Anda di halaman 1dari 15

ISSN 2502-8723 

PROSIDING 

SEMINAR NASIONAL Pendidikan dan Pembelajaran bagi Guru dan Dosen 2016 

ERSITAS 

UNIVEA 

QURUHAN 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

BRILLIANT BRIGHT FUTURE 

Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 

*Pengembangan Profesionalisme Guru Dan Dosen Indonesia 

Malang, 07 Mei 2016 

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI


DOSEN DAN GURU 

TAHUN 2016 

Ketua Tim Wakil Ketua Tim Tim Reviewer 

: Drs. F.I. Soekarman, M.Pd : Agus Sholeh, S.Pd, M.Pd :1. Dr. Suciati, SH, M.Hum 

2. Prof. Dr. Soedjijono, M.Hum 

3. Drs. Triwahyudianto, S.Pd, MSi 4. Drs. Edy Susilo, M.Pd 5. Dra. Sri Rahayu. M.Pd 

6. Rina Wijayanti, M.Psi 7. Laily Tiarani, M.Psi 

Dewan Redaksi 

: 1. Drs. Iskandar Ladamay, M.Pd 

2. Romia Hari Susanti, M.Psi 3. Devi Permatasari, M.Pd 4. Yuli Ifana Sari, M.Pd 5. Arif Rahman Hakim,
M.Pd 6. Sarah Emmanuel, M.Psi 7. Ludovikus Boomans, M.Pd 

Kesekretariatan 

: 1. Ninik Setiowati, S.Pd 2. Dwi Ratna Asih, S.Pd 

Mengesahkan Fotokopi sesuai dengan aslinya 

Tanggal 

/ 2016 

Dekan FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri 


mú 

Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd. 

NIY. 1870301023 

ISSN 2502 9723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

PENGGUNAAN ANIMASI KOMIK DARI PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK 

MEREDUKSI BURNOUT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN AKUNTANSI Nora Yuniar Setyaputri,
M.Pd.... 

.......... 

190 

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENDIDIKAN KEJURUAN SEBAGAI SISTEM TERBUKA DALAM


MENGHASILKAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS Wahyu Diana, Syamsul Hadi, Purnomo, Rina Rifqie
Mariana 

.... 

196 

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS PROYEK 

Zuhrita Ariefiani, DjokoKustono, SyaadPatmanthara............ 

204 

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF SEBAGAI PELAYANAN PRIMA BAGI KONSELOR


PROFESIONAL Galang Surya Gumilang ... 

211 

KESELARASAN KURIKULUM SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN
KEBUTUHAN DU/DI Nurmalita Kurnia Dewi, Muladi, Isnandar, Riana Nurmalasari. 

221 

PROFIL KETERIKATAN AKADEMIK (ACADEMIC ENGAGEMENT) SISWA SMP 

DAN MTS YANG BERPRESTASI TINGGI (HIGH-ACHIEVER) Sri Panca Setyawati. 

.................... 

229 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA
MATERI ELASTISITAS SISWA KELAS X MAN MALANG I Zuhrita Ariefiani, Sabilal Rosyad, Markus Diantoro,
Sentot Kusaeri... 

......................... 

238 

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN 

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA 

Siti halimatus. 

245 

AUS.......... 

DESKRIPSI METAKOGNISI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM PEMECAHAN MASALAH


PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS Madya Kencana Juhandana
& Toto Nusantara.... 

252 

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION 

Fotokopi sestral dengan aslinya TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKUTAHI
MATEMATIKA 2016 

KT Dekan EKONOMI 

FKIP Universitas Nusantara PGRI Kedini Ema Surahmi 

266 
Dr. Hj. Sr Panca Setyawati, M.Pd. NIY. 1870301023 

ISSN 2502-8723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

xxix 

Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 "Pengembangan Profesionalisme Guru Dan Dosen Indonesia"
Malang, 07 Mei 2016 

Mengesankan Fotokopi sesuai dengan aslinya 

Tanggal 

I 2016 BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHI 

PELAYANAN PRIMA BAGI KONSELOR PROFESIONALNusantara PGRI Kediri 

ENSTE SEBA Dekan 

Galang Surya Gumilang 

Program StudiBimbingandan Konseling-Universitas Nusantara PGRI Kediri 

galangsuryagumilang@yahoo.com Dr. Hj. Sri Panca Setyawatt, M.Pd. 

NY 1840301023 ABSTRAK: Artikel ini mendeskripsikan dan membahas mengenai komponen program
bimbingan dan konseling komprehensif, ekspektasi pelaksanaan binbingan dan konseling komprehensif,
dan ciri-ciri program bimbingan dan konseling komprehensif. Bimbingan konseling merupakan wadah
yang sangat vital di sekolah. Secara khusus, bimbingan dan konsuling bertujuan untuk membantu
konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan
karier. Konselor menerapkan bimbingan dan konseling koinperhensif untuk membantu siswa mencapai
perkembangan diri yang optimal, agar siswa, stake holder, dan orang tua memahami peran bimbingan
dan konseling untuk membantu memandirikan siswa. 

Key Words: Bimbingan dan Konseling Komprehensif, Konselor 

Pendahuluan 

Dalam sistem pendidikan sekolah, terdapat tiga pilar utama yang menopang keberhasilan sistem
pendidikan tersebut, yaitu administrasi supervisi, pengajaran, dan bimbingan dan konseling. Ketiga pilar
tersebut memiliki penaliggung jawabnya masing-masing, namun dalam pelaksanaannya semua stake
holder yang ada disekolah harus bahu membahu melaksanakannya. Bimbingan dan konseling sebagai
salah satu pilar tersebut juga memiliki penanggung jawab yaitu konselor, akan tetapi pelaksanaannya
diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak agar pelaksanaan bimbingan dan konseling yang
memandirikan bagi siswa bisa berjalan dengan baik. 

klasikal hanya dapat dilakukan bila ada guru mata pelajaran tertentu yang berhalangan hadir atau
dengan suka rela memberikan jam pelajaran kepada konselor sekolah untuk bimbingan kelompok
klasikal. Bimbingan klasikal untuk siswa kelas IX atau XII di banyak sekolah ditiadakan dengan alasan,
persiapan Ujian Nasional di tahun terakhir masa studi SMP dan SMA amat penting. Selama ini sekolah
lebih memusatkan pengembangan kompetensi akademis kognitif, peniadaan jam bimbingan kelompok
klasikal adalah bentuk nyata pemusatan perhatian sekolah hanya pada aspek akademik saja. Penentu
kebijakan pendidikan di tingkat sekolah memahami BK hanya berupa konseling saja dan terutama
berfungi dalam mengatasi persoalan-persoalan siswa. BK sebagai bagian dari sekolah belum dapat
membuktikan unjuk kerja yang berkualitas. Tiadanya program BK berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan, membuat siswa, pengelola sekolah, dan stake holder lain sulit memberi kepercayaan kepada
BK. 

Ironisnya, terdapat dua hal miris yang menjadi masalah utama pelaksanaan bimbingan dan konseling
seperti hasil pengamatan yang dilakukan. Pertama Bimbingan dan Konseling di banyak sekolah tidak
mendapatkan jam khusus untuk layanan bimbingan klasikal. Bimbingan 

ISSN 2002-8723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

215 

tujuan memberikan pelayanan terbaik untuk membantu kemandirian siswa. Maka 

dibutuhkan gambaran utuh bimbingan dan konseling yang dapat dijadikan pedoman bagi konselor untuk
membantu perkembangan siswa. 

Kebijakan meniadakan jam bimbingan klasikal mengakibatkan fungsi developmental, fungsi pencegahan,
dan pemeliharaan BK dalam aspek perkembangan personal, edukasional, dan karier tidak dapat
dijalankan secara utuh. Ketidakmengertian dan prasangka administrator sekolah bahwa BK dianggap
membuang-buang waktu dan tidak memberikan sumbangan berarti bagi perkembangan siswa
mengakibatkan sulitnya memperoleh dukungan sekolah terhadap prog.am BK. 

Kedua, banyak terjadi dilapangan bahwa bimbingan dan konseling hanya dilakukan oleh konselor saja
tanpa ada kerjasama dengan pihak lain. Dari pengamatan dilapangan, acap kali sekolah hanya memiliki
satu orang konselor untuk melayani 450 siswa, pun demikian tidak ada guru lain yang terlibat untuk
membantu dan hanya menyalahkan konselor saat ada siswa yang dinilai masih bandel di kelas. Pada
kasus lain, terdapat konselor yang kerjanya hanya duduk-duduk di kantor atau di kantin sekolah karena
konselor tersebut pusing mengurusi siswa satu sekolah sendirian. Atau konselor yang harus pontang
panting mengurusi semua kebutuhan siswa mulai bimbingan klasikal, konseling individu, home visit, dan
membantu pendaftaran masuk perguruan tinggi bagi siswa kelas XII. Sehingga terlihat jelas bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor kurang berdampak positif bagi siswa. 

Kedua hal diatas sudah berjalan sangat lama sekali, maka diperlukan keseriusan dari konselor untuk
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya secara komperhensif, dengan 

KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF 1. Pelayanan Dasar atau


Guidance 

Curriculum 

Menurut 
Depdiknas (2007),pelayanan dasar yaitu "Proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui
kegiatan penyiapan pengalarnan terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tugas perkembangan
yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam
menjalani kehidupannya". Layanan dasar ini bertujuan untuk membantu konseli memperoleh 

perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar
hidupnya, mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara lebih rinci, tujuan tersebut bisa dijabarkan
sebagai berikut: 

Tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar memiliki kesadaran
(pemahaman tentang diri dan 

lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), mampu mengembangkan


keterampilan 

untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri
dengan lingkungannya, mampu 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

ISSN 2502-8723 

216 

menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan 

mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya (Depdiknas, 

2007). 2. Layanan Responsif 

Pelayanan responsif diartikan sebagai pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan
dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (Depdiknas, 2007). Tujuan
dari pelayanan responsif ini yaitu membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan
dalam mencapai tugas tugas perkembangannya. Lebih lanjut Depdiknas (2007) menyatakan tujuan
pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial
pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan. 3. Perencanaan Individual 

Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya (Depdiknas, 2007). Pemahaman konseli dan karakteristiknya secara mendalam,
penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai 

dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan
mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk
keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli. Tujuan perencanaan individual ini dapat dirumuskan
sebagai upaya memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana
pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri.Melalui pelayanan perencanaan
individual, konseli diharapkan dapat: (1) mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,
merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya. informasi tentang Sekolah/t adrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya, (2)
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya, (3) mengukur
tingkat pencapaian tujuan dirinya, (4) mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya
(Depdiknas, 2007). 4. Dukungan Sistem 

Dukungan system merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur,
dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. Menurut
Depdiknas (2007) program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memper-lancar
penyelenggaraan pelayanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah 

untuk 

memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di 

unt 

TTTTT ATT ATTENT!! 

NULUI ILIVIV TIL 

ISSN 2502-8723 

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

217 

Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi pengembangan jejaring (networking), kegiatan


manajemen, riset, dan pengembangan. 

proses, hasil (result), dan dampak (outcome, impact) yang menjangkau siswa dan stake holder tersebut
di atas. 

EKSPEKTASI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF 

Program BK Komprehensif bersifat sistemik yang mana program BK dirancang untuk menjangkau
berbagai pihak, mulai dari siswa sebagai individu maupun kelompok, komunitas sekolah, keluarga,
komunitas, dan masyarakat. Pendekatan sistemik dalam program BK komprehensif menempatkan
individu sebagai pusat sistem dan menciptakan hubungan antar subsistem yang mempengaruhi individu
ke arah perkembangan positif seperti sekolah, keluarga, komunitas, dan masyarakat (Erford, 2004). 

Sifat sistemik Program BK Komprehensif dilaksanakan dengan asesmen yang dapat merumuskan
kebutuhan siswa dan stake holder penting lain seperi orang tua, komunitas sebaya, para guru, dan
administrator sekolah; layanan BK yang menjangkau siswa dan stake holder lain yang relevan seperti
orang tua, komunitas asal siswa, komunitas sebaya, para guru, dan masyarakat sekolah secara umum;
program BK Sistemik dapat melibatkan stake holder tidak saja sebagai penerima layanan, tetapi juga
sebagai rekanan dalam memberi layanan yang relevan, misalnya, dalam rangka menciptakan lingkungan
keluarga asal yang sehat dan kondusif bagi tumbuh kembang siswa, komite sekolah dapat terlibat dalam
mengorganisir kegiatan pendidikan keorangtuaan dan evaluasi 

1. Layanan Dasar atau Kurikulum 

Bimbingan 

Menurut Gysbers & Handerson (2007) kurikulum bimbingan ibarat sebuah kendaraan untuk
mengadirkan materi bimbingan kepada semua siswa dengan cara sistematis. Layanan dasar dapat
diberikan secara klasikal atau kelompok. Fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek
pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam
mencapai tugas tugas perkembangannya. a. Bimbingan Kelas 

Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta
didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik.
Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). b.
Pelayanan Orientasi 

Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah, untuk
mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Pelayanan
orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di
Sekolah/Madrasah biasanya mencakup organisasi Sekolah/Madrasah, staf dan guru guru, kurikulum,
program bimbingan dan 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

ISSN 2502-8723 

218 

konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana prasarana, dan tatatertib Sekolah/Madrasah c.
Pelayanan Informasi 

Yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik. melalui
komunikasi langsung, maupun tidak langsung melalui media cetak maupun elektronik, seperti: buku,
brosur, leaflet, majalah, dan internet. d. Bimbingan Kelompok 

Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5-
10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang
didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem)
dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat kiat menghadapi ujian, dan mengelola
stress. e. Pelayanan Pengumpulan 

Data/Apraisal/Aplikasi Instrumentasi 

Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan
lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen tes atau
non tes. 2. Layanan Responsif . 
Menurut Gysbers & Handerson (2007) layanan responsif merupakan bagian penting dari bimbingan dan
konseling komprehensif karena kebutuhan untuk memberikan respon/pertolongan kepada siswa secara
langsung dan seketika itu berdasarkan kebutuhan siswa, kegiatan yang bisa dilakukan yaitu konseling
individual, konseling krisis, referal, konsultasi dengan orang tua, guru atau profesi lain. 

Menurut Depdiknas (2007)“Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal
karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif". Kebutuhan ini seperti kebutuhan
untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber sumber
belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas. 

Kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam memberikan pelayanan responsif antara lain: a. Konseling
individual dan Kelompok 

Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan,
mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. b. Referal (Rujukan atau Alih
Tangan) 

Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka
sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang,
seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah mereka yang
memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit
kronis. c. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas 

Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang
peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah
peserta 

ISSN 2502-8723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

219 

didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. d.
Kolaborasi dengan Orang tua 

Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar
proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh
orang tua di rumah. e. Kolaborasi dengan pihak-pihak 

terkait di luar Sekolah/Madrasah 

Yaitu berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah urtuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. f. Konsultasi 

Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak piimpinan Sekolah/Madrasah
yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para
peserta didik, menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta
didik, melakukan referal, dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. g.. Bimbingan
Teman Sebaya 

Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik
yang lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan
oleh konselor. h. Konferensi Kasus 

Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, 

kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi
kasus ini bersifat terbatas dan tertutup. 

i. Kunjungan Rumah 

Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang
ditangani, dalam upaya menggentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya. 3. Perencanaan
Individual 

Menurut Gysbers & Handerson (2007) perencanaan individual menjadi bagian dari bimbingan dan
konseling komprehensif karena peningkatan kebutuhan dari semua siswa untuk merencanakanan secara
sistematis, memonitor, dan mengelola perkembangannya dan untuk mengambil keputusan berikutnya
tentang kehidup in, pendidikan, dan karier. 

Untuk melaksanakan perencanaan individual, aktivitas dan prosedur sepenuhnya digunakan untuk
memfasilitasi siswa dalam memahami dan secara berkala memantau perkembangannya. Siswa diajak
untuk berkomitmen dengan tujuan, nilai, kemampuan, perilaku, dan kegemaran, dan kompetensi
mereka, sehingga mereka melanjutkan perkembangan pendidikannya. Konselor menjadi "ahli
pengembangan dan penempatan”. Perencanaan individual dilaksanakan dengan kegiatan yang
membantu siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola perkembangan belajar dan karir
mereka. 

Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir,
dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup 

ISSN 2502-8723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

220 

pengembangan aspek akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan


pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan
memahami nilai belajar sepanjang hayat; karir meliputi mengeksplorasi peluang peluang karir,
mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif;
dan sosial pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan
sosial yang efektif. 4. Dukungan Sistem 

Untuk memberikan pelayanan bimbingan yang prima dan efektif mengikuti perkembangan jaman,
diperlukan aktivitas pendukung seperti pengemngan kemampuan konselor, riset, dan pengembangan
kurikulum. Dukungan sistem juga memfasilitasi kebutuhan bimbingan dari program sekolah yang lain
untuk menciptakan iklim saling membantu dalam mensukseskan sitem pendidikan sekolah. 

Administrasi dan manajemen program bimbingan dan konseling komprehensif membutuhkan dukungan
sistem. Itulah mengapa dukungan sistem menjadi komponen utama. Namun seringkali hal ini terlupakan
dan dipandang sebelah mata, padahal sangat penting untuk menunjang tiga komponen lainnya.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: a. Pengembangan Jejaring (networking) 

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi konsultasi dengan guru-guru,
menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, berpartisipasi dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan 

kegiatan Sekolah/Madrasah, bekerjasama dengan personel Sekolah/Madrasah lainnya dalam rangka


menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan
penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan
melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan
konseling. b. Kegiatan Manajemen 

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, liemelihara, dan meningkatkan
mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (1) pengembangan program, (2)
pengembangan staf, (3) pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan.
Dalamhalpengembangan profesionalitas, konselor secara terus menerus berusaha untuk
memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam
organisasi profesi, (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya),
atau (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana). Pemberian Konsultasi dan
Berkolaborasi, konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf
Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/ Madrasah (pemerintah, dan swasta)
untuk memper-oleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya
kepada para konseli, menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan
konseli, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

ISSN 2502-8723 

221 

Tabel 1.1. Komponen Program Bimbingandan Konseling Komprehensif di 

SD, SMP, dan SMA Komponen SD SMP SMA Program Layanan 35-45 25-35 15-25 Dasar 

% Perencanaan 10-30 15-25 25-35 Individu 

% Layanan 30-40 30-40 25-35 Responsif % % 


% Dukungan 10-15 10-15 10-15 Sistem 

CIRI-CIRI PROGRAM BIMBINGAN 

Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/ Madrasah untuk menjalin kerjasama
dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan
bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan instansi pemerintah, instansi swasta, organisasi profesi,
seperti ABKIN, para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan
orang tua konseli, MGBK, dan Depnaker dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan.
DalamManajemen Program, suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Cysbers & Handerson (2007) dukungan sitem
juga termasuk kegiatan kegiatan yang dapat mendukung program sekolah lainnya, seperti membantu
menjelaskan hasil tes IQ kepada guru dan orang tua dan membantu waka kurikulum menjelaskan
kelebihan dan kekurangan siswa sebagai bahan penyusunan KTSP." Namun perlu diperhatikan porsinya,
karena tugas utama konselor adalah pada ketiga komponen bimbingan dan konseling komprehensif lain.
Empat komponen tersebut harus dilaksanakan dengan proposi tertentu, sesuai keadaan pada sekolah
masing-masing. Berikut ini proporsi perhatian dan waktu yang harus dialokasikan untuk implementasi
komponen-komponen program bimbingan dan Konseling komprehensif yang rekomendasikan oleh CSCA
(2000). 

DAN KONSELING KOMPERHENSIF 1. Pengelolaan Program BK dilakukan 

dengan serius dan berkualitas. Seluruh langkah manajemen (asesmen, 

perencanaan, 

pengorganisasian, pelaksanaan layanan inti dan pendukung, dan evaluasi) dilaksanakan dengan
melibatkan siswa dan semua stake holder yang relevan. Siklus Asesmen, perencanaan,
pengorganisasian, dan evaluasi adalah motor penggerak bagi pelaksanaan layanan inti dan layanan
pendukung BK. Tanpa pengelolaan program BK semacam ini, layanan BK hanya akan menjadi aksi
'spontan' untuk mengatasi persoalan yang terus menerus bermunculan, sehingga pelayanail Bimbingan
dan Konseling tidak dapat memberi dukungan optimal bagi perkembangan peserta didik secara optimal
Schmidt (dalam Santohadi, 

2007). 2. Isi layanan BK mencakup 4 ragam 

bimbingan (personal, sosial, karier, belajar) tersedia secara lengkap. Layanan dalam empat ragam
bimbingan tersebut diselenggarakan bagi siswa dan stake holder lain sesuai kebutuhan. 

ISSN 2502-8723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 


222 

Keseimbangan perhatian pada empat ragam bimbingan ini akan dengan mudah diperiksa dengan
meninjau tujuan program BK, materi-materi yang dikelola melalui layanan bimbingan kelompok,
persoalan-persoalan yang muncul dalam konseling dan direkam 

secara memadai. 3. Pelayanan BK memenuhi beragam 

kebutuhan siswa dengan berbagai pendekatan, metode, dan jenis layanan yang beragam. Ragam bentuk
layanan BK dan isi layanan BK dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan nyata 

peserta didik. 4. Program BK memberi perhatian yang 

seimbang pada fungsi kuratif, developmental, preventif, dan perseveratif (CSCA, 2000). Keseimbangan
pelaksanaan keempat fungsi BK ini membutuhkan perencanaan yang serius dan matang berdasarkan
kebutuhan riil peserta didik yang diramu menjadi program yang aplikaitif dan implementasi program BK 

yang serius dan berkualitas. 5. Layanan dalam BK Komprehensif 

dirancang secara berurutan dan fleksibel. Urut-urutan proses bimbingan dengan materi tertentu adalah
implikasi dari prinsip perkembangan manusia. Program tersebut dapat dengan leluasa dimodifikasi
sesuai dengan kondisi aktual perkembangan siswa dari waktu 

ke waktu. 6. Program BK harus dapat memenuhi 

semua kebutuhan semua konseli dan semua orang yang signifikan bagi konseli yang berperan penting
bagi perkembangan mereka. Kelompok 

sasaran Program BK dalam hal ini tidak hanya siswa, tetapi juga orang tua, guru, teman sebaya, dan
masyarakat umum. Mereka menerima berbagai layanan seperti konsultasi, layanan konseling individual,
dan bimbingan kelompok. Pemberian layanan BK bagi stake holder tersebut diharapkan dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang peserta didik yang lebih luas 

(CSCA, 2000). 7. Pelayanan Bimbingan dan Konseling 

melibatkan banyak unsur yang mampu membantu perkembangan siswa secara utuh dalam kerja
kolaboratif. Pihak pihak yang terlibat dalam bimbingan dan Konseling misalnya konselor. guru konselor,
peer counselor, guru, tenaga medis, prikolog, psikiater, pu kerja sosial, forum orang tua, orang tua
secara 

pribadi, dan praktisi. 8. Alasan mendasar pentingnya Program 

BK Komprehensif adalah agar layanan BK di sekolah memberi dampak positif bagi peserta didik dan
pihak-pihak lain yang juga dilayani. Layanan BK bisa saja terjadi secara insidental tanpa direncanakan,
tetapi BK yang insidental tidak dapat menjamin munculnya dampak positif dalam diri peserta didik 

secara optimal. 9. Sosialisasi program BK kepada seluruh 

warga masyarakat sekolah dan luar sekolah didahulukan sebab kegiatan ini sangat strategis dalam
menciptakan iklim yang mendukung pelaksanaan program BK sepanjang tahun ajaran. 

ISSN 2502-8723 
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

223 

KESIMPULAN DAN SARAN 

dalam hal ini dinas pendidikan kabupaten/kota untuk menambah wawasan pengawas sekolah dan
kepala sekolah tentang hakikat dan prinsip manajemen BK Komprehensif, pentingnya kebijakan
pendidikan di sekolah yang mendukung implementasi program BK komprehensif dan pendidikan yang
utuh. Penambahan wawasan ini diharapkan dapat memicu terciptanya iklim sekolah yang kondusif bagi
implementasi program BK yang komprehensif yang melayani semua siswa secara maksimal. 

Tiadanya program BK berkualitas selama ini yang sesuai yang sesuai dengan kebutuhan, membuat siswa,
pengelola sekolah, dan stake holder lain sulit memberi kepercayaan kepada BK. BK selama ini dianggap
sebagai guru yang hanya memajang daftar aktivitas dapat mengacu pada pola 17 atau pola-pola yang
lain, tetapi tidak menonjolkan isi yang akan digarap', untuk mengembangkan aspek afektif, nilai, sikap,
dan perilaku positif siswa. Pola 17 yang sering dipajang di ruang BK sebenarnya hanyalah 'bungkus' yang
belum menampakkan ‘isi'. Ketidakmampuan BK di sekolah membuktikan unjuk kerja yang berkualitas
dan ketidak percayaan administrator dan seluruh staff kependidikan di sekolah. 

Diperlukan bimbingan dan konseiing komperhensif untuk menunjukkan unjuk kerja konselor sekolah
yang utuh dan mampu menghantarkan siswa menuju perkembangan diri optimum dengan
melaksanakan perencanaan program yang sesuai kebutuhan siswa, implementasi program dengan
melibatkan seluruh siswa, stake holder sekolah, dan orang tua, bukan hanya sebagai sasaran tetapi juga
sebagai pelaksana program bimbingan dan konseling, dan evaluasi program sebagai wujud akuntabilitas
bimbingan dan konseling membantu siswa mencapai perkembangan optimal. 

ABKIN sebagai organisasi profesi diharapkan merangkul pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan
kabupaten/kota untuk meningkatkan pemahaman konselor tentang pelaksanaan bimbingan konseling
komprehensifABKIN merangkul pemerintah 

DAFTAR RUJUKAN Connecticut Comprehensive School 

Counseling Program. 2000. (Online), (http://csca.org), diakses 

15 September 2015. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. 

Rambu-Rambu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal. Jakarta: 

Ditjen PMPIK. Erford, B.T 2004. Professional School 

Counseling A Handbook of Theories, Programs & Practices. 

Austin: CAPS Press. Gysbers, N.C &Henderson, P. 2007. 

Comprehensive Guidance Programs That Work II. Alexandria: ACA. 

Santoadi, F. 2007. Profil Manajemen 


Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA) Rekanan Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma (Prodi BK USD) di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006.Widya
Dharma, Vol. 17, No. 2, April 2007. 149-175. 

ISSN 2502-8723 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 

224

Anda mungkin juga menyukai