PETUNJUK MENGERJAKAN :
SOAL :
1. Uraikan secara komprehensif urgensi mempelajari sosiologi pendidikan bagi calon guru
baik di SD/MI/SLTP/SLTA ! (Skor 10)
2. Kemukakan Karakteristrik kepribadian guru yang ideal dalam menghadapi peserta didik
tingkat SD/MI/SLTP/SLTA di era Revolusi Industri 5.0 ? ( Skor 10 )
3. Kemukakan dengan jelas terjadinya perubahan prilaku seseorang berdasarkan teori-teori
sosial dan berikan contohnya ! (Skor 20)
4. Dewasa ini, teknologi berkembang sangatlah pesat. Perkembangan tersebut juga
berdampak pada perubahan sosial budaya dikalangan anak didik di usia SD/MI/SLTP. Anak
lebih senang bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan teman-teman
sebayanya. Hal tersebut juga melunturkan budaya mereka dalam berinteraksi antara satu
sama lain, budaya saling membantu, gotong royong, dan budaya lainnya. Menurut Anda,
bagaimana pendidikan di SD/MI/SLTP menyikapi hal tersebut? (Skor 20)
5. Sekolah merupakan minatur masyarakat yang dijadikan sebagai wahana pembelajaran
anak didik dalam bersosialisasi dan berorganisasi. Menurut Anda, apa yang harus
dilakukan Sekolah khususnya di SD/MI/SLTP dalam memfasilitasi anak didik dalam hal
tersebut? (Skor 20)
6. Dewasa ini, kebiasaan bullying di usia SD/MI/SLTP marak terjadi baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Anda, bagaimana pendidikan menyikapi
fenomena tersebut? (Skor 20)
SELAMAT BEKERJA
Jawaban UTS Sosiologi Pendidikan
Nim : 1212020062
Kelas : Pai 5 B
1. Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu sosiologi dan pendidikan.
Sosiologi merupakan suatu kajian yang memiliki kedudukan sebagai studi tentang
hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan yang ada ini disebut sebagai
Human Relationship.(Binti Maunah, 2016) Adapun pendidikan menurut Azyumardi
Azra menganggap bahwa pendidikan sebagai suatu proses penyiapan generasi muda
untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efisien. (Fitri,F, Z, 2012)
Dalam proses pendidikan terkadang terdapat hambatan atau kendala, hal ini
dikarenakan adanya kesulitan dalam komunikasi khususnya bagi guru. Karena hal
itu, maka sosiologi pendidikan bagi calon guru sangat diperlukan karena merupakan
hal yang penting. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis. Selain mempelajari masalah-masalah dalam pendidikan juga mempelajari
hal-hal pokok lainya, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar
dan sarana belajar.
Dalam dunia pendidikan, Di era Revolusi Industri 5.0 ini menekankan pada
pendidikan karakter, moral, dan keteladanan. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
ilmu yang dimiliki dapat digantikan oleh teknologi sedangkan penerapan soft skill
maupun hard skill yang dimiliki tiap peserta didik tidak dapat digantikan oleh
teknologi. Dalam hal ini diperlukan kesiapan dalam dunia pendidikan berbasis
kompetensi, pemahaman dan pemanfaatan IoT (Internet of Things), pemanfaatan
virtual atau (augmented reality) dan penggunaan serta pemanfaatan AI (Artificial
Intelligence).
Berbicara soal karakter maka perlu disimak apa yang ada dalam UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
…”.(Sutarjo Adisusilo, 2012)
Oleh karena itu, seolah-olah menjadi lajer atau sendi dalam hidupnya, yang
selalu mewujudkan sifat atau perangai yang khusus bagi masing-masing manusia. Ini
menunjukan bahwa karakter merupakan keseluruhan sifat kejiwaan, kepribadian,
dan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang manusia dengan manusia
lainnya. Dapat disimpulkan bahwa, karakter adalah keseluruhan sifat manusia yang
meliputi kemampuan, kebiasaan, kesukaan, perilaku, potensi, nilai, dan pola pikir
seorang manusia.(Rasiyo, 2005)
Maka dari itu, dalam dunia pendidikan Dapat dikatakan bahwa karakteristik
guru adalah segala tindak tanduk atau sikap perbuatan guru baik di sekolah maupun
dilingkungan masyarakat. Contohnya, bagaimana guru meningkatkan pelayanan,
meningkatkan pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motivasi kepada
peserta didik nya, bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul
baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota masyarakat lainnya.
Menguasai kurikulum;
Menguasai materi semua mata pelajaran;
Terampil menggunakan multi metode pembelajaran;
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya;
Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya.
Sedangkan, Kepribadian guru adalah salah satu unsur yang sangat
menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan
tercermin dalam sikap dan perbuatannya, dalam membina dan membimbing anak
didiknya.(Chaerul Rochman Dan Heri Gunawan, n.d.)
kepribadian guru juga terkait dengan seluruh aspek-aspek pribadi guru yang
melekat dan dinamis yang menjadi dasar dan memengaruhi cara berpikir, merasa,
dan berperilaku dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, baik dalam
interaksinya dengan siswa, dengan rekan guru lain, dengan staf, dengan pimpinan
serta dalam organisasi pendidikan (sekolah).(Uhar Suharsaputra, 2013)
Keterbukaan terhadap Perubahan : Guru harus siap untuk terus menerima dan
beradaptasi dengan perubahan teknologi dan metode pembelajaran. Mereka harus
terbuka terhadap perkembangan baru dan siap mengintegrasikan teknologi ke
dalam proses pembelajaran.
Kreatif dan Inovatif : Guru harus mendorong kreativitas dan inovasi dalam kelas.
Mereka harus menciptakan lingkungan yang merangsang berpikir kritis,
eksperimen, dan solusi baru.
Kemampuan Berpikir Kritis : Guru perlu mengajarkan peserta didik untuk
berpikir kritis, mengevaluasi informasi, dan mengambil keputusan yang bijak.
Mereka juga harus mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis.
Kemampuan Berkomunikasi yang Baik : Guru harus mampu berkomunikasi
dengan baik, tidak hanya dalam penyampaian materi pelajaran, tetapi juga dalam
mendengarkan peserta didik. Mereka harus mendorong peserta didik untuk
berbicara, bertanya, dan berdiskusi.
Empati : Guru perlu memahami dan menghargai perbedaan individual peserta
didik. Mereka harus menjadi pendengar yang baik dan merespons kebutuhan
khusus peserta didik.
Keberlanjutan : Guru harus memotivasi peserta didik untuk belajar sepanjang
hidup. Mereka harus menanamkan nilai pentingnya pembelajaran sepanjang
hayat dalam era Revolusi Industri 5.0.
Kemampuan Manajemen Waktu : Dalam menghadapi peserta didik di era digital,
guru perlu mengelola waktu dengan baik, termasuk mengintegrasikan teknologi
tanpa mengorbankan esensi pendidikan.
Pemahaman Teknologi : Guru perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang
teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Mereka harus mampu
mengajar peserta didik cara menggunakan teknologi secara produktif dan aman.
Disiplin dan Tanggung Jawab : Guru harus memberikan contoh disiplin dan
tanggung jawab kepada peserta didik. Mereka harus menjaga standar etika dan
moral yang tinggi.
Kemampuan Kolaborasi : Mendorong kerja sama dan kemampuan berkolaborasi
merupakan hal penting dalam era Revolusi Industri 5.0. Guru harus mengajarkan
peserta didik cara bekerja dalam tim dan berkontribusi pada tujuan bersama.
Evolusi adalah perubahan sosial budaya yang lambat dan memerlukan waktu
lama. Perubahan sosial budaya pada masyarakat tradisional dapat dikategorikan
sebagai evolusi. Hal itu disebabkan masyarakat tradisional mengalami perubahan
yang kecil dan memakan waktu lama sehingga seolah-olah tidak mengalami
penahan.(Operation, 2020)
Teori evolusi pada intinya berbicara tentang input proses dan out put dari
perubahan-perubahan tertentu dalam kehidupan sosial.
Contoh teori evolusi :
Revolusi Industri
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap
masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini
kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan
hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.(Elly M Setiady, 2006a)
Contoh Teori Siklus :
beberapa contoh teori siklus yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari:
5. Sosialisasi merupakan suatu proses interaksi antara individu, yang mana hal
tersebut dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.(Agus
Sudarsono Dan Agustina Tri Wijayanti, n.d.) Proses sosialisasi merupakan suatu
proses penyesuaian diri individu memasuki dunia sosial, sehingga individu dapat
berperilaku sesuai dengan standar pada masyarakat tertentu. Dalam hal ini ada
beberapa lembaga yang ikut serta dalam pendidikan sosial yang bertujuan untuk
membentuk jiwa sosialisasi pada individu salah satunya yaitu sekolah. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang mendorong perkembangan peradaban di
Indonesia. Sekolah bukan hanya sebagai “miniatur masyarakat” tetapi sekolah
sebagai “miniatur dunia” yang diharapkan mampu mempersiapkan siswa menjadi
pribadi yang kuat mental, kritis, kreatif, inovatif dan selalu siap menghadapi
perubahan sehingga siap menjadi masyarakat dunia. Menurut pendapat Durkheim,
sekolah mensosialisasikan anak-anak supaya menjadi warga-warga yang efektif dan
toleran dalam masyarakat.(Peter Worsley, 1991)
Sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di mana setiap
anak merasa diterima dan dihormati. Ini mencakup mengatasi perilaku pelecehan,
intimidasi, dan diskriminasi.
Pendidikan Karakter dan Etika
Sekolah dapat menyediakan pelatihan konflik dan mediasi agar anak didik dapat
mengatasi konflik secara konstruktif, menghindari konflik yang merugikan, dan
belajar berkomunikasi dengan baik.
Kolaborasi dengan Orang Tua
Kerja sama dengan orang tua sangat penting. Sekolah dapat mengadakan
pertemuan rutin dengan orang tua untuk membahas perkembangan sosial dan
perilaku anak-anak, serta melibatkan orang tua dalam mendukung pendidikan anak
di rumah.
Mentor dan Konselor Sosial
Sekolah dapat memiliki program mentor dan konselor sosial yang membantu
anak didik dalam mengatasi masalah sosial, emosional, atau konflik pribadi.
Pembelajaran yang Aktif dan Kolaboratif
6. Bullying merupakan salah satu fenomena yang kerap muncul di dunia pendidikan
anak usia sekolah. Pada anak usia sekolah sering muncul isu dan masalah mengenai
kepribadian siswa yang tidak mencerminkan perilaku siswa sebagai makhluk sosial
yang sebagaimana mestinya. Perilaku ini merupakan perilaku agresif yang menyakiti
orang lain, baik secara fisik maupun psikis.
Bullying menurut Olweus adalah suatu perilaku negative yang dilakukan secara
berulang-ulang dan bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan
yang dilakukan oleh seorang atau lebih terhadap korban yang tidak mampu
melawannya. dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik dari perilaku
bullying adalah dilakukan secara berulang-ulang, dengan tujuan untuk menyakiti,
dan ada pihak yang lemah dan yang kuat.(Sri Rejeki, 2016)