Anda di halaman 1dari 11

NASKAH SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SGD BANDUNG 2023

MATA KULIAH :SOSILOGI PENDIDIKAN

PRODI/SMT/KLS: PAI V A DAN B

DOSEN : DR.MOHAMAD JAENUDIN,M.AG.,M.PD

PETUNJUK MENGERJAKAN :

1. SIFAT UJIAN TAKE HOME


2. JAWABAN DITULIS TANGAN DAN ATAU DI TIK
3. MENGISI ABSENSI UJIAN YANG TELAH DISEDIAKAN PANITIA DAN ATAU DI APLIKASI SALAM
4. BOLEH MEMBUKA KITAB/BUKU SUMBER
5. TIDAK BOLEH BEKERJA SAMA ATAU SALING MENCONTEK
6. WAJIB MENCANTUMKAN SUMBER/REFERENSI DALAM BODY NOTE PADA SETIAP JAWABAN.
MAKIN BANYAK REFERENSI MAKIN TINGGI NILAINYA.
7. JAWABAN UTS DIKUMPULKAN PALING LAMBAT TANGGAL, 31 OKTOBER 2023 . JAM 12:00
MELALUI KOSMA/PJ. LEWAT TANGGAL TERSEBUT TIDAK DITERIMA.

SOAL :

1. Uraikan secara komprehensif urgensi mempelajari sosiologi pendidikan bagi calon guru
baik di SD/MI/SLTP/SLTA ! (Skor 10)
2. Kemukakan Karakteristrik kepribadian guru yang ideal dalam menghadapi peserta didik
tingkat SD/MI/SLTP/SLTA di era Revolusi Industri 5.0 ? ( Skor 10 )
3. Kemukakan dengan jelas terjadinya perubahan prilaku seseorang berdasarkan teori-teori
sosial dan berikan contohnya ! (Skor 20)
4. Dewasa ini, teknologi berkembang sangatlah pesat. Perkembangan tersebut juga
berdampak pada perubahan sosial budaya dikalangan anak didik di usia SD/MI/SLTP. Anak
lebih senang bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan teman-teman
sebayanya. Hal tersebut juga melunturkan budaya mereka dalam berinteraksi antara satu
sama lain, budaya saling membantu, gotong royong, dan budaya lainnya. Menurut Anda,
bagaimana pendidikan di SD/MI/SLTP menyikapi hal tersebut? (Skor 20)
5. Sekolah merupakan minatur masyarakat yang dijadikan sebagai wahana pembelajaran
anak didik dalam bersosialisasi dan berorganisasi. Menurut Anda, apa yang harus
dilakukan Sekolah khususnya di SD/MI/SLTP dalam memfasilitasi anak didik dalam hal
tersebut? (Skor 20)
6. Dewasa ini, kebiasaan bullying di usia SD/MI/SLTP marak terjadi baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Anda, bagaimana pendidikan menyikapi
fenomena tersebut? (Skor 20)

SELAMAT BEKERJA
Jawaban UTS Sosiologi Pendidikan

Nama : Denisa Novianti

Nim : 1212020062

Kelas : Pai 5 B

1. Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu sosiologi dan pendidikan.
Sosiologi merupakan suatu kajian yang memiliki kedudukan sebagai studi tentang
hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan yang ada ini disebut sebagai
Human Relationship.(Binti Maunah, 2016) Adapun pendidikan menurut Azyumardi
Azra menganggap bahwa pendidikan sebagai suatu proses penyiapan generasi muda
untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efisien. (Fitri,F, Z, 2012)

Sosiologi Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan.


Sebagaimana menurut Zainuddin Maliki berpendapat bahwa, sosiologi pendidikan
adalah kajian bagaimana institusi dan kekuatan sosial mempengaruhi proses dan
outcome pendidikan dan begitu pula sebaliknya.(Maksum A, 2013) Kajian sosiologi
pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan
memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial
kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat.

Dalam proses pendidikan terkadang terdapat hambatan atau kendala, hal ini
dikarenakan adanya kesulitan dalam komunikasi khususnya bagi guru. Karena hal
itu, maka sosiologi pendidikan bagi calon guru sangat diperlukan karena merupakan
hal yang penting. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis. Selain mempelajari masalah-masalah dalam pendidikan juga mempelajari
hal-hal pokok lainya, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar
dan sarana belajar.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Sosiologi pendidikan


merupakan hal yang sangat penting bagi calon guru baik di SD/MI/SLTP/SLTA,
dimana dengan adanya sosiologi pendidikan ketika telah menjadi guru, seorang guru
akan mampu mengatasi masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan. Hal itu
bisa terbukti ketika guru mengajarkan pelajaran kepada peserta didik, guru akan
menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi peserta didik, dengan begitu
peserta didik akan mampu menyerap dan menerima ilmu dengan mudah. Berbeda
ketika strategi yang digunakan untuk mengajar tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan, hal ini akan mempengaruhi peserta didik dalam proses pembelajaran
berlangsung.
Dengan adanya sosiologi pendidikan, seorang guru akan mengetahui
fenomena-fenomena yang ada dalam masyarakat khususnya yang menyangkut
tentang pendidikan. Mengenai fenomena itu memerlukan suatu penyelesaian atau
tidak itu menjadi tugas pendidikan. Ketika fenomena tersebut memerlukan suatu
penyelesaian, sosiologi pendidikan akan mampu mengatasi fenomena-fenomena
tersebut dengan pendekatan sosiologis dan analisis.(Khoerotun Ni’mah, 2012)

2. Society 5.0 Merupakan penyempurnaan dari society 4.0, dimana teknologi


menjadi bagian dari manusia itu sendiri, bukan hanya untuk berbagi informasi,
namun dapat memudahkan kehidupan manusia sehari-hari. (Sulastri Harun, 2021)

Dalam dunia pendidikan, Di era Revolusi Industri 5.0 ini menekankan pada
pendidikan karakter, moral, dan keteladanan. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
ilmu yang dimiliki dapat digantikan oleh teknologi sedangkan penerapan soft skill
maupun hard skill yang dimiliki tiap peserta didik tidak dapat digantikan oleh
teknologi. Dalam hal ini diperlukan kesiapan dalam dunia pendidikan berbasis
kompetensi, pemahaman dan pemanfaatan IoT (Internet of Things), pemanfaatan
virtual atau (augmented reality) dan penggunaan serta pemanfaatan AI (Artificial
Intelligence).

Berbicara soal karakter maka perlu disimak apa yang ada dalam UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
…”.(Sutarjo Adisusilo, 2012)

Oleh karena itu, seolah-olah menjadi lajer atau sendi dalam hidupnya, yang
selalu mewujudkan sifat atau perangai yang khusus bagi masing-masing manusia. Ini
menunjukan bahwa karakter merupakan keseluruhan sifat kejiwaan, kepribadian,
dan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang manusia dengan manusia
lainnya. Dapat disimpulkan bahwa, karakter adalah keseluruhan sifat manusia yang
meliputi kemampuan, kebiasaan, kesukaan, perilaku, potensi, nilai, dan pola pikir
seorang manusia.(Rasiyo, 2005)

Maka dari itu, dalam dunia pendidikan Dapat dikatakan bahwa karakteristik
guru adalah segala tindak tanduk atau sikap perbuatan guru baik di sekolah maupun
dilingkungan masyarakat. Contohnya, bagaimana guru meningkatkan pelayanan,
meningkatkan pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motivasi kepada
peserta didik nya, bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul
baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota masyarakat lainnya.

Karakteristik guru yang professional sedikitnya ada lima karakteristik dan


kemampuan professional guru yang harus dikembangkan, yaitu:

 Menguasai kurikulum;
 Menguasai materi semua mata pelajaran;
 Terampil menggunakan multi metode pembelajaran;
 Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya;
 Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya.
Sedangkan, Kepribadian guru adalah salah satu unsur yang sangat
menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan
tercermin dalam sikap dan perbuatannya, dalam membina dan membimbing anak
didiknya.(Chaerul Rochman Dan Heri Gunawan, n.d.)

kepribadian guru juga terkait dengan seluruh aspek-aspek pribadi guru yang
melekat dan dinamis yang menjadi dasar dan memengaruhi cara berpikir, merasa,
dan berperilaku dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, baik dalam
interaksinya dengan siswa, dengan rekan guru lain, dengan staf, dengan pimpinan
serta dalam organisasi pendidikan (sekolah).(Uhar Suharsaputra, 2013)

