Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

POTRET ETIKA PROFESI GURU DAN TANTANGANNYA DI ERA DIGITAL SAAT INI/

5.0

(Studi pada SMK Negeri 1 Kendari)

Dosen Mata Kuliah :

Dr. H. samsuri S.ag, M.pd

Oleh:

Muh. Alif Hidayat Bakri

NIM: 2021010101017

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)

KENDARI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan dampaknya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu

saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar dapat dilakukan perbaikan pada makalah.

Kendari, 07 desember 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Etika Profesi Guru

Menurut Adi Negoro dalam bukunya Ensiklopedi Umum sebagaimana

yang dikutip oleh Sudarno, dkk, mengemukakan : Etika berasal dari

kata Eticha yang berarti ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan. dan kata

Ethica (etika, ethos, adat, budi pekerti, kemanusiaan). Sebagai suatu

subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh

individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan

yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika

akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur

pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya

yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini

kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) (Khadijah, 2022)

Etika profesi keguruan merupakan bagian dari etika umum yang

mengatur perilaku seorang guru. Norma moralitas merupakan dasar atau

pondasi yang menjadi acuan profesi dalam berperilaku yang baik dan

benar. Dasar perilakunya tidak hanya hukum-hukum pendidikan dan

prosedur kependidikan saja yang mendorong perilaku guru itu, tetapi nilai

moral dan etika juga menjadi acuan penting yang harus dijadikan

landasan kebijakannya (Ramadhani & Zulela, 2020). Jadi Etika profesi

guru berkaitan erat dengan kompetensi sesuai bidangnya yaitu baik secara

keterampilan, pengetahuan maupun sikap dan perilaku.


2. Kompetensi Guru

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

tentang tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru,

dijelaskan mengenai kompetensi guru, yaitu guru harus memiliki

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik meliputi:

a. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual;

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik;

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampuh;

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;

e. Memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk

kepentingan pembelajaran;

f. Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta

didik;

g. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Kompetensi kepribadian sebagaimana meliputi:

a. Bertindak yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia;


b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa;

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri;

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Kompetensi sosial meliputi:

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi;

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat;

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya;

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi Profesional meliputi;

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampuh;

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang pengembangan yang diampuh;

c. Pengembangan materi pembelajaran yang diampuh secara kreatif;


d. Mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif;

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Susanto (2012) menjelaskan bahwa syarat utama seorang guru adalah

berilmu atau sering disebut kompetensi. Mengingat profesi guru adalah

pengajaran ilmu. Oleh karena itu, kompetensi menjadi unsur vital terhadap

kinerja guru, yakni melaksanakan pengajaran yang bermutu, humanis dan

religius. Hal senada dikemukakan oleh Sari (2013), bahwa kompetensi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Abubakar, 2019).

3. Pendidikan di Era Society 5.0

Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang

berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology

based). Contoh aplikasi yang akan diterapkan oleh pemerintah Jepang

dengan adanya konsep peradaban baru ini diantaranya sebagai berikut.

Masyarakat 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia

(human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang

dikembangkan oleh Jepang. Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari

revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia.

(Putra, 2019)

Konsep ini berkembang pada awalnya di jepang, yang menyebutkan

bahwa era society 5.0 adalah “A human-centered society that balances


economic advancement with the resolution of social problems by a system

that highly integrates cyberspace and physical space” (Al Faruqi, 2019)

Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi

kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui

internet pada segala bidang kehidupan. Tentu saja diharapkan, akan menjadi

suatu kearifan baru dalam tatanan bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri,

transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang

lebih bermakna. Dalam Society 5.0, juga ditekankan perlunya keseimbangan

pencapaian ekonomi dengan penyelesaian problem sosial.(Putra, 2019)

Situasi yang terjadi di era society 5.0 dapat di tinjau dari terjadinya

perubahan fungsi sosial menuju fungsi teknologi infomasi dalam setiap

aktivitas kehidupan di berbagai aspek, termasuk pendidikan. Penggunaan

media belajar dan pembelajaran berbasis online menjadi salah satu ciri khas

yang tampak pada pendidikan erasociety5.0 dan mampu menjaga fungsi

pendidikan saat kini. Pendidikan menjadi salah satu fungsi sosial (Putra,2019)

yang berjalan seiring dengan peradaban termasuk peradaban di era society

5.0.

Pendidikan di Indonesia menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003

pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan

segenap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara utuh meliputi aspek

fisik, psikis, jasmani rohani dan sosial (UU RI, 2003)Peserta didik memiliki

keunikan tersendiri dalam tiap satuan pendidikan.Pemerintah melalui

MenteriPendidikan berupaya memfasilitasi pengembangandan


pembimbingan bagi keunikan peserta didik agar agar memiliki nilai unggul

dalam memenuhi kebutuhansosial masyarakat. (Kurniawan & Malang, 2020)

Pendidikan era Society 5.0 itu mengarahkan guru dapat mengembangkan

potensi dan skill yang dimilikinya dengan bahan ajar, baik menggunakan

informasi dari media online maupun dari dunia nyata. “Guru-guru dalam cara

mengajar bisa mengikuti perkembangan zaman dengan media

pembelajarannya bisa menggunakan berbau teknologi. Dengan kondisi seperti

ini, guru ditantang untuk mampu mengembangkan kompetensi profesionalnya

tidak hanya dalam aras pembelajaran konvensional, tetapi juga di lingkungan

pembelajaran berbasis teknologi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti lain. Penelitian inilah yang telah mendasari pemikirian penulis

dalam penyusunan makalah. Adapun penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Anggun Wulan Fajriana & Mauli Anjaninur Aliyah (2019) dalam

jurnal yang berjudul Tantangan Guru Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan Agama Islam Di Era Milenial. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian

pustaka. Data-data yang di peroleh berasal dari beberapa buku dan jurnal

yang berisi teori-teori ilmiah. Pendekatan kualitatif dipilih mengingat

tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

tentang tantangan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan agama

Islam di era milenial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tantangan

pendidikan pada era milineal yang dihadapi guru berupa Melek Digital,
Guru sebagai pembelajar sepanjang hayat, Menyuguhkan Pembelajaran

yang Menyenangkan dan Penuh Makna, Guru harus menjadi Teladan,

karena adanya perubahan peserta didik pada generasi era milenial guru

harus melihat tantangan ini sebagai suatu hal posistif dengan selalu

melakukan inovasi dan keterampilan dalam pembelajaran yang sesuai

dengan tuntutan zaman. Kriteria guru PAI profesinal, profesionalismenya

tidak hanya diporientasikan pada materi, tetapi juga diarahkan pada

orientasi spriritual. Guru PAI profesional diharapkan mampu menjadi

penggerak kemajuan umat apalagi didalam era milenial ini. Berdasarkan

tantangan yang dihadapi oleh guru era milenial, dibutuhkan

keprofesionalan guru PAI untuk membantu meningkatkan mutu

pendidikan.

2. Dalam penelitian Sulistyani Puteri Ramadhani dan Zulela (2020) dalam

jurnal yang berjudul Profesional Pedagogy Guru Terhadap Perubahan

Pembelajaran DI Era Digital. Penelitian ini menggunakan metodologi

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data adalah

dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka, wawancara, dan

analisis dokumenter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

kompetensi yang dimiliki, guru dapat merancang proses pembelajaran

yang ingin dilaksanakan agar lebih baik dari sebelumnya. Guru diharapkan

mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan

aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multi

metode, dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Guru harus dibekali dengan pengetahuan dan motivasi


terhadap dirinya, sehingga guru dapat meningkatkan pelayanannya

kepada peserta didik melalui ketrampilan mengajarnya dan peningkatan

pengetahuanya dengan terus menerus.

3. Dalam penelitian Asnandar Abubakar (2019) dalam jurnal yang berjudul

Kinerja Guru Mata Pelajaran Madrasah Di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini

adalah gabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif, dilaksanakan di

Provinsi Sulawesi Tenggara dengan fokus penelitian pada kepala

madrasah aliayah dan tsanawiyah yang memiliki guru yang telah

mengikuti diklat guru mata pelajaran. kuantitatif. Analisis data dilakukan

dengan tabulasi hasil angket menggunakan skala likert kemudian

diinterpretasi berdasarkan kategori-kategori. Indikator kinerja guru dilihat

dari dimensi kompetensi guru. Salah satu aspek peningkatan kompetensi

guru adalah melalui diklat guru mata pelajaran yang dilaksanakan oleh

Balai Diklat Kementerian Agama. Hasil penelitian menunjukkan kepala

madrasah memberikan tanggapan yang baik terhadap kinerja guru yang

telah mengikuti diklat, dan kepala madrasah terbantu oleh guru yang telah

mengikuti diklat pada pelaksanaan program-program madrasah dan

tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.


DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, A. (2019). Kinerja Guru Mata Pelajaran Madrasah Di Sulawesi Tenggara.

Educandum, 5(1).

Khadijah, I. (2022). Definisi Dan Etika Profesi Guru. 1–11.

Kurniawan, N. A., & Malang, U. N. (2020). PARADIGMA PENDIDIKAN INKLUSI ERA

SOCIETY 5.0 Ummu Aiman. Jurnal Pendidikan Dasar,

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/issue/view/1217 , 1–6.

Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0 . 19(02),

99–110.

Ramadhani, S. P., & Zulela. (2020). Profesional Pedagogy Guru Terhadap Perubahan

Pembelajaran DI Era Digital. Jurnal Elementaria Edukasia, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai