Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama akan menghadapi Peserta didik/konseli
merupakan subyek utama layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama. Sebagai
subyek layanan, peserta didik/konseli menjadi dasar pertimbangan guru bimbingan dan konseling atau
konselor dalam merancang serta melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Tujuan
layanan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang ditetapkan guru bimbingan dan konseling atau
konselor harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik/konseli. Ketepatan pemilihan dan
penentuan rumusan tujuan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik/konseli sangat mempengaruhi keberhasilan proses maupun hasil layanan bimbingan dan
konseling. Oleh karena itu, pemahaman guru bimbingan dan konseling atau konselor secara mendalam
terhadap karakteristik peserta didik merupakan prasyarat yang harus dipenuhi sebelum guru bimbingan
dan konseling atau konselor melaksanakan layanan profesionalnya.(Achmad Bahrudin,2016)

Peserta didik/konseli Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa pubertas dan remaja awal
yang dimulai pada usia 8 - 10 tahun dan berakhir pada usia 15 - 16 tahun. Ini merupakan periode dimana
individu mengalami transisi pada aspek perkembangan dan kehidupannya dari kehidupan kanak-kanak
menuju ke masa dewasa. Untuk menghadapi hal tersebut seorang konselor harus mengetahui tujuan BK
dalam ilmu pendidikan, hakikat BK di SMP, karakteristik peserta didik/konseli di SMP, bidang bidang
layananBK di SMP, ruang lingkup BK.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja tujuan BK dalam ilmu pendidikan?

2. Bagaimana hakikat BK di SMP?

3. Bagaimana karakteristik peserta didik/konseli di SMP,bidang bidang layanan BK di SMP,


dan ruang lingkup BK?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan BK dalam ilmu pendidikan,hakikat BK di SMP,karakteristik


peserta didik/konseli di SMP,bidang bidang layanan BK diSMP, dan ruang lingkup BK.

BAB II

1|Page
PEMBAHASAN

1. TUJUAN BK DALAM ILMU PENDIDIKAN (RANI HELFITA)

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan
dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan potensi-potensi
mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan
pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah
membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya
kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan
dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri,
dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005:32) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-
perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan
hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-
pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif),
dan karier (psikomotorik).
A.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek pribadi-sosial siswa adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak
dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan
keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
4)      Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
5)      Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

2|Page
6) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan
martabat dan harga dirinya.
7)  Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan
kewajibannya.
8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama manusia.
9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri)
maupun dengan orang lain.

B.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek belajar (akademik) siswa adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang
mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2)  Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam
belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
3)  Memiliki motifasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal
belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih
luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

C. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier siswa (kebanyakan bagi siswa SMA)
adalah:
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan
kompetensi karier.
3)      Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun,
tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama.
4)  Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian
atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya masa depan.

3|Page
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan,
kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila seorang siswa bercita-cita
menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
relevan dengan karier keguruan tersebut.
8)  Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat
dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu
memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakan ia berminat
terhadap pekerjaan tersebut.

2. HAKIKAT BIMBINGAN KONSELING SMP(VERA HITA)


1.Hakikat Konselor
a. Pengertian konselor
Konselor adalah seseorang yang karena kewenangan dan keahliannya memberi bantuan kepada
konseli. Dalam konseling individual, konselor menjadi aktor yang secara aktif mengembangkan proses
konseling untuk mencapai tujuan konseling sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konseling. Dalam proses
konseling, selain menggunakan media verbal, konselor juga dapat menggunakan media tulisan, gambar,
media elektronik, dan media pengembangan tingkah laku lainnya. Semua itu diupayakan konselor dengan
cara-cara yang cermat dan tepat, demi terentaskannya masalah yang dialami oleh konseli.

Menurut Winkel (2007) : konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh
pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan Bimbingan
dan Konseling.

Menurut winkle (2007) beberapa kompetensi pribadi yang signifikan untuk dimiliki konselor antara
lain, pengetahuan yang baik tentang diri sendiri (self-knowledge), berkompeten, kesehatan psikologis
yang baik, dapat dipercaya (trustworthness), kejujuran, kekuatan atau daya (strength), kehangatan
(warmth) pendengar yang aktif (active responsiveness), kesabaran, kepekaan (sensitivity), kebebasan, dan
kesadaran holistik. Kompetensi tersebut akan mendorong konselor untuk menjadi pribadi terapeutik, yang
antara lain dapat dideskripsikan sebagai berikut :

4|Page
 Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup, manusia, dan masalah-masalah,
kesadaran dan pandangan yang tepat terhadap peranannya, dan tanpa syarat memandang dan
merespons konseli sebagai pribadi.
 Mampu mereduksi kecemasan, tidak tertekan, tidak menunjukan sikap bermusuhan, tidak
membiarkan diri menurun kapasitasnya.

 Memiliki kemampuan untuk hadir bagi orang lain, yang berupa kerelaan untuk mengambil bagian
dengan orang lain dalam suka duka mereka, hal mana timbul dari keterbukaan konselor terhadap
masalah dan perasaan sendiri, sehingga dia sanggup menghayati dan menunjukan empaty dengan
konselinya.

 Mengembangkan diri menjadi konselor yang otonom, melalui pengembangan gaya konseling
yang sesuai dengan kepribadiannya sambil terbuka untuk belajar dari orang lain, dan mempelajari
berbagai konsep dan teknik konseling, serta menerapkannya sesuai dengan konteks dan
pribadinya.

 Respek dan apresiatif terhadap diri sendiri, artinya konselor harus memilki suatu rasa harga diri
yang kuat yang menyanggupkannya berhubungan dengan orang lain atas dasar hal-hal yang
positif dari konseli.

 Berorientasi untuk tumbuh dan berkembang, dalam pengertian berusaha untuk terbuka guna
memperluas cakrawala wawasannya. Konselor tidak hanya puas dengan apa yang ada dan
berupaya mempertanyakan mutu eksistensinya, nilai-nilai, dan motivasinya, serta terus menerus
berusaha memahami dirinya sendiri karena konselor hendak mendorong pemahaman diri itu
dalam diri konseli.

2.Hakikat Metode

a. Pengertian Metode

Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met ’ dan ‘hodes ’ yang berarti melalui. Sedangkan
istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal
penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam
pelaksanaan.

Metode sering di artikan sebagai kata yang berasal dari bahasa yunani, yaitu methodos dalam
bahasa Indonesia diartikan cara atau jalan. Dalam kaitan dengan kegiatan keilmuan, maka metode

5|Page
mengandung arti cara kerja atau langkah kerja untuk mengembangkan ilmu tersebut atau memahami
objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Enjang AS, dan Aliyudin.2009.hal 30).

b. Metode /teknik konseling

Proses konseling melibatkan antara konselor dan klien, keberhasilan konseling banyak ditentukan
oleh keefektifan konselor dalam menggunakan beberapa teknik yang bersumber dari beberapa teori pula,
dan klien yang datang kepada konselor tentunya memiliki permasalahan yang berbeda-beda, hal itu
diperlukan penyelesaian yang berbeda-beda pula. Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling
adalah mutlak. Sebab dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk
mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan teknik
yang benar, yang sesuai dengan keadaan klien pada saat itu.

Menurut Lewis(2008) dalam melakukan proses konseling, ada yang menggunakan teknik
konseling yang berpusat pada konselor dengan istilah lain Directive Counseling, dan teknik konselor yang
berpusat pada klien atau istilah lain Non-Directive Counseling, yang keduanya tentunya diberikan sesuai
dengan permasalahan yang terjadi pada diri klien.

c. Directive Counseling

Teknik directive counseling disebut pula dengan konseling yang berpusat pada konselor, pada
pendekatan ini konselor yang membantu memecahkan masalah konseli dengan secara sadar
mempergunakan sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode ini adalah membantu konseli
mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-
tegangan dan didapatnya ”insight” dipandang sebagai suatu hal yang penting (Damanik, 2014).

Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konseli dengan rasional,


konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan direktif. Larangan-larangan
yang langsung, petuah yang didaktis dan petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya di hindari.

d. Non-Directive (Client Centered)

Pada teknik ini konseli diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian
besar dari tanggung jawab atas pemecahan masalahnya. Beberapa ciri-cirinya antara lain :

(a) konseli bebas untuk mengekspresikan dirinya

6|Page
(b). Konseli menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif pernyataan-
pernyataan dari konseli

(c) Konseli ditolong untuk makin mengenal diri sendiri dan

(d). Konseli membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan masalahnya.

Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi ketergantungan konseli.
Bahkan memberikan pelepasan emosi yang dalam dan memberi lebih banyak kesempatan untuk
pertumbuhan ”self sufficiency”( Boharudin, 2011).

Konsep direktif meliputi bahwa konseli membutuhkan bantuan dan konselor membantu
menemukan apa yang menjadi masalahnya dan apa yang mesti kerjakan. Teknik-teknik yang bisa
digunakan antara lain : (i) Informasi tentang dirinya, hal ini dilakukan untuk mengkonfrontasikan antara
informasi yang diberikan dengan kenyataan yang ada; dari sini konseli diharapkan mampu mengevaluasi
kembali sikapnya. (ii) Case history digunakan sebagai alat diagnosa dan terapeutik dengan tujuan
membantu dalam ”rapport”, mengambangkan kartasis, memberikan keyakinan kembali dan kembali
mengembangkan ”insight” dan (iv) Konflik yang digunakan sebagai alat terapeutik. Disituasi konflik
sengaja ditimbulkan, konseli dihadapkan pada situasi yang memancing sikapnya dalam menghadapi
realita dan konseli di motivasi untuk memecahkanya.

3.Hakikat Media

a. Pengertian Media

Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu komunikasi, media bias diartikan
sebagai saluran, sarana penghubung dan alatalat komunikasi. Alimat media berasal dari bahasa latin yang
secara harpiah memiliki arti perantara atau pengantar. Berilkut ini adalah pengertian dan definisi media :

 UI fakultas sastra

Media merupakan alayt teknis yang digunakan untuk melakukan mediasi atau menyampaikan pesan;
dengan kata lain, media merupakan alat komunikasi

 Grossberg(2009)
Media merupakan institusi yang di fungsikan untuk mengembangkan kebebasan berpendapat dan
menyebarkan informasi kesegala arah, yakni kepadap ublik dan institusi lainnya termasuk pemerintah

7|Page
 Bambang purwanto(2007)
Media merupakan keristalisasi pemikiran manusia yang terus bertahan melaupaui waktu kehidupan
individual-yang menciptakan gambaran individu.

Media BK merupakan media atau alat bantu yang digunakan konselor untuk menunjang keberhasilan
dalam proses konseling.

1. Macam-Macam Media
2. Media Elektronik/TI

3. Televise

4. Leptop/notebook

5. Alat perekam

6. Proyektor

7. Social network

8. Media Cetak

9. Buku

10. Koran

11. Majalah

12. Novel dll

13. Media lingkungan

Hakikat keberhasilan dalam BK

a. Pengertian Keberhasilan

Keberhasilan secara etimologi  yaitu berasal kata dari hasil yang artinya sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan, dsb) oleh usaha.Menurut Tony Hsieh(2005) mengatakan bahwa Keberhasilan adalah usaha
hidup sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya. Keberhasilan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
adalah perihal (keadaan) berhasil.

8|Page
Menurut Gladding (2009) Keterlaksanaan dan keberhasilan layanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh di wujudkannya asas-asas berikut:

1. asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.

2. asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan konseli mengukuti dan menjalani pelayanan atau kegiatana yang diperlukan baginya.

3. asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi
sasaran pelayanan atau kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam
memberikan keteranagn tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dna
materi dari luarynag berguna bagi pengembangan dirinya.

4. asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi
sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif dalam penyenggaraan pelayanan atau kegiatan
bimbingan.

5. asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni:konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseli
diharapakan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri
sendiri dan lingkungaannya,mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mmewujudkan diri
sendiri.

6. asas kekinian, yaitu asas bimbingan danm konseling yang menghendaki agar objek sasaran
pelayananbimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.

7. asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan
terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun
konseli saling menunjang harmonis dan terpadu.

9|Page
9. asas keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dna norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.

10. asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling,diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.

11. asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyenggarakan pelyanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan konseli mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak ynag lebih
ahli.

3. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK/KONSELI SEKOLAH MENENGAH


PERTAMA(FARADINA AFIDA)

Peserta didik/konseli merupakan subyek utama layanan bimbingan dan konseling di Sekolah
Menengah Pertama. Sebagai subyek layanan, peserta didik/konseli menjadi dasar pertimbangan guru
bimbingan dan konseling atau konselor dalam merancang serta melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Tujuan layanan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang ditetapkan guru
bimbingan dan konseling atau konselor harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik/konseli.
Ketepatan pemilihan dan penentuan rumusan tujuan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik/konseli sangat mempengaruhi keberhasilan proses maupun hasil
layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, pemahaman guru bimbingan dan konseling atau
konselor secara mendalam terhadap karakteristik peserta didik merupakan prasyarat yang harus dipenuhi
sebelum guru bimbingan dan konseling atau konselor melaksanakan layanan profesionalnya.(Achmad
Bahrudin,2016)

Peserta didik/konseli Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa pubertas dan remaja awal
yang dimulai pada usia 8 - 10 tahun dan berakhir pada usia 15 - 16 tahun. Ini merupakan periode dimana
individu mengalami transisi pada aspek perkembangan dan kehidupannya dari kehidupan kanak-kanak
menuju ke masa dewasa. Transisi tersebut menyangkut aspek fisik, kognisi, sosial, emosi, moral, dan
religius.

A. Karakteristik Peserta Didik

10 | P a g e
Karakteristik peserta didik/konseli diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada peserta didik SMP
yang bersifat khas dan membedakannya dengan peserta didik/konseli lain pada satuan pendidikan.
Karakteristik peserta didik/konseli SMP yang perlu dipahami meliputi aspek fisik, kognisi, sosial, emosi,
moral, dan spiritual. .(Achmad Bahrudin,2016)

1. Aspek Fisik

Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh
terutama terkait dengan hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa ini
membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspek- aspek lainnya seperti seksualitas,
emosionalitas, dan aspek-aspek psikososialnya.

2. Aspek Kognitif

Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental dibandingkan dengan masa kanak-kanak
yang menyebabkan remaja mampu berfikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga dipersepsi
oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, dan
menganggap orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak
mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan orang dewasa.

3. Aspek Sosial

Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak, namun belum juga diakui sebagai
individu dewasa. Keadaan ini membuat peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak
konsisten. Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak, namun merasa
keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh sebagaimana orang dewasa pada umumnya.

4. Aspek Emosi

Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas yang labil. Transisi pada aspek fisik,
kognitif, dan sosial menyebabkan emosionalitas remaja mudah berubah- ubah. Perasaan remaja terhadap
suatu obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian jika tidak dipahami dengan baik sangat
potensial menimbulkan konflik.

5. Aspek Moral

Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan tentang baik-buruk, benar-salah, boleh
atau tidak boleh dalam melakukan sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif.
Karena aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja juga mengalami

11 | P a g e
perubahan cukup mendasar dibandingkan pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli
SMP sering mempersoalkan hal- hal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya telah dihayati dan
diyakini benar.

6. Aspek Religius

Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan individu terhadap kekuatan di luar dirinya
yang mengatur kehidupan manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan-
keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, peserta didik/konseli
SMP sering mempersoalkan religiusitas yang

sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya, banyak remaja mempersoalkan

kembali keyakinan keagamaan mereka, mengalami penurunan ibadah akibat keraguan atas
keyakinan sebelumnya. Di sisi lain, keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP mendorong mereka
lebih giat mencari informasi dan menguji kembali kebenaran yang mereka yakini.

B. Tugas Perkembangan Peserta Didik/Konseli di SMP

Tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus diselesaikan peserta didik/konseli pada periode
kehidupan/fase perkembangan tertentu. Tugas perkembangan bersumber dari kematangan fisik,
kematangan psikis, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu. Keberhasilan
peserta didik/konseli menyelesaikan tugas perkembangan dapat membuat mereka bahagia dan akan
menjadi modal bagi penyelesaian tugas-tugas perkembangan fase berikutnya. Sebaliknya, kegagalan
peserta didik/konseli dalam menyelesaikan tugas perkembangan akan membuat mereka kecewa dan atau
diremehkan orang lain. Kegagalan ini akan menyulitkan/menghambat peserta didik/konseli
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan fase berikutnya.

Tugas perkembangan merupakan salah satu aspek yang harus dipahami guru bimbingan dan
konseling atau konselor karena pencapaian tugas perkembangan merupakan sasaran layanan bimbingan
dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk fasilitasi peserta
didik/konseli untuk mencapai tugas-tugas perkembangan.

Tugas-tugas perkembangan peserta didik/konseli SMP adalah:

1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;

12 | P a g e
2) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
umat manusia;

3) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial,
dan ekonomi;

4) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat;

5) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih
luas;

6) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita;

7) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis
yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat;

8) Memiliki kemandirian perilaku ekonomis;

9) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni;

10) Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya.

4. BIDANG LAYANAN BK DI SMP ( NISA RAHMAWATI )

Dalam program konselor di Sekolah yang menyeluruh meliputi empat bidang dasar yaitu : pengembangan
akademis, pengembangan karier, pribadi dan pembangunan sosial.

Seterusnya, Prayitno (2004): menyebutkan pelaksanaan bimbingan dan konseling secara umum
dilaksanakan dalam 6 (enam) bidang yaitu :

1. Bidang Pengembangan Pribadi

2. Bidang Pengembangan Sosial

3. Bidang Pengembangan Belajar

4. Bidang Pegembangan Karier

5. Bidang Pengembangn Kehidupan Berkeluarga

6. Bidang pengembangan Kehidupan Berragama

Dengan demikian, bidang-bidang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan dalam
enam bidang pelayanan yaitu :

1. BIDANG PENGEMBANGAN PRIBADI

13 | P a g e
Dalam Bidang Bimbingan Pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi yang
sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya. Bidang bimbingan pribadi bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam mengenal diri sendiri agar dapat menjadi pribadi yang baik dan
dapat mengambil keputusan tentang dirinya sendiri.

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan
mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

Bidang bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi berikut:

1) Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan yang
kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari.

3) Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan
pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

4) Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri dan usaha-usaha penanggulangannya.

5) Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan mengarahkan diri.

6) Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

7) Pengembangan kemamapuan untuk mengarahkan diri sesuai keputusan yang telah diambilnya.

2. BIDANG PENGEMBANGAN SOSIAL

Dalam Bidang Bimbingan Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman
sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Bidang ini bertujuan membantu
peserta didik memahami diri kaitannya dengan interaksi dirinya dengan lingkungan dan etika yang
didasari dengan budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial.

Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa dalam proses sosialisasi untuk mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.
Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:

14 | P a g e
a) Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara
efektif.

b) Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah,
maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai
agama, adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.

c) Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif dengan teman sebaya.

d) Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta
kesedaran untuk melaksanakannya.

e) Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara


dinamis kreatif dan produktif.

f) Orientasi tentang hidup berkeluarga.

Ada beberapa macam layanan bimbingan sosial, yaitu:

1. Layanan Informasi

Layanan informasi mencakup informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini yang dapat
mencakup perkembangan tentang ciri-ciri masyarakat maju dan modern, makna ilmu pengetahuan
dan pentingnya IPTEK bagi kehidupan manusia serta informasi tentang cara-cara bergaul.

2. Layanan Orientasi

Layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan sosial adalah suasana, lembaga dan objek-
objek pengembangan sosial seperti berbagai suasana hubungan sosial antar indivdu dalam keluarga,
organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara sosial terentu.

3. BIDANG PENGEMBANGAN BELAJAR

Bimbingan Belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
Bidang ini bertujuan membantu peserta didik dalam mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
program belajar di sekolah.

1. Aspek-aspek bimbingan belajar

15 | P a g e
Pelayanan bimbingan dan konseling membantu mahasiswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan
pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bidang bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi berikut:

a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber
belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran sehari-hari,
mengerjakan tugas (PR), mengembangkan keterampilan belajar dan menjalani program penilaian.

b. Pengembangan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun kelompok.

c. Orientasi belajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah,
lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemamapuan serta
pengembangan pribadi.

2. Tujuan bimbingan belajar

Secara umum tujuan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan
yang optimal, sehingga tidak menghambat prkembangan belajar siswa.Selain itu secara khusus tujuan
belajar yaitu agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.Sedangkan dalam
konteks kemandirian tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mandiri dalam belajar.

3. Bentuk-bentuk layanan bimbingan belajar

Ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan belajar, yaitu:

1. Orientasi kepada siswa (khususnya siswa baru) tentang tujuan sekolah dan madrasah, isi
kurikulum pembelajaran, struktur organisasi sekolah, cara-cara belajar yang tepat, dan
penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau madrasah.

2. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikui pelajaran di
sekolah dan madrasah maupun dirumah baik secara individual maupun kelompok.

3. Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan non
akademik yang menunjang usaha belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat
pndidikan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga menyangkut penyebaran informasi tentang
program studi yang tersedia pada jenjeng pendidikan tertentu.

16 | P a g e
4. Pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan kemampuan
intelektual, bakat khusus, cita-cita hidup, ada program studi atau jurusan-jurusan tertentu dan lain
sebagainya.

5. Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar seperti kurang mampu menyusun dan
mentaati jadwal belajar dirumah, kurang siap menghadapi ujian atau ulangan, kurang dapat
berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajaran, menghadapi
keadaan dirumah yang mempersulit cara belajar secara rutin dan lain sebagainya.

6. Bantuan dalam hal membuat kelompok-kelompok belajar dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar
kelompok supaya belajar berjalan secara efektif dan efisien.

4. BIDANG PENGEMBANGAN KARIER

Bimbingan Karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karier. Bidang ini bertujuan membantu
peserta didik mengenal dunia kerja agar dapat menentukan kemana selanjutnya mereka akan melangkah
setelah lulus dan mengetahui potensi diri yang dimiliki agar dapat diterapkan dengan kehidupannya serta
dapat membaca peluang karier yang tersedia di lingkungan sekitarnya.

Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi
dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya
siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan
pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karier juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari program pendidikan yang
diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi.

Bimbingan karier adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja),
agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja
merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan
mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan
dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tunutan pekerjaan atau karier yang dipilihnya
(Ruslan A.Gani : 11)

Menurut Herr bimbingan karier adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik,
proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas

17 | P a g e
dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu
luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan
dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya (Marsudi, 2003:113).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier adalah suatu upaya bantuan terhadap
peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan
masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil
keputusan secara tepat dan bertanggung jawab.

1. Aspek-aspek bimbingan karier

Dalam bidang bimbingan karir, pelayanan bimbingan dan konseling membantu mahasiswa mengenali dan
mulai mengarahkan diri untuk masa depan karir.

Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:

a) Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.

b) Pengenalan, orientasi dan informasi karier pada umumnya secara sederhana.

c) Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan kecenderungan karier yang
hendak dikembangkan.

d) Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam
kaitannya dengan karier yang hendak dikembangkan.

2. Tujuan bimbingan karier

Berdasarkan pengertian diatas, dapat di ketahui bahwa tujuan bimbingan karier antara lain:

a. Agar siswa memperoleh informasi tentang karier atau jabatan atau profesi tertentu.

b. Agar siswa memperoleh pemhaman tentang karier atau pekerjaan atau profesi tertentu secara
benar.

18 | P a g e
c. Agar siswa mampu merencanakan dan memilih karier tertentu kelak setelah selesai dari
pendidikan.

d. Agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan karier yang akan dipilihnya kelak.

e. Agar siswa mampu mengembangkan karier setelah selesai dari pendidikannya.

Dengan demikian, bimbingan karier di sekolah atau di madrasah tidak secara langsung membantu siswa
untuk berkarier tetapi lebih banyak bersifat informasi. Hal ini tentunya pengecualian bagi sekolah-sekolah
kejuruan yang berorientasi karier, dimana selain siswa dibekali tentang aplikasi karier-karier tertentu,
juga dibimbing bagaimana pemilihan, perencanaan, dan pengembangannya.

3. Bentuk-bentuk layanan bimbingan karier

Beberapa jenis layanan karier yang bisa diberikan kepaa siswa disekolah dan madrasah antara lain:

1) Layanan informasi tentang diri sendiri, yang mencakup: kemampuan intelektual, bakat khusus
dibidang akademik, minat-minat umum dan khusus, hasil belajar dalam berbagai bidang studi,
sifat-sifat kepribadian yang ada relevansinya dengan karier seperti potensi kepemimpinan,
kejujuran, keterbukaan, dll, nilai-nilai kehidupan dan cia-cita masa depan, keterampilan-
keterampilan khusus yang dimiliki siswa, kesehatan fisik dan mental, kematangan vokasional,
dan lain sebagainya.

2) Layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan karier, yang
mencakup: informasi pendidikan (educational information), informasi jabatan (vocational
information), atau informasi karier (career information).

3) Usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya, mencakup: perencanaan masa


depan, pengambilan keputusan, penyaluran ke salah satu jalur studi akademik, pemantapan dan
orientasi.

4) Layanan orientasi untuk bidang pengembangan karier mencakup: Suasana, lembaga, dan objek
karier (pekerjaan) seperti kantor, bengkel, pabrik, pengoperasionalan perangkat kerja tertentu, dan
lain sebagainya.

5. BIDANG PENGEMBANGAN KEHIDUPAN BERKELUARGA

Bimbingan keluarga adalah bimbingan yang diberikan individu khusus yang telah berkeluarga
sehinga menjadi pimpinan dalam keluarga yang mampu menciptakan keharmonisan dan rasa aman bagi

19 | P a g e
tiap-tiap anggota keluarga, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma keluarga,
serta berperan aktif dalam menciptakan keluarga yang bahagia.

Bimbingan keluarga juga diharapkan membantu individu yang akan berkeluarga dalam memahami tugas
dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga. Juga diharapkan dengan bimbingan ini semua anggota
keluarga berbagi strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis dan bahagia.

6. BIDANG PENGEMBANGAN KEHIDUPAN BERAGAMA

Kehidupan beragama tidak hanya sekedar menampilkan nuansa spiritual dan/ atau ritual
keagamaan dalam kehidupan, melainkan sepenuhnya mendasari aktivitas individu dalam semua bidang,
bahkan sampai menjangkau kehidupan di akhirat. Dalam hal ini sering dipertanyakan, bagaimana posisi
kehidupan beragama dalam pelayanan konseling untuk anak-anak pada tahap perkembangan usia dini dan
pendidikan dasar dan menengah. Untuk itu perlu diketahui bahwa tanggung jawab atas arah dan aktifitas
keagamaan anak pada taraf perkembangan itu berada ditangan, bahkan menjadi hak, orang tua mereka.
Setelah anak menjadi dewasalah kehidupan beragama menjadi hak dan tanggung jawab individu dewasa.

Pada kedelapan bidang aktivitas kehidupan itulah pelayanan konseling digerakan oleh konselor.
Pelayanan pada bidang yang satu dapat terkait dengan pelayanan pada bidang-bidang lainnya, namun
keterkaitan seperti itu tidak selalu perlu menjadi penekanan.

5.RUANG LINGKUP BK DI SMP (SYAFIRA ANNISA ROSADI)

Pelayanan bimbingan konseling merupakan peranan yang paling penting, bagi individu yang berada
di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena itu, sebagaimana pendapat Abu Bakar
M. Luddin(2010:29) ruang lingkup bimbingan konseling terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu sebagai
berikut:

Pelayanan Bimbingan dan Konseling diSekolah.

Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan
pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam lembaga sekolah terdapat berbagai macam bidang kegiatan
dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang khusus. Bidang-bidang
tersebut diantaranya :

Pertama, bidang kurikulum yang meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan
berkomunikasi peserta didik.

20 | P a g e
Kedua, bidang administrasi atau kepemimpinan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi
berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk kegiatan pengelolaan dan
administrasi sekolah seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan dan pengembangan staff.

Ketiga, bidang kesiswaan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu
kepada pelayanan kesiswaan secara individu agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai
dengn bakat, potensi dan minatnya. Dan bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan
konseling.

Pelayanan bimbingan disekolah pun mempunyai lingkup yang cukup luas. Sebagaimana pendapat
berikut ini : Lingkup bimbingan konseling disekolah dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu dari segi
fungsi, segi sasaran, segi layanan dan segi masalah.(Sukardi & Kusmawati, 2008, hal. 9)

a. Segi Fungsi Ditinjau dari segi fungsi nya, bimbingan konseling di sekolah berfungsi untuk:1) Fungsi
Pemahaman, yaitu landasan dari kegiatan bimbingan konseling karena memungkinkan jalan keluar dari
pemecahan masalah yang ditemui. 2) Fungsi Pencegahan, yaitu untuk mencegah/paling tidak
memperkecil akibat yang akan timbul dari masalah siswa. 3) Fungsi Pemeliharaan, yaitu agar hal-hal
yang telah dimiliki individu siswa terjaga dan terpelihara dengan baik serta hal-hal yang menjadi
kekurangan dari individu dapat dikurangi sedikit demi sedikit. 4) Fungsi Pengembangan, yaitu untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa sehingga individu siswa dapat puas dan bahagia
dalam hidupnya.5) Fungsi Pengentasan, yaitu suatu usaha yang nyata untuk memecahkan masalah siswa,
sehingga diharapkan siswa bebas dari permasalahan yang dihadapinya sehingga kebahagiaan siswa dapat
terwujud.

b. Segi Sasaran Ditinjau dari segi sasarannya, pelayanan bimbingan konseling disekolah diperuntukkan
untuk seluruh siswa disekolah agar siswa dapat mencapai pengembangan yang optimal melalui
kemampuannya dalam pengenalan penerimaan diri dan lingkungan, membantu siswa untuk
mengembangkan motif dan motivasi belajar, dan memberikan dorongan dalam mengarahkan diri,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam pendidikan.

c. Segi Pelayanan Berdasarkan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling
(2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang
dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni: 1) Layanan dasar bimbingan, adalah bimbingan yang
bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan
hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD. 2) Layanan responsif, adalah layanan
bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang sangat penting bagi peserta didik

21 | P a g e
saat ini.Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi
layanan responsif adalah: a) bidang pendidikan; b) bidang belajar; c) bidang sosial; d) bidang pribadi; e)
bidang karir; f) bidang tata tertib SD; g) bidang narkotika dan perjudian; h) bidang perilaku sosial.3)
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan
mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan
utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan
sendiri. 4) Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh.

d. Segi Masalah Ditinjau dari segi masalah yang dihadapi oleh siswa, bimbingan di sekolah mencangkup
4 bidang yaitu: 1) Bimbingan Pribadi Dalam bidang bimbingan pribadi ini dapat membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri serta sehat jasmani dan rohani. 2) Bimbingan Sosial Dalam bidang bimbingan sosial ini dapat
membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti,
tanggung jawab kemasyarakatan. 3) Bimbingan Belajar Dalam bidang bimbingan belajar ini dapat
membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuannya guna persiapan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. 4) Bimbingan
Karier Dalam bimbingan karier ini dalpat membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa
depan karier nya.

RUANG LINGKUP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (IKA LISTYANA, DKK 2010)

Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Bidang kurikulum dan pengajaran


Meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu
penyampaian dan pengembangan pengetahuan,ketrampilan ,sikap dan kemampuan berkomunikasi peserta
didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap
pengajaran.Misalnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif apabila siswa terbas dari
masalah-masalah yang mengganggu proses belajarnya.Begitu pula sebaliknya.bidang kurikulum dan
pengajaran merupakan lahan yang sangat efektif bagi terlaksanakannya didalam praktik materi-materi
layanan Bimbingan konseling. Pelaksanaan pengajaran yang sehat dan mantap baik didalam isi maupun
suasananya,akan memberikan sumbangan besar bagipencegahan timbulnya masalah siswa dan juga
merupkanwahana bagi pengetahuan masalah-masalah siswa dan jauga merupakan wahana bagi

22 | P a g e
pengetahauan masalah –masalah siswa.pengajaran perbaikan dan pemberian materi pengayaan
merupakan bentuklayanan bimbingan yang dilaksanakan kegiatan pengajara.
b. Bidang Administrasi atau Kepemimpinan
Bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaandengan tanggung jawab dan pengambilan
kebijakasanaan,serta bentuk-bentuk kegiatan pengolahan dan administrsiseola,seperti
perencanaan,pembiayaan pengadaan dan pengembangan staf,prasarana dan sarana fisikdan pengawasan.
Terhadap administrasi dan supervisi,Bimbingan dan konseling melalui berbagai kebijaksanaan yang tepat
dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhandan
perkembangan siswa,begitu pula sebaliknya bidang pengelolaan dan Administrsi dapat memberikan
sumbangan yang besarbagi pelayanan bimbingan dan konseling elaluibebagai kebijaksanan dan
pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal,
sehingga segenap fungsi-fungsidan jenis layanan serta kegiatan Bimbingan Konseling dapat terlaksana
dengan lancar dan mencapai sasaran.
c. Bidang Kesiswaan
Yaitu bidang yang meliputiberbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu padapelayanan kesiswaan
secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembangsesuai dengan bakat,potensi dan
minat-minatnya,serta tahap-tahap perkembangannya.Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan
Bimbingan Konseling.

Ruang Lingkup Bimbingan Konseling (AMIN RIDWAN,2017)

Ruang lingkup bimbingan konseling mencakup empat fungsi bimbingan dan konseling,
yaitu fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pengembangan/pemeliharaan. Empat bidang
bimbingan antara lain: bimbingan pribadi, social, belajar dan karier. Tujuh jenis layanan
antara lain: layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling individu
dan kelompok. Serta lima kegiatan pendukung antara lain: aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. guru kelas pada dasarnya dihapkan dapat
menampilkan segenap unsur yang terkandung di dalam ruang lingkup BK tersebut. Namun
demikian, dengan mengingat tingkat perkembangan siswa dari satu tingkat kelas ke tingkat kelas
yang lebih tinggi, dan mengingat pula tugas rangkap guru kelas yang di samping melayani
pelayanan bimbingan dan konseling juga memiliki tugas pokok mengajar. Maka ruang lingkup
kegiatan bimbingan dan konseling di dapat berbeda seperti materi, layanan, maupun pelaksanaannya.

Bidang Bimbingan Pribadi

23 | P a g e
Layanan bimbingan pribadi adalah berupaya membantu siswa SD menemukan dan memahami
serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, aktif, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi
antara lain:
1) penanaman sikap dan kebiasaan,
2) pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri,
3) pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat,
4) pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan dan penanggulangannya,
5) pengembangan kemampuan mengambil keputusan, serta
6) perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat.

Bidang Sosial Keagamaan


Bidang ini merupakan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu siswa dalam
proses sosialisasi untuk mengenal lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan yang dilandasi budi
pekerti. Pokok-pokok materinya antara lain:
1) pengembangan kemampuan komunikasi,
2) pengembangan kemampuan bertingkah laku yang baik sesuai norma dan agama,
3) pengembangan hubunga yang dinamis,
4) pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah,rumah dan lingkungan.

Bidang Bimbingan Belajar


Bidang ini adalah membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan. Materi-materinya mencakup:
1)pengembangan sikap dan kebiasaan belajar,
2) pengembangan disiplin belajar dan berlatih,
3) pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran, dan
4) orientasi belajar di sekolah lanjutan tingkat pertama.

Bidang Bimbingan Karier


Bidang ini adalah membantu siswa untuk mengenali dan mengarahkan diri untuk masa
depan. Pokok-pokok materi ini antara lain:
1) pengenalan awal terhadap dunia kerja,
2) pengenalan orientsi dan informasi karier secara sederhana,
3) Motivasi dan pengenalan serta pemahaman terhadap kecenderungan cita-cita peserta didik.

24 | P a g e
6. PERAN  GURU BIMBINGAN KONSELING(TARI LINA MARTA)

Keberadaan guru bimbingan konseling disekolah ini dianggap penting dan memiliki peranan yang
penting pula untuk membantu setiap permasalahan yang dialami peserta didik, serta konselor atau guru
bimbingan konseling memilki tugas untuk mengembangkan aspek psikologis dab social peserta didik.

Indicator rendahnya mutu pendidikan nasional dikarenakan hanya menekankan pada aspek
akademik saja, sementara aspek-aspek lain yang non akademis seperti nilai-nilai moral, nilai social-
emosional belum dilaksanakan secara optimal dan hasilnya juga masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Selain pada aspek-aspek non akademik yang kurang diperdayakan, peran orang tua juga ikut andil untuk
rendahnya mutu pendidikan nasional. Kini orang tua lebih mementingkan pekerjaan daripada anak-
anaknya.

Dengan kurangnya perhatian dan pengawasan dari pihak keluarga inilah maka muncul
permasalahan moral pada diri anak/ remaja saat ini dan permasalahan moral pelajar itulah yang menjadi
masalah besar bagi bangsa. Guru bimbingan konseling perlu melakukan bimbingan preibadi social untuk
membangun karakter peserta didik. Hal ini dilakukan dengan alas an :

1.   Ditinjau dari usia anak SMP peserta didik memasuki usia remaja dimana sedang memasuki masa transisi
dan emosional yang labil.

2.   Pada level SMP merupakan level institusi yang secara formal telah memiliki dan menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling.

1.     Pengertian Pendidikan Karakter

Williams & Schnaps (1999) mendefinisikan pendidikan karakter  yaitu merupakan berbagai usaha
yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan
anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memilki sifat peduli,
berpendirian dan bertanggung jawab.

Menurut McBrien & Brandt, (1997). Tujuan dari pendidikan karakter yaitu membantu siswa agar
mampu menjadi lebih positif dan mampu mengarahkan diri dalam pendidikan dan kehidupan, serta mau
untuk bekerja keras dalam pencapaian tujuan masa depannya. Tujuan tersebut dilakukan dengan
mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, kebaiakan,
kedermawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, dan rasa hormat atau kemuliaan.

25 | P a g e
2. Guru Bimbingan Konseling  Dalam Kegiatan Pendidikan Karakter
Di dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling  dalam jalur pendidikan
formal termuat dalam lampiran 3 Standar Kompetensi Guru Bimbingan Konseling  (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 261) dijelaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu
oleh Guru Bimbingan Konseling berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan
memandirikan siswa (individu) dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan
tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta
mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi
warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan ”.   Sedangkan ekspektasi kinerja
Guru Bimbingan Konseling yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh
motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta
mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati
kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan,
sehingga pengampu pelayanan profesional itu juga dinamakan “the reflective practitioner”.

Terkait dengan kegiatan pendidikan karakter di sekolah Guru Bimbingan Konseling wajib
memfasilitasi pengembangan dan penumbuhan karakter serta tanpa mengabaikan  penguasaan hard
skills lebih lanjut yang diperlukan dalam perjalanan hidup serta dalam mempersiapkan karier
((Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 186). Oleh karena itu Guru Bimbingan Konseling hendaknya
merancangkan dalam program kegiatannya untuk secara aktif  berpartisipasi dalam pengembangan dan
penumbuhan karakter pada siswa. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri yang terancang
dalam program bimbingan dan konseling, dan juga bersama-sama dengan pendidik lain (guru bidang
studi misalnya) yang terancang dalam program sekolah yang dilakukan secara sinergis dari beberapa
pihak.  Berkaitan dengan bentuk kegiatan tersebut maka layanan yang diberikan oleh Guru Bimbingan
Konseling dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif  atau developmental dalam rangka
menunaikan fungsi pendidikan dalam mengembangkan karakter siswa.

Sementara itu Otten (2000) menyatakan  bahwa  pendidikan karakter  yang diintegrasikan ke
dalam seluruh masyarakat sekolah sebagai suatu strategi untuk membantu mengingatkan kembali siswa  
untuk berhubungan dengan konflik,  menjaga siswa untuk tetap selalu siaga dalam lingkungan
pendidikan, dan menginvestasikan kembali masyarakat untuk berpartisipasi aktif  sebagai warga negara.

26 | P a g e
Guru Bimbingan Konseling perlu memahami  tentang cara menggabungkan pendidikan karakter dalam
program bimbingan dan konseling. Jenis materi yang disarankan antara lain:
Berdasarkan penjelasan tersebut maka materi-materi tersebut memang banyak terkait dengan
bidang layanan bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan pribadi dan bimbingan sosial. Oleh
karena itu, ketersediaan materi pendidikan karakter bagi Guru Bimbingan Konseling di Indonesia
sangatlah banyak dan luas. Nilai-nilai esensi moralitas baik sebagai makhluk individu dan atau sebagai
makhluk sosial bagi seorang pelajar merupakan materi pendidikan moral.

3.     Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan Karakter di Indonesia


Beberapa pertimbangan bahwa Guru Bimbingan Konseling harus berperan dalam pendidikan
karakter, antara lain:
·  Guru Bimbingan Konseling  sebagai pendidik.
Ini adalah tugas dan fungsi dasar dari setiap pendidik. Seperti dijelaskan di atas, Guru Bimbingan
Konseling merupakan salah satu jenis tenaga pendidik, sementara itu salah satu fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan watak dan karakter bangsa. Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling
adalah merupakan salah satu pendidik yang telah diakui sebagai tenaga kependidikan. Oleh karena itu,
Guru Bimbingan Konseling  sebagai representasi pendidik  jelas memiliki rasional yang kuat untuk
menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa.
·         Guru Bimbingan Konseling sebagai manajer kegiatan pendidikan karakter.
Guru Bimbingan Konseling sebagai manajer bermakna bahwa dirinya harus mampu mengelola seluruh
kegiatan yang telah diprogramkan melalui keterlibatan berbagai pihak untuk pelaksanaan pendidikan
karakter. Guru Bimbingan Konseling harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa,
guru bidang studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan programnya.
·                      Guru Bimbingan Konseling sebagai Pembimbing.
Sebagai Guru Bimbingan Konseling dalam pengertian konvensional Guru Bimbingan Konseling
melaksanakan kegiatan konseling. Hal ini mengingat fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat
kuratif. Kenyataan di sekolah, setiap siswa tidaklah steril terhadap berbagai permasalahan kehidupan.
Kemampuan untuk memahami diri, menerima diri, dan mengarahkan diri memerlukan proses bantuan
agar siswa terbiasa untuk mampu memilih dari berbagai alternatif dengan berbagai konsekuensi sehingga
siswa semakin mandiri..  Kondisi realita para peserta didik yang demikian mengharuskan Guru
Bimbingan Konseling untuk menjadi sebenar-benarnya pembimbing untuk membantu mengatasi berbagai
permasalahan yang mungkin timbul pada diri siswa.
·                      Guru Bimbingan Konseling sebagai konsultan.

27 | P a g e
Hampir sama dengan tugas sebagai Guru Bimbingan Konseling, sebagai konsultan Guru Bimbingan
Konseling menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa.
Pendidikan karakter tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter
memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif ini maka
semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer. Oleh karena itu, Guru Bimbingan
Konseling sebagai pihak yang memberikan layanan bersifat psiko-pedagogis harus mampu memberikan
layanan yang bersifat konsultatif atas kepentingan berbagai pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua,
kepala sekolah, bahkan mungkin sampai dengan masyarakat.
Berdasarkan rasional tentang  tugas Guru Bimbingan Konseling terkait dengan pendidikan
karakter di Indonesia tersebut, maka  ada beberapa peran Guru Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di Indonesia.

1.      Guru Bimbingan Konseling  sekolah harus berperan sebagai panutan/contoh.

2.      Guru Bimbingan Konseling sebagai perancang kegiatan

3.      Guru Bimbingan Konseling sebagai healer/problem solver

4.      Guru Bimbingan Konseling sebagai konsultan/mediato

28 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling pada sekolah menengah pertama Ketepatan pemilihan dan penentuan
rumusan tujuan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik/konseli sangat mempengaruhi keberhasilan proses maupun hasil layanan bimbingan dan konseling.
Peserta didik/konseli Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa pubertas dan remaja awal
yang dimulai pada usia 8 - 10 tahun dan berakhir pada usia 15 - 16 tahun. Ini merupakan periode dimana
individu mengalami transisi pada aspek perkembangan dan kehidupannya dari kehidupan kanak-kanak
menuju ke masa dewasa. Untuk menghadapi hal tersebut seorang konselor harus mengetahui tujuan BK
dalam ilmu pendidikan, hakikat BK di SMP, karakteristik peserta didik/konseli di SMP, bidang bidang
layananBK di SMP, ruang lingkup BK.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, yang bertema “Bimbingan Dan Konseling Pada Sekolah
Menengah Pertama”, merupakan suatu wacana yang beragam pendapat dari sekian referensi.
Sehingga kami membutuhkan referensi lain untuk memberikan masukan atas kekurangan
penulisan makalah ini.

DAFTAR RUJUKAN

Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan Dan Konseling; Teori dan
Aplikasi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Tohirin. 2014. Bimbingan dan Konseling; di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intregitas).
Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai