Anda di halaman 1dari 10

KEHORMATAN DAN KEMULIAAN PROFESI BK/KONSELOR

MELALUI PRESPEKTIF TEORI DRAMATURGI


Makalah Terapan
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Problematik Bimbingan dan Konseling
Yang dibina oleh dosen Parid Rilo Pambudi, S.Pd., M.Pd.

Oleh

1. Melin Nur Afni 190401010002

2. Fahrul Imadudin 190401010015

3. Satria Ananta S. 190401010022

PROGRAMSTUDIBIMBINGANDANKONSELING
FAKULTAS ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITASPGRIKANJURUHANMALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Keberadaan guru Bimbingan dan Konselingatau KonselordiaturmelaluiUndang-
UndangNomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang
dinyatakanbahwapendidikadalahtenagakependidikan yang berkemampuansebagai guru, dosen,
konselor,tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuaidengankekhususannya,
sertaberpartisipasidalampenyelenggaraanpendidikan (Nurrahmi, 2015). Undang-
undanginimengindikasikankewajiban guru bimbingan dan konselingmemilikikarakteristik yang
tidakdimiliki oleh guru matapelajaranselain guru bimbingan dan konseling.
Konseloradalahpembimbingpelayananahlibimbingan dan konseling,
dalamjalurpendidikan formal dan nonformal.Konselor adalah profesi yang
didedikasikanuntukkemaslahatanumatmanusia dan bekerjasesuaidengankeilmuan dan
pengalamannyasecaraterbimbing (Ardimen, 2018a; Hodges, 2018; PackBrown, Thomas, &
Seymour, 2008). Selainitu, konseloradalahprofesidinamis yang menyesuaikanterhadapperubahan
dan perkembanganmasyarakat dan dinamikasosial (Sholihah, Handayani, &Baskoro, 2019).
Tuntutankinerja dan keefektifanlayananterusdisorot. Bahkanpersoalan yang dihadapipesertadidik
juga semakinbermacam – macam.
Berdasarkan Permendikbud No. 111 tahun 2014, pasal 3, LayananBimbingan dan
Konselingyang
memilikisasaranmenunjangKonselimencapaiperkembanganterbaikdalamkemandiriansecarautuhs
ebagaiaspekpribadi, belajar, sosial, dan karir. Oleh karena itu dalam hal ini guru BK/Konselor
memiliki peran pentingserta kemuliaan dalam pendidikan.

1.2 Topik Bahasan


Berdasarkanlatarbelakang di atas, makatopikbahasandalammakalahiniadalahKehormatan dan
Kemuliaanprofesi BK / konselor.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


TujuanpenulisanmakalahiniadalahmemahamiKehormatan dan kemuliaanprofesi BK/konselor.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Problem Sensing
Keberadaan guru Bimbingan dan Konselingatau KonselordiaturmelaluiUndang-
UndangNomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang
dinyatakanbahwapendidikadalahtenagakependidikan yang berkemampuansebagai guru, dosen,
konselor,tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuaidengankekhususannya,
sertaberpartisipasidalampenyelenggaraanpendidikan (Nurrahmi, 2015). Undang-
undanginimengindikasikankewajiban guru bimbingan dan konselingmemilikikarakteristik yang
tidakdimiliki oleh guru matapelajaranselain guru bimbingan dan konseling.
Berdasarkan Permendikbud No. 111 tahun 2014, pasal 3, LayananBimbingan dan
KonselingmempunyaitujuanmendukungKonselimenggapaiperkembangan optimal dan
kemandiriansecaralengkapdalamperspektifbelajar,pribadi, sosial, dan karir.Adapun asas yang
digunakan dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang diatur dalam Permendikbud No.
111 tahun 2014, pasal 4 yaitu asas : a.
PenyembunyiansebagaimanadiaturdalamkodeetikBimbingan dan Konseling; b.
kesukarelaandalammengikutilayanan yang diperlukan; c. keterbukaandalammemberikan dan
menerimainformasi; d. keaktifandalampenyelesaianmasalah; e.
kemandiriandalampengambilankeputusan; f. caradalampenyelesaianmasalah yang berdampak
pada kehidupanKonseli g. BersemangatdalammemperhatikanKonseli dan
menggunakantekniklayananyang cocokdenganperkembanganilmuBimbingan dan Konseling; h.
keselarasankerjaantarpelaksanakepentinganpendidikandalammembantuKonseli; i.
keserasianlayanandenganvisi dan misisatuanpendidikan, sertanilai dan normakehidupan yang
berfungsi di masyarakat; j. keahliandalampelayanan yang didasarkan pada potensi akademik dan
profesional di bidangBimbingan dan Konseling; k. Tut WuriHandayanidalammemudahkan
setiappesertadidikuntukmencapaitingkatperkembangan yang optimal.
SuatuKompetensikonselormelingkupikompetensiakademik dan kompetenyang
ditujukansebagaisatukeutuhan.
Kompetensiakademikadalahsuatulandasanilmiahdariteknikpenerapanfasilitasprofesionalbimbing
an dan konseling.
Kompetensiakademikadalahsuatulandasanbagipengembangankompetensiprofesional, yang
meliputi: (1) mengertisecaramendalamkonseli yang sedangdilayani, (2) memahamisuatulandasan
dan kondisiteoretikbimbingan dan konseling, (3) mengadakanpelayananbimbingan dan konseling
yang bersifatmandiri, dan (4) menumbuhkanpribadi dan
berpengalamankonselorsecaraberkelanjutan. 3 Kinerjakonselor sangat dipengaruhi oleh
mutukemampuankeempatkompetensitersebut yang berbasis oleh sikap, nilai, dan
mengarahsebagaipribadi yang kondusif. Kompetensiakademik dan
professionalkonselorsecaraterpadumenciptakansuatukeutuhankompetensi yangpedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.
Mutupribadikonseloradalahtolakukur yang menyangkutsegalaaspekkepribadian yang
amatpenting dan memastikankeberhasilankonselorjikadibandingkandenganpendidikan dan
latihan yang telahdiperoleh (Ardimen, 2018a; Fuad, 2009).
Kualitaspribadikonselormerupakanfaktor yang sangat pentingdalamkonseling (Pautina, 2017;
Suhendra, 2016). Sebagianhasilpenelitianmemberitahukanbahwaketrampilan
pribadikonselormenjadifaktorpenentubagipencapaiankonseling yang di rasa efektif, di
sampingfaktorpengetahuantentangdinamikaperilaku dan keterampilankonseling.
Teori Dramaturgi adalah “teori yang menjelaskan bahwa interaksi social dimaknai sama
dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung. Manusia adalah actor yang berusaha
untuk menggabungkan kartakteristik personal dan tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan
dramanya sendiri( Widodo, 2010:167). Untuk mencapai tujuan manusia akan mengembangkan
perilaku-perilaku yang mendukung perannya. Identitas manusia tidak stabil dan indentitas
merupakan bagian dari kejiwaan psikhologi mandiri. Identitas dapat berubah tergantung interaksi
dengan orang lain. Menurut Ritzer pertunjukan darama seorang aktor drama kehidupannya juga
harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan, antara lain setting, kostum, penggunaan kata
(dialog) tindakan non verbal lain. Tujuannya untuk meningkatkan kesan yang baik pada lawan
interaksi dan meluluskan jalan mencapai tujuan.
Teori Dramaturgi menjelaskan manusia akan mengembangkan seseorang dalam interaksi
dan komunikasi sehari-hari. Guru BK melakukan pengelolaan kesan dalam kegiatan bimbingan
konseling ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan para siswa. Menurut Mulyana,
pendekatan dramaturgi Erving Goffman berintikan pandangan bahwa ketika manusia
berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang
lain terhadapnya, sehingga setiap orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kajian
dramaturgi menganggap kehidupan diibaratkan sebagai pertunjukan drama, dimana individu
merupakan aktor dalam kehidupan. Kajian dramaturgi berintikan bahwa setiap aktor berperilaku
bergantung pada peran sosialnya dalam situasi tertentu (Mulyana, 2003:109).

2.2 Problem Exploration and Analysis


Konselor adalah profesi yang didedikasikanuntukkemaslahatanumatmanusia dan
bekerjasesuaidengankeilmuan dan pengalamannyasecaraterbimbing (Ardimen, 2018a; Hodges,
2018; PackBrown, Thomas, & Seymour, 2008). Selainitu, konseloradalahprofesidinamis yang
menyesuaikanterhadapperubahan dan perkembanganmasyarakat dan dinamikasosial (Sholihah,
Handayani, &Baskoro, 2019). Tuntutankinerja dan keefektifanlayananterusdisorot.
Bahkanpersoalan yang dihadapipesertadidik juga semakinbermacam – macam.
Seorang konselor harus memiliki keahlian dan etika dalam pemberian layanan bimbingan
dan konseling. Meski demikian masih banyak terjadi pelanggaran atau penyalah gunaan profesi.
Adanya pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi konselor di sekolah
menyebabkan citra konselor di sekolah saat ini masih belum bisa dikatakan baik dan hal ini
berkaitan dengan profesionalitas dan kehormatan konselor. Banyak hal yang melatar belakangi
buruknya citra konselor di sekolah, mulai dari sikap konselor dan tugas konselor yang memang
kurang jelas dan disalahgunakan oleh pihak sekolah itu sendiri (Irmansyah, 2020; Widyastuti &
Awalya, 2017). Konselor yang bertugas sebagai polisi sekolah (Ardimen, 2018b; Kurniawan,
2015; Mange, 2019; S. Latinapa & Faizah, 2018) dan menjadi momok menakutkan bagi siswa-
siswanya, terutama siswa-siswa yang sering melakukan pelanggaran dan nakal (Afifah, 2020;
Hartawan, 2013; Shanty & Christiana, 2013). Oleh karena itu, penting bagi para konselor
sekolah untuk berupaya memperjuangkan agar citranya menjadi positif dan bermanfaat bagi para
siswa dan seluruh warga sekolah sesuai dengan tugas yang sebenarnya sebagai konselor, dengan
mengupayakan bersikap profesional dan merujuk pada etika profesional seorang konselor (Astiti,
Suminar, & Rahmat, 2018; Juliawan, Wiguna, & Bawa, 2020).
Kehormatan seorang konselor juga dapat dilihat dari sikap dan tanggung jawab konselor.
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif
terhadap berbagai keadaan sosial baik institusi, pribadi, situasi,ide, konsep dan sebagainya
(Bunga, Aswari, & Djanggih, 2018). Menurut Febrian (2013), sikap profesional seorang konselor
adalah kecenderungan yangmenunjukkan bahwa dia adalah konselor yang memiliki sikap
profesional, sikapyang dimaksud adalah sebagai berikut.
a.Konselor yang memiliki kesadaran terhadap komitmen profesional.
b.Secara terus-menerus berupaya untuk mengembangkan dan menguasai dirinya.
c.Harus mengerti dan memahami kekurangan dan prasangka-prasangka pada diri konselor.
d.Bertanggungjawab terhadap saran dan peringatan yang diberikan dari rekan seprofesi.
e.Mengupayakan mutu kerja setinggi mungkin.
f.Kompeten dalam menggunakan metode-metode khusus yang ditingkatkan atas dasar wawasan
yang luas dan kode etik ilmiah.
g.Mengetahui tentang identitas professional dan pengembangan profesi
h.Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional.
i.Membentengikeobjektifan dan melindungisupaya tidak hanyutdalam masalah konseli.
Karakteristik pribadi konselor adalah tolak ukur yang menyangkut segala aspek
kepribadian yang sangat penting dan memastikankeberhasilan konselor jikadisamakan dengan
pendidikan dan latihan yang telahdi peroleh (Ardimen, 2018a;Fuad, 2009). Karakteristik pribadi
konselor merupakan faktor yang sangat pentingdalam konseling (Pautina, 2017; Suhendra,
2016). Sebagian hasil penelitianmenunjukkan bahwa karakteristik pribadi konselor menjadi
faktor penilai bagipencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan
tentangdorongan perilaku dan konseling. Dalam konteks Indonesia, Riswanto, Mappiare-AT, &
Irtadji (2016)mengemukakan beberapa karakteristik kepribadian yang perlu dimiliki
seorangkonselor adalah beriman dan bertakwa, menyenangi manusia, komunikator yangterampil,
pendengar yang baik, mempunyai ilmu yang luas, terutama tentangsuatu wawasan manusia dan
sosial-budaya, menjadi narasumber yangberpengalaman, fleksibel, tenang, dan sabar, menguasai
teknik,memiliki naluri, mengerti etika profesi, respek, jujur, asli, menghargai, dantidak
memperhitungkan, empati, memahami, menanggapi, hangat, dan bersahabat, fasilitatordan
motivator, emosi yang stabil, pikiran yang jernih, objektif,logis, dan aktual, konsisten dan
tanggung jawab.
Cavanagh (dalam Astutik, 2018; Nursalim, 2015) mengemukakan bahwakualitas pribadi
konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut.Pertama, pemahaman diri (self-
knowledge). Self-knowledge ini dalam artianyaitukonselor memahami dirinya dengan baik,
dapatmemahami secara pasti apa yang dialakukan, kenapa dia melakukan hal itu, dan masalah
apa yang harus diselesaikan (Zayed, 2011). Suatu Konselor yang mempunyai tingkat self-
knowledge yangbaik akan menunjukkan beberapa sifat berikut:
a.Konselor mengertidan memahamidengan baik tentang kebutuhan dirinya, semacam kebutuhan
untuk sukses, kebutuhan merasa penting, dihargai, superior, dan kuat.
b.Konselor mengerti dan memahami dengan terstruktur tentang perasaannya, semacam rasa
marah, takut, bersalah, dan cinta.
c.Konselor mengerti dan memahami tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling,
dan apa yang menyebabkan dirinya melakukan pertahanan diridalam rangka mereduksi
kecemasan tersebut.
d.Konselor mengerti dan memahamikelebihan (kekuatan) atau kelemahan(kekurangan) dirinya.
Kedua, kompeten (competence). Yang dimaksud kompeten disini adalahbahwa konselor
itu mempunyai suatu karakteristik fisik, intelektual, emosional, sosial, danmoral sebagai pribadi
yang bermanfaat (Sholihah et al., 2019). Ketiga, kesehatanpsikologis. Seorang Konselor
dimminta mepunyai kesehatan psikologis yang lebih baik darikliennya. Hal ini di rasa sangat
signifikandisebabkan kesehatan psikologis (psychological health)konselor akan berbasis
pemahamannya terhadap suatu perilaku dan suatua kreatifitasnya(Willis, 2007). Saat konselor
mengerti dan memahami bahwa kesehatan psikologisnya baikdan ditingkatkan melalui
konseling, maka dia dapat membentukmetode konselingtersebut secara kian positif. Apabila
konselor tidak melandaskan konseling tersebut terhadap pembangunan kesehatan psikologis,
maka dia akan mengalamikebingungan dalam menetapkan arah konseling yang ditempuhnya.
Konseloradalah model dalam berperilaku, secara dia sadari atau tidak. Setiap pertemuan
konseling merupakan suatu periode pengawasan yang begitu intensiterhadap tingkah laku yang
adaptif. Ketika konselor kurang memiliki kesehatapsikologis, maka perannya sebagai model
berperilaku bagi klien menjadi tidaefektif, bahkan dapat menimbulkan kecemasan bagi klien.
Apabila itu terjadmaka konselor bukan berperan sebagai penolong dalam memecahkan
masalah,tetapi justru sebagai pemicu masalah klien.
Keempat, dapat dipercaya (trustworthiness). Kualitas ini bahwa konselor ittidak menjadi
ancaman atau penyebab kecemasan bagi klien. Kualitas konseloryang dapat dipercaya sangat
penting dalam konseling, karena beberapa alasasebagai berikut.
a.Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakamasalah dirinya yang
paling dalam.
b.Klien dalam konseling butuh rasa percaya karakter dan motivasi dari konselor.Dalam artian
klien percaya bahwa konselor mempunyai motivasi untukmembantunya.
c.Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor, makakan berkembang
dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya sendiri.Kelima, kejujuran (honesty). Jujur disini
dalam artianyaitu bahwa seorang konselor itu bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli
(genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling dikarenakan sikap keterbukaan
memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu
sama lainnya di dalma proses konseling dan kejujuran memungkinkan konselor dapat
memberikan umpan balik secara objektif kepada klien (Haryati, 2018).
Keenam, kekuatan (strength). Keahlian konselor sangat penting dalam proses konseling,
dikarenakan dengan hal itu sorang klien akan mendapat rasa aman. Seorang Klienmelihat
konselor sebagai orang yang tegar dalam menghadapi permasalahan, dapat memotivasi klien
untuk mengatasi permasalahnya dan, dapat mengatasi kebutuhan dan masalah pribadi. Ketujuh,
bersikap hangat. Bersikap hangat dalam artianyaitu ramah, penuh perhatian, dan memberikan
kasih sayang. Klien yang membutuhkan bantuan kepada konselor, adalah yang kurang
mendapatkan kehangatan dalam hidupnya, akibatnya kehilangan kemampuan untuk bersikap
ramah, memberikan perhatian, dan kasih sayang (Putri, 2016). Dari Proses konseling, klien ingin
mendapat rasa hangat dan melakukan sharing dengan konselor.
Kedelapan, respon yang aktif (actives responsiveness). Keikutsertaan konselor dalam
metode konseling bersifat dinamis dan tidak pasif. Besertareaksi yang aktif, konselor dapat
meninteraksikankepedulian dirinya tentang kebutuhan seorang klien. Dari sini , konselor dapat
menyajikan pertanyaan yang tepat, menyampaikan umpan balik yang bermanfaat,
menyampaikan informasi yang berguna, menyajikantanggapan baru, berinteraksi dengan klien
tentang cara pengambilan keputusan yang akurat, dan memberi tanggung jawab dengan klien
dalam metode konseling. Kesembilan, sabar (patience). Denganketabahan konselor dalam
metode konseling dapat membantu klien untuk memotivasi dirinya secara alami. Perilaku sabar
konselor menunjukkan lebih menaruh perhatian diri klien dari pada konsekuensinya. Konselor
yang tabah condong menghadirkan ketrampilan dan perilaku yang tidak terburu-buru. Kesepuluh,
kepekaan (sensitivity). Karakteristik bermaksud bahwa konselor mampu mendapati tentang
adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik dari pada
klien maupun dirinya sendiri (Kushendar, Maba, Zahro, & Fitri, 2018). Klien yang
membutuhkan bantuankonselor pada dasarnya tidak sadar masalah yang sebenarnya dihadapi.
Terlebihbeberapa yang tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah. Dalam diri mereka hanya
nampak tanda-tanda masalah, sementara yang sebenarnya tertutup oleh perilaku pertahanan
dirinya. Konselor yang rentan (sensitif) akan dapatmengutarakanpermasalahan yang sebenarnya
oleh dihadapi oleh klien.
Kesebelas, kesadaran holistik (holistic awareness). Strategi holistik dalam konseling
berarti bahwa konselor menguasai klien secara padu dan tidak mendekatinya secara bagian
(Suprihatin, 2018). Akan Tetapi bukan berarti bahwa seorang konselor sebagai seorang ahli
dalam segala hal, disini menunjukkan bahwa konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi
yang menimbulkan masalah konseli dan memahami bagaimana dimensi yang satu mendukung
pengaruh tentang dimensi lainnya. Dimensi itu melingkupi: Jasmani, mental, emosi,sosial,
seksual, dan moral spiritual.
Guru BK melakukan pengelolaan kesan dalam kegiatan bimbingan konseling ketika
berinteraksi dan berkomunikasi dengan para siswa. Menurut Mulyana, pendekatan dramaturgi
Erving Goffman berintikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia
ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya, sehingga setiap
orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kajian dramaturgi menganggap kehidupan
diibaratkan sebagai pertunjukan drama, dimana individu merupakan aktor dalam kehidupan.
Kajian dramaturgi berintikan bahwa setiap aktor berperilaku bergantung pada peran sosialnya
dalam situasi tertentu (Mulyana, 2003:109).
Guru BK dalam interaksi dan komunikasinya ketika melaksanakan tugas maupun diluar
tugas sering melakukan perubahan-perubahan sikap yang terkadang terlihat drastis. Seorang guru
menampilkan dirinya dengan sikap kebapakan/keibuan, profesional, berpenampilan elegan dan
berkomunikasi secara formal. Guru pada kesempatan lain terlihat berpenampilan modis, sporti,
gaul, berkomunikasi layaknya teman sebaya, bersikap seperti teman yang siap menerima curhan
hati (curhat) siswa seperti permasalahan remaja dimasa pubertas, sehingga terkadang bersikap
seperti tingkah pola remaja.
2.3 Problem Posing
Teori Dramaturgi di cetuskan oleh seorang pakar sosiologi dan penulis dari Kanada
kelahiran 11 Juni 1922 dan wafat pada 19 November 1982 dia bernama Erving Goffman. Pada
tahun 1959 Goffman sangat tertarik dengan teori dramatisme Burke, sehingga dia memperdalam
kajian tentang dramatisme ke dalam buku yang dia karang dengan judul “ The Presentation of
Self in Everyday Life”. Di dalam buku tersebut ia mengurai banyak tentang dramaturgi
bahwasannya kehidupan merupakan interaksi antar makhluk.
Karakteristik pribadi konselor adalah tolak ukur yang menyangkut segala aspek
kepribadian yang sangat penting dan memastikankeberhasilan konselor jikadisamakan dengan
pendidikan dan latihan yang telahdi peroleh (Ardimen, 2018a;Fuad, 2009). Karakteristik pribadi
konselor merupakan faktor yang sangat pentingdalam konseling (Pautina, 2017; Suhendra,
2016). Sebagian hasil penelitianmenunjukkan bahwa karakteristik pribadi konselor menjadi
faktor penilai bagipencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan
tentangdorongan perilaku dan konseling. Dalam konteks Indonesia, Riswanto, Mappiare-AT, &
Irtadji (2016)mengemukakan beberapa karakteristik kepribadian yang perlu dimiliki
seorangkonselor adalah beriman dan bertakwa, menyenangi manusia, komunikator yangterampil,
pendengar yang baik, mempunyai ilmu yang luas, terutama tentangsuatu wawasan manusia dan
sosial-budaya, menjadi narasumber yangberpengalaman, fleksibel, tenang, dan sabar, menguasai
teknik,memiliki naluri, mengerti etika profesi, respek, jujur, asli, menghargai, dantidak
memperhitungkan, empati, memahami, menanggapi, hangat, dan bersahabat, fasilitatordan
motivator, emosi yang stabil, pikiran yang jernih, objektif,logis, dan aktual, konsisten dan
tanggung jawab.
Teori Dramaturgi menjelaskan manusia akan mengembangkan seseorang dalam interaksi
dan komunikasi sehari-hari. Guru BK melakukan pengelolaan opini dalam suatu kegiatan
bimbingan konseling ketika berkomunikasi dengan para siswa. Dikuti dari Mulyana, pendekatan
dramaturgi Erving Goffman berasaskan pendapat bahwa saat manusia saling berkomunikasi
dengan manusia lain , akanada keinginan mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang
lain terhadapnya, sehingga setiap orang melakukan pertunjukan untuk orang lain. Tinjauan
dramaturgi berpendapat kehidupan diibaratkan seperti seni pertunjukan drama, yang memiliki
konteks seorang individu adalah aktor dalam kehidupan dan Tinjuan dramaturgi berintikan
bahwa setiap aktor berperan terikat dengan peran sosialnya dengan keadaan tertentu (Mulyana,
2003:109).
Kata kunci yang dimaksud di teori Dramaturgi adalah Show, Impression, Front Region,
Back Stage, setting, penampilan dan gaya. Perbandingannya secara umum adalah sebagai berikut
: (1) Semua korelasi sosial berada di bagian depan (front region) yang hampir mirip dengan
pertunjukan teater. (2) Bagian belakang (back region) adalah tempat bagi aktor untuk
mempersiapkan diri untuk bermain peran di panggung bagian depan (front region). Posisi berada
di belakang atau di depan aktor bisa berganti peran dan memerankan dirinya sendiri. (3) Ketika
berdiskusi tentang pertunjukan individu dapat menampilkan penampilan (show) bagi orang lain,
akan tetapi opini (impression) dari pelaku bisa tidak sama. (5) Panggung pada bagian depan
(front stage) dan panggung pada bagian belakang (back stage). Panggung depan adalah suatu
penampilan individu, yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang umum, tetap
mengintreprentasikan situasi yang menyaksikan ketika penampilan.

2.4 Problem Solving


Untuk melaksanakan kinerja konselor profesional maka harus memenuhi sosok utuh
kompetensi konselor yang mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu
keutuhan (Permendiknas No. 27 Th. 2008). Kompetensi akademik adalah asas ilmiah untuk
suatu pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik adalah
landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang melingkupi sebagai berikut:

(1) mengasosiasikan secara mendalam konseli yang sedang dilayani,


(2) memahami asas dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
(3) mengadakan pelayanan bimbingan dan konseling yang berdikari, dan
(4) membabarkan pribadi dan profesionalitas konselor secara bertahap.

Kinerja konselor sangat dipengaruhi oleh karakteristik penguasaan ke empat komptensi


tersebut yang didasarkan oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.
Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terpadu membangun keutuhan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Oleh para pengembang teori sosial, konsep tentang peran sosial itu digrtajam menjadi konsep
yang mengisahkan dra maturgi. Erving Goffman, dalam The Presentation of Self in Everyday
Life (1958), adalah salah seorang tokoh yang tertarik pada konsep peran sosial dalam kaitannya
dengan penampilan, wajah, dan ruang personal untuk menganalisis, yang disebutnya presentasi
diri atau manajemen kesan. Peter Burke, dalam History and Social Theory (1992),
mengembangkan analisis Goffman untuk membaca kisah dramaturgi dalam sejarah Ita lia pada
masa Renaisans.
Melalui proses analisis terhadap Konselornya menemukan pelajaran penting tentang cara seorang
(calon) Konselor membuat kesan menarik dalam memainkan peran sosial bagi konseli. Fare bella
figura, kata orang Italia.
Yang menjadi kata kunci di dalamnya adalah "nama" dan "reputasi". Dalam konteks kehidupan
para selebriti dan aktor aktris-artis, itulah yang disebut dengan pose, sikap tubuh, ges ture,
ekspresi, dan properti. Mengunjungi pasar (tanpa tahu persis harga barang-barang yang dijual
oleh para bakul di
DAFTAR RUJUKAN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 TentangBimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. 2014 Jakarta: Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sri Suneki dan Haryono, Paradigma Teori Dramaturgi Terhadap kehidupan Sosial, (Jurnal
llmiyah CIVIS Volume II, No 2, Juli 2012), h. 02.

Anda mungkin juga menyukai