Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan
komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya
dengan pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa
dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di
dunia ini.
Guru harus diberdayakan. Lebih utama lagi, guru harus mampu memberdayakan diri
dipandu oleh Kode Etik dan etika kerja tertentu. Jadi, keutamaannya adalah guru itu
sendirilah yang harus memberdayakan diri Guru madani adalah mereka yang mampu
melakukan prakarsa pemberdayaan diri (self-empowering), tanpa menafikan inisiatif
struktural, meski tidak tergantung padanya.
Sebagai pedoman sikap dan perilaku Kode Etik ini bertujuan menempatkan guru
sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik
dimaksud berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangrua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pernerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Istilah norma di sini
bermakna sesuatu yang baik atau buruk dilihat dari persepsi komunitas penyandang profesi
atau masyarakat pada umumnya.
Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan
KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Di samping itu, guru dan organisasi
guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Erik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh
dilanggar, baik sengaja maupun tidak.
Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai dikenai sanksi karena tudingan
melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi
objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap
KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi
oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan
anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu, meski banyak organisasi guru di Indonesia, KEGI ini mestinya
menjadi Kode Etik tunggal untuk siapa saja yang menyandang profesi guru. Artinya,
organisasi guru dengan keanggotaan "lebih sedikit" harus "tunduk" pada Kode Etik yang
dikembangkan oleh organisasi sejenis dengan keanggotaan terbesar. Disamping itu, PGRI
merupakan organisasi pertama yang telah secara komprehensif merumuskan KEGI dan
DKGI. Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI dimaksud.
PERTEMUAN 11
MATERI: SERTIFIKASI GURU
PERTEMUAN 12
MATERI: KONSEP PENDIDIKAN ABAD 21
Tantangan bagi guru di abad ke-21 adalah mengajarkan berbagai keterampilan yang
dibutuhkan di abad ini. Keterampilan abad 21 adalah (1) keterampilan hidup dan bekerja, (2)
keterampilan belajar dan inovasi, dan (3) keterampilan media dan teknologi (Partnership
untuk keterampilan abad 21, 2010). Ketiga keterampilan ini dirangkum dalam skema yang
disebut sebagai pelangi keterampilan pengetahuan abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009).
Skema diadaptasi oleh organisasi nirlaba p21, yang mengembangkan kerangka pendidikan
abad ke-21 di seluruh dunia melalui situs web www.p21.org, yang berbasis di negara bagian
Tucson, AS. Ketiga keterampilan tersebut akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.
PERTEMUAN 13
MATERI: PENILAIAN KINERJA GURU
Pelaksanaan tugas utama guru tentunya tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru
dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik profesional. Hal tersebut merupakan wujud dari kompetensi yang
dibutuhkan sebagaimana telah diatur dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi guru sangat
menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik dan
pelaksanaan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan sesuai dengan fungsi
sekolah/madrasah.
PK Guru dilaksanakan secara konsisten dan teratur setiap tahun anggaran dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Obyektif
2. Adil
3. Akuntabel
4. Transparan
5. Partisipatif
6. Terukur
7. Komitmen
8. Berkelanjutan
PK Guru dilaksanakan oleh penilai kinerja guru dengan ketentuan sebagai berikut.
PERTEMUAN 14