Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1 PROFESI KONSELOR

KELOMPOK 9

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Profesi Konselor)

Dosen pengampu : Dr. Happy Karlina Marjo, M.Pd., Kons.

Disusun oleh :

Della Salsabila Najla 1106620065

Maheswari Ngesti 1106620102

KELAS B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2022


A. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai
salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar,
tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).
Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks
tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks
tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan
mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan
pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli
kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling.
Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam
jalur pendidikan formal dan nonformal.
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan
atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja
konselor. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana
tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional
konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.
a. Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai teori dan praksis pendidikan
1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
1.2 Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran
1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan
psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
dalam upaya pendidikan
2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas dan perbedaan
konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.5 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan
jenjang satuan pendidikan
3.1 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan
formal, nonformal dan informal
3.2 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan
umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus
3.3 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan
usia dini, dasar dan menengah, serta tinggi.

Contoh :
Dalam kompetensi pedagogik ini contohnya adalah guru BK yang mana
mengaplikasikan dan mengimplementasikan dari setiap prinsip-prinsip pendidikan atau
layanan layanan dalam bimbingan dan konseling ke dalam proses pembelajaran. Tak
hanya itu guru BK juga perlu mampu menguasai esensi dari layanan bimbingan dan
konseling ini dalam setiap jalur jenis maupun ginjang yang ada dalam satuan
pendidikan. Artinya tidak hanya dalam jalur pendidikan formal saja melainkan guru
BK juga menguasai esensi bimbingan dan konseling ini pada satuan pendidikan non
formal maupun informal. Lalu pada jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah
serta tinggi.

b. Kompetensi Kepribadian
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
1.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
1.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap
pemeluk agama lain
1.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan
kebebasan memilih
2.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai
makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi
2.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya
dan konseli pada khususnya
2.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada
khususnya
2.4 Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak
asasinya.
2.5 Toleran terhadap permasalahan konseli
2.6 Bersikap demokratis.
3. Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat
3.1 Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa,
jujur, sabar, ramah, dan konsisten )
3.2 Menampilkan emosi yang stabil.
3.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan
3.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan
frustasi
4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
4.1 Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif
4.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri
4.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan
4.4 Berkomunikasi secara efektif

Contoh :

Dalam kompetensi kepribadian di mana guru BK mampu menampilkan kinerja


dengan kualitas yang tinggi sehingga dapat menampilkan dan menumbuhkan tindakan
tindakan yang mencerminkan kecerdasan, kreativitas, dan inovatif, serta produktif.
Guru BK juga perlu berpenampilan menarik dan menyenangkan lalu sangat penting
untuk berkomunikasi secara efektif, disiplin, dan mandiri. Guru BK menjadi contoh
yang sangat penting dalam lingkungan atau satuan pendidikan diberbagai jenjang
sehingga sangat penting bagi guru BK untuk menunjukkan integritas dan stabilitas
kepribadian yang kuat di hadapan para siswa maupun guru dan tenaga kependidikan
lain.
c. Kompetensi Sosial
1. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja
1.1 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali
kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat
bekerja
1.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja
1.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti
guru, orang tua, tenaga administrasi)
2. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
2.1 Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan
konseling untuk pengembangan diri dan profesi
2.2 Menaati Kode Etik profesi bimbingan dan konseling
2.3 Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri dan profesi
3. Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi
3.1 Mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbingan dan konseling
kepada organisasi profesi lain
3.2 Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk
suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling
3.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi
lain.
3.4 Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan

Contoh :

Dalam kompetensi sosial guru BK mampu untuk bekerjasama dan berperan


dalam organisasi dan kegiatan di profesi bimbingan dan konseling. Guru BK mampu
mengimplementasikan kolaborasi baik secara internal di dalam tempat bekerjanya
maupun secara luas dalam organisasi kegiatan profesi BK dan kolaborasi antara profesi.
Guru BK harus bisa mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbingan dan
konseling kepada organisasi dalam profesi lain dan juga bekerja sama dalam tim
melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan. Guru BK harus
bisa mampu membangun hubungan yang baik dengan para tenaga kependidikan seperti
guru pelajaran, walikelas, guru piket, staf-staf di lingkungan internal tempat
bekerjanya, dan sebagainya.

