Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 9-10

MATERI: Konsep Dasar Etika dan Profesi Guru


Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik, yang dalam melaksankan tugas
berpegang teguh pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut uuri
handayani Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru Indonesia ketika
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dituntut memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi

Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai


kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu, pihak-
pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar
bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa
sekarang maupun masa yang akan datang.

Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan
komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya
dengan pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa
dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di
dunia ini.

Guru harus diberdayakan. Lebih utama lagi, guru harus mampu memberdayakan diri
dipandu oleh Kode Etik dan etika kerja tertentu. Jadi, keutamaannya adalah guru itu
sendirilah yang harus memberdayakan diri Guru madani adalah mereka yang mampu
melakukan prakarsa pemberdayaan diri (self-empowering), tanpa menafikan inisiatif
struktural, meski tidak tergantung padanya.

Sebagai pedoman sikap dan perilaku Kode Etik ini bertujuan menempatkan guru
sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik
dimaksud berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangrua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pernerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Istilah norma di sini
bermakna sesuatu yang baik atau buruk dilihat dari persepsi komunitas penyandang profesi
atau masyarakat pada umumnya.

Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan
KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Di samping itu, guru dan organisasi
guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Erik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh
dilanggar, baik sengaja maupun tidak.

Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana KEGI


dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru. Guru yang
melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada
organisasi profesi atau menurut aturan negara. Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran
ringan, sedang, dan berat.

Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai dikenai sanksi karena tudingan
melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi
objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap
KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi
oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan
anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, meski banyak organisasi guru di Indonesia, KEGI ini mestinya
menjadi Kode Etik tunggal untuk siapa saja yang menyandang profesi guru. Artinya,
organisasi guru dengan keanggotaan "lebih sedikit" harus "tunduk" pada Kode Etik yang
dikembangkan oleh organisasi sejenis dengan keanggotaan terbesar. Disamping itu, PGRI
merupakan organisasi pertama yang telah secara komprehensif merumuskan KEGI dan
DKGI. Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI dimaksud.

1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


2. Hubungan Guru dengan Orangtua/wali siswa
3. Hubungan Guru dengan Masyarakat
4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat
5. Hubungan Guru dengan profesi
6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya
7. Hubungan Guru dengan Pemerintah

PERTEMUAN 11
MATERI: SERTIFIKASI GURU

PERTEMUAN 12
MATERI: KONSEP PENDIDIKAN ABAD 21
Tantangan bagi guru di abad ke-21 adalah mengajarkan berbagai keterampilan yang
dibutuhkan di abad ini. Keterampilan abad 21 adalah (1) keterampilan hidup dan bekerja, (2)
keterampilan belajar dan inovasi, dan (3) keterampilan media dan teknologi (Partnership
untuk keterampilan abad 21, 2010). Ketiga keterampilan ini dirangkum dalam skema yang
disebut sebagai pelangi keterampilan pengetahuan abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009).
Skema diadaptasi oleh organisasi nirlaba p21, yang mengembangkan kerangka pendidikan
abad ke-21 di seluruh dunia melalui situs web www.p21.org, yang berbasis di negara bagian
Tucson, AS. Ketiga keterampilan tersebut akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.

1. Keterampilan hidup dan berkarir


Keterampilan hidup dan berkarir (Life and Career skills) meliputi (a) interaksi sosial
dan budaya/Social and Cross Cultural Interaction, (b) fleksibilitas dan
adaptabilitas/Flexibility and Adaptability, (c) kepemimpinan dan tanggung jawab/Leadership
and Responsibility (d) inisiatif dan mengatur diri sendiri/Initiative and Self-Direction, (e)
produktivitas dan akuntabilitas/Productivity and Accountability dan

2. Keterampilan belajar dan berinovasi


Keterampilan belajar dan berinovasi (Learning and innovation skills) meliputi(a)
komunikasidan kolaborasi/Communication and Collaboration, (b) berpikir kritis dan
mengatasi masalah/Critical Thinking and Problem Solving, (c) kreativitas dan
inovasi/Creativity and Innovation. Keempat keterampilan yang dikenal dengan istilah 4C ini
juga telah direkomendasikan oleh National Education Association (NEA) untuk melengkapi
pelajaran inti (core subject) dari suatu program pendidikan.

Dalam rangka mempersiapkan generasi menjadi warga masyarakat global, masyarakat


informasi dan masyarakat pengetahuan, NEA (2012) merekomendasikan pentingnya
mengembangkan “Four Cs. Empat C yang dimaksud adalah; (1) Berpikir kritis dan
pemecahan masalah, yang meliputi kemampuan berargumentasi secara efektif, berpikir
sistematis, membenarkan dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah. (2)
Komunikasi, mampu menyampaikan pikiran dan gagasan secara efektif dalam bentuk lisan,
tulisan dan nonverbal lainnya, keterampilan mendengarkan yang baik (listening skills),
mampu menggunakan alat komunikasi secara efektif dan fungsional, mampu bekerja dengan
kelompok yang beragam, tujuan yang beragam. dan untuk mengkomunikasikan konteks
budaya yang beragam. (3) Kolaborasi, kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim,
fleksibel dan mau berkompromi untuk mencapai tujuan bersama, dan mampu berbagi
tanggung jawab dan menghargai kontribusi anggota tim. (4) Kreativitas dan inovasi, adalah
kemampuan berpikir kreatif, berkolaborasi secara kreatif dengan orang lain, mampu
mengamalkan ide-ide kreatif.

Keempat keterampilan tersebut dalam pelaksanaannya harus diintegrasikan ke dalam


pembelajaran yang holistik agar dapat dikuasai oleh siswa. Berpikir kritis dan pemecahan
masalah dapat dilatih melalui umpan balik yang konstruktif. Ama dan Sartati (2018)
menemukan bahwa hasil belajar siswa meningkat terkait pemecahan masalah matematika
dengan menggunakan model pembelajaran lempar bola salju. Konsisten dengan hasil
tersebut, dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah , Bili dan Ate (2018)
menemukan bahwa hasil belajar siswa untuk pemecahan masalah dapat ditingkatkan.
Keterampilan komunikasi dapat dilatih dengan menciptakan lingkungan yang kaya bahasa,
seperti: B. Pembelajaran kooperatif.Studi oleh Sumiyati dkk. (2017) dan Khotimah dkk.
(2017) dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif menyatakan bahwa pembelajaran
kolaboratif memiliki karakteristik yang dapat mengembangkan hasil belajar siswa, termasuk
keterampilan komunikasi melalui aktivitas siswa-ke-siswa. Toleransi di antara siswa
Mengembangkan keterampilan kolaboratif dapat dicapai dengan memberikan kesempatan
kerja sama tim dan juga dengan meningkatkan rasa hormat dan toleransi yang tinggi
terhadap orang lain. Sedangkan keterampilan kreativitas dan inovasi dapat dikembangkan
dengan memberikan otonomi dalam pengambilan keputusan dan kesempatan untuk berkreasi
dan berinovasi.

3. Information Media and Technology Skills


Kompetensi media dan teknologi informasi meliputi (a) literasi informasi, (b) literasi
media dan (c) literasi TIK/informasi dan teknologi komunikasi. Salah satu keterampilan
media dan teknologi yang perlu disiapkan untuk membekali calon guru adalah literasi TIK.
Hal ini tentunya menjadi tolak ukur bagi guru untuk menjadi melek teknologi dan
mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi seperti: B. pembelajaran video,
pembelajaran multimedia dan juga e-learning, baik online maupun offline. Anggaraeni and
Sole (2018).

PERTEMUAN 13
MATERI: PENILAIAN KINERJA GURU

Pelaksanaan tugas utama guru tentunya tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru
dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik profesional. Hal tersebut merupakan wujud dari kompetensi yang
dibutuhkan sebagaimana telah diatur dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi guru sangat
menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik dan
pelaksanaan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan sesuai dengan fungsi
sekolah/madrasah.

PK Guru merupakan sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan


guru dalam melaksanakan tugas utamanya melalui pengukuran terhadap penguasaan
kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Hasil pelaksanaan PK Guru memiliki
dua fungsi yaitu; (1) digunakan sebagai dasar pembuatan perencanaan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru sebagai guru pembelajar; dan (2) digunakan untuk
pemenuhan angka kredit guru dalam kenaikan pangkat dan jabatan.

PK Guru dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi yang


diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara
profesional.
3. Menentukan persentase perolehan hasil penilaian kinerja untuk perhitungan
angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan,
atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun berjalan.
4. Menjadi dasar untuk menyusun program pengembangan keprofesiannya
sebagai guru pembelajar.

PK Guru dilaksanakan secara konsisten dan teratur setiap tahun anggaran dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Obyektif
2. Adil
3. Akuntabel
4. Transparan
5. Partisipatif
6. Terukur
7. Komitmen
8. Berkelanjutan

PK Guru dilaksanakan oleh penilai kinerja guru dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Proses pelaksanaan dilakukan selama 1 (satu) tahun.


2. PK Guru formatif dilaksanakan pada awal tahun anggaran/ kalender dan hanya
untuk tahun pertama, guru baru, dan guru mutasi.
3. PK Guru sumatif dilaksanakan 8 (delapan) minggu sebelum akhir tahun
anggaran. Dianjurkan laporan PK Guru sudah diselesaikan pada pertengahan
bulan Desember karena akan dijadikan sebagai bahan penilaian Capaian
Sasaran Kinerja Pegawai (CSKP).
4. PK Guru dengan masa penilaian 1 (satu) semester diberikan kepada:
a. guru yang kekurangan sedikit angka kredit untuk kenaikan pangkat/
jabatan.
b. Guru yang mendapat tugas tambahan (kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, kepala perpustakaan, kepala laboratorium/bengkel, kepala
program keahlian) hanya satu semester.

PERTEMUAN 14

MATERI: SASARAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU

Anda mungkin juga menyukai