
karena memang setiap orang memiliki presepsi yang berbeda dari setiap pengalamanya.
5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bila individu tidak
merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktiv
dalam kegiatan belajar
6. Pelajar yang didorong untuk mengembankan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-
sungguh. Tapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukan
ketidakpuasannya terhadap belajar.

12
Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar
dalam situasi baru
Suatu pelajaran yang digunakan dalam suatu situasi yang akhirnya akan digunakan pada situasi
yang lain disebut dengan transfer, sedangkan kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil
belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam
situasi baru.
Berkenaan dengan hal tersebut ada beberapa prinsip yang kita harus ingat yaitu:
1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi.
2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
3. Retensi seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi.
4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik.
5. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
6. Sikap pribadi,perasaan, atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hasil
tertentu.
7. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru sama dipelajari mengikuti
bahan yang lalu.
8. Pengetahuan tentang konsep,prinsip,dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasildengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan
dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
9. Tahap akhir proses pembelajaran seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi,yang
pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

Prinsip Belajar Kognitif


Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan
Belajar kognitif mencakup asosiasi antarunsur, pembentukan konsep,penemuan masalah,menalar,
dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru. Berpikir, menalar,
menilai, dan berimajinasi, merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.
Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktifitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses
belajar kognitif terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.

13
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan,dan pengalaman
berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting.
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus di bantu untuk mendefinisikan dan membatasi masalah,
menemukan infornmasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan
berpikir menyebar(divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih
memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran.

Prinsip Belajar Afektif


proses balajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan
pengalaman baru
Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan,minat, dan sikap. Sesungguhnya belajar afektif
meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap emosi,dorongan,minat,dan sikap
individu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses belajar afektif adalah:
1. Hampir semua situasi kehidupan mengandung aspek afektif.
2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi
dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3. Suatu waktu nilai-nilai yang penting diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang
hayat.
4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil belajar
secara langsung.
5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
7. Proses belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat.
8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
9. Pelajar dapat di bantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami
sikap, peran dan emosi.

Prinsip Belajar Psikomotor


proses balajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas
ragawinya

14
Belajar aspek psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Dengan hal itu ada beberapa hal
yang harus di perhatikan
1. Dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
2. Perkembangan psikomotor anak tentu terjadi tidak beraturan.
3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
4. Melaui bermain dan aktivitas informal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol
gerakannya lebih baik.
5. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus
gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
6. Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor
individu.
7. Penjelasan yang baik, demonstrasi, dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efensiensi belajar
psikomotor.
8. Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar
psikomotor.
9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi dan kelelahan
yang lebih cepat.

Prinsip Evaluasi
jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya.
Yang berkenaan dengan evaluasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah pada pelajar.
2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka, peran evaluasi menjadi begitu penting bagi pelajar.
3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dalam belajar.
4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar
dan menerima pikiran,perasaan dan pengamatan.
5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru melayani muridnya.
6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan
penghindaran, dan kekerasan akan berkembang.
7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

15
B.Penerapan Asas Dan Prinsip Belajar & Pembelajaran
Proses pembelajaran tidak dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran harus
dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang
pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Jenis proses belajar dan hasil belajar berkaitan erat dengan proses pembelajaran atau pengajaran
yang seyogyanya diorganisasikan oleh para guru kepada calon guru. Secara sederhana kaitan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Maksudnya : proses belajar harus mungkin terjadinya proses belajar yang memang harus
memungkinkan perolehan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain makin kecil kemencengan (bias)
hasil belajar dari proses belajar, dari proses belajar itu semakin berhasil. Sebaliknya , makin jauh hasil
belajar dari proses belajar,dari proses pembelajaran melukiskan bahwa proses pembelajaran semakin tidak
berhasil.Kaitan jenis belajar dengan proses pembelajaran yang paling mungkin dapat di organisasikan
untuk itu.

Pembelajaran Untuk Belajar Isyarat


Belajar isyarat merujuk pada proses yang dimulai dengan mengenal adanya isyarat, tanda atau
petunjuk yang pengimplikasikan pada proses perubahan perilaku. Misalnya, berhenti mengendarai
kendaraan pada saat lampu merah menyala. Jika dianalisis, proses perubahan perilaku itu dimulai dari
pengindraan dan pengenalan isyarat, kemudian isyarat itu dihayati maknanya dan akhirnya atas dasar
penghayatan itu terjadi perubahan perilaku.

Pembelajaran Untuk Belajar Stimulus Respon


Merujuk pada proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh terciptanya relasi antarstimulus
atau rangsangan dan respon atau jawaban atas stimulus. Misalnya, seseorang mendengar suara music lalu
ia langsung mengetukkan kakinya mengikuti irama.
Respon adalah perilaku yang lahir yang merupakan hasil masuknya stimulus kedalam pikiran
seseorang. Stimulus bisa datang dari objek misalnya, lingkungan, peristiwa, suasana orang lain atau dari
aktivitas subjek lainya misalnya orang lain bertanya kepada kita dan kita memberi jawaban atas
pertanyaan itu.
Untuk dapat melakukan proses belajar stimulus respon yang baik sekurang-kurangnya
diperlukan:
1. Penampilan objek peristiwa atau suasana yang memungkinkan munculnya reaksi individu terhadap
hal-hal itu. Misalnya gambar yang berwarna jauh lebih menarik dari pada gambar hitam putih.
2. Individu yang memiliki kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap pemberi rangsangan.Reaksi yang

16
diberikan seseorang tergantung antara lain pada kesiapan, pengalaman dan kemampuan.
Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara stimulus dan
respon dengan baik. Untuk itu stimulus harus benar-benar memberi rangsangan misalnya, pertanyaan
yang singkat dan jelas akan dapat mengundang respon yang lebih baik daripada pertanyaan panjang
berbelit-belit yang mungkin bisa menyesatkan, oleh karena itu guru mampu memilih rangsangan yang
baik dan mampu memberi rangsangan yang baik.

Pembelajaran Untuk Belajar Rangkain


Merujuk pada proses belajar yang tercipta dari adanya berbagai proses stimulus respon artinya
seseorang yang menerima berbagai stimulus dan selanjutnya memberi respon di dalam suatu konteks,
akan dapat melakukan proses belajar rangkaian. Misalnya seseorang yang melihat sekelompok orang
pemungut puntung atau pengemis dan pada saat bersamaan ia akan memiliki respon lain terhadap adanya
sekelompok orang yang hidupnya sangat berkecukupan. Maka dalam hal ini ia akan memberi respon itu
orang miskin dan itu orang kaya.
Proses tersebut melakukan suatu proses belajar rangkaian. Dalam konteks proses belajar tercipta
karena:
1. Adanya variasi relasi stimulus-respon
2. Adanya variasi relasi S R tersebut sehingga menghasilkan proses belajar rangkaian.

Sehubung dengan hal tersebut diatas proses pembelajaran yang seyogyanya dirancang meliputi:
1. Pemilihan dan penataan objek,situasi dan suasana atau subjek yang saling berkaitan misalnya gambar
mesjid ,suasana sholat, tempat maksiat, orang mabuk.
2. Pengorganisasian relasi masing-masing pemberi stimulus dan individu pemberi respon sehingga
melahirkan respon (dalam contoh diatas) pahala dan dosa, atau surga dan neraka, atau baik dan buruk.

Pembelajaran untuk Belajar Asosiasi Verbal


Merujuk kepada proses memahami perbuatan (konsep, prinsip, benda, situasi dan lain-lain)
melalui proses penyerupaan hal itu dengan sesuatu benda, situasi yang nyata pernah dialami oleh orang
lain itu. Melalui proses penyerupaan itu individu dapat memahami konsep atau prinsip yang diharapkan
dapat dipahami oleh individu hal tersebut sesuai dengan tujuan yang di ingin dicapai.
Untuk memungkinkan proses belajar asosiasi verbal perlu di rancang proses pembelajaran yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya pilihan benda, situasi,suasana orang dan lain-lain yang dapat dijadikan sebagai objek
pengandaian atau penyerupaan konsep atau prinsip yang harus dipahami.

17
2. Terjadinya proses asosiasi verbal sebagai jembatan untuk memahami suatu konsep atau prinsip atau
sifat misalnyaia seperti kancil sebagai penyerupaan orang yang cerdik.
3. Adanya kesesuaian antara tujuan instruksional dengan proses belajar asosiasi verbal.

Pembelajaran untuk Belajar Diskriminasi


Merujuk kepada proses belajar memahami sesuatu hal dengan cara melihat perbedaan
karakteristik yang dimiliki oleh objek belajar. Dengan melihat perbedaan yang dimiliki individu dapat
mehamami benda, suasana , peristiwa, objek belajar lain yang ada dilingkungannya. Misalnya kita dapat
memahami lingkungan sosial dengan cara melihat perbedaannya yang dimiliki oleh pada umumnya
orang-orang yang termasuk dalam suatu masyrakat seperti desa dan kota.Sehubungan dengan
karakteristik belajar tersebut diatas, proses pembelajaran seyogianya:
1. Menghadapkan kepada individu dua hal yang masing- masing memiliki karakteristik yang khas.
2. Memberikan kemudahan para belajar untuk memahami dua hal yang berbeda itu.
3. Menyajikan suasana yang berisikan berbagai hal dimana seseorang dapat menerapkan pengertian
tentang dul hal itu melalui proses klasifikasi.
4. Memberi jalan bagi individu untuk memantapkan hasil pemahamannya itu.

Pembelajaran untuk Belajar Konsep


Merujuk pada aktivitas individu dalam memahami benda,proses, gejala, aturan, pengalaman
melalui proses mengenal ciri-cirinya, contoh, dan sifat dari ciri-ciri itu. Pemahaman tersebut selanjutnya
dapat digunakan individu dalam memahami hal-hal yang sama yang lebih luas, lebih banyak, misalnya
pemahaman terhadap manusia dapat dilahirkan dengan cara melihat contoh dan ciri-ciri manusia
dibandingkan dengan non-manusia, misalnya binatang atau tumbuhan-tumbuhan. Nampaknya belajar
konsep merupakan peningkatan dari proses belajar diskriminasi.

Pembelajaran untuk Belajar Aturan


Merujuk pada proses belajar membangun prinsip atau aturan dengan menggunakan serangkain fakta, data,
peristiwa, dan pengalaman yang telah diketahui atau dialami sebelumnya. Aturan yang dibangun itu
berupa kesimpulan yang berlaku umum dan karenanya dapat diterapkan di situasi yang sama yang
jangkauan dan cakupannya lebih luas.

Pembelajaran untuk Memecahkan Masalah

18
Merujuk pada proses mental individu dalam menghadapi masalah untuk selanjutnya menemukan
cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir sistematis dan cermat.kesistematisan berpikir ini
terlukis dalam langkah-langkah yang ditempuhnya yang secara umum meliputi:
1. Merasakan adanya masalah
2. Merumuskan masalah secara khusus dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
3. Memberikan jawaban sementara atau hipotesis atas masalah yang diajukan.
4. Mengumpulkan dan mengolah data dan informasi dalam rangka menguji tepat tidaknya jawaban
sementara yang diberikan.
5. Merumuskan kesempatan mengenai pemecahan masalah tersebut dan mencoba melihat kemungkinan
penerapan dari kesimpulan itu.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini Dari pembahasan prinsip-prinsip belajar yang berimplikasi
bagi siswa maupun guru, dalam satu kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru, kita dapat menemukan
perwujudan/penampakan dari prinsip-prinsip belajar lebih dari satu. Kenyataan bahwa dalam satu
kegiatan pembelajaran terdapat lebih dari satu prinsip belajar yang tampak menuntut guru untuk benar-
benar menguasai dan terlebih menandai perwujudan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.

19
BAB 3
DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.1 Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum


1.Pengertian dan Kedudukan Kurikulum
Beberapa pengertian kurikulum:
Istilah kurikulum muncul pertama kalinya didalam kamus webster tahun 1856 dan dipakai dalam
bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finish. Istilah kurikulum
dipakai dalam bidang pendidikan pada tahun 1955 dengan arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan
tinggi.
Kurikulum diartikan dua macam (kamus webster) :
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid disekolah atau di perguruan tinggi.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen.
Pengertian tersebut membawa implikasi bahwa yang termasuk kurikulum hanya pelajaran yang
ditawarkan kepada murid untuk dipelajari. Kegiatan belajar selain mempelajari mata pelajaran tidak
termasuk kedalam kurikulum.
Bila ditelusuri ternyata istilah kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu:
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran,
2. Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh murid disekolah,
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar murid.
Menurut pandangan tradisional, kurikulum merupakan sejumlah pelajaran yang harus ditempuh
murid disuatu sekolah sehingga menimbulkan kesan seolah olah belajar disekolah hanya mempelajari
buku-buku teks yang sudah ditentukan sebagai bahan pelajaran. Kurikulum tradisional membeda-
bedakan kegiatan balajar yang termasuk kedalam kegiatan kurikulum, kegiatan penyerta kurikulum, dan
kegiatan di luar kurikulum.
Menurut pandangan modern, kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata yang terjadi dalam
proses pendidikan disekolah, sehingga kegiatan yang dilakukan oleh murid dapat memberi pengalaman
belajar yang bermanfaat.Atas dasar itu,inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar yang
kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial dilingkungan sosial disekolah, proses
kerjasama kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik.

1. kurikulum dan pengajaran

20
pengertian kurikulum ternyata sangat luas. Keluasan ini pada akhirnya adapat membingungkan
guru dalam mengembangkan kurikulum sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan pengajarannya.
Hilda Taba mencoba memandang kurikulum dari sisi lain yakni dengan menganggap bahwa kurikulum
terdiri atas tujuan, isi, pola belajar-mengajar, dan evaluasi. Pandangan ini didikuti oleh Ralph W. Tyler .
menurut Tyler kurikulum dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah, kurikulum bidang studi,
maupun kurikulum untu suatu bahan pelajaran tertentu, sehingga kurikulum dapat dikembangkan untuk
berbagai tujuan. Hal yang perlu dijadikan dasar dalam pengembangan kurikulum yaitu bahwa semua
keputusan yang dibuat haruslah mempunyai landasan berpijak yang kokoh, agar kurikulum yang dibuat
dapat menuntun murid mencapai tujuan jangka pendek yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan jangka panjang.

2. Komponen komponen kurikulum


Komponen komponen kurikulum yaitu:
1. Komponen tujuan Yaitu arah atau sasaran yang hendak dicapai atau dituju oleh proses
penyelenggaraan pendidikan.
2. Isi kurikulum Yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid disekolah.
3. Metode atau proses belejar mengajar Yaitu cara murid memperoleh pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan.
Menurut Tyler perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang efektif untuk menunjang metode
atau PBM, yakni:
1. Berkesinambungan (continuity)
2. Berurutan (squence)
3. Keterpaduan (integration)
4. Evaluasi kurikulum
Yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak.
Disamping itu evaluasi juga berguna untuk menilai apakah proses kurikulum berjalan secara optimal atau
tidak.Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus menerus. Dua sasaran utama dalam mengevaluasi
adalah :
1. Evaluasi terhadap hasil( hasil ) kurikulum
Untuk menilai sejauh mana keberhasilan kurikulum mencapai tujuan-tujuannya.
2. Evaluasi terhadap proses kurikulum
Untuk menilai apakah proses itu berjalan secara optimal,sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan.
3. Kedudukan dan Fungsi kurikulum bagi guru

21
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan, memiliki
beberapa fungsi yakni:

1. Mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan


2. Sebagai pedoman pengajaran bagi guru
3. Menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan teoritis bagi pengembanga kurikulum
berbagai institusi pendidikan.
Langkah- langkah pengembangan kurikulum ditingkat pengajaran:
Merumuskan tujuan yang harus dimiliki murid setelah mengikuti proses PBM.
Menentukan isi bahan pelajaran yang akan disampaikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menetapkan bentuk kegiatan belajar mengajar agar bahan pelajaran dapat dapat dikuasai sehingga
tujuan dapat tercapai secara optimal.
Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui baik penguasaan murid maupun keberhasilan proses
Belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

2.2 Peningkatan Relevansi Pendidikan Melalui Muatan Lokal


2.2.1 Pengertian Muatan Lokal
Sesuai dengan SK Mendikbud No. 0412/U/1987 tentang penerapan muatan lokal kurikulum
Sekolah Dasar, muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya
dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan
pembangunan daaerah yang perlu diajarkan kepada siswa.
Isi yang dimaksud merupakan bahan pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan
lokal. Sedangkan media merupakan metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan
lokal.Contoh: Untuk menanamkan konsep himpunan seorang guru menggunakan batu dan buah-buahan
dengan metode demonstrasi dan bahasa pengantar bahasa daerah.

2.2.2 Muatan Lokal dan Kurikulum Sekolah Dasar


Muatan lokal adalah salah satu dari banyak program pendidikan yang mengandung unsur-unsur
lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang khas daerah yang seyogianya dipelajari
dan dikuasai secara mantap oleh murid di daerah tersebut.
Muatan Lokal Sebagai Komponen Kurikulum
Bab IX pasal 37, Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

22
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masing satuan pendidikan.
Pada bab yang sama pasal 37 ayat (1), Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989
disebutkan bahwa:
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku
secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan dan ciri
khas satuan pendidikan yang bersangkutan.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 14
ayat (3) menyebutkan bahwa:
Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri
khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku cara
nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.
Jadi, dilihat dari komponen kurikulum, muatan lokal merupakan isi kurikulum, yaitu suatu bahan
kajian dari mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat.
Untuk dapat mempelajari dan mengembangkan muatan lokal diperlukan sumber bacaan atau
narasumber yang memahami kajiannya. Sumber bacaan yang ditulis oleh orang daerah dan narasumber
yang berasal dari daerah serta sumber belajar lainnya yang ada atau tersedia di lingkungan sekitar
merupakan media penyampaian bahan muatan lokal. Karena itu, dipandang dari komponen kurikulum,
muatan lokal dapat berupa isi kurikulum dan media penyampaian.

Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurikulum


Muatan lokal dalam kurikulum dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau bahan
kajian suatu mata pelajaran yang telah ada. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal
mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal dapat
sebagai tambahan bahan kajian dari mata pelajaran yang telah ada atau disampaikan secara terpadu
dengan bahan kajian lain yang telah ada.

Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum


Fungsi Penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus
disesuaikan dengan lingkungan. Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam

23
lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan
lingkungannya.
Fungsi Integrasi
Murid merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan
program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan
kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk dan mengintegrasikan pribadi kepada masyarakat.
Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang
diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang
dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidi
pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi
ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.

2.2.3 Tujuan Muatan Lokal


Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan
dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan
nasional maupun pembangunan setempat.
Perumusan tujuan penerapan muatan lokal yang tercantum dalam lampiran surat keputusan
Medikbud No.0421/U/1987 tersebut diatas itu bersifat umum. Karena itu dapat digunakan sebagai
pedoman untuk mengembangkan gagasan muatan lokal.
Tujuaan langsung
1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2) Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan
masalah yang ditemui di sekitarnya.
4) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di
daerahnya.
Tujuan tak langsung
1) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.

24
Dasar-dasar Pengembangan Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan gagasan tentang kurikulum sekolah yang antara lain memuat
pandangannya terhadap suatu pendidikan,tujuan yang ingin di capai dan bagaimana cara
mencapainya.Suatu gagasan pada dasarnya harus mempunyai landasan-landasan tertentu agar dapat di
bina dan di kembangkan sesuai dengan harapan dan pencetusnya.

Gagasan muatan lokal memiliki 4 macam landasan,yaitu:


1. Landasan ideal
Mengingat muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum maka muatan lokal juga harus di
kembangkan berdasarkan pancasila,undang-undang dasar 1945 dan ketetapan MPR nomor II/MPR/1988
tentang garis besar haluan negara(GBHN) dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional
pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya.
2. Landasan Hukum
a) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 juli 1987
tentang penerapan muatan lokal kurikulum sekolah Dasar.
b) Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah No.173/C/Kep/M/87 tanggal 17
oktober 1987 tentang Petunjuk pelaksanaan Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah
Dasar.
c) Undang-Undang No 2 tentang sistem Pendidkan Nasional pasal 13 ayat 1,pasal 37, pasal 38 ayat
1 dan pasal 39 ayat 1.
d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar pasal
14 ayat (3) dan (4), dan pasal 27
3. Landasan Teoritik
a) Tingkat kemampuan berfikir murid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat
mengembangkan kemampuan untuk berfikir dari tingkat konkret sampe dengan tingkatan abstrak.
b) pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala
sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
4. Landasan Demografik
Keindahan bangsa dan negara indonesia terletak pada keanekaragaman pola
kehidupan.Kekaguman terhadap bangsa dan negara indonesia telah di nyatakan oleh hampir seluruh
bangsa di dunia,karena keanekaragaman tersebut dapat di persatukan oleh falsafat hidup bangsa yaitu
pancasila.

Muatan Lokal dan Kegitan kurikuler

25
Sejak di berlakukannya kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia telah di kenal kegiatan
belajar mengajar yang di lakukan di dalam dan di luar kelas.Kegiatan belajar mengajar di mana terjadi
tatap muka antara guru dengan muridnya di sebut dengan istilah kegiatan intrakurikuler.kegiatan yang di
lakukan di rumah untuk menunjang pemahaman bahan kajian yang di terima dari kegiatan intrakulikuler
itu di sebut sebagai kokulikuler.sedangkan kegiatan yang di lakukan di luar intrakulikuler dan kokulikuler
di kategorikan sebagai kegiatan ekstrakulikuler.

2.2.4 Cara Mengembangkan Muatan Lokal


Isi Muatan Lokal
Kegiatan pengembangan muatan lokal dimulai dengan penentuan bahan kajian muatan lokal atau
isi muatan loakal.
Pada tahun-tahun mendatang di setiap Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah
durencanakan untuk di bentuk jaringan kurikulum yaitu suatu bagian nonstruktural di bawah Kepala
Kantor Depdikbud wilayah yang terdiri dari para ahli bidang studi dan para ahli pendidikan. Salah satu
tugas utama dari jaringan kurikulum ini adalah menjabarkan kurikulum nasional dan mengembangkan
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dengan keadaan lingkungan. Termasuk di dalamnya dalah
mengembangkan pedoman tentang cara pengembangan muatan lokal untuk kurikulum sekolah dasar.
Ditinjau dari batasan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum yang terdapat pada Undang-Undang
Republik Indonesia No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 dan pasal 38 ayat 1
dan peraturan pemerintah No.28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 14 ayat 3 dan 4,maka muatan
lokal dapat berupa bahan kajian atau mata pelajaran. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri,
misalnya bahasa daerah atau mungkin keterampilan khusus yang ada di daerah, muatan lokal perlu
dikembangkan dengan para ahli di daerah, baik para ahli tentang bahan kajian mata pelajaran tersebut
maupun para ahli dalam bidang metodologi mengajar di Sekolah Dasar. Pengembangan muatan lokal
semacam ini sebaiknya secara tuntas dikembangkan oleh jaringan kurikulum yang ada di daerah.
Bertitik tolak pada buku petunjuk penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar maka
penentuan bahan kajian muatan lokal dilakukan melalui empat cara :
Dari empat cara pengembangan yang dikemukakan dalam buku petunjuk tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada dua titik tolak pengembangan bahan kajian muatan lokal yaitu pemgembangan
bahan kajian yang bertitik tolak pada :
1) Garis-garis besar Program Pengajaran (GBPP) dan
2) Pola kehidupan masyarakat sekitar murid atau sekolah.

26
(perlu diingat bahwa pola kehidupan bukan sekedar kegiatan-kegiatan dalam bidang mata pencaharian
untuk mendatangkan uang. Pola kehidupan meliputi seluruh aspek kehidupan dalam masyrakat untuk
mempertahankan kehidupannya dan mengembangkan kehidupan yang lebih baik).

Pengembangan bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari GBPP


Sebelum kita mempelajari cara pemgembangan bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari
GBPP ini, marilah kita perhatikan asumsi dasar berikut ini.
Setiap orang akan mengetahui bahwa sekolah selau berada dalam daerah atau lingkungan
masyarakat tertentu. Apa lagi guru dan kepala sekolah yang sehari-hari berada di sekolah itu. Mereka
akan mengenal betul keadaan daerah di mana sekolah itu berada. Bahkan aneh bila guru atau kepala
sekolah yang sudah lama bekerja di sekolah tidak mengetahui daerah apa latar sekolahnya. Misalnya
banyak tempat-tempat untuk membudidayakan ikan air tawar di lingkungan sekitar sekolah di mana anda
mengajar. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat juga berkaitan dengan perikanan
tersebut. Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan tersebut dengan mudah dapat diketahui bahwa
daerah tersebut pada dasarnya merupakan daerah perikanan. Atau pola kehidupan masyarakat di daerah
itu adalah pola kehidupan perikanan air tawar.
Atas dasar asumsi tersebut maka pengembangan bahan bahan kajian muatan lokal dapat
dilaksanakan oleh guru. Apabila ada orang lain daerah itu yang bersedia memberikan informasi yang
berkaitan dengan muatan lokal yang akan dikembanngkan menjadi bahan kajian mata pelajaran.
Pengembangan bahan kajian mutan lokal bertitik tolak dari GBPP, dapat dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah pokok sebagai berikut :
a. Pelajari GBPP semua mata pelajaran kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Moral
Pancasila dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa.
b. Catat semua Pokok Bahasan atau Subpokok Bahasa maupun uraian dalam GBPP yang mungkin dapat
dikaitkan dengan pola kihidupan yang telah ditentukan, misalnya: Pokok Bahasa dan Subpokok
Bahasa dari GBPP Kurikulum 1986 yang mungkin dapat dikaitkan dengan pola kehidupan perikanan
air tawar, dapat dilihat pada diagram uraian yang mempertlihatkan hubungan konsep satu dengan
konsep lainnya sebagai berikut:

Kekayaan Alam yang Dapat


Diperbaharui

Hutan Pertania Perikan Peternaka


n an n

27
Perikanan dapat dirinci lebih lanjut dalam bentuk hasil perikanan di air payau, air tawar, dan air
laut. Karena perikanan air tawar merupakan pola kehidupan yang dipilih dan masyrakat di daerah
tersebut membudidayakan ikan mas sebagai salah satu mata pencaharian, maka uraian dipusatkan pada
Budidaya Ikan Mas. Bila dikehendaki dan dianggap penting dipelajari oleh murid Sekolah Dasar maka
uraian Budidaya Ikan Mas itu dapat dilanjutkan sampai tuntas.
Pengembangan bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari pola kehidupan
Seperti pada pengembangan bahan kajian muatan lokal yang bertitik tolak dari GBPP, maka
diasumsikan bahwa guru dan kepala sekolah berdasarkan pengalaman dan pengamatannya telah dapat
menetukan pola kehidupan macam apa yang terdapat dalam masyrakat lingkungan sekolah.
Dengan pengembangan ini mula-mula pola kehidupan perlu di jabarkan sampai setuntas-
tuntasnya. Hasil penjabaran akan lebih baik bila dilakukan kerja sama yang baik antar guru, kepala
sekolah, pemilik sekolah, nara sumber dan instansi-instansi lain yang terkait.
Masalahnya adalah bagaimana merinci pola kehidupan itu ?
Agar supaya rincian bahan muatan lokal yang diperoleh itu baik, maka tentukan lebih dahulu
acuan rinciannya.
Acuan rincian pola kehidupan sangat berguna untuk mealkukan rincian bahan kajian muatan lokal
secara berurutan dan sistematis, sehingga diperoleh informasi yang lengkap mengenai pengetahuan dan
penerapannya, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, tata krama, tata cara pergaulan, kegiatan masyrakat,
upacara-upacara, peristiwa ynag terjadi di lingkungannya, dan lain-lain. Informasi ini sangat diperlukan
oleh guru dalam memilih dan mengembangkan isis muatan lokal yang akan dikaitkan dengan kurikulum
(GBPP) yang berlaku.
Salah satu contoh Acuan Rinci Bahan Pelajaran yang digunakan dalam merinci Pola Kehidupan
yang Ada Pada Daerah Persawahan (atau disebut dengan Pola Kehidupan Persawahan) adalah:
1) Persiapan/perencanaan/prakejadian,
2) Pelaksanaan/kejadian,
3) Hasil,
4) Pasca hasil, dan
5) Kehidupan keluarga petani.
Semuanya itu hendaknya dikaitkan dengan tata cara, tata krama, adat istiadat, nilai-nilai dan
norma, ekspresi atau penampilan sibolik dan kepercayaan serta ilmu pengetahuan dan teknolgi dalam pola
kehidupan yang berada pada daerah pertanian. (sekali lagi ini hanya sebuah contoh alaur berpikir dalam
mengambangkan pola kehidupan. Anda dapat mengembangkan sendiri alur berpikir orang lain).

1. Persiapan/Perencanaan/Prakejadian

28
Rincian pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujukan ini adalah semua informasi
tentang kegiatan atau peristiwa yang terjadi, tata cara, tata krama, adat-istiadat yang berlaku sebagai
perwujudan nilai-nilai serta penampilan simbolik yang ada sebelum memulai suatu kegiatan. Misalnya,
untuk pola kehidupan kerajinan perak, persiapan yang dilakukan natara lain adalah penemutunjukan
(identifikasi) model-model barang yang terbuat dari perak yang telah ada, membuat/ menggambar desain
barang-barang kerajinan perak sebagai pencerminan budayanya, bagaimana pengguanaanya, dan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya.
2. Pelaksanaan/kejadian
Rincian pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujukan ini adalah seluruh informasi
tentang kegiatan atau peristiwa yang merupakan tindak lanjut dari persiapan/perencanaan/prakejadian
dalam upaya pencapaian hasil. Misalnya, pola kehidupan yang dipilih adalah budidaya ikan, maka tahap
pelaksanaan meliputi kegiatan antara lain, pemijahan, pendederan dan pembesaran ikan, upacara-upacara
yang dilakukan untuk menunjukkan perasaan atau kebiasaan-kebiasaan/perbuatan-perbuatan sebagai
cermin dari nilai-nilai yang ada.
3. Hasil
Rincian pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujukan ini adalah seluruh informasi
tentang segala sesuatu yang diperoleh dari tahap pelaksanaan yang berkaitan dengan bahan pelajaran
muatan lokal. Misalnya dalam suatu pola kehidupan pariwisata terdapat pengembangan tarian daerah.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan menari adalah penguasaan berbagai jenis tarian
dan nilai-niali yang terkandung di dalamnya.
4. Pasca Hasil
Rincian pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujuakan ini adalah semua informasi
tentang kegiatan pengolahan hasil muatan lokal. Misalnya, hasil muatan lokal perkebunan apel, maka
kegiatan-kegiatan pasca hasil antara lain adalah penyimpangan, pengemasan, transportasi dan pemasaran
apel.
5. Kehidupan Keluarga Petani
Rincian pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujukan ini adalah semua informasi
segala akibat yang disebabkan oleh kegiatan persiapan, pelaksanaan hasil dan pasca hasil serta tradisi
yang terdapat di dalam suatu pola kehidupan tertentu. Misalnya dampak sosial dari upaya intensifikasi
pertanian yang berhasil antara lain adalah peningkatan pengetahuan masyrakat tentang teknik-teknik
pemupukan dan bercocok tanam serta kebutuhan orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak-
anaknya untuk memperoleh pendidikan yang baik. Selain itu, kemungkinan muncul kegiayan-kegiatan
yang berkaitan dengan adat istiadat yang antara lain mempunyai nilai terima kasih kepada pencipta-Nya,

29
nilai gotong-royong, dan nilai kebersamaan. Dampak lain adalah dampak lingkungan itu sendiri, misalnya
tata krama, tata cara, dan adat istiadat.
Adapun yang berhubungan dengan tradisis adalah semua informasi yang berkaitan dengan:
a) Bahasa, baik tertulis maupun lisan yang meliputi: penggunaan istilah, kosa kata, ungkapan-
ungkapan, cerita/dongeng rakyat yang berlaku dalam pola kehidupan tentu;
b) Pembagian tugas dalam keluarga yang meliupti: fungsi dan peranan setiap anggota;
c) Hubungan antara anggota meliputi: tata cara, tata krama sesama anggota di lingkungan
keluarga;
d) Hubungan antara keluarga meliputi: tata cara, tata krama antar keluarga. Hubungan antar
keluarga ini merupakan hubungan yang bukan didasrkan atas prinsip ketururnan dan
perkawinan;
e) Lingkungan fisik meliputi: bentuk dan ruang rumah, baik di dalam maupun di luar ruamh
serta pemanfaatannya;
f) Lingkungan hidup individu yang meliputi: hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa penting dalam kehidupan, misalnya peristiwa kelahiran, perkawinan, kematian,
membangun rumah dan sebagainya;
g) Sistem kekerabatan meliputi uraian mengenai istilah-istilah kekerabatan dan siapa-siapa
yang dianggap kerabat;
h) Kegiatan-kegiatan yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan kesenian, oalhraga dan
permainan.
Dengan cara demikian maka uraian pola kehidupan tersebut merupakan bahan kajian yang
lengkap tetapi belum dapat dilihat kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Sesuai dengan landasan teoritik muatan lokal, suatu kegiatan belajar akan bermakna apabila murid dapat
mengetahui konsep/informasi yang satu dengan konsep/informasi yang lain. Karena itu bahan kajian yang
lengkap itu merupakan sumber informasi bagi pembentukan jaringan gagasan pokok.

Jaringan Gagasan Pokok


Sebelum kita uraikan jaringan gagasan pokok marilah kita pelajari apa gagasan pokok itu.
Dilihat dari pengertian gagasan dalam kamus umum bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta,
gagasan adalah ide. Gagasan adalah rancangan yang tersusun didalam pikiran manusia. Sedangkan
rancangan dalam pikiran manusia dapat ditimbulkan oleh hasil pengamatan lingkungan sekitar atau
gagasan orang lain.

30
Kata pokok menunjukkan hal yang utama, hal yang penting atau asal mula, yang jadi asas atau
dasar. Karena itu gagasan pokok berarti hal yang penting dari gagasan, yang menjadi asas dari gagasan
itu.
Jadi, yang dimaksud dengan gagasan pokok dalam muatan lokal adalah bagian penting dari
muatan lokal yang dijadikan titik tolak pengembangan bahan kajian selanjutnya oleh guru. Gagasan
pokok dapat disamakan kedudukannya dengan pokok bahasan. Perbedaannya adalah gagasan pokok
timbul dari pengamatan lingkungan sekitar, baik lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya
atau pola kehidupan.
Untuk menjaring gagasan pokok dalam muatan lokal maka perlu diperhatikan kriterianya sebagai
berikut:
1. Berasal dari hasil pengamatan terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan
budaya yang ada disekitar sekolah,
2. Mempunyai cukup informasi yang luas,
3. Dekat dengan anak, dan berguna bagi anak.
Misalnya, suatu daerah mempunyai pola kehidupan Persawahan. Yang dapat di tanam pada
persawahan tersebut antara lain padi, tembakau, palawija atau tebu. Tetapi di sekitar sekolah banyak
terdapat industri kecil rotan. Selain itu banyak ibu-ibu rumah tangga yang mengguankan waktu
senggangnya untuk mengayam keranjang rotan. Pengamatan terhadap lingkungan di sekitar sekolah ini
dapat menimbulkan gagasan mengkaitkan bahan kajian kurikulum dengan apa yang di kerjakan atau
dibutuhkan masyarakat. Karena itu sebagai gagasan pokoknya dapat diambil Anyaman Rotan. Gagasan
pokok Anyaman Rotan itu perlu dijabarkan sedemikian rupa sehingga dapat mencakup seluruh kegiatan
dalam pola kehidupan masyarakat yang mengembangkan anyaman rotan atau pola kehidupan industri
kecil anyaman rotan.

Kesimpulan
1. Menurut pandangan tradisional, kurikulum merupakan sejumlah pelajaran yang harus ditempuh murid
disuatu sekolah sehingga menimbulkan kesan seolah olah belajar disekolah hanya mempelajari buku-
buku teks yang sudah ditentukan sebagai bahan pelajaran. Menurut pandangan modern, kurikulum
dianggap sebagai sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan disekolah, sehingga kegiatan
yang dilakukan oleh murid dapat memberi pengalaman belajar yang bermanfaat.
2. Muatan lokal dalam kurikulum dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau bahan kajian
suatu mata pelajaran yang telah ada. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal
mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal dapat

31
sebagai tambahan bahan kajian dari mata pelajaran yang telah ada atau disampaikan secara terpadu
dengan bahan kajian lain yang telah ada.

BAB 4

MOTIVASI BELAJAR

A. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini
berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
dalam dirinya, oleh karena itu perbuatan seseorang di dasarkan atas motifasi tertentu mengandung tema
sesuai dengan motifasi yang mendasarinya.

Sebagai contoh dalam kegiatan belajar dalam suatu kelas akan di temukan suatu reaksi yang
berbeda terhadap berbagai tugas dan materi pelajaran yang di berikan terhadap para siswa. Ada sebagian
yang tertarik dan menyenangi topik-topik pelajaran yang di kenalakan, ada pula yang menerimanya
dengan perasaan jengkel dan pasrah. Motivasi tidak telepas dari adanya rangsangan. Rngsangan dapat
dalam bentuk hadiah atau hukuman yang di berikan kepada seseorang. Motivasi juga merupakan
kebiasaan yang di miliki oleh masing-masing individu. Misalnya:

- Kebiasaan bekerja keras.


- Kebiasaan bekerja sampai tuntas.
- Kebiasaan bekerja rapi.
- Kebiasaan bekerja tepat waktu.
- Tapi sebaliknya ada kebiasaan bekerja tidak baik.
- Kebiasaan bekerja asal selesai.
- Kebiasaan bekerja santai dan ceroboh

Pengertian motivasi ada dua prinsip yang di gunakan sebagai tinjauan motivasi:

1. Motivasi di pandang sebagai suatu proses dalam individu, pengetahuan tentang proses ini dapat
membantu kita untuk menjelaskan tentang tingkah laku yang di amati dan memperkirakan tingkah laku
lain pada seseorang.

32
2. Menentukan karakter dari proses dengan petunjuk-petunjuk dari tingkah laku seperti yang di kemukakan
oleh Mc. Donald:
- Motivasi di mulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi
- Motivasi di tandai timbulnya perasaan
- Motivasi dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan

B. Jenis-Jenis Motivasi

Pada pokoknya motivasi dapat di bagi menjadi dua jenis:

1. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi instrinsik datang dari anak sendiri, motivasi ini sering
juga disebut motivasi murni.

2. Motivasi enstrinsik

Motivasi enstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dar luar situasi
belajar, seperti dalam bentuk: pujian, hadiah, pesaingan, medali dan hukuman. Motivasi instrinsik
suatu hal yang di eperlukan di sekolah, sebab tidak semua pelajaran yang ada di sekolah menarik bagi
siswa. Kadang kala siswa belum memahami sebenarnya belajar itu untuk apa oleh karena itu motivasi
terhadap belajar itu sangat perlu, sehingga anak mau dan ingin belajar. Tentu guru dalam hal ini harus
berusaha memotivasi siswa agar mau belajar.

C. Sifat Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik

1. Sifat motivasi instrinsik

Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif di bandingkan dengan motivasi yang
di paksakan dari luar, karena kepuasan yang diporeleh oleh individu sesuai dengan porsi atau ukuran
terdapat dalam diri siswa itu sendiri. Untuk membangun motivasi instrinsik ada beberapa strategi
dalam mengajar agar siswa termotivasi:

- Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.


- Memberikan kebebasan terhadap siswa memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
- Memberi banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar
di sekolah.
- Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjanya.
- Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaanya.

2.Sifat motivasi ekstrinsik

33
Pujian lebih efektif dari pada hukuman yang di berikan pada siswa karena hukuman sifatnya
menghentikan sesuatu perbuatan, lain halnya pujian yang bersifat menghargai sesuatu yang telah di
lakukan, oleh karena itu pujian lebih baik nilainya untuk memotivasi belajar siswa. Pujian-pujian yang
datang dari luar sebenarnya sangat di perlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang
sebenarnya. Misalnya: untuk memperoleh nilai yang tinggi karena berkat dorongan orang lain, maka
minat untuk memperoleh nilai tinggi, sangat besar. Ada beberapa strategi untuk membimbing siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik dalam proses belajar mengajar:

- Memperkenalkan tujuan pembelajaran sehingga siswa mengetahui dengan jelas apa yang harus ia
capai dalam proses belajar itu.
- Memonitor kemajuan dan memberikan penguatan pada siswa lebih dari pada siswa yang memiliki
motivasi instrinsik.
- setiap tugas siswa dan memberikan komentar secara tertulis atas tugas-tugas yang berbentuk tulisan

D. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Motivasi mempunyai arti dalam belajar, menurut teori kebutuhan manusia termotivasi untuk
bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhannya. Para ahli psikologi mengartikan kebutuhan dalam
kaitannya dengan motivasi dengan menggunakan cara yan berbeda-beda, di antaranya ada yang
mementingkan kebutuhan fisik, seperti kebutuhan untuk makan, minum, udara, istirahat, hal ini yang
memotivasi manusia untuk bertingkah laku. Sedangkan ada ahli psikologi lain menitik beratkan
kebutuhan emosional, seperti kebutuhan disetujui, disayangi dan dihargai. Ahli yang lain lagi
menekankan kebutuhan kognitif, seperti memecahkan informasi yang bertentangan, berbeda atau tidak
sesuai. Ada lagi ahli psikologi yang percaya bahwa semua kebutuhan sama pentingnya dalam
mempengaruhi motivasi orang untuk bertingkah laku.

Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dari berbagai
kebutuhan, dimana kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika
kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan
yang berikutnya. Pada saat-saat tertentu akan terjadi kebutuhan yang tumpang tindih, seperti contoh,,
orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu
kebutuhan telah di penuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tersebut tidak akan muncul
lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang di kuasai
oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan
kebutuhan tersebut.

34
Rakert.W White 1959. Kecakapan di peroleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam
waktu jangka panjang. Kebutuhan belajar dalam waktu jangka panjang, ini di peruntukan untuk
mendapat atau memiliki kecakapan atau kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya.

Beberapa pandangan di atas dapat di ambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan
gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Walaupun demikian guru dapat mempengaruhi
gambaran siswa tentang dirinya itu, dengan maksud agar tercapai gambaran tentang diri masing-masing
siswa yang lebih positif. Seperti telah di kemukakan sebelumnya bahwa siswa memiliki gambaran
tentang dirinya sendiri atas pengaruh bagaimana orang lain seperti guru, orang tua, teman sebaya,
memberi sikap atau memperlakukannya. Apabila guru suka mencela, mengkritik, merendahkan
kemampuan siswa maka siswa akan cenderung menilai diri mereka sebagai orang-orang yang tidak
mampu berprestasi dalam belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi
yang hebat, yaaitu kebutuhan untuk berprestasi. Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi
bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula
motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan seseorang. Hal-hal tersebut
adalah sebagai berikut:

- Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi berfungsi sebagai penggerak
yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
- Motivasi dapat menentukan agar perbuatan: yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita,
motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang lurus untuk mencapai tujuan. Maka makin jelas
tujuan itu, makin jelas pela jalan yang akan di tempuh.
- Motivasi menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus di
lakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan dengan mencapai suatu tujuan dengan
mengenyampingkan perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan semula.

Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai berikut:

- Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuaatan, seperti timbulnya dorongan untuk belajar.
- Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapain tujuan yang di
inginkan.
- Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu perubahan.

E. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar

Menurut Ato Wilman dalam uraiannya tentang pertumbuhan dan pembentukan manusia ada enam
motif yang menggerakkan anak mau belajar antara lain :

35
1. Motif psikolog. Setiap makhluk hidup mempunyai dorongan untuk sesuatu, bukan hanya
kesanggupan mengetahui sesuatu begitu saja, tetapi juga berkembang sesuai dengan caranya masing-
masing. Menurut kodratnya manusia ingin mengetahui terdapat kecenderungan untuk bekerja dan
mengenal.
2. Motif praktis. Semua pengetahuan mempunyai nilai praktis. Untuk memperoleh kedudukan dalam
hidup pada hakikatnya kita berhasil memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Motif pembentukan kepribadian. Pengetahuan dan kesehatan tidaklah hanya menghasilkan saja, tetapi
juga menaikan kepribadian dalam segi estetik dan intelektualistik.
4. Motif kesusilaan. Terbentuknya kebribadian bahwa wataknya ikut terbentuk dalam kesusilaan.
5. Motif sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus belajar segala sesuatu yang layak diketahui dan
dikerjakan dalam hidup pergaulan.
6. Motif ketuhanan. Belajar agar dapat mengabdi pada Tuhan.

Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa, Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya, oleh karena itu perbuatan
seseorang di dasarkan atas motifasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motifasi yang
mendasarinya.

Jenis-jenis motivasi terdiri atas motivasi instrinsik dan motivasi enstrinsik. Fungsi-fungsi
motivasi dalam belajar terdiri atas; mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti
timbulnya dorongan untuk belajar, motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan ke pencapain tujuan yang di inginkan, motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perubahan.

36
BAB 5

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

A. Konsep dan Ciri Pendekatan Pembelajaran


Kata pendekatan adalah salah satu pengertian harfiah (menurut kata) dari kata (bahasa
Inggris)approach yang artinya penghampiran, jalan, tindakan mendekati. Kata pembelajaran adalah
terjemahan kata dari kata instruction yang artinya pengajaran atau pembelajar. Secara teknis
pendekatan pembelajaran dapat diartikan jalan yang digunakan oleh guru atau pembelajar untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan siswa belajar. Belajar dalam konteks ini harus diartikan
mengalami peristiwa perubahan perilaku dan menghasilkan perilaku baru sebagai hasil dari peristiwa
itu. Lebih luas lagi, pendekatan pembelajaran sebagai konsep mencakup asumsi dasar tentang siswa,
tentang proses belajar, dan tentang suasana yang dapat menciptakan terjadinya peristiwa belajar. Asumsi
dasar adalah pandangan kita (tentang siswa, proses belajar, dan peristiwa belajar).
Selain istilah pendekatan ada istilah lain yakni strategi, metode, dan teknik yang kadang-kadang
didalam kepustakaan pendidikan digunakan secara bertukar-tukar (interachangeably). Agar kita
memahami semua itu lebih jelas, ada baiknya kita menelusuri arti dari ketiga istilah itu. Secara harfiah
strategi (strategy) artinya akal atau siasat, metode (method) adalah cara, sedang teknik (technique)
adalah cara khusus, secara teknis strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur
yang digunakan guru untuk menguasai siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Metode, di lain pihak
diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dan atau siswa dalam mengolah informasi (fakta, data,
konsep) pada peristiwa belajar mengajar yang mungkin terjadi langkah tertentu atau beberapa langkah
dalam suatu strategi. Sedangkan teknik diartikan sebagai cara khusus/spesifik yang digunakan oleh
guru/siswa dalam melakukan suatu kegiatan.
Pendekatan lebih bersifat konseptual artinya terjadi dalam pikiran guru yang menjadi kerangka
untuk melakukan tindakan pembelajaran. Strategi, metode, dan teknik lebih bersifat operasional. Suatu
pendekatan didalam perwujudannya memerlukan penerapan suatu strategi yang didukung oleh satu atau
lebih dari satu metode dengan beberapa teknik. Sebagai contoh pendekatan sistem memperlakukan
proses belajar-mengajar sebagai seperangkat kegiatan yang memilih komponen tujuan, isi, proses, dan
evalusi yang satu sama lain saling memiliki keterkaitan. Seluruh kegiatan pembelajaran harus bertolak
dari dan mengarah terhadap tujuan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut kita dapat menggunakan
strategi pembelajaran deduktif dan induktif. Bila yang digunakan adalah strategi induktif kita dap at
memakai metode pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah diperlukan informasi (fakta
dan data).Untuk memperoleh informasi siswa dan guru dapat menggunakan teknik observasi atau
bertanya/wawancara.
Dengan kata lain, pendekatan berfungsi memberi kerangka berpikir sedangkan strategi, metode
dan teknik berfungsi mengisi dan mewujudkan kerangka itu dalam realita peristiwa pembelajaran.
Semua itu tidak dapat dipisahkan.

B. Ciri-ciri Berbagai Pendekatan Pembelajaran


Predikat pendekatan-pendekatan dalam pendidikan pada umumnya dilandasi oleh pemikiran-
pemikiran (ide, konsep, teori)yang berkembang dalam bidang-bidang ilmu yang menunjang (ilmu sosial,
humaniora, ilmu alamiah, teknologi, agama, dan dalam banyak hal).Karena itu kita dapat mencatat
berbagai pendekatan pembelajaran yang dilandasi oleh beberapa teori keilmuan yang dianggap
signifikan (berarti) saat ini. Pendekatan tersebut diantaranya pendekatan sistem, pendekatan kognitif,

37
pendekatan sosial-budaya, pendekatan humanistic, pendekatan kewarganegaraan dan pendekatan
integratif.

1. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem dilandasi oleh konsep manajemen yang melihat proses belajar sebagai suatu
kesatuan yang memiliki unsure-unsur yang saling memiliki keterkaitan dan bergerak mengikuti aturan.
Pendekatan sistem melihat pembelajaran sebagai suatu sistem, yaitu peristiwa yang memiliki
unsur-unsur, yang mempunyai fungsi tersendiri yang didalam satu kesatuan seluruh unsur itu berfungsi
bersama dengan suatu tujuan. Menurut Tyler (1947) peletak dasar konsep pembelajaran (Instruction), ada
empat unsure atau elemen pembelajaran yaitu :
a. Perumusan tujuan
b. Pemilihan pengalaman belajar
c. Pengorganisasian pengalaman belajar, dan
d. Penilaian pencapaian tujuan.
Bertolak dari pemikiran Tyler ini para ahli kurikulum dan pembelajaran seperti Taba (1967),
Wheeler (1970), Cohen & Deer (1977), dan Oleva (1986) penjabaran keempat elemen itu dan
membangunnya dalam kerangka konseptual suatu sistem pembelajaran, meskipun tampilan dari
kerangka itu berbeda satu sama lain akan tetapi keempat elemen dasar itu tetap menjadi bagian yang
menonjol dari sistem pembelajaran.
Pendekatan sistem secara utuh biasa digunakan dalam perangcangan suatu pembelajaran.
Penerapan pendekatan ini dapat dilihat pada Model Dick and Carey (1990).
Dalam rancangan pembelajaran ada satu komponen Strategi instruksionalyang di dalamnya
tercermin urutan kegiatan atau prosedur yang ditempuh guru dalam membelajaran siswa dan metode
yakni cara yang dipakai guru dan siswa dalam mengalami peristiwa belajar.Menurut Atwi secara pokok
(1993) terdapat lima kegiatan ytang tercakup dalam strategi umum pembelajaran yaitu:
1) Kegiatan Pra Instruksional
2) Penyajian Informasi
3) Partisipasi Siswa
4) Teori, dan
5) Tindak Lanjut.

Sedangkan Briggs dan Gagne (1979) menyarankan adanya 9 kegiatan sebagai berikut:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian
2) Menjelaskan tujuan instruksional kepada siswa
3) Mengingatkan kemampuan prasyarat
4) Memberi stimulus (masalah,tropic,konsep)
5) Memberi petunjuk belajar
6) Menimbulkan penampilan siswa
7) Memberi umpan balik
8) Menilai penampilan dan,
9) Menyimpulkan.

Ciri pokok pembelajaran yang merupakan sistem antara lain terletak pada unsure balikan atau
umpan balik yang mencerminkan kaitan semua unsure dalam mencapai suatu tujuan.
Penerapan pendekatan sistem dalam pembelajaran kelihatan memandang proses pembelajaran
sebagai proses rekayasa prilaku (behavior engeneering).Pandangan ini menitikberatkan pada prilaku
yang dirumuskan lebih dahulu (predertemined) yang dituangkan ke dalam tujuan.Tujuan inilah yang
dijadikan titik berangkat (starting-point) dan selanjutnya menjadi ukuran atau kriteria (yard-stick) proses

38
belajar siswa.Dari sisi ini kita dapat melihat bahwa pendekatan sistem cenderung menjabarkan
terbentuknya prilaku di luar tujuan.Karena itu pendekatan ini terasa atomistic (bersifat detail) dan tidak
holistic (bersifat menyeluruh).

2. Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif dilandasi oleh teori psikologi kognitif yang memandang individu sebagai
makhluk yang memiliki kemampuan berpikir yang ditandai oleh kemampuannya dalam menggabungkan
dunia luar dengan pikiran (proses asimilasi) dan menggunakan pikiran untuk memecahkan masalah
(proses akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam pembelajaran berkaitan erat dengan teori belajar kognitif.Sebagaimana
dinyatakan oleh Bruner (1964) teori belajar bersifat deskriptif artinya memaparkan bagaimana individu
belajar.Pendekatan kognitif pembelajran merupakan teori pembelajaran bersifat preskriptif artinya
memandu bagaimana mengajarkan sesuatu.
Pendekatan kognitif pembelajaran beranjak dari teori perkembangan kognitif Piaget
(1970).Menurut Piaget ( dalam Bel-Gredler:1986) proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar yaitu
asimilasi,akomodasi,dan equilibrasi.Asimilasi adalah proses pengintegrasian data baru ke dalam struktur
kognitif.Secara sederhana yang dimaksud struktur kognitif atau disebut juga schemata adalah data atau
pengetahuan yang ada dalam pikiran .Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif dengan
situasi baru .Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus menerus antara
asimilasi dan akomodasi.Ketiga proses itu mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang.

Menurut teori Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif seperti berikut:

Rentang Usia Tahap Ciri Pokok

Lahir-(1,5-2)th Sensori Motor - Prasimbolik dan Praverbal


- Perkembangan pola gerak
(2-3) (7-8)th Preoperasional - Mulai berfikir logis parsial
- Proses berfikir atas dasar isyarat perceptual
- Perkembangan bahasa
(7-8) (12-14)th Operasional-konkrit - Muncul refleksi dasar
- Melihat pandangan lain
- Kesepakatan aturan
- Kerjasama dengan aturan
- Berfikir logis tekait obyek
- Berfikir bebas dari isyarat perceptual
Lebih dari 14th Operasi Formal - Berfikir masa depan
- Mulai peran dewasa
- Mulai berfikir logis tentang banyak faktor
- Berfikir hipoketris kekonkrit.

Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari teori kognitif mencakup tiga kegiatan pokok :

39
a. Memberi sarana bagi proses pembangunan pengetahuan anak

b. Memberi sarana berfikir operasional

c. Memberi sarana berfikir operasi-formal

Untuk dapat membangun pengetahuan, anak disarankan untuk tidak menggunakan strategi
pembelajaran langsung yang bersifat deduktif. Alasannya bila ide abstrak dan prinsip diajarkan secara
deduktif akan bertentangan dengan persepsi spontan anak dan akan menjadi bingung. Hal tersebut
selanjutnya akan menimbulkan perkembangan yang tidak diinginkan dimana inisiatif anak untuk
membangun pengetahuan menjadi terganggu. Di samping itu, anak akan kehilangan kepercayaan
terhadap kemampuannya. Yang perlu dilakukan dalam membangun pengetahuan anak adalah
menciptakan situasi kelas yang memungkinkan siswa yang memiliki taraf kognitif yang berbeda daapt
belajar dengan caranya. Para siswa harus memperoleh kesempatan yang memadai untuk membangun
dan mengkoordinasikan berbagai hubungan yang dapat dicobanya.

Berfikir operasional yang logis dimulai dari pembangunan struktur berfikir operasi konkrit.
Struktur itu mencakup proses menggolongkan, membuat urutan, memahami panjang, jumlah dan ruang
melaui pengenalan ciri-ciri positif dari situasi. Anak harus mengenal konflik untuk dapat menata proses
berfikirnya. Untuk itu dalam pembelajaran seyogyanya menghindarkan penggunaan strategi deduktif.
Alasannnya adalah bahasa penerimaan konsep atau aturan secara verbal tidak mendukung pembangunan
proses berfikir. Proses berfikir sesungguhnya merupakan hasil dari kegiatan penyelesaian konflik dalam
diri individu. Oleh karena itu, proses pembelajaran seyogyanya menggunakan aneka ragam kegiatan
yang memungkinkan siswa dapat berlatih banyak mengembangkan proses berfikirnya. Permainan
(games) dan kegiatan lainnya disarankan untuk digunakan dalam proses penggolongan dan penyususnan
urutan.

Berfikir dengan menggunakan operasi formal ditandai oleh kemampuan menghubungkan


berbagai kemungkinan satu sama lain. Untuk itu siswa dapat memulainya melalui percobaan, menyusun
dan mengetes hipotesis. Suasana kelas yang harus diciptakan bukan percobaan yang dirancang
sebelumnya, tetapi yang dilakukan oleh siswa. Metode ceramah sama sekali tidak sesuai.

Yang perlu diingat adalah untuk membangun proses kognitif diperlukan proses pembelajaran
yang memberikan perhatian lebih banyak pada pengembangan keterampilan belajar bagaimana belajar
(How-to-learn skills), pemberian kemudahan proses transfer,pengembangan keterampilan pemecahan
masalah, dan pengembangan proses interaksi antar siswa.

3. Pendekatan Sosial-Budaya

Pendekatan sosial budaya dalam pembelajaran bertolak antara lain dari teori belajar sosial (Sosial
Learning theory) dari Albert Bandura. Teori tersebut mencoba menjelaskan proses belajar di dalam
setting atau situasi yang alami (naturalistic). Diakui bagaimanapun juga lingkungan sosial memberikan
banyak kesempatan kepada individu untuk memperoleh keterampilan, dan kemampuan melalui

40
pengamatan terhadap perilaku contoh dan implikasinya terhadap perilaku individu. Teori sosial bertolak
dari asumsi sebagai berikut:

a. Hakikat belajar dalam setting alami,

b. Hubungan antara pebelajar dengan lingkungan,

c. Batasan tentang apa yang dipelajari.

a. Hakikat belajar

Konsep belajar menurut para behaviorist yang menitik beratkan hubungan antara stimulus dan
respon oleh Bandura diberi atribut baru dengan prinsip matching behaviors (Perilaku penyesuaian).
Perilaku penyesuaian ini diperoleh seseorang melalui terpaan model, misalnya seorang anak melihat
perilaku orang tuanya. Bandura (1971) mengkonsepkan dua proses penyesuaian yakni instantaneous
matching dan delayed matching. Dalam instantaneo usmatching pebelajar secara pribadi
menunjukkan perilakunya, kemudian dikuatkan dan langsung menghasilkan pengamatan belajar. Dalam
delayed matching pebelajar mengamati perilaku yang dikuatkan kemudian ia menunjukkan perilaku
yang sama.

b. Hubungan pebelajar dengan lingkungan

Menurut Bandura fenomena delayed matching yang berbentuk peniruan dan berbagai perilaku
prososial dan antisocial yang diperoleh individu tidak dapat dijelaskan dalam bentuk hubungan satu
arah. Menurut pandangan teori sosial baik perilaku maupun lingkungan sama-sama dapat berubah.
Namun demikian suatu perilaku kompleks tidak dengan mudah dapat dijelaskan dalam bentuk hubugan
dua arah. Yang sesungguhnya terjadi kebanyakan pengaruh lingkungan dijembatani oleh berbagai factor
internal pribadi. Karena itu bandura mengkonseptualisasi adanya tiga cara saling keterkaitan antara
Behavior (perilaku), The Environment (Lingkungan), dan proses internal yang mempengaruhi
persepsi dan tindakan. Hubungan saling keterkaitan antara Behavior (B), Enviroment (E), dan
Perseption and Action (P) digambarkan dalam konsep Reciprocal Determinism sebagai berikut:

Harapan dan nilai Ciri-ciri fisik membangkitkan


mempengaruhi perilaku reaksi lingkungan yang berbeda

41
Perilaku sering dinilai bebas Perlakuan sosial yang
dari lingkungan karena itu berbeda mempengaruhi
dapat merubah kesan persepsi individu
B E

Perilaku menggerakkan Ketergantungan yang


hubungan dengan lahir dapat mengubah
lingkungan intensitas atau arah
kegiatan

Pendekatan pembelajaran atas dasar teori sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Proses kognitif pebelajar dan proses pengambilan keputusan diterima sebagai dua hal penting
dalam belajar.

Interaksi antara lingkungan, factor-faktor personal, dan perilaku merupakan tiga hal yang
menentukan proses belajar.

Hasil belajar mencakup perilaku visual dan verbal.

Penerapan teori sosial berkenaan dengan segi afektif, motoris atau keterampilan mengatur sendiri
(self-regulatory skills), disamping yang berkenaan dengan keterampilan kognitif.

Kemampuan utama dalam pembelajaran adalah pengidentifikasian model yang tepat di dalam kelas,
membangun nilai fungsional kelas, membangun nilai fungsional dan perilaku, dan menciptakan
keterkaitan proses kofnitif pebelajar.

4. Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistic bertolak dari psikologi humanistic yang melihat proses belajar sebagai
proses membangun pengetahuan melalui pengalaman(Kolb:1984). Teori belajar ini dikenal sebagai
experiential learning teori belajar experiential sebenarnya memanfaatkan konsep belajar dan teori
kognitif Piaget dan Bruner. Hakikat proses belajar adalah integrasi dan dinamika proses prehension
(penangkapan makna) dan dinamika proses transformation (Pengubah atau pengolahan hasil

42
penangkapan). Integtalitas dari kedua alur sebagai berikut di bawah ini: proses yang dinamis dan saling
mengisi itu oleh Kolb (1984) digambarkan seperti di bawah ini:

Pengetahu Pengetahua
an n Divergen
TRANSFOR
Akomodati (I MATION
f SI
(PRO SES)P
P
R
E
E

T H
A E
Pengetahuan H N Pengetahuan
Konvergen U SI Assimilatif
A O

Berdasarkan konsepsi tersebut maka dalam diri seseorang terdapat potensi gaya belajar yakni
belajar dari pengalaman konkrit, belajar melalui konseptualisasi, abstrak, belajar melalui pengamatan
yang mendalam/reflektif, dan belajar melalui eksperimen aktif. Dalam kenyataan masing-masing potensi
belajar itu memiliki intensitas yang berbeda. Karena itu dalam diri seseorang akan nampak adanya
kecenderungan dominasi dari dua potensi. Dengan demikian akan terdapat empat tipe dalam belajar
yakni tipe assimilator, akomodator, converger dan diverger. Sebagaimana terletak pada 4 kuadrant dalam
gambar diatas.

Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari konsep belajar eksperiensial yang bersifat
humanistic itu, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Partisipasi yang ditandai kesepakatan, kebersamaan, tanggung jawab bersama, dan tidak

otoriter.

b. Integrasi yang ditandai adanya interaksi, interpenetrasi, integrasi berfikir, perasaan, dan tindakan.

c. Relevansi yang ditandai oleh keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan dasar, kehidupan, dan
memiliki arti bagi semua orang baik emosional maupun intelektual.

d. Pribadi sebagai objek utama belajar.

e. Tujuan yang terpusat pada upaya mengembangkan manusia secara utuh dalam masyarakat yang benar-
benar manusiawi.

43
Pendekatan pembelajaran yang humanistic ini dikenal juga sebagai Confluent education yang
mengintegrasikan elemen-elemen kognitif dan afektif dalam belajar kelompok (Brown;1971:34) Muara
dari pendekatan humanistic dalam pembelajaran ini adalah berkembangnya potensi manusia secara
optimal.

5. Pendekatan Kewarganegaraan

Pendekatan kewarganegaraan dikenal sebagai salah satu pendekatan dalam pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Pendekatan ini berorientasi pada tujuan membina warganegara yang baik (good
citizenship). Dalam pengertian yang umum warga Negara yang baik adalah warga negara yang
mengetahui, memahami dan menghayati hak dan kewajiban sebagai warga Negara dan mau serta mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab. Bagi
Indonesia warga Negara yang baik adalah warganegara yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
yang Maha Esa, berkualitas, mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekeliingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa(GBHN 1993).

Dilihat dari tujuan yang menjadi sasaran pendekatan kewarganegaraan, pendekatan ini termasuk
pendekatan yang bersifat neka-matra (multi dimensional) yang mengintegrasikan konsep keagamaan,
psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik. Dalam praktek pembelajaran, pendekatan ini dapat
diwujudkan dalam bentuk strategi/metode pembelajaran yang ditandai hal-hal sebagai berikut.

a. Komitmen terhadap Negara dan bangsanya (pro patria)

b. Kepekaan dan ketanggapan pada masalah-masalah Negara dan warganegara

c. Keterlibatan dalam kegiatan yang mengarah pada pengalaman pengambilan keputusan

(decision making proses)

d. Proses berfikir kritis dan kreatif yang memusatkan perhatian pada prinsip autentisitiy

(kesahihan) dan akurasi (kecermatan) dalam mengkaji suatu persoalan.

e. Rasa tanggung jawab (responsibility) yaitu kesadaran dan kesediaan memikul resiko

suatu tugas/kegiatan.

Metode belajar mengajar yang lazim dipakai dalam pendekatan kewarganegaraan ialah transmisi
langsung, penyingkapan terpadu, inkuiri, pemacahan masalah, simulasi, dan proyek.

44
6. Pendekatan Integratif

Pendekatan integratif (Integrated Approach) dimaksudkan sebagai pendekatan yang memusatkan


perhatian pada suatu masalah dengan menggunakan berbagai konsep dan metode dan berbagai bidang
ilmu. Pendekatan ini sering juga disebut pendekatan antar bidang ilmu (interdisciplinary approach,
interfiled approach). Salah satu bentuk pendekatan yang pada saat ini mulai berkembang (terutama di
Amerika Serikat) adalah Science Technology and Society Approach (STS Approach) atau pendekatan
Ilmu, Teknologi, dan masyarakat (Pendekatan ILTEKMAS). Pendekatan ini memusatkan perhatian
terhadap pengkajian masalah dan pemecahannya dari tiga sudut pandang yakni ilmu, teknologi, dan
masyarakat, seperti dapat dilukiskan sebagai berikut:

Ilmu

*
Masalah
Teknolo Masyarakat
gi

Pembelajaran yang menggunakan pendekatan integratif lebih banyak memanfaatkan metode pemecahan
masalah (problem solving).

C. Model Belajar Mengajar

Bila kita membicarakan pendekatan pembelajaran atau pendekatan belajar mengajar maka pusat
perhatian kita tertuju pada asumsi tentang dan cara melihat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dimaksudkan untuk memfasilitasi (facilitating) proses belajar. Bila kita berbicara tentang model-model
belajar-mengajar maka pusat perhatian kita tertuju pada kerangka konseptual aktivitas pembelajaran
yang mewadahi pendekatan belajar-mengajar. Namun demikian kedua-duanya tidak bias dipisahkan
karena suatu model pembelajaran pasti mewadahi suatu pendekatan.
Seperti pernah diungkapkan leh Zympher (1989) guru yang professional harus memiliki Scheme
of teaching. Adapun yang dimaksud dengan Scheme of teaching adalah kerangka piker guru tentang
bagaimana menciptakan terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar/siswa dan mengapa kita
melakukan hal itu. Kerangka pikir ini merupakan kristalisasi atau perwujudan dari pemahaman,
penghayatan, latihan, penelitian, dan pengalaman tentang belajar mengajar. Biasanya pemahaman
diperoleh dengan cara membaca teori belajar dan pembelajaran, sedang penghayatan diperoleh dengan
cara merefleksikan atau merenungkan pengalaman belajar-mengajar. Latihan dilakukan melalui simulasi
keterampilan mengajar, sedang pengalaman diperoleh melalui praktek belajar mengajar sehari-hari.
Penelitian dilakukan engancara mengkaji secara mendalam dan atau meluas praktek-praktek
pembelajaran. Keseluruhan kegiatan tersebut dapat dialami guru pada saat pendidikan, pelatihan dan
pelaksanaan tugas guru. Namun demikian perlu diingat bahwa setiap guru akan memiliki Scheme of

45
teaching yang berbeda dalam kadar dan aktualisasinya yang dalam banyak hal dipengaruhi oleh
seberapa besar komitmen guru terhadap profesinya. Dengan kata lain semakin tinggi komitmen guru
terhadap profesinya maka akan semakin tinggi pula kadar Scheme of teaching yang dimilikinya dan
demikian juga sebaliknya.
Membicarakan model belajar-mengajar/pembelajaran atau Model of teaching (Toyce dan
Weil:1986) berarti mencoba memahami suatu kerangka berfikir pengembangan model. Yang dimaksud
dengan model oleh Joyce dan Weil (1986) adalah kerangka piker pembelajaran yang terpusat pada hasil
belajar tertentu. Karena itu model-model yang dikumpulkan oleh Joyce dan Weil tersebut, yang sebagian
perwujudannya didapat di strategi belajar mengajar dikategorikan sebagai domain spesifik model.
Sebagai contoh model pencapaian konsep (Concepts Attainment) dan Brunel dirancang dan hanya bias
dipakai untuk mengajarkan konsep , sedang model Sinektiks (Synectics) dan Gordon dirancang dan
hanya bias dipakai untuk mengembangkan kreativitas. Jadi, setiap model yang dihimpun oleh Joyce dan
Weil dirancang untuk mengajarkan tujuan belajar tertentu.
Selain dominan-specific models sebenarnya terdapat sejumlah model yang tidak dirancang
secara khusus untuk tujuan belajar tertentu tetapi terbuka bagi pencapaian berbagai tujuan seperti model-
model ceramah, diskusi dengan berbagai variasinya dalam kegiatan sehari-hari kelompok ini lebih
dikenal dengan metode atau teknik. Walaupun demikian, memang harus diakui kelompok model ini
sering dianggap sebagai hal yang bersifat rutin dan sering tidak dilakukan secara professional. Misalnya
ceramah asal-asalan atau diskusi asal ramai atau diskusi yang beralih menjadi Tanya jawab saja.
ceramah atau diskusi yang dirancang dan dilaksanakan dengan penuh keahlian guruakan dapat
menghasilkan suasana dan proses pembelajaran yang efektif. Karena itu domain-specific models dan
non-domain-specific models sama-sama penting.
1. Model Latihan Penelitian
Model Latihan Penelitian memiliki lima langkah pokok sebagai berikut
Langkah I : menghadapkan masalah
Langkah II : mencari dan mengkaji data awal
Langkah III : mencari data dan mengadakan percobaan
Langkah IV : mengolah data
Langkah V : merumuskan kesimpulan
Kelima langkah tersebut melukiskan bagaimana berfikir induktif yang ditandai oleh alur
pengolahan informasi mulai dari masalah sampai kesimpulan, atau hal-hal yang khusus ke hal-hal yang
umum.
2. Model Investigasi Kelompok
Model investigasi kelompok (group investigasi) bertolak dari pandangan bahwa pendidikan
demokrasi bagi individu dapat dilakukan melalui proses perlibatan langsung dalam kegiatan penelitian
atau investigasi kelompok. (Dewey:1917, Melen:1960; Joyce Weil:1986) dalam model ini para pebelajar
dibimbing untuk dapat merumuskan masalah, dan memecahkannya secara kelompok. Melalui kegiatan
penelitian kelompok tersebut diharapkan terbentuk suatu situasi dimana setiap anggota berbagai ide
untuk mencapai kesepakatan. Dengan demikian dalam kelas tercipta suasana miniature demokrasi.
Model ini memilih 6 langkah pokok sebagai berikut:
Langkah I : adanya situasi bermasalah (problematis)
Langkah II : penjagaan terhadap penelitian
Langkah III : pengaturan tugas-tugas penelitian
Langkah IV : kegiatan perseorangan dan kelompok
Langkah V : analisis kemajuan kegiatan
Langkah VI : melakukan kegiatan ulang

46
Yang diharapakan terbentuk dari kerja kelompok ini adalah kesadaran perlunya membangun
pengetahuan, kebiasaan bekerjasama, keteraturan dalam melakukan kerja kelompok. Melalui kegiatan
kelompok juga dimungkinkan adanya dampak pengiring berupa sikap saling hormat, keterikatan pada
tugas bersama, kebebasan berfikir, dan interaksi sosial yang hangat.

3. Model Sinektiks
Secara sederhana kreatifitas dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan atau
menciptakan sesuatu yang unik/baru dengan cara memanfaatkan pengetahuan, nilai, dari keterampilan
yang dimilikinya. Walaupun konsep ini sudah dikenal oleh dunia pendidikan tetapi didalam proses
pengajaran sering terlupakan karena terkalahkan oleh titik berat pengajaran yang menitikberatkan pada
pengetahuan atau keterampilan sederhana. Karena itu yang selalu menjadi persoalan adalah bagaimana
kita dapat mengembangkan kreatifitas.
Untuk mengembangkan kreatifitas dapat menggunakan model pembelajaran sinektiks. Model ini
memusatkan perhatian pada proses penemuan yang kreatif dari anak, baik secara perseorangan maupun
kelompok. Alasan mengapa kreatifitas dikembangkan adalah pentingnya kreatifitas dalam kehidupan
sehari-hari, proses kreatifitas bukanlah hal yang misterius, adanya dasar yang serupa dalam berfikir
kreatif di berbagai bidang. Inti dari proses sinektiks adalah proses pemaparan apa yang ada (deskripsi)
dan proses metaphora atau analogi. Proses analogi pada dasarnya merupakan bentuk berfikir kedepan
melalui penyerupaan suatu keadaan nyata dengan sesuatu hal lain. Langkah kegiatan sinektiks adalah
sebagai berikut :
Langkah I : pemaparan/deskripsi kondisi yang ada
Langkah II : proses analogi langsung
Langkah III : proses analogi personal
Langkah IV : kajian beberapa analogi
Langkah V : proses analogi baru
Langkah VI : kajian tugas sesuai analogi
Langkah-langkah tersebut secara praktis dapat disederhanakan mejadi pemaparan, analogi, dan
analisis tugas.
4. Model Simulasi
Simulasi didasarkan pada asumsi bahwa manusia dapat dianalogikan sebagai mesin yang
memiliki sistem umpan baik yang mampu mengontrol dan mengatur sendiri. Analogi ini didasarkan pada
alasan bahwa manusia memiliki pola perilaku seperti berpikir, berperilaku simbolik, dan berbuat. Atas
dasar itu, simulasi diterapkan dalam dunia pendidikan untuk mengaktifkan kemampuan siswa dalam
mengatur dan mengontrol diri.
Model simulasi memiliki langkan pokok sebagai berikut:
Langkah I : orientasi tentang topic tujuan prosedur dan peranan
Langkah II : latihan bagi para pemeran atau actor
Langkah III : proses simulasi
Langkah IV : pemantapan atas dasar hasil analisis proses simulasi.
Model simulasi termasuk prosedur pembelajaran yang terstruktur karena baik tujuan , prosedur
dan karakter pemerannya telah ditentukan lebih dahulu. Para siswa sebagai pemeran dituntut untuk
melakukan kegiatan secara sungguh-sungguh. Dengan demikian ia dapat menghayati karakter yang
diperankan. Model simulasi dapat pula menggunakan alat yang disebut simulator seperti model ruang
pilot pesawat terbang (Cockpit). Dapat pula memerlukan alat misalnya dalam simulasi pelaksanaan
pemilu.

5. Model Ekspositori

47
Berlainan dengan empat model terdahlu yang bersifat domain-specific, model ekspositori dan
tiga model lain berikutnya termasuk model yang bersifat non-domain specific. Artinya dapat
digunakan untuk berbagai dimensi tujuan. Tentu saja dengan kadar ketepatan dan keberhasilan yang
tidak sama.
Edwin Fenton (1966) menggunakan konsep ekspositori(Expository) sebagai bentuk
pembelajaran yang menitik beratkan pada peranan guru dalam penyampaian pesan/materi. Orientasi
pembelajaran lebih bersifat content oriented. Dalam model ini yang terpenting adalah expose atau
pengkajian materi oleh guru sebagai komunikator. Wujud dari model ini yang ssudah sangat dikenal
umum adalah metode ceramah (lecture method). Model ekspositori sangat tepat digunakan dalam
menghadapi kelas besar (lebih dari 40 orang). Walaupun demikian model ini sering tidak efektif dalam
mendorong terjadinya interaksi belajar siswa. Siswa sering nampak, cenderung tergantung (dependence
prone) pada guru. Suasana kelas pun nampak bersifar dominative dengan guru sebagai komunikator
utama.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan dari model ekspository, telah dikembangkan kegiatan
ekspository yang dilengkapi dengan media belajar yang memadai/tersedia. Dengan demikian komunikasi
guru siswa diperkuat dengan pemanfaatan aneka media dan sumber. Sifat klasikal dari ekspositor i
dipadukan dengan peragaan, diskusi pasangan, dan Tanya jawab.
6. Model Curah Pendapat
Model curah pendapat yang selama ini anda kenalditerjemahkan dari Brain-Storming. Dalam
pembelajaran ada kalanya guru ingin menghimpun informasi sebanyak-banyaknya dan melibatkan siswa
sebanyak-banyaknya pula. Curah pendapat dapat dilakukan secara klasikal dapat juga secara kelompok.
Curah pendapat klasikal biasanya dipimpin oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang bersifat umum.
Semua orang diundang untuk mengemukakan pendapatnya tanpa dikomentari. Yang penting dapat
dihimpun pendapat sebanyak-banyaknya berkenaan dengan pertanyaan itu. Curah pendapat yang bersifat
klasikal sering tidak efektif, terutama bila guru kurang bias memancing dan menggali pendapat siswa
sebanyak-banyaknya.
Untuk mengatasi kelemahan dari curah pendapat klasikal dianjurkan menggunakan curah pendapat
kelompok dengan ciri sebagai berikut:
a. Setiap kelompok terdiri atas 3-12 siswa
b. Tidak memerlukan pemimpin yang penuh
c. Waktu pertemuan berkenaan dari pertemuan singkat beberapa menit sampai pertemuan
panjang 1-2 jam
d. Biasanya digunakan sebagai langkah awal membuat keputusan atau memecahkan
masalah
e. Para peserta kelompok diminta mengemukakan pendapat/ide sebanyak mungkin dalam
rangka pemecahan suatu masalah
f. Ide yang muncul dicatat tanpa kritik atau saran.

7. Model Diskusi Panel


Diskusi akan terjadi bila ada tiga orang atau lebih. Bila hanya dua orang yang terjadi adalah
dialog walaupun kadang-kadang disebut juga diskusi pasangan atau couple buzzer.
Bila dikaji hakikat dari diskusi adalah interaksi komunikatip. Tiga orang atau lebih saling berbagi ide
dari pengalaman mengenai satu atau beberapa hal itulah diskusi. Model diskusi banyak jenisnya.
Diskusi panel diadakan untuk tujuan mengkaji informasi yang controversial (menimbulkan
pendapat yang saling bertentangan) dari berbagai sudut pandang. Dalam diskusi ini ada unsur-unsur
moderator, panelis, dan peserta diskusi lainnya. Moderator adalah seseorang yang diberi tugas dan peran
mengatur jalannya diskusi. Panelis adalah pembicara utama yang jumlahnya 2-4 orang yang akan

48
melihat suatu persoalan atau topic diskusi dari masing-masing sudut pandang yang berbeda. Para peserta
lain dapat memberikan pendapat (pertanyaan atau pernyataan) yang sama dengan salah seorang panelis
atau berbeda dan semua panelis. Diskusi panel bersifat analitik yakni melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda. Pertanyaan pemicu diskusi harus yang bersifat divergent (menuntut jawaban
yang menyebar) bahan yang bersifat convergent (memusat pada satu jawaban).
8. Model Proyek
Secara sederhana prinsip Learning by doing dari John Dewey dapat diartikan mempelajari
sesuatu melalui proses berbuat. Proses pembelajaran manusiawi adalah yang memungkinkan melalui
pengalaman (learning is experiencing). Salah satu bentuk perwujudan dari prinsip-prinsip diatas adalah
model proyek yang sering juga pengajaran unit (unit teaching).
Dalam model ini ada tiga prinsip pokok:
a. Belajar sambil mengalami/berbuat
b. Melihat masalah dari berbagai sudut
c. Keterlibatan siswa secara penuh.
Untuk mewakili perasaan prinsip tersebut pembelajaran memilih topic termatis misalnya air dan
kehidupan. Perubahan masalah melibatkan berbagai mata pelajaran seperti IPA, IPS, PPKN, Bahasa
Indonesia, matematika, ketrampilan, persamaan dan muatan local. Pendekatan ini dikenal dengan
pendekatan integtatip yang bersifat interdisipliner. Sasaran belajar yang ingin dicapai adalah
kemampuan berfikir secara utuh dan menyeluruh (holistic). Tujuan belajar mencakup semua ranah
(kognitif, afektif, psikomotoris, dan kreatifitas).

Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai jalan atau cara berfikir guru sebagai pembelajar untuk
meciptakan suasana yang memungkinkan siswa sebagai pebelajar mengalami perilaku yang diharapkan
sebagai hasil dari peristiwa belajar itu. Pendekatan berfungsi member kerangka berfikir, sedangkan
strategi, metode, dan teknik berfungsi mengisi dan mewujudkan kerangka berfikir ke dalam realita
peristiwa pembelajaran.
Pendekatan sistem, pendekatan kognitif, pendekatan sosial-budaya, pendekatan humanistic,
pendekatan kewarganegaraan, dan pendekatan integrarif merupakan contoh dari pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan konteks. Setiap pendekatan memiliki asumsi, dan
karakteristik yang berbeda satu sama lain namun kesemuanya merujuk pada upaya mengkerangkakan
usaha penciptaan peristiwa belajar yang valid asumsi dan tepat sasaran.
Guru yang professional harus memiliki scheme of teaching yang pada dasarnya merupakan
kerangka piker guru tentang bagaimana penciptaan terjadinya proses belajar dalam diri
pembelajaran/siswa dan mengapa kita melakukan hal tersebut. Salah satu unsure dari scheme of
teaching adalah penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran sebagai sarana konseptual dan
operasional guru dalam mengajar.
Terdapat dua kelompok model pebelajaran yakni domain-specific models dan non-domain-
specific models. domain-specific models adalah model-model pembelajaran yang dirancang dan dites
sebagai kerangka konseptual pembelajaran yang tertuju pada domain/ranah tujuan belajar tertentu.
Sedangkan non-domain-specific models adalah model-model pembelajaran yang tidak dirancang
untuk pencapaian ranah tujuan belajar tertentu.

49
BAB 6
MODALITAS BELAJAR

2.1. Pengertian Modalitas Belajar


Setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu berbeda satu sama lainnya. Baik bentuk fisik,
tingkah laku, sifat, maupun berbagai kebiasaan lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh Hamzah B.
Uno, bahwa pepatah mengatakan lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya
belajarnya. Peribahasa tersebut memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua

50
orang punya gaya belajar yang sama. Termasuk apabila mereka bersekolah disekolah yang sama

atau bahkan duduk dikelas yang sama.1


Menurut DePorter & Hernacki, gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Menurut Fleming dan Mills, gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk
mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk
mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah
maupun tuntutan dari mata pelajaran.
Willing mendefinisikan, gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh
pembelajar. Keefe memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima,
berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Adapun gaya belajar yang dimaksud dalam
makalah ini yaitu cara siswa memahami materi pembelajaran melalui gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik.
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan menemukan
berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati secara umum adanya dua
kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi
dengan mudah (modalitas) dak kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut
(dominasi otak).
2.2. Macam-macam Gaya Belajar
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik.
a. Gaya Belajar Visual
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki yang dikutip oleh Sukadi, berdasarkan arti
katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang,
dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang
memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau
stimulus (rangsangan) belajar.
Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati
gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh

51
terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan
(mata).
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata sangat
memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperolah
informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya. Bisa juga dengan
melihat data teks seperti tulisan dan huruf.
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya
belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas
belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila
melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki
kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar.
Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan
belajar, misalnya dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi.
Selain itu, bisa juga mendengarkan melalui nada (nyanyian/lagu).
Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan yang disajikan dalam
bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan pelajaran,
disamping itu kata dari teman (diskusi) atau suara radio/casette ia mudah menangkapnya.
Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan yang ia mengalami
kesulitan.
c. Gaya belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan
fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak,
meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus apabila indera
perasanya telah merasakan benda yang halus. Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari
bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa
suara atau penglihatan.
2.3. Ciri-ciri Gaya Belajar

52
Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan tetapi ada di
antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini peneliti membahas tiga ciri
gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik.
VISUAL AUDITORIAL KINESTETIK
Senang kerapian dan Berbicara kepada diri Berbicara dengan
ketrampilan. sendiri saat bekerja. perlahan
Jika berbicara cenderung Mudah terganggu oleh Menanggapi perhatian
lebih cepat. keributan fisik
Ia suka membuat Menggerakkan bibir Menyentuh orang untuk
perencanaan yang mereka dan mendapatkan perhatian
matang untuk jangka mengucapkan tulisan mereka
panjang. dibuku ketika membaca. Berdiri dekat ketika
Sangat teliti sampai ke Senang membaca berbicara dengan orang
hal-hal yang detail dengan keras dan Sellu berorientasi pada
sifatnya. mendengarkan. fisik dan bayak gerak
Mementingkan Dapat mengulangi Mempunyai
penampilan, baik dalam kembali dan meirukan perkembangan awal
berpakaian maupun nada, birama, dan warna otot-otot yang besar
presentasi. suara. Belajar melalui
Lebih mudah mengingat Merasa kesulitan untuk memanipulasi dan
apa yang di lihat, dari menulis, tetapi hebat praktik
pada yang di dengar. dalam bercerita. Menghafal dengan cara
Mengingat sesuatu Berbicara dala irama berjalan dan melihat
dengan penggambaran yang terpola Menggunakan jari
(asosiasi) visual. Biasanya pembicara sebagai penunjuk ketika
Ia tidak mudah yang fasih membaca
terganggu dengan Lebih suka musik dari Banyak menggunakan
keributan saat belajar pada seni isyarat tubuh
(bisa membaca dalam Belajar dengan Tidak dapat duduk diam
keadaan ribut sekali mendengarkan dan untuk waktu lama
pun). mengingat apa yang
53
Ia adalah pembaca yang didiskudikan daripada Tidak dapat mengigat
cepat dan tekun. apa yang dilihat geografi, kecuali jika
Lebih suka membaca Suka berbicara, memang telah pernah
sendiri dari pada berdiskusi, dan berada di tempat itu.
dibacakan orang lain. menjelaskan sesuatu Menggunakan kata-kata
Tidak mudah yakin atau secara panjang lebar yang mengandung aksi.
percaya terhadap setiap Mempunyai masalah Menyukai buku-buku
masalah atau proyek dengan pekerjaan yang yang berorientasi pada
sebelum secara mental melibatkan visualisasi. plot. Mereka
merasa pasti. Lebih pandai mengeja mencerminkan aksi
Suka mencoret-coret dengan keras daripada dengan gerakan tubuh
tanpa arti selama menuliskannya. saat membaca.
berbicara di telepon atau Lebih suka gurauan Kemungkinan tulisannya
dalam rapat. lisan dari pada jelek
Lebih suka melakukan menuliskannya Ingin melakukan segala
pertunjukan sesuatu
(demonstrasi) dari pada Menyukai permainan
berpidato. yang menyibukkan
Lebih menyukai seni
dari pada musik.
Sering kali mengetahui
apa yang harus
dikatakan, akan tetapi
tidak pandai memilih
kata-kata.
Kadang-kadang suka
kehilangan konsentrasi
ketika mereka ingin
memperhatikan.

54
2.4. Cara Mengetahui Gaya Belajar Siswa

Ada beberapa cara yang bisa digunakan oleh pendidik untuk mengetahui gaya belajar dari
siswanya:

a. Dengan cara observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai
metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswasiswa
yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa siswa yang kuat bertahan
lama dalam mendengarkan. Dari sini kita dapat mengklasifikasikan secara sederhana tipetipe
siswa dengan model pembelajaran auditori yang menonjol. Metode lain yang dapat digunakan
yaitu dengan memutar film, menunjukan gambar atau poster, dan juga menunjukan peta ataupun
diagram. Dengan proses belajar mengajar ini kita dapat melihat para siswa dengan
kecenderungan belajar visual. Setelah itu, gunakan metode pembelajaran menggunakan praktek
atau simulasi. Para pembelajar kinetis tentu saja akan sangat antusias dengan model
pembelajaran seperti ini.

b. Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses
penyatuan bagianbagian yang terpisah, misalnya menyatukan modelmodel rumah yang
bagiannya terpisahkan. Bagi para pembelajar visual, akan memulai dengan melihat gambar
secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambargambar tersebut sebelum menyatukan
bagianbagian rumah secara utuh. Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis
mengenai lagkahlangkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu
memperdulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinetis akan langsung mempraktekkan
dengan memncobacoba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tapa terlebih dahulu
melihat gambar atau membaca petunjuk lisan.

c. Cara yang lebih komprehensif adalah dengan melakukan survey atau tes gaya belajar. Namun
demikian, alat survey atau tes harus mengikat pada konsultan atau psikolog tertentu.

2.5. Manfaat Mengetahui Gaya Belajar

Megetahui gaya belajar sangat penting , karena tiap siswa pasti memiliki gaya belajar yang
berbeda beda .Ada banyak keuntunga yang dimiliki dengan mengetahui gaya belajar .
Adapun manfaat tersebut meliputi:

55
a.Keuntungan akademik
1. Memaksimalkan potensi belajar
2. Sukses pada setiap tingkat pendidikan
3. Memahami cara belajar yang terbaik dan bisa mendapatka nilai lebih baik pada ujian dan tes
4. Mengatasi keterbatasan di dalam kelas
5. Mengurangi tingkat stres dan
b. Keuntungan pribadi
1. Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri
2. Mempelajari cara terbaik menggunakan otak
3. Mendapatkan wawasaan kekuatan dan kelemahan diri sendiri
4. Mengembangkan motifasi untuk belajar
5. Mempelajari bagaimana caranya memaksimalkan kemampuan serta keterampilan alami diri
sendiri
c.Kentungan professional
1. Unggul dalam kompetisi dan pertandingan
2. Mengelola tim dengan cara yang lebih efektif
3. Meningkatkan keterampilan dalam menjual
4. Meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

2.6. Teknik Cara Mengajar Siswa dengan Tipe Tipe Gaya Belajarnya
Untuk pembelajar visual dimana lebih bayak menyerap informasi dengan mata, hal hal
yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan belajar mereka adalah
a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan , sehingga mereka bisa melihat langsung apa
yang ditukiskan atau digambar oleh guru
b. Selain tulisan , buatlah lebih banyak bagan bagan , diagram .
c. Putarkan film dan mintalah mereka untuk menulis poin poin yang penting yang perlu
dihafal
d. Gunakan berbagai ilustrasi dan bebagai gambar
e. Tulis ulang apa yang ada dipapan tulis
f. Gunakan warna warni yang berbada pada tiap tulisan

56
Untuk pembelajar auditory, dimana mereka lebih banyak meneyerap informasi melalui
pendengaran, halhal yang bisa dilakuka untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka
adalah
a. Gunakan radio dalam pembelajaran
b. Saat belajar , biarkan mereka membaca dengan nyaring dan eras
c. Seringlah memberikan pertanyaan kepada mereka
d. Membuat diskusi kelas
e. Menggunakan rekaman
f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata kata
g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang suatu pelajaran
h. Belajar berkelompok
Sedangkan untuk pembelajar kinestetik , dimana mereka lebih banyak menyerap
informasi dengan gerakan fisik , hal hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan
kemampuan belajar mereka adalah :
a. Memperbanyak praktek lapangan
b. Melakukan demontrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses
c. Membuat model atau contoh contoh
d. Belajar tidak harus duduk secara formal , tetapi dapat dilakukan dengan posisi yag nyaman
e. Perbanyak praktek laboratorium
f. Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak.
g. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.

2.7. Tujuan Memahami Gaya Belajar dan Teknik Belajar

Pentingnya memahami gaya belajar tidak lain untuk bertujuan untuk menemuka kecocokan
antara cara penyampaian informasi dan jenis gaya belajar yang melekat pada diri peserta didik ..
Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda beda dan bias belajar yang lebih baik
melalui cara yang berbedabeda.
Dengan kata lain, memhami gaya belajar yang dimiliki adalah cara yang terbaik untuk
memaksimalkan proses belajar di kelas . Setelah mengetahui gaya belajar dan mengetahui
metode terbaik untuk membantu dalam proses belajar,maka kita akan dapat mengetahui
perkembangan kita di kelas dalam proses belajar.

57
2.8. Peran Pendidik dalam Proses Pembelajaran

Peran pendidik dalam pembelajaran lebih banyak berperan sebagai pembimbing dan
pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran sehingga mempengaruhi
terhadap intensitas peranan pendidik dalam pembelajaran. Pada awal pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik sangat tinggi yaitu untuk menyajikan berbagai bahan informasi bahan
belajar , memberikan motivasi serta memberikan bimbingan kepada peserta dalam melakukan
pembelajaran , tetapi makin lama makin menurun intensitas peranannya digantikan oleh peran
yang sangat tinggi dari peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran .
Langkah langkah yang perlu ditempuh pendidik dalam membantu peserta didik dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:
a. Membantu peserta didik dalam menyusun kelompok belajar
b. Membantu peserta didik dalam mendiagnosis kebutuhan pelajar
c. Membantu peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
d. Membantu peserta didik dalam merancang pengalaman belajar
e. Membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

Kesimpulan

Secara umum ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama,
bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, cara kita mengatur
dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak).
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan
ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik.
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang,
dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Sedangkan gaya
belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini,
lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar.
Adapun gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan

58
menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan
fisik.

BAB 7
DOMINASI OTAK
Sistem identifikasi V-A-K membedakan bagaimana kita menyerap informasi. Untuk menentukan
dominasi otak dan bagaimana anda memproses informasi, kami menggunakan model, yang awalnya
dikembangkan oleh Anthony Gregorc, professor dibidang kurikulum dan pengajaran di Universitas
Conneccticut. Kajian investigatifnya menyimpulkan adanya dua kemungkinan dominasi otak :
Persepsi konkret dan abstrak
Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (nonlinear)
Ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang kita sebut gaya berfikir anda
Gregorc menyebut gaya gaya ini, sekuensial konkrit, sekuensial abstrak , acak konkrit, dan acak
abstrak. Orang yang termasuk dalam dua kategori sekuensial cenderung memiliki dominasi otak kiri,
sedangkan orang orang yang berfikir secara acak biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan.
Mengenai identifikasi V-A-K, tidak setiap orang harus masuk kedalam salah satu klasifikasinya.
Walaupun demikian, kebanyakan kita cenderung pada yang satu daripada yang lainnya. Mengetahui cirri
dominasi anda membuar anda bekerja dengannya dan juga menetapkan cara- cara tersebut untuk
menjadi lebih seimbang.

59
Aktivitas aktivitas yang berbeda memerlukan cara berfikir yang berbeda pula. Jadi, keuntungan
andalah untuk mengetahui, pertama, yang mana cara yang dominan anda dan kedua, apa yang dapat anda
lakukan untuk mengembangkan cara berfikir yang lain dalam diri anda . salah seorang pembimbing
SuperCamp , John Parks Le Tellier, merancang sebuah tes untuk membantu anda ,mengenali cara berfikir
atau klasifikasi anda.

1. Pemikir sekuensial konkret (SK)


Seperti yang ditunjukkan istilah ini, pemikir sekuensial konkret berpegang pada kenyataan dan
proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para SK, realitas terdiri dari apa
yang dapat mereka ketahui melalui indra fisik mereka, yaitu indra penglihatan, peraba, pendengaran,
perasa, dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat
fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus dengan mudah. Catatan atau makalah
adalah cara baik bagi orang-orang ini untuk belajar. Pelajar SK harus mengatur tugas-tugas menjadi
proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka
menyukai pengarahan dan prosedur khusus. Karena kebanyakan dunia bisnis diatur dengan cara ini,
mereka menjadi orang-orang bisnis yang sangat baik. Inilah beberapa kiat bagi orang-orang SK.

Bagunlah kekuatan organisasional anda


Aturlah minggu-minggu dan hari-hari anda secara realistis, rencanakan sebelumnya berapa
lama waktu yang anda perlukan untuk proyek anda.
Ketahuilah semua detail yang diperlukan
Pastikan anda mengetahui segala sesuatu yang anda butuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas.
Pecah pecahlah tugas anda menjadi beberapa tahap
Tentukan tenggat waktu supaya anda tidak merasa harus terburu-buru.
Aturlah lingkungan kerja yang tentram
Ketahuilah apa saja yang dapat mengganggu konsentrasi anda dan musnahkan itu.
Pemikir sekuensial konkret ( SK ) memperhatikan dan mengingat detail dengan mudah,
mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, dan berusaha mencapai kesempurnaan.
Kiat-kiat jitu bagi pemikir SK :
Bangunlah kekuatan organisasional Anda
Cari tau detail yang Anda perlukan
Bagilah proyek Anda menjadi beberapa tahapan
Tatalah lingkungan kerja yang tenang

60
2. Pemikir Acak Konkret (AK)
Pemikir Acak Konkret mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang
kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin
melakukan pendekatan coba-salah (trial and error). Karenanya, mereka sering melakukan lompatan
intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya.
Mereka mempunyai dorongan kuat untuk menentukan alternative dan mengerjakan segala sesuatu
dengan cara mereka sendiri. Waktu bukanlah prioritas bagi orang-orang AK, dan mereka cenderung tidak
memerdulikannya, terutama jika sedang terlibat dalam situasi yang menarik. Mereka lebih terorientasi
pada proses daripada hasil; akibatnya, proyek-proyek seringkali tidak berjalan sesuai dengan yang mereka
rencanakan karena kemungkinan-kemungkinan yang muncul dan yang mengundang eksplorasi selama
proses.
Gunakan Kemampuan Berpikir Divergen Anda yang Lain
Percayalah bahwa melihat segala sesuatu lebih daripada satu sudut pandang adalah hal yang
baik. Temukan ide-ide alternative dan eksplorasi semuanya. Ciptakan ide-ide daripada sekedar
menilainya. Peliharalah sikap selalu bertanya.
Siapkan Diri Anda untuk Memecahkan Masalah
Libatkan diri dengan proyek yang memerlukan pemecahan masalah atau kerjakan tugas Anda
sendiri dengan memunculan pertanyaan dan kemudian memecahkannya.
Periksa Waktu Anda
Berikan diri Anda tenggat waktu untuk setiap tahap dari tugas Anda dan kemudian usahakan
untuk menyelesaikan tepat waktu.
Terimalah Kebutuhan Anda untuk Berubah
Ketika segala sesuatu tampak mulai membosankan,buatlah perubahan-perubahan kecil untuk
tetap menajamkan pikiran Anda walaupun itu berarti berpindah keruangan atau tempat lain.
Carilah Dukungan
Carilah orang-orang yang menghargai pemikiran divergen karena hal ini dapat membantu Anda
merasa yakin pada diri Anda.
Pemikir Acak Konkret (AK) berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba.
Kiat-kiat jitu bagi pemikir AK:
Gunakan kemampuan divergen Anda
Siapkan diri Anda untuk memecahkan masalah
Cermati waktu Anda
Terimalah kebutuhan Anda untuk berubah

61
Carilah dukungan bagi diri Anda
3. Pemikir Acak Abstrak (AA)
Dunia nyata untuk pelajar Acak Abstrak adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik
pada nuansa, dan sebagian lagi pada mistisme. Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan
mengaturnya dengan refleksi. (kadang-kadang hal ini memakan waktu lama sehingga orang lain tidak
menyangka bahwa orang AA mempunyai reaksi atau pendapat).
Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat
lebih menuingkatakan atau mempengaruhi belajar mereka.
Mereka merasa dibatasi ketika berada dilingkungan yang sangat teratur sehingga Anda tak
menemukan banyak dari mereke bekerja di perusahaan asuransi, bank, atau sejenisnya. Mereka berkiprah
dilingkungan yang tidak teratur yang berkaitan dengan orang-orang.
Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistik; mereka perlu melihat keseluruhan gambar
sekaligus, bukan bertahap. Dengan alasan inilah, mereka akan terbantu jika mengetahui bagaimana segala
sesuatu terhubung dengan keseluruhannya sebelum masuk ked alam detail. Walaupun orang-orang AA
cukup banyak jumlahnya, dunia tidak berjalan dengan gaya AA. Orang-orang dengan cara berpikir seperti
ini bekerja dengan baik dalam situasi-situasi yang kreatif dan harus bekerja lebih giat dalam situasi yang
lebih teratur. Inilah beberapa cara bagi orang-orang AA untuk memenfaatkan bakat mereka dengan
sebaik-baiknya.
Gunakan Kemampuan Alamiah Anda untuk Bekerja dengan Orang-Orang Lain
Carilah rekan-rekan yang dapat bekerja sama dengan Anda, dan gabungkan gagasan-gagasan
Anda dengan rekan-rekan Anda. Jika Anda harus menyelesaikan satu tugas, tentukan tenggat waktunya,
dan periksalah sesering mungkin.
Kenali Bagaimana Kuatnya Emosi Mempengaruhi Konsentrasi Anda
Hindari orang-orang negatif, dan selesaikan persoalan pribadi dengan cepat. Hal ini dapat
menguras tenga Anda.
Bangunlah Kekuatan Untuk Belajar dengan Asosiasi
Ciptakan asosiasi visual dan verbal. Gunakan metafora, cerita-cerita konyol, dan ungkapan-
ungkapan kreatif lainnya untuk membantu Anda mengingat.
Lihatlah Gambar yang Besar
Bekerjalah dari konsep yang besar, baru kemudian ke detail-detail yang ada.
Cermatilah Waktu
Berhati-hatilah untuk memberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Mulailah
dengan tugas yang paling sulit, ambil jeda singkat, kemudian pindah ketugas lainnya. Kembalilah pada

62
tugas yang pertama jika pikiran Anda sudah jernih. Tak ada salahnya mengerjakan lebih dari satu tugas
dalam satu waktu.
Gunakan Isyarat-Isyarat Visual
Tempelkan catatan pengingat di mobil Anda, di cermin kamar mandi, atau dimana saja yang
Anda yakin untuk melihatnya. Warnailah kalender bulanan dengan kode informasi yang Anda perlukan
agar tampak dihadapan Anda. Gunakan satu warna untuk keperluan pribadi, satu warna untuk
pekerjaan/karir, satu warna untuk keluarga, dan seterusnya.
Pemikir Acak Abstrak (AA) mengatur informasi melalui refleksi dan berkiprah di dalam
lingkungan tidak teratur yang berorientasi pada orang.
Kiat-kiat jitu bagi pemikir AA :
Gunakan kemampuan alamiah Anda untuk bekerja sama dengan orang lain
Ketahuilah betapa kuat emosi mempengaruhi konsentrasi Anda
Bangunlah kekuatan belajar Anda dengan berasosiasi
Lihatlah gambaran besar
Waspadalah terhadap waktu
Gunakan isyarat-isyarat visual
4. Pemikir Sekuensial Abstrak (SA)
Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak.
Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganialisis informasi. Mereka sangat menghargai orang-orang
dan peristiwa-peristiwa yang teratur rapi. Adalah mudah bagi mereka untuk meneropong hal- hal penting,
seperti titik-titik kunci dan detail-dtail penting. Proses berpikir mereka logis, rasional, dan intelektual
Aktifitas favorit pemikir sekuensial abstrak adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti,
mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebabdibalik akibat dan
memahami teori serta konsep. Seperti yang dapat Anda bayangkan, orang-orang ini adalah filosof-filosof
besar dan ilmuwan-ilmuwan peneliti. Biasanya, mereka lebih sukabekerja sendiri dari pada berkelompok.
Inilah beberapa kiat bagi para pemikir SA.
Latih Diri Anda Berpikir
Ketika memecahkan masalah, ubahlah masalah Anda menjadi situasi teoritis dan pecahkanlah dengan
cara itu
Perbanyak Rujukan Anda Upayakanlah Keteraturan
Jika anda terlibat dalam suatu proyek, pastikan untuk membaca segala sesuatu yang dapat Anda baca
tentang proyek tersebut agar Anda mendapatkan semua fakta yang Anda inginkan untuk melengkapinya
sesuai standar Anda.

63
Analisislah Orang-Orang yang berhubungan dengan Anda
Jika Anda mengetahui gaya belajar orang lain, maka akan lebih mudah bagi Anda untuk memahami
mereka dan membuat mereka memahami Anda.
Bagaimana Orang dengan Cara-Cara Berpikir yang Berbeda Merencanakan Liburan yang Sama
Inilah contoh bagaimana cara-cara berpikir yang berbeda bekerja. Jika Anda adalah seseorang
pemikir sekuensial konkret, Anda akan cenderung untuk memilih liburan yang pernah Anda lakukan
sebelumnya, pergi ke tempat yang sama, memilih biro perjalanan yang sama. Anda akan merencanakan
kapan dan kemana Anda akan pergi, berapa lama Anda akan tingggal disana, berapa banyak uang yang
Anda keluarkan. Begitu anda memutuskannya, Anda akan merencanakan setiap langkah dengan khusus.
Kalau Anda akan pergi ke suatu tempat yang belum pernah anda pergi sebelumnya, Anda kan mencari
tahu segala sesutau yang belum Anda ketahui. Anda akan mengirim surat untuk meminta brosur. Anda
akan menyediakan dana untuk hotel, makan, oleh-oleh, dan pengeluaran. Mungkin persiapan anda lebih
jauh lagi dengan memasukkan uang ke dalam amplop yang terpisah untuk setiap keperluan.
Dilain sisi, jika Anda adalah seorang pemikir acak abstrak, Anda mungkin akan pergi ke suatu
tempat yang pernah diceritakan seseorang kepada Anda dengan sangat mengagumkan. Anda tidak akan
menentukan pilihan Anda melalui brosur. Perasaan Anda akan sangat gembira dengan tempat luar bisaa
yang akan Anda kunjungi itu. Mungki Anda akan mengajak beberapa teman bersama Anda. Anda ingin
liburan Anda tidak diatur, dan begita Anda tiba di tempat itu, Anda akan melakukan apa yang terasa
menyenangkan pada saat itu.

Menyeimbangkan Kekuatan Pikiran Anda


Ketika Anda mengetahui cara berpikir Anda, Anda akan menjadi pemikir yang lebih seimbang
dengan sesekali memakasa diri anda untuk menggunakan cara berpikir dan menyerap informasi yang
kurang sesuai bagi Anda. Inilah beberapa latihan yang disuslkan oleh Net Hermann seorang ahli dalam
dominasi otak, untuk membantu mengembangkan kuadran-kuadran yang tidak begitu anda sukai.
Jika Anda adalah Pemikir Dominan Otak Kanan (AA dan AK)
Peljarilah bagaimana sebenarnya cara kerja mesin yang sering anda gunakan.
Aturlah foto-foto anda ke dalam album
Usahakan untuk tepat waktu sepanjang hari
Aturlah pengeluaran pribadi
Rangakaikanlah rakitan model berdasarkan instruksi
Bergabunglah dengan klub investasi
Atasi masalah yang ada dan analisislah bagian-bagian utama

64
Belajarlah untuk mengoprasikan computer pribadi
Tulislah tinjauan kritis terhadap film favorit anda
Aturlah buku-buku anda menurut urutan jenisnya
Jika anda adalah peikir dominan otak kiri (SA atau SK)
Usahakan untuk memahami perasaan binatang peliharaan anda
Temukan resep masakan dan siapkanlah
Bermainlah dengan tanah liat dan temukan hakikatnya
Buatlah lima ratus foto tanpa menghawatirkan biayanya
Ciptakan logo pribadi anda
Kemudikan mobil kemana saja tanpa merasa bersalah
Bermain-mainlah dengan anak anda dengan cara yang mereka inginkan
Sisihkan waktu jeda perasaan sepuluh menit setiap hari
Pasang music yang anda suka ketika anda ingin mendengarkannya
Alami spiritualitas anda dengan cara nonreligius
Ambilah belokan yang keliru dan telusurilah lingkungan yang baru
Anda ingin mengukur seberapa besar anda dapat mengendalikan dominasi otak anda? Cobalah
untuk melakukan beberapa aktifitas ini selama dua atau tiga minggu lalu lakukan tes lagi. Dengan
menggunakan grafik berikut, but kembali grafik anda dan badingkan dengan yang anda lakukan
sebelumnya. Anda akan heran melihat betapa banyak perubahan yang anda hasilkan.
Orang-orang berbakat tampaknya belajara dengan cara yang sama baik secara visual, auditorial,
dan kinestetik. Mereka lebih seimbang dalam menggunakan belahan otak kanan dan otrak kiri. Anda
dapat meningkatkan kemampuan untuk belajar dan berhubungan dengan orang lain dengan menggunakan
modalitas, yang paling tidak anda sukai.
Kalau anda termasuk orang visual, anda dapat mengembangkan cara-cara auditorial dan
kinestetik dengan berbicara mengenai berbagai hal dan melakukannya dengan gerak tubuh. Misalnya,
setelah menghadiri suatu seminar, ceritakanlah kepada seseorang secara terperinci dengan menggunakan
tangan dan tubuh anda untuk menekankan hal-hal dan informasi terkini. (jika anda tidak dapat
menemukan sesorang yang tertarik untuk mendengarkan, hewan peliharaan anda pasti akan menghargai
perhatian ini).
Jika anda termasuk orang auditorial, tunggulah seminar selesai, buatlah peta pikiran (bab 7) dari
informasi yang anda tangkap, dengan menggunakan beraneka macam warna, symbol, dan grafik. Se[perti
orang-orang visual, anda juga dapat mengembangkan cara kinestetik dengan melakukan konsep-konsep

65
kunci dengan gerakan tubuh, atau dengan benar-benar membentuk model untuk mendemonstrasikan kalau
ini memungkinkan.
Sebagai pelajar kinestetik, anda juga dapat membuat peta pikiran dari materi yang anda dapatkan
dan menarik gambaran dari hal tersebut (orang kinestetik suka menggambar) unutuk mengembangkan
gaya visual anda. Lalu bicarakan dengan suara keras, dengan mengatur dan mengubah-ubah nada dan
keras suara anda untuk menekankan bagian-bagian penting. Cobalah untuk berbicara dengan irama.
Ingat, tak satu cara berpikir atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih buruk dari pada
yang lainnya. Mereka hanya berbeda saja. Setiap cara yang berhasil kuncinya menyadari yang mana yang
paling berhasil untuk anda, dan juga mengembangkan yang lain-lainnya .

66

Anda mungkin juga menyukai