Berdasarkan pernyataan diatas, karakteristik kepribadian guru merupakan


segala hal atau sikap perbuatan guru baik di sekolah maupun dilingkungan
masyarakat yang berhubungan dengan pribadi guru yang dapat dilihat dari
penampilan, sikap dan tingkah laku pada diri guru. Oleh karena itu kepribadian
itulah yang akan menentukan pendidik yang baik bagi anak didik dan melakukan
perbuatan positif, agar dapat mengangkat kewibawaannya terutama didepan anak
didiknya. Adapun Guru yang ideal dalam menghadapi peserta didik di era Revolusi
Industri 5.0 perlu memiliki sejumlah karakteristik kepribadian berikut:

 Keterbukaan terhadap Perubahan : Guru harus siap untuk terus menerima dan
beradaptasi dengan perubahan teknologi dan metode pembelajaran. Mereka harus
terbuka terhadap perkembangan baru dan siap mengintegrasikan teknologi ke
dalam proses pembelajaran.
 Kreatif dan Inovatif : Guru harus mendorong kreativitas dan inovasi dalam kelas.
Mereka harus menciptakan lingkungan yang merangsang berpikir kritis,
eksperimen, dan solusi baru.
 Kemampuan Berpikir Kritis : Guru perlu mengajarkan peserta didik untuk
berpikir kritis, mengevaluasi informasi, dan mengambil keputusan yang bijak.
Mereka juga harus mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis.
 Kemampuan Berkomunikasi yang Baik : Guru harus mampu berkomunikasi
dengan baik, tidak hanya dalam penyampaian materi pelajaran, tetapi juga dalam
mendengarkan peserta didik. Mereka harus mendorong peserta didik untuk
berbicara, bertanya, dan berdiskusi.
 Empati : Guru perlu memahami dan menghargai perbedaan individual peserta
didik. Mereka harus menjadi pendengar yang baik dan merespons kebutuhan
khusus peserta didik.
 Keberlanjutan : Guru harus memotivasi peserta didik untuk belajar sepanjang
hidup. Mereka harus menanamkan nilai pentingnya pembelajaran sepanjang
hayat dalam era Revolusi Industri 5.0.
 Kemampuan Manajemen Waktu : Dalam menghadapi peserta didik di era digital,
guru perlu mengelola waktu dengan baik, termasuk mengintegrasikan teknologi
tanpa mengorbankan esensi pendidikan.
 Pemahaman Teknologi : Guru perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang
teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Mereka harus mampu
mengajar peserta didik cara menggunakan teknologi secara produktif dan aman.
 Disiplin dan Tanggung Jawab : Guru harus memberikan contoh disiplin dan
tanggung jawab kepada peserta didik. Mereka harus menjaga standar etika dan
moral yang tinggi.
 Kemampuan Kolaborasi : Mendorong kerja sama dan kemampuan berkolaborasi
merupakan hal penting dalam era Revolusi Industri 5.0. Guru harus mengajarkan
peserta didik cara bekerja dalam tim dan berkontribusi pada tujuan bersama.

Dengan karakteristik tersebut, guru dapat membantu peserta didik menghadapi


tantangan dan peluang yang muncul dalam era Revolusi Industri 5.0 dengan lebih
baik.

3. Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung


terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, Perubahan tersebut terjadi sebagai
akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial
yang bersangkutan.(Elly M Setiady, 2006b) adapun Teori-teori perubahan sosial
diantaranya yaitu :
a) Teori Evolusi

Evolusi adalah perubahan sosial budaya yang lambat dan memerlukan waktu
lama. Perubahan sosial budaya pada masyarakat tradisional dapat dikategorikan
sebagai evolusi. Hal itu disebabkan masyarakat tradisional mengalami perubahan
yang kecil dan memakan waktu lama sehingga seolah-olah tidak mengalami
penahan.(Operation, 2020)

Teori evolusi pada intinya berbicara tentang input proses dan out put dari
perubahan-perubahan tertentu dalam kehidupan sosial.
Contoh teori evolusi :

Sebagai contoh teori evolusi dalam perubahan sosial misalkan membahas


mengenai perubahan keadaan perkotaan dari hari ke hari atau dari periode ke periode
yang selalu alami perubahan tiap waktunya. Di mana perubahan itu jadi kewajiban
yang memang terjadi. Misalkan saja menyaksikan Jakarta yang saat sebelum
kemerdekaan hingga saat ini ada bangunan dan sarana yang lain. Ketidaksamaan ini
juga dilaksanakan dalam usaha penuhi kemauan dan kebutuhan manusia yang terus-
terusan mengalami perubahan.
b) Teori revolusi
Teori revolusi adalah salah satu kerangka pemikiran dalam ilmu sosial yang
digunakan untuk menjelaskan perubahan besar dan mendalam dalam masyarakat
manusia. Perubahan sosial menurut teori revolusi adalah perubahan sosial budaya
berlangsung secara drastis atau cepat yang mengarah pada sendi utama kehidupan
masyarakat (termasuk lembaga kemasyarakatan).
Contoh Teori Revolusi :

Diantara Contoh dari teori revolusi terhadap perubahan sosial yaitu;

 Revolusi Industri

Revolusi yang membuat manusia mengalami perubahan dalam caranya mengelola


sumber daya alam. Metode pengolahan sumber daya alam masa lampau telah
berganti dengan pengolahan industri masa kini. Dulu masyarakat memakai cara
tradisional dan pengolahan konvesional yang membutuhkan banyak tenaga.
Semenjak revolusi industri terjadi, banyak hasil alam yang diolah menggunakan
teknologi industri yang ada di pabrik.
 Revolusi Digital
Revolusi digital ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani
kehidupan yang sangat canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan
besar kepada seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan
sampai membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang
semakin canggih ini dengan baik dan benar.
c) Teori siklus

Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap
masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini
kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan
hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.(Elly M Setiady, 2006a)
Contoh Teori Siklus :

beberapa contoh teori siklus yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari:

 Terjadinya perubahan dan perkembangan zaman dalam masyarakat. Setiap


manusia tidak bisa menghindar dari perubahan tersebut. Maka dari itu, perlu
adanya adaptasi agar bisa menyesuaikan dengan perubahan yang ada
 Dampak sosial yang ditimbulkan dari pandemi COVID-19 yaitu minimnya
interaksi secara langsung antar individu. Hal ini memunculkan kebiasaan baru
yaitu berinteraksi melalui smartphone. Tidak hanya itu, pandemi COVID-19
membuat individu kehilangan mata pencarian dan memunculkan jenis pekerjaan
baru yaitu Pekerjaan yang dapat dilakukan dari rumah (work from home) dan
Pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
 Perkembangan Indonesia mulai dari zaman penjajahan sampai merdeka.
4. Dalam pendidikan, Pengembangan IPTEK menjadi salah satu sorotan dalam
menata masa depan sebuah negara dan menjadi indikator negara tersebut maju atau
tidak.(Pand, R & Nurdiansyah, 2017) Perkembangan IPTEK dan pendidikan yang
sangat pesat sehingga memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan yang luas dan mudah didapat. Disisi lain,
perkembangan iptek menimbulkan dampak negatif yang menjadi permasalahan lain
dalam berbagai krisis multidimensi ditambah dengan pengaruh dari arus informasi
memunculkan beragam bentuk perilaku di masyarakat khususnya bagi para peserta
didik.(Nurdiansyah, 2015)

Oleh karena itu, Pendidikan di tingkat SD/MI/SLTP harus merespons


perkembangan teknologi yang pesat dan dampaknya terhadap perubahan sosial
budaya di kalangan anak didik dengan bijak. Beberapa langkah yang dapat diambil
untuk mengatasi dampak negatif tersebut termasuk:

 Pendekatan Pendidikan Informatika : Sekolah dapat memasukkan pendidikan


informatika yang seimbang dalam kurikulum untuk mengajarkan penggunaan
teknologi secara positif, produktif, dan etis. Ini dapat membantu peserta didik
memahami potensi teknologi dan risikonya.
 Promosi Interaksi Sosial : Sekolah harus aktif mempromosikan interaksi sosial
yang sehat antara peserta didik. Kegiatan seperti proyek kelompok, kegiatan
olahraga, dan kegiatan seni dapat membantu membangun keterampilan sosial dan
mempromosikan budaya berinteraksi dengan teman sebayaa.
 Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Gadget : Sekolah dapat memberikan
pedoman kepada orang tua dan peserta didik tentang batasan waktu penggunaan
gadget dan konten yang sesuai. Ini dapat membantu mencegah ketergantungan
berlebihan pada teknologi.
 Pengembangan Keterampilan Sosial : Pendidikan harus memasukkan
pembelajaran keterampilan sosial yang melibatkan kerja sama, empati,
komunikasi, dan kepemimpinan. Keterampilan ini penting untuk memperkuat
budaya gotong royong dan saling membantu.
 Pengenalan Budaya dan Nilai Tradisional : Sekolah dapat mengintegrasikan
pembelajaran tentang budaya lokal dan nilai-nilai tradisional dalam kurikulum.
Ini membantu mempertahankan budaya dan nilai-nilai tersebut dalam diri peserta
didik.
 Kolaborasi dengan Orang Tua : Sekolah perlu bekerja sama dengan orang tua
dalam mengatasi dampak teknologi. Mengadakan seminar dan lokakarya untuk
orang tua tentang pengasuhan yang sehat dalam era digital dapat membantu
menciptakan keseimbangan yang baik.
 Evaluasi Dampak Teknologi : Sekolah dapat melakukan evaluasi rutin tentang
dampak teknologi pada peserta didik. Ini dapat membantu mendeteksi masalah
dan merancang solusi yang sesuai.

Penting untuk diingat bahwa teknologi sendiri bukanlah masalah, tetapi


bagaimana kita menggunakannya. Pendidikan di tingkat SD/MI/SLTP harus
berperan dalam membimbing peserta didik untuk menggunakan teknologi secara
positif sambil menjaga nilai-nilai sosial budaya yang penting.

5. Sosialisasi merupakan suatu proses interaksi antara individu, yang mana hal
tersebut dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.(Agus
Sudarsono Dan Agustina Tri Wijayanti, n.d.) Proses sosialisasi merupakan suatu
proses penyesuaian diri individu memasuki dunia sosial, sehingga individu dapat
berperilaku sesuai dengan standar pada masyarakat tertentu. Dalam hal ini ada
beberapa lembaga yang ikut serta dalam pendidikan sosial yang bertujuan untuk
membentuk jiwa sosialisasi pada individu salah satunya yaitu sekolah. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang mendorong perkembangan peradaban di
Indonesia. Sekolah bukan hanya sebagai “miniatur masyarakat” tetapi sekolah
sebagai “miniatur dunia” yang diharapkan mampu mempersiapkan siswa menjadi
pribadi yang kuat mental, kritis, kreatif, inovatif dan selalu siap menghadapi
perubahan sehingga siap menjadi masyarakat dunia. Menurut pendapat Durkheim,
sekolah mensosialisasikan anak-anak supaya menjadi warga-warga yang efektif dan
toleran dalam masyarakat.(Peter Worsley, 1991)

Maka dari itu, lembaga Sekolah terutama di tingkat SD/MI/SLTP, memainkan


peran penting dalam memfasilitasi anak didik dalam hal pembelajaran sosialisasi dan
organisasi. Berikut adalah beberapa langkah yang harus dilakukan sekolah dalam hal
ini:
 Membangun Lingkungan Sosial yang Aman dan Inklusif

Sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di mana setiap
anak merasa diterima dan dihormati. Ini mencakup mengatasi perilaku pelecehan,
intimidasi, dan diskriminasi.
 Pendidikan Karakter dan Etika

Sekolah harus mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum. Ini


membantu anak didik memahami nilai-nilai seperti rasa hormat, empati, kerjasama,
dan kejujuran.
 Pengembangan Keterampilan Sosial

Sekolah harus membantu anak didik mengembangkan keterampilan sosial seperti


komunikasi, pemecahan konflik, dan kepemimpinan melalui kegiatan
ekstrakurikuler, proyek kelompok, dan peran dalam kegiatan sekolah.
 Promosi Budaya Gotong Royong

Sekolah harus mendorong budaya gotong royong dengan melibatkan peserta


didik dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan, kerja sama, dan dukungan sosial dalam
komunitas.
 Kegiatan Ekstrakurikuler dan Keorganisasian
Sekolah harus menyediakan peluang bagi peserta didik untuk berpartisipasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi siswa. Ini membantu anak didik
memahami pentingnya berorganisasi, memimpin, dan bekerja dalam tim.
 Pelatihan Konflik dan Mediasi

Sekolah dapat menyediakan pelatihan konflik dan mediasi agar anak didik dapat
mengatasi konflik secara konstruktif, menghindari konflik yang merugikan, dan
belajar berkomunikasi dengan baik.
 Kolaborasi dengan Orang Tua

Kerja sama dengan orang tua sangat penting. Sekolah dapat mengadakan
pertemuan rutin dengan orang tua untuk membahas perkembangan sosial dan
perilaku anak-anak, serta melibatkan orang tua dalam mendukung pendidikan anak
di rumah.
 Mentor dan Konselor Sosial

Sekolah dapat memiliki program mentor dan konselor sosial yang membantu
anak didik dalam mengatasi masalah sosial, emosional, atau konflik pribadi.
 Pembelajaran yang Aktif dan Kolaboratif

Sekolah dapat mendorong pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara


aktif dalam proyek kelompok, diskusi, dan kolaborasi. Ini membantu mereka
membangun keterampilan sosial sambil belajar.

Dengan pendekatan holistik yang mencakup aspek pendidikan formal, karakter,


dan perkembangan sosial, sekolah dapat memfasilitasi anak didik untuk berkembang
sebagai individu yang baik secara sosial dan mampu berkontribusi dalam
masyarakat.

6. Bullying merupakan salah satu fenomena yang kerap muncul di dunia pendidikan
anak usia sekolah. Pada anak usia sekolah sering muncul isu dan masalah mengenai
kepribadian siswa yang tidak mencerminkan perilaku siswa sebagai makhluk sosial
yang sebagaimana mestinya. Perilaku ini merupakan perilaku agresif yang menyakiti
orang lain, baik secara fisik maupun psikis.

Bullying menurut Olweus adalah suatu perilaku negative yang dilakukan secara
berulang-ulang dan bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan
yang dilakukan oleh seorang atau lebih terhadap korban yang tidak mampu
melawannya. dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik dari perilaku
bullying adalah dilakukan secara berulang-ulang, dengan tujuan untuk menyakiti,
dan ada pihak yang lemah dan yang kuat.(Sri Rejeki, 2016)

Pendekatan untuk mengatasi masalah bullying di usia SD/MI/SLTP melibatkan


sekolah, pendidik, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut beberapa
cara pendidikan dalam menyikapi fenomena bullying:
 Pendidikan Pencegahan Bullying: Sekolah perlu mengintegrasikan program
pencegahan bullying ke dalam kurikulum dan kehidupan sekolah. Ini bisa
meliputi kampanye anti-bullying, pelatihan tentang bagaimana mengidentifikasi
dan mengatasi bullying, mempromosikan budaya sekolah yang menghormati
perbedaan, serta melalui pendidikan karakter yang diharapkan dapat lebih
mengubah pola perilaku, sikap dan kepribadian peserta didik, serta tidak lagi
menggertak atau menyimpang dari tujuan pendidikan Indonesia
 Peran Guru dan Karyawan Sekolah: Guru dan staf sekolah harus berperan aktif
dalam mendeteksi dan mengatasi bullying. Mereka harus mendorong peserta
didik untuk melaporkan insiden-insiden bullying dan memberikan dukungan
kepada korban.
 Intervensi dan Dukungan Psiko sosial: Sekolah harus menyediakan layanan
konseling untuk peserta didik yang terlibat dalam bullying, baik sebagai pelaku
maupun korban. Program-program ini harus dirancang untuk membantu peserta
didik mengatasi masalah emosional dan sosial.
 Keterlibatan Orang Tua: Sekolah perlu melibatkan orang tua dalam upaya
pencegahan dan penanganan bullying. Ini termasuk memberi tahu orang tua
tentang tindakan yang dapat mereka ambil jika anak mereka terlibat dalam
bullying dan mengenalkan cara mendukung anak-anak mereka.
 Pemantauan Keamanan Sekolah: Sekolah harus memantau lingkungan fisik dan
online untuk mengidentifikasi insiden bullying. Ini termasuk pengawasan di
lingkungan sekolah dan pemantauan media sosial jika relevan.
 Sanksi yang Jelas dan Konsisten: Sekolah harus memiliki kebijakan sanksi yang
jelas terhadap perilaku bullying dan harus menerapkannya secara konsisten. Ini
mencakup sanksi yang sesuai untuk pelaku bullying.
 Pendidikan tentang Empati dan Keterampilan Sosial: Sekolah harus
mengajarkan keterampilan sosial, empati, dan pengelolaan konflik kepada peserta
didik. Ini dapat membantu mengurangi insiden-insiden bullying dengan
mempromosikan komunikasi yang sehat.
 Keterlibatan Komunitas: Sekolah harus berkolaborasi dengan komunitas
setempat, termasuk lembaga sosial dan hukum, untuk mengatasi kasus bullying
yang serius dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.
 Pengawasan Online: Dalam era digital, sekolah juga harus mengawasi perilaku
bullying yang terjadi di dunia maya dan mengajarkan anak-anak tentang etika
online dan penggunaan yang aman dan positif.
 Edukasi Orang Tua dan Masyarakat: Sekolah juga bisa menyelenggarakan
seminar dan lokakarya tentang bullying bagi orang tua dan anggota masyarakat
sehingga mereka dapat mendukung upaya pencegahan.

Pendekatan ini membutuhkan kerja sama antara semua pemangku kepentingan,


termasuk sekolah, pendidik, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak di lingkungan
SD/MI/SLTA.
REFERENSI
Agus Sudarsono Dan Agustina Tri Wijayanti. (n.d.). Pengantar Sosiologi.
Binti Maunah. (2016). Sosiologi Pendidikan. Media Akademia.
Chaerul Rochman Dan Heri Gunawan. (n.d.). No Title.
Elly M Setiady. (2006a). Ilmu Budaya Dan Sosial Dasar. Kencana Prenada Media
Group.
Elly M Setiady. (2006b). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media
Group.
Fitri,F, Z, J. (2012). Usaha Profesionalisme Pendidik Yang Menimbulkan Polemik. In
Kajian Kuliah Mata Kuliah Umum (p. 12). Humanika.
Khoerotun Ni’mah. (2012). Pentingnya Sosiologi Pendidikan.
https://nixmahkhony.blogspot.com/2012/10/pentingnya-sosiologi-
pendidikan-bagi_9.html?m=1
Maksum A. (2013). Sosiologi Pendidikan ; Buku Perkuliahan Program S-1 Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Nurdiansyah, N. (2015). Model Social Reconstruction Sebagai Pendidikan Anti–
Korupsi Pada Pelajaran Tematik di Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah 1
Pare. Model Social Reconstruction Sebagai Pendidikan Anti–Korupsi Pada Pelajaran
Tematik Di Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah 1 Pare, 14.
Operation, T. G. (2020). Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan.
Pand, R & Nurdiansyah, N. (2017). An Evaluation of Graduate Competency in
Elementary School. Atlantis Press. Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), 125, 95.
Peter Worsley. (1991). Pengantar Sosiologi. PT.Tiara Wacana Yogya.
Rasiyo. (2005). Berjuan Membangun Pendidikan Bangsa ; Pijar-Pijar Pemikiran Tindakan.
Pustaka Kayutangan.
Sri Rejeki. (2016). Pendidikan Psikologi Anak ; Anti Bullying Pada Guru-Giru PAUD.
Pendidikan Psikologi Anak, 16(2), 236.
Sulastri Harun. (2021). Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0 ,
Pembelajaran Di Era 5.0. Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Prosiding
Seminar Pendidikan Dasar, 269.
Sutarjo Adisusilo. (2012). Pembelajaran Nilai Krakter. PT. RajaGrafindo Persada.
Uhar Suharsaputra. (2013). Menjadi Guru Berkarakter. PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai