Oleh
PROGRAMSTUDIBIMBINGANDANKONSELING
FAKULTAS ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITASPGRIKANJURUHANMALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Keberadaan guru Bimbingan dan Konselingatau KonselordiaturmelaluiUndang-
UndangNomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang
dinyatakanbahwapendidikadalahtenagakependidikan yang berkemampuansebagai guru, dosen,
konselor,tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuaidengankekhususannya,
sertaberpartisipasidalampenyelenggaraanpendidikan (Nurrahmi, 2015). Undang-
undanginimengindikasikankewajiban guru bimbingan dan konselingmemilikikarakteristik yang
tidakdimiliki oleh guru matapelajaranselain guru bimbingan dan konseling.
Konseloradalahpembimbingpelayananahlibimbingan dan konseling,
dalamjalurpendidikan formal dan nonformal.Konselor adalah profesi yang
didedikasikanuntukkemaslahatanumatmanusia dan bekerjasesuaidengankeilmuan dan
pengalamannyasecaraterbimbing (Ardimen, 2018a; Hodges, 2018; PackBrown, Thomas, &
Seymour, 2008). Selainitu, konseloradalahprofesidinamis yang menyesuaikanterhadapperubahan
dan perkembanganmasyarakat dan dinamikasosial (Sholihah, Handayani, &Baskoro, 2019).
Tuntutankinerja dan keefektifanlayananterusdisorot. Bahkanpersoalan yang dihadapipesertadidik
juga semakinbermacam – macam.
Berdasarkan Permendikbud No. 111 tahun 2014, pasal 3, LayananBimbingan dan
Konselingyang
memilikisasaranmenunjangKonselimencapaiperkembanganterbaikdalamkemandiriansecarautuhs
ebagaiaspekpribadi, belajar, sosial, dan karir. Oleh karena itu dalam hal ini guru BK/Konselor
memiliki peran pentingserta kemuliaan dalam pendidikan.
Oleh para pengembang teori sosial, konsep tentang peran sosial itu digrtajam menjadi konsep
yang mengisahkan dra maturgi. Erving Goffman, dalam The Presentation of Self in Everyday
Life (1958), adalah salah seorang tokoh yang tertarik pada konsep peran sosial dalam kaitannya
dengan penampilan, wajah, dan ruang personal untuk menganalisis, yang disebutnya presentasi
diri atau manajemen kesan. Peter Burke, dalam History and Social Theory (1992),
mengembangkan analisis Goffman untuk membaca kisah dramaturgi dalam sejarah Ita lia pada
masa Renaisans.
Melalui proses analisis terhadap Konselornya menemukan pelajaran penting tentang cara seorang
(calon) Konselor membuat kesan menarik dalam memainkan peran sosial bagi konseli. Fare bella
figura, kata orang Italia.
Yang menjadi kata kunci di dalamnya adalah "nama" dan "reputasi". Dalam konteks kehidupan
para selebriti dan aktor aktris-artis, itulah yang disebut dengan pose, sikap tubuh, ges ture,
ekspresi, dan properti. Mengunjungi pasar (tanpa tahu persis harga barang-barang yang dijual
oleh para bakul di
DAFTAR RUJUKAN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 TentangBimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. 2014 Jakarta: Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sri Suneki dan Haryono, Paradigma Teori Dramaturgi Terhadap kehidupan Sosial, (Jurnal
llmiyah CIVIS Volume II, No 2, Juli 2012), h. 02.