d. Kompetensi Profesional
1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan,
dan masalah konseli
1.1 Menguasai hakikat asesmen
1.2 Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan
dan konseling
1.3 Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan
bimbingan dan konseling
1.4 Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah
konseli.
1.5 Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan
kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli.
1.6 Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan
kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan
1.7 Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan
dan konseling
1.8 Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling
dengan tepat
1.9 Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen
2. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling
2.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling.
2.2 Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling.
2.3 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling.
2.4 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan
tuntutan wilayah kerja.
2.5 Mengaplikasikan pendekatan /model/jenis pelayanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
2.6 Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Merancang program Bimbingan dan Konseling
3.1 Menganalisis kebutuhan konseli
3.2 Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar
kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan
perkembangan
3.3 Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling
3.4 Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling
4. Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif
4.1 Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
4.2 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
4.3 Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli
4.4 Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling
5. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling
5.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling
5.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling.
5.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait
5.4 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan
mengembangkan program bimbingan dan konseling
6. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
6.1 Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan
profesional.
6.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik
profesional konselor
6.3 Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah
konseli.
6.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan
6.5 Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi
6.6 Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor
6.7 Menjaga kerahasiaan konseli
7. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling
7.1 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian
7.2 Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling
7.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan dan konseling
7.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan
mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling

Contoh :

Dalam kompetensi profesional sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan


menteri pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 mencakup seorang guru BK yang
menguasai konsep dan praksis assessment untuk memahami kondisi kebutuhan dan
sebagainya. Guru BK harus mampu menguasai konsep dan praksis penelitian dalam
bimbingan dan konseling. Guru BK harus mampu memahami dan menerapkan layanan
layanan kepada para siswanya sesuai dengan kebutuhan dari siswa tersebut.

B. ACA (American Counseling Association)

The American Counseling Association (ACA) merupakan satu organisasi pendidikan,


ilmu pengetahuan, dan profesional yang anggotanya bekerja dalam bidang pengaturan dan
pelayanan. Konseling ialah hubungan profesional yang memberdayakan individu yang
beragam, keluarga, dan kelompok untuk mencapai kesehatan mental, wellness, pendidikan,
dan tujuan karir. Berikut nilai-nilai profesional inti dari profesi konseling:

 Meningkatkan perkembangan dan pemberdayaan manusia sepanjang rentang kehidupan.


 Menghormati keragaman serta merangkul melalui pendekatan multikultural dalam
mendukung martabat, potensi, dan keunikan individu dalam konteks sosial dan budaya.
 Memperlebar sayap keadilan sosial.
 Menjaga integritas hubungan antara konselor dengan klien.
 Nilai-nilai profesional memberikan dasar konseptual untuk prinsip-prinsip etika sehingga
konselor dapat berlatih dengan cara yang kompeten dan etis.

Kode etik ACA memiliki enam tujuan yaitu:

 Kode etik ACA menetapkan kewajiban etis anggota ACA dan memberikan bimbingan yang
dimaksudkan untuk menjabarkan mengenai praktek etika konselor profesional.
 Kode etik ACA mengidentifikasi pertimbangan etis yang sesuai dengan konselor
profesional dan konselor dalam pelatihan.
 Kode etik ACA memungkinkan asosiasi untuk memperjelas bagi anggota saat ini dan calon,
dan bagi mereka yang dilayani oleh anggota, sifat tanggung jawab etis dimiliki bersama
oleh anggotanya.
 Kode etik ACA berfungsi sebagai panduan etika yang dirancang untuk membantu anggota
dalam menentukan suatu tindakan agar dapat memutuskan yang terbaik sebagai konselor
profesional.
 Kode etik ini membantu untuk mendukung visi dan misi ACA.
 Standar yang terkandung dalam pedoman ACA berfungsi sebagai dasar untuk memproses
pertanyaan dan keluhan etika mengenai anggota ACA.

Kode Etik ACA berisi sembilan bagian utama yang membahas bidang-bidang berikut:

1. Bagian A: Hubungan Konseling (The Counseling Relationship)


2. Bagian B: Kerahasiaan dan Privasi (Confidentiality and Privacy)
3. Bagian C: Tanggung Jawab Professional (Professional Responsibility)
4. Bagian D: Hubungan Dengan Professional Lain (Relationships With Other
Professionals)
5. Bagian E: Evaluasi, Penilaian, dan Interpretasi (Evaluation, Assessment, and
Interpretation)
6. Bagian F: Pengawasan, Pelatihan, dan Pengajaran (Supervision, Training, and
Teaching)
7. Bagian G: Penelitian dan Publikasi (Research and Publication)
8. Bagian H: Konseling Jarak Jauh. Teknologi, dan Sosial Media (Distance Counseling.
Technology, and Social Media)
9. Bagian I: Menyelesaikan Masalah Etis (Resolving Ethical Issues)

Kompetensi Konselor berdasarkan ACA:

1. Client/Student Empowerment (Pemberdayaan konseli/siswa)


Kompetensi dan Strategi Konselor Pemberdayaan Klien / Siswa Dalam intervensi
langsung, konselor mampu:
 Mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya klien dan siswa. Mengidentifikasi faktor
sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi klien / siswa.
 Mengidentifikasi faktor sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi klien
/ siswa.
 Mengakui pentingnya latar belakang budaya konselor sendiri dan posisi sosiopolitik
dalam kaitannya dengan kekuasaan, hak istimewa dan penindasan dan dalam kaitannya
dengan klien atau komunitas klien.
 Mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa perilaku dan kekhawatiran individu
mencerminkan respons terhadap penindasan sistemik atau terinternalisasi. Pada tingkat
perkembangan dan perspektif budaya yang tepat, membantu individu mengidentifikasi
hambatan eksternal yang mempengaruhi perkembangannya.
 Memberikan sumber dan alat yang sesuai untuk tingkat perkembangan dan masalah
klien / siswa.
 Melatih siswa dan klien dalam keterampilan advokasi diri.
 Membantu siswa dan klien mengembangkan rencana aksi advokasi diri.
 Membantu siswa dan klien dalam melaksanakan action plans.
2. Client/Student Advocacy (Advokasi konseli/siswa)
Client/student advocacy mengacu pada tindakan konselor untuk membantu atas nama
konseli, siswa, maupun keluarga. Dalam hal ini, konselor diharapkan bisa:
 Mengidentifikasi hambatan untuk kesejahteraan klien dan siswa dengan
memperhatikan masalah yang dihadapi kelompok rentan.
 Mengakui pentingnya latar belakang budaya konselor sendiri dan posisi sosiopolitik
dalam kaitannya dengan kekuasaan, hak istimewa dan penindasan dan dalam
kaitannya dengan klien atau komunitas klien.
 Mengidentifikasi sekutu potensial untuk menghadapi hambatan termasuk yang ada
di dalam organisasi serta mereka yang memiliki keahlian budaya yang relevan
dengan masalah klien.
 Mengembangkan rencana awal tindakan untuk menghadapi hambatan ini dalam
konsultasi dengan klien dan memastikan rencana konsisten dengan tujuan klien.
 Mengkomunikasikan rencana dengan klien termasuk alasan, dan kemungkinan
hasil advokasi.
 Menegosiasikan layanan dan sistem pendidikan yang relevan atas nama klien dan
siswa.
 Membantu klien dan siswa mendapatkan akses dan membuat rencana untuk
mempertahankan sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan.
 Melaksanakan rencana tindakan dan mencerminkan / mengevaluasi efektivitas
upaya advokasi.
3. Community Collaboration (Kolaborasi komunitas)
Dalam berkolaborasi dengan komunitas, organisasi atau komunitas sekolah untuk
mengatasi hambatan sistemik atau masalah yang dihadapi klien dan kelompok klien,
konselor diharapkan bisa:
 Mengidentifikasi faktor lingkungan yang menghambat perkembangan siswa dan klien.
 Mengembangkan aliansi dengan kelompok yang bekerja untuk perubahan dan
mengeksplorasi apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Memahami
posisi sosiokultural konselor dalam kaitannya dengan masalah, kelompok klien, dan
sekutu.
 Menggunakan keterampilan mendengarkan yang efektif untuk mendapatkan
pemahaman tentang tujuan kelompok dan membantu memfasilitasi pemeriksaan
penyebab dan kemungkinan jalan untuk advokasi.
 Memfasilitasi pemahaman tentang dinamika kelompok, variasi budaya dan sosiopolitik
dalam anggota kelompok, dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi keputusan
kelompok serta dampak variabel untuk anggota kelompok yang berbeda.
 Mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya yang dibawa anggota kelompok ke proses
perubahan sistemik dan mengkomunikasikan pengakuan dan penghormatan terhadap
kekuatan dan sumber daya ini.
4. System Advocacy (Sistem advokasi)
Dalam mengerahkan kepemimpinan perubahan sistem di tingkat sekolah, organisasi atau
masyarakat, konselor yang berorientasi advokasi mampu:
 Mengidentifikasi faktor lingkungan yang menghambat perkembangan siswa atau klien.
 Memahami konteks budaya, politik, perkembangan dan lingkungan klien atau
kelompok klien.
 Memahami identitas budaya konselor sendiri dalam kaitannya dengan kelompok dan
target advokasi termasuk hak istimewa, penindasan, komunikasi, nilai-nilai, dan niat.
 Menyelidiki masalah ini, populasi dan kemungkinan sekutu dan pemangku
kepentingan.
 Menyediakan dan menafsirkan data serta berbagi penelitian dan keahlian untuk
menunjukkan urgensi perubahan.
 Bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya, kembangkan visi untuk
memandu perubahan.
 Menganalisis sumber kekuatan politik dan pengaruh sosial dalam sistem.
5. Collective Action (Tindakan kolektif)
Dalam bermitra dengan kelompok klien dan anggota masyarakat untuk mengatasi masalah
lingkungan dan sistemik, dan menginformasikan kepada publik serta pembuat kebijakan
tentang peran faktor lingkungan dalam pembangunan manusia, konselor advokasi mampu:
 Mengenali dampak penindasan, hambatan lain, dan faktor lingkungan yang
mengganggu pembangunan yang sehat.
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang melindungi perkembangan yang sehat serta
berbagai jalan untuk meningkatkan faktor-faktor pelindung ini melalui arena publik.
 Membagikan penelitian dan keahlian profesional dengan kelompok klien mitra dan
anggota masyarakat dengan cara yang sesuai secara perkembangan dan budaya.
 Menentukan peran yang sesuai dalam inisiatif masyarakat seperti fasilitator, peneliti,
negosiator, dll. selaras dengan keahlian profesional dan pribadi.
 Memahami identitas budaya konselor sendiri termasuk posisionalitas yang terkait
dengan kekuasaan, hak istimewa, dan penindasan dan bagaimana hal itu mempengaruhi
cara mereka bekerja dengan masyarakat dan target advokasi (misalnya, pengambil
keputusan).
 Berpartisipasi dengan dan / atau memfasilitasi mitra masyarakat dalam
mengidentifikasi sumber masalah, menetapkan tujuan, mengembangkan rencana aksi,
mempertimbangkan kemungkinan hasil, dan menerapkan rencana aksi.
 Menyiapkan bahan tertulis dan multimedia yang memberikan penjelasan yang jelas
tentang peran faktor lingkungan tertentu dalam pembangunan manusia dalam
konsultasi dengan kelompok masyarakat atau klien yang terlibat.
 Mengkomunikasikan informasi dengan cara yang etis dan sesuai untuk populasi target.
 Menyebarkan informasi melalui berbagai media yang sesuai untuk audiens target.
Secara kolaboratif mempersiapkan dan menyajikan materi dan informasi untuk
mempengaruhi pengambil keputusan, legislator, dan pembuat kebijakan, memastikan
bahwa suara masyarakat adalah pusat.
6. Social/Political Advocacy (Advokasi sosial/politik)
Kompetensi dan Strategi Konselor Advokasi Sosial / Politik dalam mempengaruhi
kesadaran publik, undang-undang dan kebijakan di arena publik yang besar atas nama
kelompok atau komunitas klien, konselor yang berorientasi advokasi mampu:
 Mengidentifikasi komunitas yang terkena dampak masalah ini termasuk siapa yang
membentuk komunitas dan apakah masyarakat terlibat dalam advokasi seputar masalah
ini. Berkonsultasi dengan masyarakat yang terkena dampak masalah ini untuk
memahami pandangan dan pengalaman mereka, dengan memperhatikan perspektif
ekonomi, sosial dan budaya.
 Membedakan masalah-masalah yang terbaik dapat diselesaikan dengan menggunakan
keahlian konselor dan di mana masyarakat mungkin memiliki akses terbatas.
 Mengidentifikasi cara-cara masyarakat mungkin memiliki masukan ke dalam proses
advokasi. Mengidentifikasi dan berkolaborasi dengan profesional lain serta sekutu lain
yang terlibat dalam penyebaran informasi publik dan mungkin tertarik atau sudah
terlibat dalam advokasi kebijakan.
 Mengidentifikasi mekanisme dan jalan yang tepat untuk mengatasi masalah ini dan
membedakan peran kesadaran publik, tindakan legislatif, kebijakan dan peradilan.
 Memahami identitas budaya konselor sendiri termasuk posisionalitas yang terkait
dengan kekuasaan, hak istimewa, dan penindasan dan bagaimana hal itu mempengaruhi
cara mereka bekerja dengan masyarakat dan target advokasi (misalnya, pengambil
keputusan).
 Mendukung aliansi yang ada untuk perubahan melalui penyediaan informasi,
dukungan, dan keahlian.
DAFTAR PUSTAKA

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI
AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

Zaida, M. (n.d.). KODE ETIK ACA (AMERICA COUNSELING ASSOCIATION). Retrieved


from https://pdfcoffee.com/kode-etik-aca-1-pdf-free.html

ACA. (2018). American Counseling Association Advocacy Competencies. Retrieved from


https://www.counseling.org/docs/default-source/competencies/aca-advocacy-
competencies-updated-may-2020.pdf?sfvrsn=f410212c_4

Anda mungkin juga menyukai