Anda di halaman 1dari 7

Nama : Azba Novanda Fasha

NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

UJIAN AKHIR SEMESTER BELAJAR PEMBELAJARAN


Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

Petunjuk !!
a) Baca dengan teliti setiap soal yang disajikan!
b) Tulis jawaban dengan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami.
c) Jawaban diketik rapi
d) Jawaban diunggah di google classroom pada tanggal 20 Juni 2020
e) Apabila ada hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan langsung kepada dosen
pengampu mata kuliah

1. Secara garis besar teori-teori belajar dikelompokkan menjadi tiga paradigma, yaitu
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Uraikan secara sistematis tentang
pengertian belajar, ciri-ciri teori, proses pembelajaran, implikasi teori terhadap
pembelajaran, dan berikan kritik terhadap masing-masing paradigma tersebut!
2. Pilih salah satu strategi pembelajaran atau model pembelajaran yang telah dijelaskan oleh
kelompok diskusi ( Experiental learning, cooperative learning dan problem based
learning) Uraikan pengertian, tujuan, urutan langkah (sintak), peran guru, sistem
pendukung, kelebihan, dan kekurangan dengan menggunakan strategi atau model atau
metode pembelajaran tersebut!
Nama : Azba Novanda Fasha
NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

JAWABAN
1. a) Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan.
Proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran
lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang
dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus
respon (S-R).
Implikasi behaviorisme terhadap pembelajaran memberikan sebuah stimulus berupa
materi – materi pengajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respon yang berupa
perubahan tingkah laku dari murid – muridnya. Perubahan tingkah laku dalam bentuk dari
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan pelajaran yang diberikan berubah
menjadi mampu untuk mempraktekkannya. Guru tidak melihat bagaimana proses murid – murid
mencerna materi pengajaran, guru hanya melihat bagaimana hasil akhir yang
diperoleh. Reinforcement positive atau negative yang akan diberikan tergantung dari bagaimana
perubahan tingkah laku yang dihasillkan.
Kritik terhadap teori belajar behaviorisme adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada
guru, bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b) Kognitivisme
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa
meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi
antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi
adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan
kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari
informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang
terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori
kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi
Nama : Azba Novanda Fasha
NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau


tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang
konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar, yaitu:
1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks.
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar
dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan
pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara
aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat
menentukkan keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru.
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan
persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan
perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses
belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati)[3][3]. Dalam teori ini menekankan
pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling
berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi
komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan
kehilangan sesuatu.
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari
aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c) Mementingkan peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-
bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau dihadirkan dalam
diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu
yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan
perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya
selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di
tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan
dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang
mendengarkan ceritanya
C. Kontruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan
Nama : Azba Novanda Fasha
NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.


2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah
ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini
berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau
sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang
memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

2. Cooperative Learning
# Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang mempunyai kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
# Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin,
1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Selain mencakup berbagai tujuan sosial, cooperative learning juga bertujuan memperbaiki
prestasi siswa dan tugas-tugas akademik lainnya. Model pembelajaran ini unggul dalam
memahami konsep-konsep sulit. Model pembelajaran cooperative dapat meningkatkan nilai
siswa pada pelajaran akademik dan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan norma hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
Nama : Azba Novanda Fasha
NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa
sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
# Langkah – langkah Model Pembelajaran Inquiry Learning:
1. Orientasi
Pada tahap ini adalah tahapan yang sangat penting dimana pada tahap ini guru dituntut untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Pada tahap ini guru dapat
memberitahukan siswa mengenai:
a) Materi apa yang akan dipelajari;
b) Apa tujuan yang akan dicapai; serta
c) Mempersiapkan siswa untuk mulai menggunakan model pembelajaran inkuiri.
2. Merumuskan masalah.
Pada tahap ini siswa diarahkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Masalah dapat
disajikan dengan cara yang menarik seperti demonstrasi unik ataupun dalam bentuk teka-teki
sehingga siswa tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi dan merumuskannya dalam suatu
pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak harus dijawab nya sendiri.
3. Merumuskan hipotesis
Pada tahapan ini siswa dilatih untuk membuat suatu hipotesis atau jawaban sementara dari
masalah yang telah disaksikannya. Hipotesis belum tentu benar sehingga doronglah anak-anak
untuk tidak takut dalam mengemukakan hipotesisnya. Guru juga dapat membantu siswa
membuat hipotesis dengan memberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya mengarah pada
hipotesis siswa.
4. Mengumpulkan data
Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan
suatu proses yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa karena
pada tahap ini siswa dilatih untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang dimilikinya.
5. Menguji hipotesis
Langkah ini merupakan langkah yang latih kemampuan rasional siswa, dimana hipotesis yang
telah dibuat kemudian diuji dengan cara dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian
ditunjukkan. Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya diri pada siswa sehingga siswa
dapat menguji hipotesis nya berdasarkan data dan fakta
6. Merumuskan kesimpulan
Pada langkah ini siswa dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang akurat.
Nama : Azba Novanda Fasha
NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

 Peran guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebagai


fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.
# Peran guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebagai
fasilitator,
mediator, director-motivator, dan evaluator. Sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki
sikap-sikap sebagai barikut:
1. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
2. Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan
pembicaraannya baik secara individual dan kelompok
3. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu
kelancaran belajar
4. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber belajar yang bermanfaat bagi yang
lainnya
5. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam pertukaran
pendapat
Sebagai mediator guru berperan sebagai penghubung dalam menjebatani mengaitkan
materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan
yang nyata ditemukan di lapangan. Peran ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran
bermakna (meaningful learning), yaitu istilah yang dikemukakan Ausubel untuk menunjukkan
bahan yang dipelajari memiliki kaitan makna dan wawasan dengan apa yang sudah dimiliki
siswa sehingga mengubah apa yang menjadi milik siswa.
Sebagai director-motivator guru berperan dalam membimbing serta mengerahkan
jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Selain itu juga
menjadi pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Peran ini sangat penting dalam
rangka memberikan semangat dan mendorong belajar kepada siswa dalam mengembangkan
keberanian siswa baik dalam mengembangkan keahlian dalam bekerjasama yang meliputi
mendengarkan dengan seksama, mengembangkan rasa empati, maupun berkomunikasi saat
bertanya, mengemukakan pendapat atau menyampaikan permasalahannya.
Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih ditekankan pada proses
pembelajarannya. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok. Alat yang
digunakan dalam evaluasi selain bentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan
observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas.
# Sistem pendukung pada cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar
yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih.
# Kelebihan, dan kekurangan dengan menggunakan strategi atau model atau metode
pembelajaran:
Kelebihan:
1. Melalui cooperative learning dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
Nama : Azba Novanda Fasha
NPM : 190401010052
Kelas : 2019B

3. Cooperative learning dapat membantu untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir, hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka
panjang.
5. Cooperative learning dapat membantu memberdayakan untuk bertanggung jawab dalam
belajar
6. Cooperative learning merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik skaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage
waktu.
7. Melalui cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan
menerima umpan balik.
8. Cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata

Kekurangan:
1. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai;
2. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang
sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan;
3. Saat diskusi kelas, terkadang di dominasi seseorang.
4. Jika tanpa peer teaching yang efektif, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus
dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.
5. Penilaian yang diberikan cooperative learning didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

Anda mungkin juga menyukai