Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DAN


KOMITE SEKOLAH
Untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan
Dosen pengampu: Budi Utami, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Annisa Maula Hasanah
K4519007
Kelas B

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa menyertai penulis dalam menyelasaikan
makalah yang berjudul “Manajemen Bimbingan Konseling dan Komite Sekolah”
dengan sebaik-baiknya.
Melalui makalah inilah, penulis dapat memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu serta mendapatkan banyak pengetahuan baru yang dapat bermanfaat
di masa mendatang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat beberapa
kesalahan dalam makalah ini. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak sebagai loncatan yang dapat memperbaiki makalah ini di masa
mendatang. Besar harapan penulis, di kemudian hari, makalah ini akan menghasilkan
banyak manfaat bagi para pembaca yang dapat diambil dari makalah ini.

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................2
Bab II Pembahasan..................................................................................................................3
A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling...........................................................3
B. Tujuan Manajemen Bimbingan dan Konseling.................................................................4
C. Fungsi Manajemen Bimbingan dan Konseling..................................................................4
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Bimbingan dan Konseling.....................................................6
E. Ruang Lingkup Manajemen Bimbingan dan Konseling....................................................8
F. Tujuan Terbentuknya Komite Sekolah.............................................................................10
G. Fungsi dari Komite Sekolah............................................................................................10
H. Manajemen Pemberdayaan Komite Sekolah...................................................................11
Bab III Penutup......................................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................................13
Daftar Pustaka...........................................................................................................................iii

ii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal, karena
dengan berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal semua kebutuhan
dan permasalahan siswa di sekolah akan dapat ditangani dengan baik. Suatu
program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan
tersusun, terselenggara dan tercapai apabla tidak dikelola dalam suatu sistem
manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu adalah ditemukannya
kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang ada
[ CITATION Zam15 \l 1057 ]
Dengan manajemen bimbingan dan konseling suatu sistem manajemen
bimbingan dan konseling dapat menjalankan fungsinya memberikan pelayanan
kepada siswa yaitu membantu siswa untuk mengambil manfaat semaksimal
mungkin dari pendidikannya atau membantu siswa untuk berkembang secara
optimal [ CITATION Kha15 \l 1057 ]
Komite sekolah merupakan bagian dari masyarakat di sekitar sekolah yang
akan turut serta dalam memajukan sekolah. Pemberdayaan komite sekolah
menjadi suatu gambaran bahwa sekolah tidak mungkin dapat berdiri sendiri tanpa
ada pihak lain yang turut serta membantu terutama masyarakat. Untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan pada era otonomi
sekolah diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan
menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi, dan
akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah dewan pendidikan di tingkat
Kabupaten/kota dan Komite Sekolah ditingkat satuan pendidikan[ CITATION
Jam18 \l 1057 ]. Oleh karena itu, dibutuhkan komite sekolah dan manajemen
pemberdayaan komite sekolah untuk mendukung visi dan misi sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mengenai manajemen bimbingan dan konseling?

1
2. Apa tujuan manajemen bimbingan dan konseling?
3. Apa fungsi manajemen bimbingan dan konseling?
4. Apa prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling?
5. Bagaimana ruang lingkup manajemen bimbingan dan komseling?
6. Apa tujuan dibentuknya komite sekolah?
7. Apa fungsi dari komite sekolah?
8. Bagaimana manajemen pemberdayaan komite sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai manajemen bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui tujuan manajemen bimbingan konseling.
3. Untuk mengetahui fungsi manajemen bimbingan konseling.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen bimbingan konseling.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen bimbingan konseling
6. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya komite sekolah?
7. Untuk mengetahui fungsi dari komite sekolah?
8. Untuk mengetahui manajemen pemberdayaan komite sekolah?

2
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling


Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada
sekelompok orang didalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat
psikis (kejiwaan), bukan “pertolongan” finansiil, medis dan sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang
akan dihadapinya kelak kemudian – ini menjadi tujuan bimbingan – jadi yang
memberikan bimbingan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri,
meskipun kemampuan itu harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan
[ CITATION Win82 \l 1057 ]
Konseling dikatakan sebagai layanan bantuan kepada klien/konseli untuk
mengetahui, mengenal dan memahami dirinya sesuatu dengan hakikatnya, atau
memahami kembali keadaan dirinya. Dengan pengertian lain, mengingatkan kembali
klien/konseli akan fitrahnya [ CITATION Lub07 \l 1057 ]
Menurut [ CITATION Sug12 \l 1057 ] manajemen bimbingan dan konseling
adalah kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling,
menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan dan konseling
mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui
bagaimana hasilnya.
Manajemen bimbingan dan konseling sebagai salah salah satu sub sistem
pendidikan di sekolah harus dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.
Setiap siswa dengan segala keunikannya masing-masing, dengan berbagai
kebutuhannya, yang kadang-kadang memerlukan orang-orang/personil tertentu untuk
membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kemampuan/keunikannya,

3
memecahkan persoalan atau masalah yang dihadapinya serta memenuhi
kebutuhan[ CITATION Kha15 \l 1057 ]

B. Tujuan Manajemen Bimbingan dan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling menurut [ CITATION Gun92 \l 1057 ] dapat dijabarkan
menjadi enam, yaitu:
1. Mengerti dirinya dan lingkungannya, yang dimaksud adalah pengenalan
kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita, dan nilai hidup yang dimilikinya
untuk perkembangan dirinya.
2. Mampu memilih memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana
baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial pribadi.
3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana, bantuan ini termasuk
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap yang menyebabkan
terjadinya masalah.
5. Mengelola aktifitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya, dan
mengambil keputusan dan dapat mempertanggungjawabkannya.
6. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak dan bersikap sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungannya.
Manajemen bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengembangkan diri
konseli (peserta didik) secara efektif dan efesien. Setiap organisasi mempunyai tujuan
yang ingin dicapai, untuk mencapainya maka diperlukan adanya kegiatan manajemen
sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efesien. [ CITATION Sug12 \l 1057 ]
menyatakan bahwa jika tujuan manajemen dilakukan secara sistematis maka akan
mencapai hasil yang produktif, berkualitas,

C. Fungsi Manajemen Bimbingan dan Konseling


Pada proses pendidikan, terdapat 3 fungsi utama dari pelaksanaan bimbingan dan
konseling:
1. Fungsi penyaluran adalah fungsi sebagai pemberi bantuan kepada peserta
didik dalam memilih kemungkinan-kemungkinan kesempatan yang terdapat
dalam lingkup sekolah.

4
2. Fungsi pengadaptasian adalah fungsi sebagai pemberi bantuan kepada staf
sekolah untuk mengadaptasi perilaku mendidik staf sekolah, terutama program
pengajaran dan integrasi belajar mengajar guru-guru dengan kebutuhan,
kecakapan, bakat, dan minat peserta didik.
3. Fungsi penyesuaian adalah fungsi sebagai pemberi bantuan kepada peserta
didik agar mereka mampu menyesuaikan dirinya dengan permasalahan yang
dihadapi sehingga perkembangan pribadinya dapat maju secara optimal.
Fungsi manajemen bimbingan dan konseling [ CITATION Hik11 \l 1057 ] terdiri dari:
1. Planning (Perencanaan)
planning atau perencanaan pendidikan adalah “keseluruhan proses perkiraan
dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dalam pendidikan
untuk masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
yang telah ditentukan.
Manfaat dari perencanaan program bimbingan dan konseling [ CITATION
Nur09 \l 1057 ]adalah sebagai berikut:
1) Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan dan
konseling.
2) Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
bimbingan yang dilakukan.
3) Terlaksananya program kegiatan bimbingan secara lancar, efektif
dan efesien.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian program bimbingan dan konseling adalah upaya
melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan di sekolah serta upaya
melakukan pembagian kerja antara anggota organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah [ CITATION Nur09 \l 1057 ]
3. Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan adalah seluruh kegiatan atau upaya dalam memotivasi
konselor dalam menggunakan cara, pendekatan, teknik, metode dalam
mencapai tujuan bimbingan dan konseling secara efektif dan efesien.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling mengarah pada pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah direncanakan, dalam hal ini terkait
dengan layanan-layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling meliputi
5
orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling perorangan, konsultasi,
dan mediasi. Sedangkan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
meliputi himpunan data, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan,
intrumentasi bimbingan dan konseling, dan alih tangan kasus.
4. Controlling (Evaluasi)
Pengendalian di dalam manajemen bimbingan dan konseling disebut
dengan evaluasi, evaluasi adalah fungsi manajemen yang terakhir yaitu
kegiatan yang dikendalikan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan
pelaksanaan. Evaluasi terkait dengan bagaimana mengawasi dan mensupervisi
kegiatan bimbingan dan konseling, apakah pelaksanaan bimbingan dan
konseling sesuai dengan program yang telah dibuat [ CITATION Lek17 \l 1057 ]
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling menurut [ CITATION Sal10 \l 1057 ]:
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan;
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu
yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan aspek
perkembangan individu.
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah,
di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial, pekerjaan, dan
sebaiknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan
bimbingan.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari pendidikan dan

6
pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan harus disesuaikan
dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
4) Isi dan pelaksanaan program bimbingan perlu adanya penilaian yang teratur
dan
terarah.
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahannya.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan yang
hendak dilakukan individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri,
bukan karena kemauan desakan dari pembimbing atau pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tangan ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4) Kerja sama pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil
pelayanan
bimbingan dan konseling.
Sedangkan Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling [ CITATION Lek17 \l
1057 ] antara lain:
1. Efesien dan efektif, artinya kesesuaian hasil layanan dengan tujuan yang ingin
dicapai dari layanan bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan fasilitas
yang ada secara optimal.
2. Kepemimpinan yang efektif, artinya kepala sekolah perlu bersikap bijaksana
dalam mengambil keputusan dan mampu berkoordinasi dengan personel
sekolah secara baik.
3. Kerja sama, artinya adanya hubungan kerja sama yang baik antar personel
sekolah.
4. Pengelolaan manajemen, sistematika manajemen dari mulai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan evaluasi.

7
Dalam layanan bimbingan dan konseling terdapat asas-asas menurut [CITATION
Suk08 \l 1057 ] antara lain:
1) Asas kerahasiaan
Secara khusus usaha layanan bimbingan konseling adalah melayani
individu-individu yang bermasalah. Masih banyak orang yang
beranggapan bahwa mengalami masalah merupakan suatu aib yang
harus ditutup-tutupi sehingga tidak seorang pun (selain diri sendiri)
boleh tahu akan adanya masalah itu. Dalam hal ini masalah yang
dihadapi seorang peserta didik tidak akan diberitahukan kepada orang
lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan oleh
peserta didik kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya
karena asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan
konseling.
2) Asas kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah ditanamkan pada diri
(calon) terbimbing atau peserta didik atau klien, sangat dapat
diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan
sukarela membawah masalahnya itu kepada pembimbing untuk
meminta bantuan. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon)
terbimbing atau peserta didik atau klien saja, tetapi hendaknya
berkembang pada diri penyelenggara.
3) Asas keterbukaan
Bimbingan konseling yang efesien hanya berlangsung pada suasana
keterbukaan. Baik yang dibimbing maupun pembimbing atau konselor
bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti
“bersedia menerima saran-saran dari luar” tetapi hal ini lebih penting
masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
4) Asas Kekinian
Masalah klien yang berlangsung ditanggulangi melalui upaya
bimbingan konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan
kini (sekarang), bukan masalah yang sudah lampau, dan juga masalah
yang mungkin akan dialami dimasa mendatang. Bila ada hal-hal
tertentu yang menyangkut masa lampau dan masa yang akan datang
8
dan perlu dibahas dalam upaya bimbingan konseling yang sedang
diselenggarakan, membahas hal itu hanyalah merupakan latar belakang
atau latar depan dari masalah yang akan dihadapi sekarang sehingga
masalah yang dihadapi itu teratasi.
5) Asas Kemandirian
Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari
usaha layanan bimbingan konseling. Dalam pemberian layanan para
petugas hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada
diri orang yang dibimbing, hendaknya jangan sampai orang yang
dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya para
pembimbing.
6) Asas kegiatan
Usaha layanan bimbingan konseling akan memberi buah yang tidak
berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam
mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil usaha bimbingan tidak
tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang
bersangkutan.
7) Asas kedinamisan
Upaya bimbingan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada
diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang
lebih baik. Perubahan tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal yang
lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju
kesuatu pembaharuan, yakni sesuatu yang lebih maju.
8) Asas keterpaduan
Layanan bimbingan konseling memadukan berbagai aspek individu
yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu
memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu
akan justru menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri
individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses
layanan yang diberikan.
9) Asas kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan bimbingan
konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
10) Asas Keahlian

9
Usaha layanan bimbingan konseling secara teratur, sistematik dan
dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Asas keahlian
ini akan menjamin keberhasilan usaha Bimbingan Konseling akan
menaikkan kepercayaan masyarakat pada Bimbingan Konseling.
11) Asas alih tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan
konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk mebantu
klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
petugas itu mengalih tangankan klien tersebut kepada petugas atau
badan lain yang lebih ahli.
12) Asas Tut Wuri Handayani.
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta
dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang
dibimbing. Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini mungkin
dirasakan manfaatnya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso
sung tulodho, ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar
layanan bimbingan konseling tidak hanya disarankan adanya pada
waktu peserta didik mengalami masalah yang menghadap pembimbing
saja, namun peserta didik diluar hubungan kerja kepemimpinan dan
konseling pun hendaknya disarankan adanya dan manfaatnya.

E. Ruang Lingkup Manajemen Bimbingan dan konseling


Ruang manajemen bimbingan dan konseling menurut [ CITATION Lek17 \l 1057 ] antara
lain:
1. Penyusunan dan Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan upaya merencanakan
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pencapaian tujuan bimbingan
dan konseling. Program bimbingan dan konseling disusun agar pencapaian tujuan
tersebut lebih sistematis, terarah dan tepat, baik waktu maupun tujuannya,
sehingga tahap ini sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai.
2. Penyelenggaraan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
a. Empat bidang bimbingan
1) Bimbingan pribadi, adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada
siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya, sehingga
10
menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan
potensi yang dimiliki. Dengan bimbingan pribadi, diharapkan siswa akan
lebih mengenal diri dan memahami potensi yang dimilikinya, sehingga
mempunyai kepribadian yang mengenal Tuhannya, mampu
mengembangkan potensinya, mampu mengambil keputusan dalam segala
permasalahan yang membentuk hidup yang kreatif dan produktif.
2) Bimbingan sosial, adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa
untuk mengenali lingkungannya, sehingga mampu bersosialisasi dengan
baik dan menjadi individu yang bertanggung jawab.
3) Bimbingan belajar, adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada
siswa untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik,
mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Kewajiban manusia menuntut ilmu
mempunyai makna perlunya pengembangan potensi akal yang dimiliki
manusia yang diharapkan dapat memberikan pengaruh kepada siswa untuk
mempunyai kesadaran dalam belajar sebagai upaya pengembangan ilmu
pengetahuan demi kemajuan diri, masyarakat dan bangsa.
4) Bimbingan karier, adalah layanan yang diberikan kepada siswa untuk
dapat merencanakan dan mengembangkan masa depan berkaitan dengan
dunia pendidikan maupun dunia karier. Bimbingan ini berkaitan dengan
bimbingan belajar dan bimbingan pribadi, di mana dengan kemajuan
pendidikan diharapkan dapat mengubah nasibnya menjadi lebih baik,
sehingga dapat terlihat keberhasilan dan pencapaian cita-citanya.
b. Tujuh Jenis Layanan
Berbagai layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa. Jenis
layanan dan kegiatan tersebut ialah: (1) layanan orientasi; (2) layanan
informasi; (3) layanan penempatan dan penyaluran; (4) layanan bimbingan
belajar; (5) layanan konseling perorangan; (6) layanan bimbingan kelompok;
dan (7) layanan konseling kelompok.
c. Lima Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung yang pokok adalah:
(1) instrumentasi bimbingan dan konseling;
(2) himpunan data;
11
(3) konferensi kasus;
(4) kunjungan rumah; dan
(5) alih tangan kasus.
3. Pengawasan, Pembinaan dan Pengembangan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat, maka
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan. Fungsi kepengawasan layanan
bimbingan, antara lain memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di sekolah.

D. Tujuan Terbentuk Komite Sekolah


Tujuan dibentuknya komite sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah
adalah sebagai berikut.
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan
2. Meningkatkan tanggung-jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan [ CITATION Sup05 \l 1057 ]

E. Fungsi Komite Sekolah


Fungsi dari komite sekolah menurut [ CITATION Dep05 \l 1057 ] antara lain:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dengan
usaha dan dunia industri (DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran
Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan
3pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan.
12
5. Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan
pendidikan.
6. Menggalang dana dari masyarakat dalam rangka pembiayaan dari
penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan.
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyeleng-
garaan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

F. Manajemen Pemberdayaan Komite Sekolah


Manajemen pemberdayaan komite sekolah menurut [ CITATION Jam18 \l 1057 ]
antara lain:
1. Perencanaan manajemen pemberdayaan komite sekolah
a. Mengadakan rapat penyusunan pengurus komite sekolah setiap 5 tahun
sekali
b. Mengadakan rapat kerja setiap tahun untuk menyusun ulang rencana
kerja lima tahunan.
c. Merumuskan tugas dan fungsi untuk memperjelas kedudukan komite
sekolah terhadap pengelolaan pendidikan sekolah.
2. Pengorganisasian manajemen pemberdayaan komite sekolah
Pengorganisasian merupakan tahapan setelah perencanaan yang
dilakukan sebagai jembatan untuk pelaksanaannya. Proses ini biasannya terdiri
dari sosialisasi terhadap apa yang telah direncanakan kepada orang-orang yang
memang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
program tersebut. Komunikasi yang efektif terhadap wali murid akan menjadi
media yang baik dalam penyampaian segala informasi. Komite sekolah ikut
aktif menyampaikan kepada masyarakat. Sekaligus menjadi jembatan
informasi antara sekolah dengan masyarakat. Ini merupakan fungsi yang
harus dijalani oleh komite sekolah.
3. Pelaksanaan manajemen pemberdayaan komite sekolah
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam komite sekolah mengacu pada
kegiatan di sekolah. Komite sekolah pun menyusun program sekolah tetapi
komite bukan sebagai pelaksana langsung. Namun sebagai pelaksana
pendukung dalam hal pendanaan dan sosialisasi progran sekolah kelada
masyarakat.
13
4. Evaluasi manajemen pemberdayaan komite sekolah
Manajemen pemberdayaan komite sekolah akan menjadi lengkap
tahapannya dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan bekerja sama dengan penasehat komite sekolah. Evaluasi
dilaksanakan dua kali yakni setelah program demi program berlangsung dan
setelah periode kepengurusan selesai dengan adanya laporan
pertanggungjawaban dari komite sekolah kepada kepala sekolah.

14
Bab III
Penutup

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang diawali dari perencanaan
kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur
pendukung bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia untuk
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya manusia
agar kegiatan bimbingan dan konseling mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah
dilaksanakan dan mengetahui bagaimana hasilnya.
2. Tujuan manajemen bimbingan dan konseling adalah untuk memgembangkan diri
konseli (peserta didik) secara efektif dan efisien.
3. Fungsi manajemen bimbingan dan konseling meliputi: perencanaan (planning) untuk
memudahkan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling, pengorganisasian
(organizing) sebagai upaya melibatkan seluruh komponen dalam bimbingan dan
konseling di sekolah, pelaksanaan (actuating) , evaluasi (controlling) sebagai sarana
evaluasi mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
4. Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling meliputi: efesien dan efektif,
kepemimpinan yang efektif, kerja sama serta pengelolaan dan sistematika manajemen.
5. Ruang lingkup manajemen bimbingan dan konseling meliputi: penyusunan dan
pelaksanaan bimbingan dan konseling, penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan
konseling, serta penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling.
6. Tujuan terbentuknya komite sekolah meliputi: mewadahi dan menyalurkan aspirasi
masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan, meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan menciptakan suasana dan
kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
7. Fungsi dari komite sekolah meliputi mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan, melakukan kerja sama dengan
masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan,

15
mnampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, memberikan masukan, pertimbangan, dan
rekomendasi kepada sekolah mengenai kebijakan dan program pendidikan, mendorong
orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang
dana dari masyarakat dalam rangka pembiayaan dari penyelengaraan pendidikan di
sekolah, serta melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
8. Manajemen pemberdayaan komite sekolah meliputi: perencanaan manajemen
pemberdayaan komite sekolah, pengorganisasian manajemen pemberdayaan komite
sekolah, pelaksanaan manajemen pemberdayaan komite sekolah, dan evaluasi
manajemen pemberdayaan komite sekolah.

B. Saran

Dalam menjalankan manajeme

16
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2005). Komite Sekolah dan Pengembangan Sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah .
Gunawan, Y. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling: Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta: Gramedia.
Hikmat. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Jamaluddin. (2018). Manajemen Pemberdayaan Kommite Sekolah dalam Penguatan Mutu
Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammaddiyah Cetan Kecamatan Ceper Kabupaten
Klaten Tahun Pelajaran 2017/2018.
Khasanah, K. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling yang Diterapkan di SMA Maarif
Beran Ngawi.
Leksono, B. B. (2017). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas
Negeri Karangreja Kabupaten Purbalingga.
Lubis, S. (2007). Konseling Islam: Kyai dan Pesantren. Yogyakarta: elSaq Press.
Nurihsan, A. J. (2009). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika
Aditama.
Salahudin, A. (2010). Bimbingan & Konseling . Bandung: CV Pustaka Setia.
Sugiyo. (2012). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Sukardi, D. K., & Kusmawati, D. P. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suptapto. (2005). Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel, W. (1982). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT Gramedia.
Winkel, W. (1991). Bimbingan Konseling dan Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Zamroni, E., & Rahardjo, S. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling Berbasis
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.

iii
iv

Anda mungkin juga menyukai